Mengamati Dunia
”Universitas Kehidupan”
John Major bertugas sebagai pejabat Departemen Keuangan Inggris sebelum menjadi perdana menteri pada bulan November 1990. Ia meninggalkan bangku sekolah pada usia 16, dan menurut pengakuannya, pendidikannya diperoleh dari ”universitas kehidupan”. ”Saya mengenal begitu banyak orang yang memiliki tingkat pendidikan akademis,” katanya, ”dan . . . sebagian besar dari mereka tidak bisa apa-apa. Mereka tidak memiliki akal sehat. Sebenarnya dibutuhkan gabungan dari inteligensi dan akal sehat jika seseorang sungguh-sungguh ingin mencapai sesuatu dan sering kali akal sehat itu lebih penting.” Meskipun banyak orang meragukan pengamatannya, surat kabar The Times dari London melaporkan pernyataan setuju dari mantan kepala sekolah bernama John Rae, ”Pendidikan akademis hanya memaksudkan bahwa orang itu mahir dalam suatu bidang tertentu, tidak lebih dari itu. Beberapa lulusan akademis, khususnya universitas, tidak tahu-menahu tentang dunia nyata . . . Saya mengamati bahwa orang-orang tanpa pendidikan tinggi sering kali jauh lebih terampil.”
Perang dan Industri Mainan
Akibat rangsangan hasil liputan perang Teluk Persia di televisi, penjualan mainan peralatan perang meningkat tiga bahkan empat kali lipat di Jepang. The Daily Yomiuri menyatakan bahwa ”begitu banyak media yang meliput perang Teluk telah merangsang anak-anak dan orang dewasa berjiwa muda agar pergi ke toko mainan untuk membeli mainan plastik berbentuk pesawat udara dan tank seperti yang digunakan tentara sekutu melawan Irak”. Model mainan peralatan perang yang paling populer adalah model-model pesawat pembom beradar bernama Stealth, pesawat tempur F-15 Eagle, tank M-1 Abrams dan helikopter Apache. Beberapa orang yang terlibat dalam bisnis mainan merasa takut bahwa kenaikan penjualan tersebut akan membuat industri mainan ”dicap sebagai biang keladi peperangan”.
Lebih Berbahaya daripada Kokain
Pada tahun 1990, kata surat kabar Brasil Jornal da Tarde, 58 remaja mati di kota Minas Gerais karena minum sirup obat batuk melebihi dosis. Akibatnya, ”Pemerintah Brasil melarang penjualan dan impor dari empat jenis sirup obat batuk,” kata majalah Veja. Veja menambahkan bahwa menurut seorang pakar, ”sirup obat batuk dengan zipeprol dapat menjadi obat yang lebih mematikan daripada mariyuana atau bahkan kokain, karena ini dapat mengakibatkan kerusakan yang tidak dapat disembuhkan dalam jangka waktu yang pendek.” Penggunaan yang terus-menerus dari zipeprol dapat menyebabkan gangguan pencernaan, sesak napas, kelumpuhan pada kandung kemih, dan kegagalan jantung.
Satwa dalam Bahaya
Lembaga Negara Urusan Lingkungan Hidup di Cina baru-baru ini menyatakan bahwa ”karena perburuan yang ceroboh, jumlah satwa liar semakin sedikit di Cina, dan banyak satwa langka terancam punah”. Setelah meneliti sejumlah restoran, pasar, pelabuhan dan perusahaan swasta di propinsi Kwangtung, sekelompok inspektur baru-baru ini mendapati bahwa satwa langka terus dibunuh dan diperdagangkan di sana. Menurut majalah China Today, ”biro kehutanan propinsi melaporkan bahwa 1.286 satwa langka, termasuk kadal raksasa, pangolin, salamander raksasa, monyet dan kucing civet, telah dibunuh, dijual atau diselundupkan di 11 kota propinsi”. China Environmental News menyatakan bahwa ’beberapa orang, termasuk para pejabat, tidak mengerti betul perlunya melindungi satwa liar. Dalam pandangan mereka, setiap orang boleh memburu satwa liar karena satwa tersebut bukan milik siapa pun’.
Berkencan di India
Berkencan bertambah populer di India, dan sekarang beberapa orang tampaknya menerima ini sebagai hal biasa. Majalah India Today menyatakan bahwa sepuluh tahun yang lalu, melihat sepasang insan berjalan sambil bergandengan tangan adalah ”seperti melihat burung langka. Sekarang, pasangan demikian terlihat di mana-mana, seperti burung layang-layang”. Pasangan-pasangan yang berkencan terlihat di pantai-pantai umum, di taman, di gedung bioskop, dan di restoran fast-food. Orang-orang yang memperlihatkan keintiman menjadi semakin umum. Beberapa orang menganggap bahwa perubahan dalam masyarakat India ini disebabkan oleh tekanan teman sebaya di sekolah dan perguruan tinggi serta menjamurnya acara televisi dan film yang menampilkan perbuatan seksual secara gamblang.