Kamis, 7 Desember
Aku segera menjalankan perintah-Mu dan tidak menunda-nunda.—Mz. 119:60.
Kalau kita tidak bisa meniru teladan Yesus dengan sempurna, kita tidak perlu kecil hati. (Yak. 3:2) Seseorang yang belajar memahat tidak bisa membuat hasil karya yang sama persis dengan yang dibuat oleh gurunya, yang sudah sangat ahli memahat. Tapi, kalau dia terus belajar dari kesalahannya dan berupaya untuk mengikuti contoh gurunya dengan sebaik-baiknya, hasil pahatannya akan semakin bagus. Sama seperti itu, kalau kita menerapkan apa yang kita pelajari dari Alkitab dan terus berusaha memperbaiki diri, kepribadian kita akan semakin mirip dengan Yesus. (Mz. 119:59) Kebanyakan orang di dunia ini egois dan mementingkan diri. Tapi, umat Yehuwa sangat berbeda. Kita tersentuh melihat sikap Yesus yang rela berkorban, dan kita pun bertekad untuk meniru dia. (1 Ptr. 2:21) Kalau kita berupaya sebisa-bisanya untuk meniru Yesus, kita akan merasa puas karena kita bisa menyenangkan Yehuwa. w22.02 9:16, 18
Jumat, 8 Desember
Beberapa hal di dalamnya sulit dimengerti.—2 Ptr. 3:16.
Sampai sekarang, Yehuwa memberikan petunjuk kepada umat-Nya, misalnya melalui Firman-Nya, Alkitab. Kalau kita meluangkan waktu untuk memikirkan baik-baik apa yang Yehuwa ajarkan, kita bisa benar-benar mengikuti petunjuk-Nya dan melakukan pelayanan kita sepenuhnya. (1 Tim. 4:15, 16) Yehuwa juga memberikan petunjuk melalui ”budak yang setia dan bijaksana”. (Mat. 24:45) Kadang, kita tidak mengerti sepenuhnya petunjuk yang mereka berikan. Misalnya, kita mungkin mendapat petunjuk tentang caranya menghadapi suatu bencana alam. Tapi, mungkin kita berpikir bahwa bencana itu tidak akan terjadi di daerah kita. Apa yang perlu kita lakukan kalau kita merasa bahwa petunjuk mereka kurang masuk akal? Coba pikirkan tentang kisah-kisah Alkitab yang pernah kita baca. Kadang, umat Allah menerima petunjuk yang tidak masuk akal bagi mereka, tapi petunjuk itu ternyata menyelamatkan kehidupan mereka.—Hak. 7:7; 8:10. w22.03 12:15-16
Sabtu, 9 Desember
Bapak, ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawaku.—Luk. 23:46.
Dengan yakin, Yesus mengucapkan kata-kata dalam ayat hari ini. Yesus tahu bahwa masa depannya ada di tangan Yehuwa, dan dia yakin bahwa Bapaknya akan mengingat dia. Apa yang bisa kita pelajari dari kata-kata Yesus? Teruslah setia kepada Yehuwa meski nyawa Saudara terancam. Untuk itu, Saudara harus ’percaya kepada Yehuwa dengan sepenuh hati’. (Ams. 3:5) Perhatikan pengalaman Joshua, seorang Saksi berumur 15 tahun yang menderita penyakit yang mematikan. Dia tidak mau menerima perawatan medis yang tidak sesuai dengan hukum Allah. Tidak lama sebelum dia meninggal, dia mengatakan kepada ibunya, ”Ma, aku sudah aman di tangan Yehuwa. . . . Aku yakin Yehuwa pasti akan membangkitkan aku. Dia tahu isi hatiku, dan aku benar-benar menyayangi Dia.” Ya, kita semua perlu memikirkan pertanyaan ini: ’Kalau saya menghadapi ujian iman yang membuat nyawa saya terancam, apakah saya akan tetap setia kepada Yehuwa dan yakin bahwa Dia akan mengingat saya?’ w21.04 15:15-16