September
Selasa, 1 September
Kalian memang tidak pernah melihat dia, tapi kalian mengasihinya.—1 Ptr. 1:8.
Yesus menunjukkan sikap seperasaan kepada Marta dan Maria. Ketika melihat mereka berkabung karena kematian Lazarus, saudara mereka, ”Yesus meneteskan air mata”. (Yoh. 11:32-35) Dia menangis bukan hanya karena dia merasa kehilangan sahabatnya itu. Lagi pula, dia sebenarnya tahu bahwa sebentar lagi dia akan membangkitkan Lazarus. Yesus menangis karena dia ikut merasakan kepedihan yang dirasakan sahabat-sahabatnya itu. Sewaktu kita belajar bahwa Yesus memahami perasaan orang lain, kita mendapat banyak manfaat. Kita jadi mengasihi Yesus karena tahu bahwa dia memperlakukan orang-orang dengan berbelaskasihan. Kita dikuatkan karena tahu bahwa dia sekarang memerintah sebagai Raja dari Kerajaan Allah. Sebentar lagi, dia akan melenyapkan semua penderitaan. Karena Yesus pernah hidup di bumi sebagai manusia, dialah pribadi yang paling tepat untuk membebaskan manusia dari kepedihan dan penderitaan akibat kekuasaan Setan. Ya, kita sangat bersyukur karena Raja kita ”mengerti kelemahan kita”.—Ibr. 2:17, 18; 4:15, 16. w19.03 17 ¶12-13
Rabu, 2 September
Tidak seorang pun bisa datang kepada saya kecuali dia ditarik oleh Bapak yang mengutus saya.—Yoh. 6:44.
Dalam pelayanan, kita bisa ikut berperan untuk membantu orang lain belajar tentang Allah. Tapi, kita perlu ingat bahwa peranan Yehuwa-lah yang paling penting. (1 Kor. 3:6, 7) Dialah yang menarik orang-orang kepada-Nya. Pada akhirnya, yang menentukan apakah seseorang akan menerima atau menolak kabar baik adalah keadaan hatinya. (Mat. 13:4-8) Ingatlah bahwa kebanyakan orang menolak kabar baik yang Yesus sampaikan, padahal dia adalah Guru yang terbaik! Jadi sebenarnya, kita tidak perlu kecil hati kalau banyak orang tidak mau mendengarkan kita meski kita sudah berusaha membantu mereka. Kalau kita menunjukkan sikap seperasaan dalam pelayanan, kita akan mendapat manfaat. Kita akan lebih menikmati pelayanan kita. Kita akan merasa lebih bahagia karena memberi. Selain itu, orang-orang ”yang memiliki sikap yang benar untuk mendapat kehidupan abadi” akan lebih mudah menerima kabar baik. (Kis. 13:48) Jadi ”selama masih ada kesempatan, mari kita berbuat baik kepada semua orang”. (Gal. 6:10) Dengan begitu, kita akan bersukacita karena bisa memuliakan Bapak kita di surga.—Mat. 5:16. w19.03 25 ¶18-19
Kamis, 3 September
Aku akan memuji-Mu di tengah- tengah jemaat.—Mz. 22:22.
Raja Daud menulis, ”Yehuwa itu hebat dan pantas sekali dipuji.” (Mz. 145:3) Dia mengasihi Yehuwa, dan itu menggerakkan dia untuk memuji Allah ”di tengah-tengah jemaat”. (1 Taw. 29:10-13; Mz. 40:5) Sekarang, salah satu cara kita memuji Yehuwa adalah dengan memberikan komentar di perhimpunan. Kita semua senang mendengar berbagai komentar di perhimpunan. Kita senang mendengar komentar sederhana dan tulus dari seorang anak kecil. Kita tersentuh saat mendengar seseorang berkomentar dengan bersemangat tentang kebenaran yang baru dia pelajari. Dan, kita menghargai mereka yang mengumpulkan keberanian untuk berkomentar, meski mereka pemalu atau baru mulai mempelajari bahasa kita. (1 Tes. 2:2) Bagaimana kita menunjukkan bahwa kita menghargai upaya mereka? Setelah berhimpun, kita bisa berterima kasih kepada mereka karena mereka memberikan komentar yang membina. Selain itu, kita sendiri juga berkomentar di perhimpunan. Dengan begitu, kita tidak hanya dikuatkan, tapi juga menguatkan orang lain.—Rm. 1:11, 12. w19.01 8 ¶1-2; 9 ¶6
Jumat, 4 September
Teruslah bersyukur.—Kol. 3:15.
Ada sepuluh pria yang terkena kusta. Keadaan mereka sangat buruk, dan mereka tidak punya harapan untuk sembuh. Tapi suatu hari, dari jauh mereka melihat Yesus, Guru yang Agung. Mereka pernah mendengar bahwa Yesus bisa menyembuhkan segala macam penyakit. Jadi mereka berseru, ”Yesus, Guru, kasihanilah kami!” Yesus pun menyembuhkan kesepuluh pria itu. Mereka pasti sangat berterima kasih atas kebaikan hati Yesus. Tapi, salah satu dari mereka tidak hanya merasa berterima kasih. Dia menunjukkan penghargaannya kepada Yesus. Pria itu, yang berasal dari Samaria, tergerak untuk ”berseru memuliakan Allah”. (Luk. 17:12-19) Seperti pria Samaria itu, kita mau menunjukkan rasa terima kasih kepada orang yang berbaik hati kepada kita. Yehuwa memberi kita teladan dalam menunjukkan penghargaan. Salah satu cara Dia melakukannya adalah dengan memberkati mereka yang menyenangkan Dia. (2 Sam. 22:21; Mz. 13:6; Mat. 10:40, 41) Dan, Alkitab menganjurkan kita, ”Tirulah Allah sebagai anak-anak yang dikasihi.” (Ef. 5:1) Jadi, alasan utama kita mau menunjukkan penghargaan adalah karena kita mau meniru Yehuwa. w19.02 14 ¶1-2; 15 ¶4
Sabtu, 5 September
Aku tidak akan melepaskan integritasku!—Ayb. 27:5.
Seorang gadis muda di sekolah dengan sopan menolak mengikuti sebuah perayaan yang tidak menyenangkan Allah. Seorang pria muda yang pemalu mengabar dari rumah ke rumah, mengetuk pintu rumah seorang murid di sekolahnya yang pernah mengejek Saksi Yehuwa. Seorang kepala keluarga yang bekerja keras menafkahi keluarganya diminta atasannya untuk melakukan sesuatu yang tidak jujur atau melanggar hukum. Meski dia bisa kehilangan pekerjaannya, dia menjelaskan bahwa dia harus jujur dan taat hukum karena itulah yang Allah minta dari umat-Nya. (Rm. 13:1-4; Ibr. 13:18) Sifat apa yang Saudara lihat dari tiga orang itu? Saudara mungkin melihat sifat-sifat seperti keberanian dan kejujuran. Tapi, mereka semua punya satu sifat yang khususnya penting, yaitu integritas. Mereka semua setia kepada Yehuwa. Mereka semua tidak mau melanggar standar Allah. Mereka bertindak seperti itu karena punya integritas. Yehuwa pasti bangga dengan mereka karena telah menunjukkan sifat itu. Kita juga mau membuat Bapak kita di surga merasa bangga. w19.02 2 ¶1-2
Minggu, 6 September
Hukum Taurat hanyalah bayangan hal-hal baik yang akan datang.—Ibr. 10:1.
Hukum Musa khususnya melindungi mereka yang tidak bisa melindungi diri sendiri, seperti anak yatim, janda, dan penduduk asing. Para hakim di Israel diberi tahu, ”Jangan bengkokkan keadilan sewaktu menangani kasus penduduk asing atau anak yatim, dan jangan rampas baju seorang janda sebagai jaminan pinjaman.” (Ul. 24:17) Yehuwa mengasihi dan memedulikan setiap orang yang paling tidak berdaya di masyarakat. Dan, Dia menghukum semua yang memperlakukan mereka dengan buruk. (Kel. 22:22-24) Yehuwa ingin agar para penatua mengasihi dan memperhatikan semua orang yang mereka awasi. Dia membenci kejahatan seksual. Dan, Dia memastikan semua orang mendapat perlindungan dan keadilan, khususnya mereka yang paling tidak berdaya. (Im. 18:6-30) Kalau kita yakin bahwa Yehuwa memperlakukan kita dengan adil, kita akan semakin mengasihi Dia. Dan, kalau kita mengasihi Allah dan standar-Nya yang adil dan benar, kita akan tergerak untuk mengasihi sesama kita dan memperlakukan mereka dengan adil. w19.02 24-25 ¶22-26
Senin, 7 September
[Tolaklah] apa yang buruk di mata Allah, [tolaklah] keinginan duniawi.—Tit. 2:12.
Pikirkan satu contoh bagaimana kita bisa melindungi diri agar tidak dipengaruhi cara berpikir Setan. Yehuwa mengajar kita, ”Jangan sampai kalian membicarakan perbuatan cabul dan segala kenajisan.” (Ef. 5:3) Tapi, apa yang akan kita lakukan kalau teman di tempat kerja atau di sekolah mulai membicarakan hal cabul? Seperti penjaga, hati nurani kita mungkin memberikan peringatan. (Rm. 2:15) Tapi, apakah kita akan mendengarkannya? Kita mungkin tergoda untuk mendengarkan teman-teman kita atau melihat gambar yang mereka bagikan. Tapi, inilah saatnya untuk seolah-olah menutup pintu gerbang kota, dengan mengganti topik pembicaraan atau pergi dari situ. Kalau teman kita menekan kita untuk memikirkan atau melakukan hal yang salah, kita butuh keberanian untuk menolaknya. Kita bisa yakin bahwa Yehuwa melihat upaya kita, dan Dia akan memberi kita kekuatan dan hikmat yang kita butuhkan untuk menolak cara berpikir Setan.—2 Taw. 16:9; Yes. 40:29; Yak. 1:5. w19.01 17-18 ¶12-13
Selasa, 8 September
Saat memikirkan semua yang sudah dilakukan tanganku sendiri . . . , aku melihat bahwa semuanya sia-sia . . . Tidak ada yang benar-benar berarti.—Pkh. 2:11.
Salomo adalah salah satu orang paling kaya dan paling berkuasa yang pernah hidup. Dia pernah ”mencoba bersenang-senang dan melihat apa hasilnya”. (Pkh. 2:1-10) Jadi, Salomo membangun rumah-rumah yang megah, membuat kebun dan taman yang sangat indah, dan melakukan semua hal yang dia inginkan. Apakah itu membuatnya puas dan bahagia? Salomo sendiri memberi tahu kita dalam ayat hari ini. Apakah kamu mau belajar dari pengalaman Salomo? Bagi banyak orang, pengalaman adalah guru yang terbaik. Mereka baru belajar setelah melakukan kesalahan dan merasakan akibat yang buruk. Tapi, Yehuwa tidak mau kamu begitu. Memang untuk menaati Yehuwa dan menomorsatukan Dia, kamu harus beriman. Tapi, kamu tidak akan pernah menyesali keputusanmu. Dan Yehuwa tidak akan pernah melupakan ”kasih yang kalian tunjukkan untuk nama-Nya”. (Ibr. 6:10) Jadi, berjuanglah untuk memperkuat imanmu. Hasilnya, kamu bisa membuat keputusan-keputusan yang baik dan sadar bahwa Bapakmu yang di surga menginginkan yang terbaik untukmu.—Mz. 32:8. w18.12 22 ¶14-15
Rabu, 9 September
Kristus mati untuk kita sementara kita masih berbuat dosa. Dengan cara itulah Allah menunjukkan bahwa Dia mengasihi kita.—Rm. 5:8.
Orang yang berpikiran rohani itu beriman kepada Allah dan berusaha melihat semuanya dari sudut pandang Allah. Dia mencari bimbingan Yehuwa dan bertekad untuk menaati Dia. (1 Kor. 2:12, 13) Salah satu contoh orang yang rohani adalah Daud. Dia bernyanyi, ”Melayani Yehuwa adalah bagianku.” (Mz. 16:5) Daud bersyukur karena bisa melayani Yehuwa dan bersahabat dengan-Nya. Daud juga berlindung kepada-Nya. (Mz. 16:1) Apa manfaatnya? Dia menulis, ”Diriku sangat bahagia.” Bagi Daud, persahabatannya dengan Yehuwa adalah hal yang paling membuat dia bahagia! (Mz. 16:9, 11) Orang yang mengejar uang atau kesenangan tidak akan benar-benar bahagia seperti Daud. (1 Tim. 6:9, 10) Kalau kamu memperkuat iman kepada Yehuwa dan melayani-Nya, hidupmu akan benar-benar bermakna dan memuaskan. Jadi, bagaimana kamu bisa memperkuat iman? Kamu perlu meluangkan waktu bersama Yehuwa dengan membaca Firman-Nya, mengamati ciptaan-Nya yang indah, dan memikirkan sifat-sifat-Nya, termasuk kasih-Nya kepadamu.—Rm. 1:20. w18.12 25 ¶7-8
Kamis, 10 September
Perkawinan harus dihormati semua orang.—Ibr. 13:4.
Paulus tidak sekadar berkomentar tentang perkawinan. Dia sedang memberi tahu orang Kristen bahwa mereka harus menghormati perkawinan, atau menganggapnya sangat berharga. Apakah seperti itu pandangan Saudara tentang perkawinan, khususnya perkawinan Saudara sendiri jika Saudara sudah menikah? Jika Saudara menganggap perkawinan sangat berharga, Saudara meniru contoh yang sangat bagus dari Yesus. Dia sangat menghormati perkawinan. Saat orang Farisi bertanya tentang perceraian, Yesus mengutip apa yang Allah katakan tentang perkawinan manusia pertama: ”Seorang pria akan meninggalkan ayah dan ibunya, dan keduanya akan menjadi satu.” Yesus menambahkan, ”Apa yang telah disatukan Allah tidak boleh dipisahkan manusia.” (Mrk. 10:2-12; Kej. 2:24) Yesus mengakui bahwa Yehuwa-lah yang membuat perkawinan dan bahwa perkawinan bukan hanya untuk sementara. Ketika Allah menikahkan pasangan pertama, Adam dan Hawa, Dia tidak pernah mengatakan bahwa mereka bisa bercerai. Sebaliknya, Allah ingin agar ”keduanya” terikat perkawinan untuk selamanya. w18.12 10-11 ¶2-4
Jumat, 11 September
Berubahlah dengan mengubah cara berpikir kalian.—Rm. 12:2.
Saat pertama kali belajar kebenaran, kita belajar pentingnya untuk menaati perintah-perintah dasar yang Yehuwa berikan. Tapi, sewaktu kita bertumbuh secara rohani, kita belajar lebih banyak tentang cara berpikir Yehuwa. Kita mengerti apa yang Dia sukai, apa yang tidak Dia sukai, dan sudut pandang-Nya tentang berbagai hal. Kalau kita berusaha memiliki sudut pandang Yehuwa saat membuat keputusan atau melakukan sesuatu, itu berarti kita memiliki cara berpikir Yehuwa. Kita senang belajar untuk mengikuti cara berpikir Yehuwa. Tapi karena tidak sempurna, kita kadang sulit mengikuti sudut pandang Yehuwa. Misalnya, kita tahu sudut pandang Yehuwa tentang kebersihan moral, harta, pekerjaan pengabaran, penyalahgunaan darah, dan lain-lain. Tapi, kita mungkin sulit mengerti mengapa Yehuwa memiliki sudut pandang seperti itu. Jadi, bagaimana cara berpikir kita bisa semakin mirip dengan cara berpikir Yehuwa? Agar dapat mengubah cara berpikir kita, kita harus mempelajari Firman Allah, mengerti cara berpikir Allah, merenungkannya, dan berupaya keras untuk memiliki cara berpikir Allah. w18.11 23-24 ¶2-4
Sabtu, 12 September
Sampai kapan aku harus meminta tolong? Kapan Engkau akan menyelamatkan kami dari kekerasan?—Hab. 1:2.
Habakuk hidup di masa yang sangat sulit. Orang-orang di sekitarnya jahat dan kejam, dan ini membuatnya sangat sedih. Di mana-mana, orang Israel memperlakukan satu sama lain dengan kejam dan tidak adil. Habakuk bertanya-tanya, ’Kapan kejahatan mereka akan berakhir? Mengapa Yehuwa tidak cepat bertindak?’ Dia tidak tahu harus berbuat apa. Jadi, dia memohon agar Yehuwa melakukan sesuatu. Habakuk mungkin mulai berpikir bahwa Yehuwa tidak peduli lagi terhadap umat-Nya. Atau, dia mungkin berpikir bahwa Allah tidak akan bertindak. Pernahkah Saudara merasa seperti itu? Apakah Habakuk bertanya seperti itu karena dia tidak percaya lagi kepada Yehuwa dan semua janji-Nya? Tidak! Habakuk meminta bantuan Yehuwa untuk menghadapi keraguan dan masalahnya. Itu berarti dia tidak putus asa dan masih percaya kepada Yehuwa. Tapi saat itu, Habakuk pasti khawatir dan bingung. Dia tidak mengerti mengapa Yehuwa belum bertindak dan membiarkan dia sangat menderita. w18.11 14 ¶4-5
Minggu, 13 September
Jangan lagi menimbun harta di bumi.—Mat. 6:19.
Rasul Petrus dan Andreas tadinya adalah nelayan. Saat Yesus mengundang mereka untuk menjadi muridnya, mereka meninggalkan bisnis mereka. (Mat. 4:18-20) Ini bukan berarti kita harus meninggalkan pekerjaan kita. Kita harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga. (1 Tim. 5:8) Tapi saat belajar kebenaran, kita sadar bahwa uang dan harta bukanlah yang paling penting dalam kehidupan. Perhatikan pengalaman Maria. Dari kecil, dia suka bermain golf. Maria ingin menjadi pemain golf profesional dan punya banyak uang. Lalu suatu hari, Maria mulai belajar Alkitab. Dia senang dengan kebenaran yang dia pelajari dan mulai menjalankannya dalam kehidupan. Maria tahu bahwa dia tidak bisa berfokus melayani Yehuwa sambil terus mengejar karier. (Mat. 6:24) Jadi, dia mengorbankan mimpinya untuk menjadi pemain golf profesional. Sekarang, Maria melayani sebagai perintis. Dia berkata, ”Ini adalah kehidupan yang paling bermakna dan bahagia.” w18.11 5 ¶9-10
Senin, 14 September
Bukankah dia tukang kayu itu, anak dari Maria.—Mrk. 6:3.
Sewaktu berusia 30 tahun, Yesus tidak menjadi tukang kayu lagi. Dia tahu bahwa memberitakan Kerajaan Allah adalah pekerjaan yang paling penting. Dia berkata bahwa itu salah satu tujuan dia diutus oleh Allah ke bumi. (Mat. 20:28; Luk. 3:23; 4:43) Karena itu, Yesus berfokus untuk memberitakan kabar baik. Dia mau kita melakukan hal yang sama. (Mat. 9:35-38) Kebanyakan dari kita bukan tukang kayu, tapi kita semua mengajar orang lain tentang kabar baik. Pekerjaan ini sangat penting. Dengan melakukan itu, kita menjadi ”rekan sekerja Allah”. (1 Kor. 3:9; 2 Kor. 6:4) Kita setuju dengan kata-kata pemazmur ini: ”Dasar firman-Mu adalah kebenaran.” (Mz. 119:159, 160) Karena firman Yehuwa adalah kebenaran, kita ingin ”menggunakan firman kebenaran dengan tepat” dalam pelayanan. (2 Tim. 2:15) Maka, kita ingin lebih terampil dalam menggunakan Alkitab, yaitu alat utama kita untuk mengajar tentang Yehuwa, Yesus, dan Kerajaan Allah. w18.10 11 ¶1-2
Selasa, 15 September
[Bantulah] orang yang lemah dan . . . [ingatlah] kata-kata Tuan Yesus.—Kis. 20:35.
Kalau seorang suami meniru teladan kepalanya, Yesus Kristus, istrinya akan lebih mudah untuk ”benar-benar menghormati” dia. (Ef. 5:22-25, 33) Kalau istri menghormati suaminya, dia akan berupaya memahami perasaan suaminya. Orang tua menjadi teladan bagi anak mereka kalau mereka saling bertimbang rasa. Mereka juga perlu mengajar anak mereka untuk memikirkan orang lain dan berbaik hati. Misalnya, orang tua bisa mengajar anak mereka untuk tidak berlari-lari di perhimpunan. Atau saat ramah tamah, mereka bisa mengajari anak mereka untuk mendahulukan orang yang lebih tua sewaktu mengambil makanan. Kita pun perlu memuji seorang anak kalau dia melakukan hal baik, seperti membukakan pintu untuk kita. Anak itu akan merasa senang, dan dia akan belajar bahwa ”lebih bahagia memberi daripada menerima”. w18.09 29 ¶5-6
Rabu, 16 September
Pemimpin kalian satu, yaitu Kristus.—Mat. 23:10.
Sekarang, Yesus Kristus sudah menjadi Raja. Petunjuk yang dia berikan sangat bermanfaat bagi kita, sekarang maupun di masa depan. Coba pikirkan manfaat yang kita rasakan karena mau menyesuaikan diri dengan perubahan. Di ibadah keluarga Saudara, Saudara bisa membahas tentang perubahan dalam perhimpunan atau pengabaran. Kalau kita ingat bahwa mengikuti arahan dari organisasi Yehuwa itu bermanfaat, kita akan lebih mudah mengikuti arahan. Kita juga akan lebih bahagia. Misalnya, karena sekarang kita tidak mencetak publikasi sebanyak dulu, kita bisa menghemat uang. Dan, karena kita menggunakan teknologi baru, kabar baik bisa disampaikan kepada lebih banyak orang. Bisakah kita lebih memanfaatkan publikasi elektronik, juga audio dan video? Ini adalah satu cara untuk mendukung Kristus. Dia ingin kita menggunakan sumber daya organisasi dengan bijaksana. Ada manfaat lain kalau kita mengikuti arahan Kristus. Kita membantu saudara-saudari kita lebih beriman dan bersatu. w18.10 25-26 ¶17-19
Kamis, 17 September
Kasih sayang kami terhadap kalian membuat kami bertekad menyampaikan kabar baik Allah kepada kalian, dan bahkan mengorbankan hidup kami bagi kalian.—1 Tes. 2:8.
Kalau kita beriba hati seperti Yehuwa, kita mungkin menjadi jawaban atas doa seseorang yang kecil hati! (2 Kor. 1:3-6) Tapi, jangan harapkan kesempurnaan dari saudara-saudari. Bersikaplah masuk akal. Kalau Saudara mengharapkan kesempurnaan dari mereka, Saudara akan kecewa. (Pkh. 7:21, 22) Ingatlah bahwa Yehuwa bersikap masuk akal kepada kita. Jadi, kita perlu bersabar terhadap satu sama lain. (Ef. 4:2, 32) Kita tidak mau membuat saudara-saudari merasa bahwa mereka belum memberikan yang terbaik. Kita juga tidak mau membandingkan mereka dengan orang lain. Sebaliknya, kita menguatkan mereka dan memuji hal-hal baik yang mereka lakukan. Dengan begitu, mereka bisa terus melayani Yehuwa dengan bahagia.—Gal. 6:4. w18.09 16 ¶16-17
Jumat, 18 September
Makananku adalah melakukan kehendak Dia yang mengutus aku dan menyelesaikan pekerjaan dari-Nya.—Yoh. 4:34.
Bagi Yesus, melakukan kehendak Allah itu seperti makanan. Makanan yang bergizi bisa membuat kita sehat dan kuat. Sama seperti itu, melakukan kehendak Allah membuat kita sehat secara rohani dan memperkuat iman kita. Kalau kita melakukan apa yang Yehuwa minta, itu berarti kita bijaksana. (Mz. 107:43) Orang yang bijaksana akan mendapat banyak manfaat. ”Semua yang kamu inginkan tak bisa menandinginya. . . . [Kebijaksanaan] bagaikan pohon kehidupan bagi orang yang memegangnya, dan orang yang memegangnya erat-erat akan disebut bahagia.” (Ams. 3:13-18) Yesus mengatakan, ”Sekarang kalian tahu tentang hal-hal ini, tapi kalian akan bahagia kalau melakukannya.” (Yoh. 13:17) Selama murid-murid Yesus melakukan apa yang Yesus perintahkan, mereka akan bahagia. Mereka perlu terus mengikuti ajaran dan teladan Yesus. w18.09 4 ¶4-5
Sabtu, 19 September
Allah menciptakan manusia yang mirip dengan-Nya.—Kej. 1:27.
Meski awalnya Adam dan Hawa hanya hidup berdua di Taman Eden, seharusnya mereka memikirkan orang lain. Mengapa? Yehuwa memberi mereka tugas untuk memenuhi bumi dan menjadikannya Firdaus. (Kej. 1:28) Adam dan Hawa seharusnya ingin anak-anak mereka bahagia, sama seperti Yehuwa ingin mereka semua bahagia. Seluruh keluarga mereka akan bekerja sama dan membuat bumi menjadi firdaus. Itu adalah proyek yang besar! Seandainya Adam dan Hawa tetap taat, bumi pasti akan dipenuhi manusia sempurna. Semua manusia itu juga perlu bekerja sama dengan Yehuwa supaya bisa membuat bumi menjadi firdaus dan mewujudkan kehendak-Nya. Kalau mereka melakukannya, mereka akan masuk ke hari peristirahatan Allah. (Ibr. 4:11) Pekerjaan itu pasti memuaskan dan menyenangkan! Yehuwa pasti akan memberkati mereka dengan limpah kalau mereka peduli kepada orang lain dan tidak egois. w18.08 18 ¶2; 19-20 ¶8-9
Minggu, 20 September
Dia memfitnah hambamu di depan Tuan.—2 Sam. 19:27.
Bagaimana kalau ada yang menuduh Saudara? Yesus dan Yohanes Pembaptis pernah mengalami hal ini. (Mat. 11:18, 19) Apa yang Yesus lakukan? Dia tidak menghabiskan waktu dan tenaga untuk membela diri. Tapi, dia menganjurkan orang untuk melihat sendiri faktanya. Dia ingin agar orang memperhatikan hal-hal yang dia lakukan dan ajarkan. Yesus berkata, ”Hikmat seseorang nyata dari perbuatannya.” (Mat. 11:19) Kita bisa belajar dari Yesus. Kadang orang mengatakan hal yang buruk atau tidak benar tentang kita, dan kita mungkin khawatir hal itu bisa merusak nama baik kita. Tapi, tingkah laku kita bisa menunjukkan seperti apa kita sebenarnya. Seperti contoh Yesus, tingkah laku kita yang baik akan membuktikan bahwa tuduhan itu tidak benar. w18.08 6 ¶11-13
Senin, 21 September
Yehuwa Allah kalianlah yang harus kalian hormati. Dialah yang harus kalian layani. Kalian harus tetap setia kepada-Nya.—Ul. 10:20.
Kain, Salomo, dan bangsa Israel sama-sama punya kesempatan untuk bertobat dan berubah. (Kis. 3:19) Jelaslah, meski orang berbuat salah, Yehuwa tetap mau membantu mereka. Pikirkan bagaimana Dia mengampuni Harun. Sekarang, Yehuwa sering memperingatkan kita supaya kita tidak melakukan hal yang salah. Dia menggunakan Alkitab, publikasi, dan bahkan rekan seiman. Kalau kita memperhatikan peringatan-peringatan Yehuwa, Dia pasti akan berbelaskasihan kepada kita. Yehuwa sudah menunjukkan kebaikan hati yang luar biasa kepada kita. (2 Kor. 6:1) Berkat kebaikan hati itu, kita punya kesempatan ”untuk menolak apa yang buruk di mata Allah” dan ”menolak keinginan duniawi”. (Tit. 2:11-14) Di zaman ini, kita akan selalu menghadapi situasi yang menguji kesetiaan kita kepada Yehuwa. Bertekadlah untuk selalu berpihak kepada Yehuwa. w18.07 21 ¶20-21
Selasa, 22 September
Yehuwa mengenal orang-orang milik-Nya.—2 Tim. 2:19.
Supaya kita tidak menginginkan apa yang ditawarkan dunia ini, kita perlu memperkuat keinginan kita untuk dikenal dan dihargai oleh Yehuwa. Caranya? Kita perlu memikirkan dua kebenaran penting. Pertama, Yehuwa selalu mengenal dan menghargai orang yang setia kepada-Nya. (Ibr. 6:10; 11:6) Yehuwa menganggap setiap hamba-Nya berharga. Kalau sampai Dia mengabaikan hamba-Nya, Dia merasa bahwa itu tidak ”adil”. Dia ”tahu jalan hidup orang benar” dan tahu cara menyelamatkan mereka. (Mz. 1:6; 2 Ptr. 2:9) Kedua, Yehuwa bisa menghargai dan mengupahi kita dengan cara yang tidak terduga. Yehuwa tidak akan mengupahi orang yang melakukan sesuatu hanya supaya dipuji orang lain. Mengapa? Karena Yesus mengatakan bahwa upahnya sudah dibayar penuh. (Mat. 6:1-5) Sebaliknya, kalau ada orang yang melakukan hal baik tapi tidak dilihat orang lain, Yehuwa pasti melihatnya. Dia memperhatikan apa yang mereka lakukan dan mengupahi, atau memberkati, mereka. w18.07 9 ¶8, 10
Rabu, 23 September
Apa yang sudah Allah jadikan halal tidak boleh lagi kamu sebut haram.—Kis. 10:15.
Petrus tidak mengerti apa maksud kata-kata itu. Lalu, orang-orang yang diutus Kornelius datang. Dan sesuai arahan kuasa kudus, Petrus pergi ke rumah Kornelius bersama mereka. Kalau Petrus menilai ”berdasarkan apa yang kelihatan dari luar”, dia tidak akan pergi ke rumah Kornelius. Orang Yahudi tidak pernah datang ke rumah orang yang bukan Yahudi. Meski Petrus dulu berprasangka terhadap mereka, penglihatan itu dan arahan kuasa kudus mengubah cara berpikirnya. Setelah mendengarkan Kornelius, dia berkata, ”Sekarang saya benar-benar mengerti bahwa Allah tidak berat sebelah. Semua orang dari bangsa mana pun yang takut kepada-Nya dan melakukan apa yang benar diterima oleh-Nya.” (Kis. 10:34, 35) Petrus senang akan pemahaman baru itu. w18.08 9 ¶3-4
Kamis, 24 September
Bencilah apa yang buruk.—Am. 5:15.
Kita pasti menghindari hal-hal yang Yehuwa benci. Tapi, bagaimana kalau tidak ada hukum yang spesifik tentang suatu hal? Dengan menggunakan hati nurani yang terlatih, kita bisa memastikan apa yang Allah inginkan. Karena Yehuwa mengasihi kita, Dia memberi kita prinsip-prinsip yang dapat membimbing hati nurani kita. Dia mengatakan, ”Aku, Yehuwa, adalah Allahmu, yang mengajarmu demi kebaikanmu, yang menuntunmu di jalan yang harus kamu tempuh.” (Yes. 48:17, 18) Kalau kita menggunakan hati dan pikiran untuk merenungkan prinsip-prinsip Alkitab, kita bisa memperbaiki dan menyesuaikan hati nurani kita. Dengan begitu, kita bisa membuat keputusan yang bijak. Prinsip adalah kebenaran dasar yang membantu kita dalam berpikir dan membuat keputusan. Kalau kita belajar prinsip Yehuwa, kita akan tahu cara Yehuwa berpikir dan alasan Dia memberikan hukum tertentu. w18.06 17 ¶5; 18 ¶8-10
Jumat, 25 September
Apa kita boleh membayar pajak kepala kepada Kaisar?—Mat. 22:17.
Para ”pengikut partai Herodes” sebenarnya ingin menjebak Yesus. Kalau Yesus berkata bahwa mereka tidak perlu membayarnya, dia bisa dituduh menyulut pemberontakan. Yesus tahu bahwa banyak pemungut pajak melakukan korupsi, tapi dia tidak berfokus pada hal itu. Dia berfokus pada Kerajaan Allah, yang akan menyelesaikan semua masalah manusia. Kita perlu meniru teladan Yesus. Kita tidak boleh berpihak saat ada masalah politik, bahkan jika salah satu pihak kelihatannya benar dan adil. Orang Kristen berfokus pada Kerajaan Allah dan apa yang benar menurut Allah. Maka, kita tidak ikut berpendapat soal apa yang adil dan tidak atau berbicara menentang yang tidak adil. (Mat. 6:33) Banyak Saksi Yehuwa telah berhasil membuang pandangan politik mereka. w18.06 5-6 ¶9-11
Sabtu, 26 September
Putra-putra Allah yang benar mulai memperhatikan bahwa anak perempuan manusia itu cantik-cantik.—Kej. 6:2.
Selain menggoda para malaikat yang tidak setia untuk berbuat cabul, Setan mungkin berjanji untuk membuat mereka berkuasa atas semua manusia. Tujuannya mungkin untuk mencegah lahirnya ’keturunan wanita itu’, yang dijanjikan Yehuwa. (Kej. 3:15) Tapi, Yehuwa tidak membiarkannya. Dia mendatangkan Air Bah, yang menggagalkan rencana Setan dan roh-roh jahat itu. Apa pelajarannya? Kita harus sangat berhati-hati terhadap godaan untuk berbuat amoral dan bersikap sombong. Para malaikat yang mengikuti Setan sudah hidup di surga bersama Allah untuk waktu yang lama sekali! Tapi, mereka membiarkan keinginan yang salah berkembang menjadi sangat kuat. Ingatlah, tidak soal berapa lama kita sudah melayani Yehuwa, keinginan yang salah bisa berkembang di hati kita. (1 Kor. 10:12) Maka, kita harus terus memeriksa diri dan membuang pikiran yang amoral dan kesombongan!—Gal. 5:26; Kol. 3:5. w18.05 25 ¶11-12
Minggu, 27 September
Hati saya sangat sedih dan selalu pedih.—Rm. 9:2.
Paulus kecewa karena orang Yahudi menolak berita Kerajaan, tapi dia tidak pernah berhenti mengabar kepada mereka. Dia menjelaskan, ”Keinginan hati dan permohonan saya kepada Allah adalah agar mereka diselamatkan. Saya bisa bersaksi bahwa mereka bersemangat melayani Allah, tapi tidak sesuai dengan pengetahuan yang tepat tentang Allah.” (Rm. 10:1, 2) Jadi mengapa Paulus terus mengabar kepada mereka? Paulus berkata bahwa itu adalah ’keinginan hatinya’. Dia sangat ingin agar orang-orang Yahudi diselamatkan. (Rm. 11:13, 14) Dia memohon kepada Yehuwa agar orang Yahudi mau menerima berita Kerajaan. Paulus berkata bahwa ”mereka bersemangat melayani Allah”. Dia melihat hal-hal baik dalam diri mereka dan merasa bahwa mereka bisa melayani Yehuwa sebagai murid Kristus yang bersemangat, sama seperti dia. w18.05 13 ¶4; 15 ¶13-14
Senin, 28 September
Katakan apa yang baik untuk menguatkan saat dibutuhkan, supaya bermanfaat bagi orang yang mendengarkan.—Ef. 4:29.
Kita masing-masing perlu tanggap akan kebutuhan orang lain. Paulus menulis kepada orang Kristen Ibrani, ”Kuatkan tangan kalian yang terkulai lemah dan lutut yang lemas, dan teruslah berjalan lurus dengan kaki kalian, supaya bagian yang lemah tidak menjadi semakin parah, tapi sebaliknya, disembuhkan.” (Ibr. 12:12, 13) Kita semua, bahkan yang masih kecil, bisa menguatkan orang lain dengan kata-kata kita. Paulus menulis, ”Karena kalian saling menguatkan sebagai pengikut Kristus, saling menghibur karena kasih, saling peduli, saling menyayangi, dan saling beriba hati, buatlah saya sangat bersukacita dengan menunjukkan bahwa kalian memiliki pikiran yang sama dan kasih yang sama, benar-benar bersatu dan sepikiran. Jangan suka bertengkar atau merasa diri penting. Sebaliknya, dengan rendah hati, anggaplah orang lain lebih tinggi daripada kalian, dan perhatikanlah kepentingan orang lain, bukan kepentingan diri sendiri saja.”—Flp. 2:1-4. w18.04 22 ¶10; 23 ¶12
Selasa, 29 September
Hiduplah sebagai orang merdeka, tapi gunakan kemerdekaan kalian . . . untuk melayani Allah sebagai budak.—1 Ptr. 2:16.
Melalui Yesus, Yehuwa telah membebaskan kita dari perbudakan dosa dan kematian. Dia melakukannya agar kita bisa menggunakan seluruh kehidupan kita untuk melayani Dia. Agar tidak menyalahgunakan kebebasan kita, kita harus menggunakan waktu dan tenaga kita untuk melayani Yehuwa sepenuhnya. Kita tidak akan mengejar cita-cita duniawi atau mengutamakan keinginan pribadi. (Gal. 5:16) Pikirkan teladan Nuh dan keluarganya. Mereka hidup di lingkungan yang kejam dan bejat, tapi mereka tidak mengikuti gaya hidup orang-orang di sekitar mereka. Sebaliknya, mereka sibuk melakukan tugas dari Yehuwa. Mereka membangun bahtera, mengumpulkan makanan untuk mereka sendiri dan binatang-binatang, serta memperingatkan orang lain tentang Air Bah. ”Nuh melakukan semua yang Allah perintahkan. Dia melakukannya persis seperti itu.” (Kej. 6:22) Hasilnya, Nuh dan keluarganya selamat.—Ibr. 11:7. w18.04 10 ¶8, 11; 11 ¶12
Rabu, 30 September
Aku akan memberimu kekuasaan atas semua ini dan kemuliaannya. Semua ini telah diserahkan kepadaku, dan aku bisa memberikannya kepada siapa pun yang aku mau.—Luk. 4:6.
Setan dan roh-roh jahat juga menggunakan agama palsu dan dunia bisnis untuk ”menyesatkan seluruh dunia”. (Why. 12:9) Melalui agama palsu, Setan menyebarkan dusta tentang Yehuwa dan bahkan berusaha menyembunyikan nama Allah. (Yer. 23:26, 27) Akibatnya, banyak orang yang tulus mengira bahwa mereka menyembah Allah, padahal mereka menyembah roh-roh jahat. (1 Kor. 10:20; 2 Kor. 11:13-15) Melalui dunia bisnis, Setan menyebarkan dusta bahwa uang dan harta benda bisa membuat kita bahagia. (Ams. 18:11) Orang yang memercayai dusta itu menggunakan hidup mereka untuk melayani ”Kekayaan”, bukan Allah. (Mat. 6:24) Bahkan, karena lebih mengasihi kekayaan, orang yang pernah mengasihi Allah pun akhirnya tidak mengasihi Allah lagi.—Mat. 13:22; 1 Yoh. 2:15, 16. w18.05 23 ¶6-7