Pecandu Alkohol dalam Keluarga
”Alkoholisme termasuk para pecandu alkohol . . . Sekalipun mungkin hanya satu pecandu alkohol dalam keluarga, seluruh keluarga menderita karena alkoholisme.”—Dr. Vernon E. Johnson.
SANDRA yang berusia lima tahun berbaring di tempat tidur, kakinya berdenyut-denyut kesakitan. Karena luka yang diderita dua hari sebelumnya, seluruh kakinya harus dibalut dengan gips. Namun pembalut gips ini dipasang terlalu ketat, dan kakinya bengkak karena tertekan. Sandra memohon agar orang-tuanya membawa dia ke dokter, akan tetapi ayahnya sedang tidak enak badan karena terlalu banyak minum minuman keras, dan pikiran ibunya terbagi untuk mereka, ragu-ragu tentang siapa yang paling membutuhkan perhatian.
Dalam waktu beberapa hari, kaki Sandra kebas atau mati rasa. Pada waktu cairan hitam menetes dari ibu jarinya, orang-tua Sandra akhirnya dengan cepat membawanya ke rumah sakit. Pada waktu pembalut gipsnya dibuka, seorang juru rawat pingsan karena melihat kaki itu. Kaki Sandra harus diamputasi karena membusuk (”gangrene”).
Alkoholisme dan Saling Ketergantungan
Tragedi dari kejadian ini lebih daripada sekadar kehilangan kaki. Ayah Sandra seorang pecandu alkohol. Dalam keadaan ini, secara emosi dan fisik ia tidak dapat membantu pada saat anaknya benar-benar membutuhkannya. ”Pada dasarnya alkoholisme menuntut agar si pecandu alkohol menempatkan keluarganya di tempat yang terakhir—setelah alkohol dan semua tuntutannya,” kata penasihat Rice Drews.
Bagaimana dengan ibu Sandra? Ia juga mempunyai ketergantungan, bukan terhadap alkohol, tetapi terhadap suaminya yang pecandu alkohol. Istri yang bukan pecandu alkohol biasanya tenggelam dalam upaya-upaya untuk menghentikan kebiasaan minum dari si pecandu atau paling tidak untuk mengatasi perilakunya yang tidak terduga.a Ia menjadi sangat sibuk dengan problem si pecandu sehingga ia menunjukkan gejala ketergantungan yang sama—namun tanpa alkohol. Karena alasan ini, orang-orang seperti ibu Sandra sering disebut rekan-pecandu.
Pecandu alkohol dan rekan-pecandu, keduanya secara tidak sadar dikuasai oleh sesuatu atau seseorang di luar diri mereka. Keduanya dibutakan oleh penyangkalan. Keduanya secara emosi tidak berguna bagi anak-anak mereka. Keduanya tenggelam dalam kehidupan yang penuh frustrasi, karena seperti si pecandu alkohol tidak dapat mengendalikan kebiasaan minumnya, rekan-pecandunya tidak dapat mengendalikan si pecandu, dan tidak satu pun di antara mereka yang dapat mengendalikan pengaruh alkoholisme terhadap anak-anak mereka.
Namun, ada bantuan bagi si pecandu alkohol dan keluarganya. Hal ini akan dibahas dalam artikel-artikel berikut.
[Catatan Kaki]
a Di sini kami menyebut pecandunya seorang pria, namun prinsip-prinsip yang sama dapat diterapkan kepada seorang wanita.