Kaum Muda Bertanya
Apakah Seks Akan Memantapkan Hubungan Kami?
Helen baru mengenal Martin selama dua bulan, tetapi ia merasa sepertinya sudah lama sekali mengenalnya. Mereka terus ber-SMS-an, ngobrol berjam-jam di telepon, dan obrolan mereka pun nyambung! Tetapi sekarang, sewaktu berduaan dalam mobil di bawah sinar rembulan, Martin ingin lebih dari sekadar mengobrol.
Selama dua bulan terakhir, Martin dan Helen hanya berpegangan tangan dan berciuman pipi. Helen tidak ingin lebih dari itu. Tetapi, dia pun tidak mau kehilangan Martin. Hanya Martin yang membuatnya merasa begitu cantik, begitu istimewa. ’Lagian,’ katanya dalam hati, ’kami kan saling cinta.’
KAMU mungkin bisa menebak kelanjutan skenario ini. Tetapi, apa yang mungkin tidak kamu sadari ialah betapa besarnya perubahan yang akan dialami Martin dan Helen akibat hubungan seks—dan bukan ke arah yang lebih baik. Coba pikir:
Kalau kamu menentang hukum alam, misalnya hukum gravitasi, kamu menanggung konsekuensinya. Begitu juga kalau kamu menentang hukum moral, misalnya yang menyatakan, ’Jauhkan diri dari percabulan.’a (1 Tesalonika 4:3) Apa konsekuensinya jika perintah itu tidak ditaati? Alkitab berkata, ”Ia yang mempraktekkan percabulan berbuat dosa terhadap tubuhnya sendiri.” (1 Korintus 6:18) Mengapa itu benar? Coba tulis di bawah ini tiga dampak buruk akibat hubungan seks pranikah.
1. ․․․․․
2. ․․․․․
3. ․․․․․
Sekarang, perhatikan apa yang kamu tulis. Apakah kamu juga menyertakan penyakit lewat hubungan seksual, kehamilan yang tidak diinginkan, atau tidak lagi diperkenan Allah? Itu pastilah konsekuensi menghancurkan yang bisa dialami siapa pun yang melanggar hukum moral Allah mengenai percabulan.
Namun, tetap saja kamu bisa tergoda. Mungkin kamu berpikir, ’Aku tidak akan apa-apa kok.’ Lagi pula, semua orang juga berhubungan seks, ’kan? Teman-temanmu di sekolah membual tentang petualangan mereka, dan mereka kelihatannya baik-baik saja. Barangkali, seperti Helen di skenario pembuka, kamu bahkan merasa bahwa hubungan seks akan lebih mengakrabkan kamu dengan pasanganmu. Selain itu, siapa yang mau diejek karena masih perawan? Mending menyerah saja, bukan?
Tunggu dulu! Pertama-tama, tidak semua orang melakukannya. Memang, kamu mungkin membaca statistik yang menunjukkan bahwa jumlah remaja yang berhubungan seks semakin mengkhawatirkan. Misalnya, sebuah penelitian di AS menyingkapkan bahwa sebelum tamat SMA, 2 dari 3 remaja di negeri itu sudah aktif secara seksual. Tetapi, itu juga berarti bahwa 1 dari 3—jumlah yang cukup besar—tidak. Sekarang, bagaimana dengan yang aktif tersebut? Para peneliti mendapati bahwa banyak dari mereka mengalami satu atau beberapa kenyataan pahit berikut.
Kenyataan Pahit #1: PERASAAN PEDIH. Sebagian besar remaja yang berhubungan seks pranikah mengatakan bahwa mereka menyesal setelahnya.
Kenyataan Pahit #2: PERASAAN CURIGA. Setelah berhubungan seks, masing-masing mulai berpikir, ’Dengan siapa lagi dia pernah berhubungan seks?’
Kenyataan Pahit #3: KETIDAKLOYALAN. Setelah berhubungan seks, anak lelaki lebih cenderung mencampakkan pacarnya dan mencari yang baru.
Kenyataan Pahit #4: KEKECEWAAN. Jauh di lubuk hati, seorang gadis lebih menyukai seseorang yang mau melindungi dia, bukan memanfaatkan dia.
Selain itu, pikirkan: Banyak anak lelaki mengatakan bahwa mereka tidak akan pernah menikahi gadis yang sudah berhubungan seks dengan mereka. Mengapa? Karena mereka lebih menyukai seseorang yang lebih murni!
Apakah itu membuatmu kaget—barangkali bahkan marah? Kalau begitu, entah kamu seorang gadis atau jejaka, ingatlah ini: Kenyataan tentang seks pranikah jauh berbeda dengan apa yang ditayangkan di film dan di TV. Industri hiburan mengagung-agungkan seks di usia remaja dan membuatnya tampak seperti cinta sejati. Tetapi, jangan naif! Orang yang mencoba merayumu untuk melakukan hubungan seks pranikah hanya memikirkan kepentingannya sendiri. (1 Korintus 13:4, 5) Lagi pula, apakah orang yang benar-benar mencintaimu akan membahayakan kesejahteraan fisik dan emosimu? (Amsal 5:3, 4) Dan, apakah orang yang benar-benar menyayangimu akan menggoda kamu sehingga merusak hubunganmu dengan Allah?—Ibrani 13:4.
Faktanya adalah, jika kamu menyerah kepada hubungan seks pranikah, kamu merendahkan dirimu karena menyerahkan sesuatu yang amat berharga. (Roma 1:24) Tidak mengherankan, banyak sekali yang merasa hampa dan tidak berharga setelah itu, seolah-olah telah membiarkan bagian dari diri mereka yang berharga dicuri begitu saja! Jangan biarkan itu terjadi padamu. Jika ada yang mencoba merayumu untuk melakukan hubungan seks dengan berkata, ”Kalau kamu mencintai aku, kamu mau melakukannya,” katakan dengan tegas, ”Kalau kamu mencintai aku, kamu tidak akan minta!”
Tubuhmu amat sangat berharga sehingga jangan sekali-kali diserahkan. Tunjukkan bahwa kamu memiliki keteguhan hati untuk menaati perintah Allah agar menjauhkan diri dari percabulan. Bila kamu menikah kelak, kamu boleh berhubungan seks. Dan, kamu akan dapat menikmatinya sepenuhnya, tanpa perasaan khawatir, menyesal, dan cemas yang begitu sering timbul setelah hubungan seks pranikah.—Amsal 7:22, 23; 1 Korintus 7:3.
[Catatan Kaki]
a Istilah Alkitab ”percabulan” tidak saja mencakup berhubungan badan tetapi juga tindakan lain antara orang-orang yang tidak menikah, misalnya meraba-raba alat kelamin orang lain atau melakukan seks oral atau anal. Untuk informasi lebih lanjut, lihat buku Pertanyaan Kaum Muda—Jawaban yang Praktis, Jilid 2, halaman 42-47.
PIKIRKANLAH
● Meskipun seks pranikah bisa jadi memikat bagi daging yang tidak sempurna, mengapa untukmu hal itu salah?
● Apa yang akan kamu lakukan jika ada yang mengajakmu berhubungan seks?
[Kotak/Gambar di hlm. 27]
APA KATA TEMAN-TEMANMU
”Cuma bilang enggak, tidak akan membuat dia berhenti mencoba lagi. Yang penting caranya menolak. Kalau kita dengan lemah bilang enggak dan kedengaran ragu, itu akan kelihatan. Kita perlu tegas!”
”Cuma bilang enggak tidak selalu ampuh. Menjelaskan kepercayaan kita pun belum tentu ampuh. Aku kenal beberapa orang yang membual bahwa mereka bisa ’menaklukkan’ seorang Kristen. Kadang, yang perlu dilakukan cuma pergi dari situ. Itu sulit, tapi ampuh.”
”Sebagai orang Kristen, kita punya sifat-sifat yang membuat orang lain tertarik kepada kita. Maka, kita harus waspada dan menolak sewaktu diajak melakukan apa yang amoral. Hargai sifat-sifat tersebut. Jangan dijual!”
[Gambar]
Diana
James
Joshua
[Kotak di hlm. 28]
JADILAH PAHLAWAN!
Kalau kamu sedang berkencan, apakah kamu benar-benar menyayangi gadismu? Maka, tunjukkan kepadanya bahwa kamu punya . . .
● kekuatan untuk menjunjung tinggi hukum Allah
● hikmat untuk menghindari situasi yang menggoda
● kasih untuk memerhatikan kepentingannya
Maka, pacarmu mungkin akan seperasaan dengan gadis Syulamit, yang berkata, ”Kekasihku milikku dan aku miliknya.” (Kidung Agung 2:16) Singkatnya, kamu akan menjadi pahlawannya!
Lihat Amsal 22:3; 1 Korintus 6:18; 13:4-8.
[Gambar di hlm. 28]
SARAN
Sehubungan dengan perilaku terhadap lawan jenis, inilah patokan yang baik untuk diikuti: Kalau itu sesuatu yang kamu tidak ingin orang tuamu melihat kamu melakukannya, jangan lakukan.
[Gambar di hlm. 28]
Melakukan hubungan seks pranikah melecehkan karunia Allah. Itu seperti hadiah lukisan yang indah yang dijadikan keset