ROTI
Makanan yang dipanggang, kadang-kadang beragi, berbahan dasar tepung gandum atau tepung sereal lain. Roti (Ibr., leʹkhem; Yn., arʹtos) adalah makanan pokok orang Yahudi dan bangsa-bangsa lain pada zaman dahulu (1Sam 10:4; Mat 14:17), karena seni membuat roti umum dikenal di kalangan orang Israel, Mesir, Yunani, Romawi, dan bangsa-bangsa lain. Bahkan pada zaman modern, di beberapa wilayah di Timur Tengah, roti merupakan makanan yang paling penting, sedangkan jenis makanan lain hanyalah makanan sekunder. Fakta bahwa roti berulang kali disebutkan dalam Alkitab adalah bukti bahwa roti merupakan makanan utama dalam menu harian pada zaman Alkitab. Misalnya, Melkhizedek ”membawa roti dan anggur” sebelum memberkati Abraham. (Kej 14:18) Ketika Abraham mengusir Hagar dan Ismael, ia ”mengambil roti serta kirbat air dan memberikannya kepada Hagar”. (Kej 21:14) Sewaktu di penjara, Yeremia diberi jatah harian berupa ”roti bundar”. (Yer 37:21) Pada dua kesempatan, Yesus Kristus secara mukjizat melipatgandakan roti untuk memberi makan sekumpulan besar orang. (Mat 14:14-21; 15:32-37) Yesus mengajar para pengikutnya untuk berdoa memohon ’roti untuk hari ini sesuai dengan kebutuhan hari ini’. (Luk 11:3) Selain itu, sang pemazmur dengan tepat mengidentifikasi Allah Yehuwa sebagai Pribadi yang menyediakan ”roti yang menguatkan hati manusia yang berkematian”. (Mz 104:15) Kadang-kadang Alkitab tampaknya menggunakan kata ”roti” untuk makanan secara umum, seperti di Kejadian 3:19 dan dalam contoh doa yang disebutkan di atas.—Mat 6:11; bdk. Pkh 10:19, Rbi8, ctk.
Untuk membuat roti, orang Ibrani umumnya menggunakan tepung gandum atau tepung barli. (Hak 7:13; 2 Raj 4:42; Yoh 6:9, 13; bdk. Kel 34:22 dengan Im 23:17) Karena gandum lebih mahal, sering kali orang-orang mungkin harus puas dengan roti barli. Ada tepung yang agak kasar, karena pembuatannya menggunakan lumpang dan alu. Tetapi ”tepung halus” juga digunakan. (Kej 18:6; Im 2:1; 1Raj 4:22) Manna yang disediakan Allah Yehuwa bagi orang Israel selama perjalanan mereka di padang belantara digiling dengan kilangan tangan atau ditumbuk dalam lumpang.—Bil 11:8.
Biasanya orang-orang menggiling biji-bijian dan memanggang roti baru setiap hari, dan sering kali roti itu tidak beragi (Ibr., mats·tsahʹ). Tepung hanya dicampur dengan air, dan setelah adonan diremas barulah ragi ditambahkan. Untuk membuat roti beragi, orang-orang pada umumnya mengambil sedikit adonan yang telah mereka sisihkan dari adonan roti sebelumnya dan menggunakan itu sebagai bahan pengkhamir, dengan menghancurkannya ke dalam air sebelum mencampurkan tepung ke dalamnya. Campuran itu kemudian diremas dan dibiarkan sampai khamir.—Gal 5:9; lihat RAGI.
Roti sering kali berbentuk bundar. (Hak 7:13; 1Sam 10:3; Yer 37:21) Sebenarnya, kata Ibrani kik·karʹ (roti bundar) secara harfiah berarti ”sesuatu yang bundar”. (1Sam 2:36) Tentu, roti juga dibuat dengan berbagai bentuk lain. Sebuah dokumen papirus Mesir menyebutkan lebih dari 30 macam bentuk roti.
Di negeri-negeri Alkitab zaman dahulu, ada roti atau kue yang relatif pipih berbentuk bundar, lonjong, segitiga, dan berbentuk baji atau ada juga roti yang tebal dan panjang. (Lihat KUE.) Akan tetapi, roti yang tebal, seperti yang ada di dunia Barat, tampaknya tidak umum di Timur Tengah kuno. Bahkan dewasa ini, roti orang Timur berbentuk pipih, biasanya setebal 1 hingga 2,5 cm dan berdiameter kira-kira 18 cm.
Karena relatif tipis, dan rapuh jika tidak beragi, roti tidak dipotong tetapi dipecah-pecahkan. Jadi, bukanlah hal yang istimewa ketika Yesus ’memecah-mecahkan’ roti yang digunakan pada waktu Perjamuan Malam Tuan ditetapkan (Mat 26:26), karena orang biasa makan roti dengan cara seperti itu.—Mat 14:19; 15:36; Mrk 6:41; 8:6; Luk 9:16; Kis 2:42, 46, Int.
Persembahan orang Israel kepada Yehuwa bisa berupa sesuatu yang dipanggang. (Im 2:4-13) Ragi tidak boleh digunakan dalam persembahan yang dibuat dengan api untuk Yehuwa, walaupun persembahan tertentu tidak dibakar di mezbah dan bisa saja mengandung ragi. (Im 7:13; 23:17) Roti beragi tidak boleh digunakan selama Paskah dan perayaan yang terkait, yaitu Perayaan Kue Tidak Beragi.—Kel 12:8, 15, 18; lihat ROTI PERTUNJUKAN.
Sebagai Kiasan. Kata ”roti” sering kali digunakan dalam Alkitab sebagai kiasan. Misalnya, Yosua dan Kaleb memberi tahu orang Israel yang berkumpul bahwa penduduk Kanaan ”adalah roti bagi kita”, yang jelas mengartikan bahwa mereka dapat ditaklukkan dengan mudah dan bahwa pengalaman itu akan menopang atau menguatkan orang Israel. (Bil 14:9) Dukacita besar yang mungkin ada hubungannya dengan ketidaksenangan ilahi tampaknya digambarkan di Mazmur 80:5, yang mengatakan tentang Gembala Israel, Yehuwa, ”Engkau membuat mereka makan roti air mata.” Ada juga catatan bahwa Yehuwa memberi umat-Nya ”roti penderitaan dan air penindasan”, yang tampaknya memaksudkan keadaan yang akan mereka alami pada masa pengepungan dan yang akan menjadi sesuatu yang biasa bagi mereka seperti halnya roti dan air.—Yes 30:20.
Sewaktu berbicara tentang orang-orang yang begitu fasik sehingga mereka ”tidak tidur jika mereka tidak melakukan kejahatan”, buku Amsal mengatakan, ”Mereka telah makan roti kefasikan.” (Ams 4:14-17) Ya, mereka tampaknya bertahan hidup dengan berbuat fasik. Tentang orang yang bisa jadi mendapatkan nafkahnya melalui tipu daya atau kecurangan, Amsal 20:17 menyatakan, ”Roti yang diperoleh dengan kepalsuan, menyenangkan bagi seseorang, tetapi kemudian mulutnya akan dipenuhi kerikil.” Tetapi mengenai istri yang baik dan rajin, dikatakan, ”Roti kemalasan tidak dimakannya.”—Ams 31:27.
Alkitab juga menggunakan ”roti” secara kiasan dalam arti positif. Yesaya 55:2 menunjukkan bahwa persediaan rohani Yehuwa jauh lebih penting daripada hal-hal materi, dengan menyatakan, ”Mengapa kamu sekalian terus mengeluarkan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan mengapa kamu berjerih lelah untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkan aku baik-baik, dan makanlah apa yang baik, dan biarlah jiwamu mendapatkan kesenangan besar dari apa yang berlemak.”
Sewaktu menetapkan perjamuan baru yang akan diadakan untuk memperingati kematiannya (pada tanggal 14 Nisan tahun 33 M), ”Yesus mengambil roti dan, setelah mengucapkan berkat, ia memecah-mecahkannya dan sambil memberikannya kepada murid-murid, ia mengatakan, ’Ambil, makanlah. Ini mengartikan tubuhku.’” (Mat 26:26) Roti itu berarti tubuh jasmani Yesus sendiri ”yang diberikan demi kepentingan kamu”.—Luk 22:19; 1Kor 11:23, 24.
Kira-kira setahun sebelumnya, Yesus Kristus mengontraskan ”roti yang turun dari surga” dengan manna yang dimakan orang Israel di padang belantara dan dengan jelas mengatakan, ”Akulah roti kehidupan.” Ia menunjukkan bahwa dialah ”roti hidup yang turun dari surga”, sambil menambahkan, ”Jika seseorang makan dari roti ini ia akan hidup selama-lamanya; dan, sesungguhnya, roti yang akan kuberikan adalah dagingku demi kehidupan dunia.” (Yoh 6:48-51) ”Makan” di sini tentu bersifat kiasan, yaitu memperlihatkan iman kepada nilai korban manusia Yesus yang sempurna. (Yoh 6:40) Yesus mempersembahkan nilai korban tebusannya kepada Bapaknya, Allah Yehuwa, pada waktu ia naik ke surga. Melalui nilai korbannya ini, Kristus dapat memberikan kehidupan kepada semua orang yang taat. Sebagaimana dinubuatkan di bawah ilham ilahi, Yesus lahir di Betlehem, yang artinya ”Rumah Roti” (Mi 5:2; Luk 2:11), dan melalui Yesus Kristus, ”roti” yang memberikan kehidupan disediakan bagi semua orang yang percaya.—Yoh 6:31-35.