LIDAH
Organ tubuh yang sangat berperan dalam mengecap dan berbicara. Hal yang umumnya disebut cita rasa adalah hasil dari reaksi kuncup-kuncup pengecap ditambah aroma yang dihirup oleh indra penciuman. Yang lebih penting, lidah juga sangat dibutuhkan untuk bertutur kata, karena artikulasi kata-kata memerlukan gerakan lidah yang aktif, gerakan yang memang dapat dilakukan oleh lidah dengan kecekatan dan kecepatan yang mengagumkan.—Lihat MULUT (Langit-Langit).
Saudara tiri Yesus, Yakobus, menggambarkan dengan hidup kuasa yang dimiliki lidah dan perlunya orang Kristen untuk sangat berhati-hati dalam menggunakan lidah dengan sepatutnya. Ia menandaskan bahwa kegagalan mengekang lidah dapat menyebabkan ibadat seseorang menjadi sia-sia. (Yak 1:26) Ia menyamakan lidah dengan api yang dapat memusnahkan hutan. Lidah yang tidak dikekang dapat dipengaruhi oleh kekuatan yang bersifat merusak dan dapat mengakibatkan begitu banyak ketidakadilbenaran atau begitu luas jangkauannya sehingga bisa mencemari seluruh kehidupan orang itu. Secara rohani, lidah dapat sangat beracun bagi orang itu sendiri dan bagi orang-orang lain. Lidah tidak dapat dijinakkan dengan upaya manusia sendiri; juga manusia yang tak sempurna mana pun tidak ada yang dapat sepenuhnya bebas dari ”tersandung dalam perkataan”. (Yak 3:2-8) Tetapi tidaklah mustahil bagi orang Kristen untuk menjinakkan organ yang sukar dikendalikan pada manusia yang tidak sempurna, karena dengan kebaikan hati Yehuwa yang tidak selayaknya diperoleh melalui Kristus seseorang dapat mengekang lidahnya dan dapat membentuk kembali kepribadiannya.—Yak 3:10-18; 1Ptr 3:10; Kol 3:9, 10; bdk. Mz 34:13; 39:1.
Selaras dengan uraian Yakobus mengenai lidah, penulis buku Amsal mengatakan bahwa lidah yang tenang dapat menjadi ”pohon kehidupan”. Di pihak lain, penyalahgunaan lidah dapat berarti ”menghancurkan semangat”; kematian dan kehidupan ada dalam kuasa lidah. (Ams 15:4; 18:21) ”Lidah yang lemah lembut dapat mematahkan tulang”, yang berarti seseorang yang keras seperti tulang mungkin dapat dilunakkan dengan jawaban yang lemah lembut, dan tabiatnya yang keras serta perlawanannya dapat dipatahkan. (Ams 25:15) Sesungguhnya, lidah dapat menyembuhkan secara rohani apabila lidah membicarakan firman Allah. (Ams 12:18) ”Jawaban lidah berasal dari Yehuwa”, karena hanya Dia yang dapat menyediakan kata-kata rohani yang tepat yang menghasilkan kesembuhan. (Ams 16:1) Alkitab menubuatkan tentang penyembuhan rohani dari pelayanan Yesus karena dia membicarakan firman Allah, ”membalut orang yang patah hati”.—Yes 61:1.
Yehuwa menandaskan betapa buruknya lidah dusta dalam pandangan-Nya, dengan mencantumkannya sebagai salah satu di antara tujuh hal yang Ia benci dan menempatkannya bersama ”tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah”. (Ams 6:16-19) Daud menggambarkan orang fasik yang berupaya membinasakan hamba Allah dengan ’lidah yang ditajamkan seperti pedang’, tetapi ia menekankan bahwa sebenarnya Allah akan mengatur agar mereka sendiri yang terluka, karena ”lidah mereka melawan diri mereka sendiri”. (Mz 64:3, 7, 8) Yehuwa menjanjikan umat-Nya, ”Setiap lidah yang bangkit melawanmu di pengadilan akan kauhukum.” (Yes 54:17) Janji itu menghibur hamba-hamba Allah, yang berpaut pada hukum-Nya meski orang-orang yang dianggap berhikmat di dalam dunia bisa saja membicarakan perkara-perkara besar dan mengatakan, ”Dengan lidah kami, kami akan menang.” (Mz 12:3-5) Mereka mungkin terus ”menjulurkan lidah” dan memukul dengan lidah (Yes 57:4; Yer 18:18), tetapi mereka pasti gagal.—Ams 10:31.
Yehuwa berjanji akan membuat lidah yang sebelumnya gagap ”lancar mengucapkan hal-hal yang jelas” dan menyebabkan lidah orang bisu akan ”bersorak-sorai”. (Yes 32:4; 35:6) Ketika Yesus ada di bumi, ia menyembuhkan orang-orang yang bisu secara harfiah, atau orang-orang yang memiliki cacat wicara. (Mrk 7:33-37) Saatnya akan tiba manakala setiap lidah membicarakan hal-hal yang benar, karena Yehuwa menyatakan bahwa setiap lidah akan bersumpah demi diri-Nya. Rasul Paulus menyingkapkan bahwa hal itu akan terlaksana melalui Yesus Kristus, ketika ia mengatakan bahwa setiap lidah akan ”mengakui secara terbuka bahwa Yesus Kristus adalah Tuan bagi kemuliaan Allah, sang Bapak”.—Flp 2:11; Yes 45:23; Rm 14:11.
Secara simbolis, Yehuwa menggambarkan diri-Nya memiliki lidah yang akan Ia gunakan dalam kemarahan-Nya, ”seperti api yang melalap”. (Yes 30:27) Pada hari Pentakosta, ketika Yesus Kristus mencurahkan roh kudus ke atas sekitar 120 murid yang berkumpul di sebuah ruangan di Yerusalem, roh itu menjadi nyata melalui indra pendengar karena mereka berbicara dengan berbagai bahasa dan melalui indra penglihatan karena lidah-lidah seperti api hinggap di atas mereka masing-masing.—Kis 2:3, 4.