PASAL DUA
Mempersiapkan Perkawinan yang Sukses
1, 2. (a) Bagaimana Yesus menekankan pentingnya perencanaan? (b) Dalam bidang apa perencanaan khususnya penting?
MEMBANGUN sebuah bangunan menuntut persiapan yang saksama. Sebelum fondasi diletakkan, tanah harus diperoleh dan denah harus digambar. Akan tetapi, ada hal lain yang sangat penting. Yesus mengatakan, ”Siapa di antara kamu yang mau membangun sebuah menara tidak duduk dahulu dan menghitung biaya, untuk melihat jika ia mempunyai cukup untuk menyelesaikannya?”—Lukas 14:28.
2 Apa yang penting dalam membangun sebuah bangunan juga berlaku dalam membangun perkawinan yang sukses. Banyak yang mengatakan, ”Saya ingin menikah.” Tetapi berapa banyak yang berhenti sejenak untuk mempertimbangkan biayanya? Meskipun Alkitab mengatakan yang baik tentang perkawinan, Alkitab juga menarik perhatian kepada tantangan-tantangan yang dihadirkan oleh perkawinan. (Amsal 18:22; 1 Korintus 7:28) Karena itu, mereka yang mempertimbangkan untuk menikah perlu memiliki pandangan yang realistis tentang berkat maupun risiko dari hidup berumah tangga.
3. Mengapa Alkitab merupakan bantuan yang berharga bagi mereka yang merencanakan perkawinan, dan tiga pertanyaan apa yang akan membantu kita untuk menjawab?
3 Alkitab dapat membantu. Nasihat-nasihatnya diilhamkan oleh Pemula perkawinan, Allah Yehuwa. (Efesus 3:14, 15; 2 Timotius 3:16) Dengan menggunakan prinsip-prinsip yang terdapat dalam buku penuntun yang sudah tua namun sangat up-to-date ini, mari kita putuskan (1) Bagaimana seseorang dapat menentukan apakah ia telah siap menikah? (2) Apa yang hendaknya dicari dalam diri seorang teman hidup? dan (3) Bagaimana masa berpacaran dapat dijaga tetap terhormat?
APAKAH SAUDARA SIAP MENIKAH?
4. Apa faktor yang sangat penting untuk memelihara perkawinan yang sukses dan mengapa?
4 Membangun sebuah gedung bisa jadi mahal biayanya, tetapi mengurus pemeliharaan jangka panjangnya juga tidak murah. Serupa halnya dengan perkawinan. Memasuki perkawinan tampaknya cukup menantang; akan tetapi, memelihara hubungan perkawinan dari tahun ke tahun juga harus dipertimbangkan. Apa yang tercakup dalam memelihara hubungan demikian? Suatu faktor yang sangat penting adalah komitmen yang sepenuh hati. Beginilah Alkitab melukiskan hubungan perkawinan: ”Seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.” (Kejadian 2:24) Yesus Kristus memberikan satu-satunya dasar Alkitab untuk bercerai dengan kemungkinan untuk menikah lagi—”percabulan”, yaitu, hubungan seks yang tidak sah di luar perkawinan. (Matius 19:9) Jika saudara bermaksud menikah, ingatlah standar Alkitab ini. Jika saudara belum siap membuat komitmen yang serius ini, maka saudara belum siap menikah.—Ulangan 23:21; Pengkhotbah 5:4, 5.
5. Walaupun komitmen yang serius ditakuti oleh beberapa orang, mengapa hal ini hendaknya sangat dihargai oleh mereka yang berniat menikah?
5 Gagasan tentang komitmen yang serius ini menakutkan banyak orang. ”Menyadari bahwa kami berdua terikat seumur hidup membuat saya merasa dibatasi, terkurung, sepenuhnya dipenjara,” demikian pengakuan seorang pemuda. Tetapi jika saudara benar-benar mencintai orang yang ingin saudara nikahi, komitmen tidak akan tampak seperti beban. Sebaliknya, itu akan dipandang sebagai suatu sumber keamanan. Makna dari komitmen yang tercakup dalam perkawinan akan membuat suatu pasangan ingin terus tinggal bersama melalui masa susah dan senang dan saling mendukung apa pun yang terjadi. Rasul Kristen, Paulus, menulis bahwa kasih sejati ”menahan segala sesuatu” dan ”bertekun menahan segala sesuatu”. (1 Korintus 13:4, 7) ”Komitmen perkawinan membuat saya merasa lebih aman,” kata seorang wanita. ”Saya menyukai kenyamanan dari mengakui kepada diri kami sendiri dan kepada dunia bahwa kami bermaksud untuk tetap bersatu.”—Pengkhotbah 4:9-12.
6. Mengapa yang terbaik adalah untuk tidak terburu-buru menikah pada usia yang masih muda?
6 Hidup selaras dengan komitmen seperti itu membutuhkan kedewasaan. Karena itu, Paulus menasihatkan bahwa orang-orang Kristen lebih baik tidak menikah sampai mereka ”melewati mekarnya masa remaja”, periode ketika perasaan-perasaan seksual mendominasi dan dapat menyimpangkan penilaian seseorang. (1 Korintus 7:36) Kaum muda berubah dengan sangat cepat seraya mereka bertambah dewasa. Banyak yang menikah pada usia yang sangat muda mendapati bahwa dalam waktu beberapa tahun saja kebutuhan dan keinginan mereka, dan juga dari teman hidup mereka, telah berubah. Statistik menyingkapkan bahwa remaja yang menikah jauh lebih besar kemungkinannya untuk tidak bahagia dan mengupayakan perceraian dibandingkan mereka yang menunggu sampai lebih dewasa. Jadi jangan terburu-buru menikah. Beberapa tahun yang dilewatkan dengan hidup sebagai seorang dewasa yang masih muda dan lajang dapat memberi saudara pengalaman berharga yang akan membuat saudara lebih matang dan lebih memenuhi syarat untuk menjadi teman hidup yang cocok. Menunda pernikahan juga dapat membantu saudara lebih memahami diri sendiri—sesuatu yang diperlukan jika saudara ingin membina hubungan yang sukses dalam perkawinan saudara.
KENALI DIRI SENDIRI TERLEBIH DAHULU
7. Mengapa hendaknya mereka yang merencanakan untuk menikah memeriksa diri mereka sendiri terlebih dahulu?
7 Apakah mudah bagi saudara untuk membuat daftar sifat-sifat yang saudara inginkan dari seorang teman hidup? Bagi kebanyakan orang itu adalah hal yang mudah. Tetapi, bagaimana dengan sifat-sifat saudara sendiri? Sifat-sifat apa yang saudara miliki yang akan membantu saudara menyumbang kepada perkawinan yang sukses? Saudara akan menjadi suami atau istri yang bagaimana? Sebagai contoh, apakah saudara mudah mengakui kesalahan dan menerima saran, atau apakah saudara selalu membela diri apabila dikoreksi? Apakah saudara biasanya ceria dan optimis, atau apakah saudara cenderung murung, dan sering mengeluh? (Amsal 8:33; 15:15) Ingatlah, perkawinan tidak akan mengubah kepribadian saudara. Apabila saudara sombong, terlalu sensitif, atau terlalu pesimis semasa lajang, saudara juga akan seperti itu apabila menikah. Karena sulit untuk melihat diri sendiri sebagaimana orang lain melihat kita, mengapa tidak meminta orang-tua atau seorang sahabat yang dipercaya untuk memberikan komentar yang terus terang dan saran-saran? Jika saudara mengetahui perubahan-perubahan yang dapat dibuat, upayakanlah hal-hal ini sebelum mengambil langkah untuk menikah.
8-10. Nasihat apa yang Alkitab berikan yang akan membantu seseorang mempersiapkan diri untuk perkawinan?
8 Alkitab menganjurkan kita untuk membiarkan roh kudus Allah bekerja dalam diri kita, menghasilkan sifat-sifat seperti ”kasih, sukacita, kedamaian, panjang sabar, kebaikan hati, kebaikan, iman, kelemahlembutan, pengendalian diri”. Alkitab juga memberi tahu kita untuk ”dijadikan baru dalam kekuatan yang menggerakkan pikiran [kita]”, dan ”mengenakan kepribadian baru yang diciptakan menurut kehendak Allah dalam keadilbenaran yang benar dan loyalitas”. (Galatia 5:22, 23; Efesus 4:23, 24) Menerapkan nasihat ini sewaktu saudara masih lajang akan seperti menabung uang di bank—sesuatu yang akan terbukti sangat berharga di masa depan, pada waktu saudara menikah.
9 Sebagai contoh, jika saudara seorang wanita, belajarlah untuk lebih menaruh perhatian kepada ”pribadi tersembunyi yang ada dalam hati” daripada penampilan fisik saudara. (1 Petrus 3:3, 4) Kesahajaan dan pikiran yang sehat akan membantu saudara memperoleh hikmat, ”mahkota keindahan” yang sejati. (Amsal 4:9, NW; 31:10, 30; 1 Timotius 2:9, 10) Jika saudara seorang pria, belajarlah untuk memperlakukan wanita dengan cara yang ramah dan penuh respek. (1 Timotius 5:1, 2) Seraya belajar membuat keputusan dan memikul tanggung jawab, belajarlah juga untuk bersahaja dan rendah hati. Sikap suka menguasai akan menimbulkan masalah dalam perkawinan.—Amsal 29:23; Mikha 6:8; Efesus 5:28, 29.
10 Walaupun mengubah pikiran dalam bidang-bidang ini tidak mudah, itu adalah sesuatu yang harus diupayakan oleh semua orang Kristen. Dan itu akan membantu saudara menjadi teman hidup yang lebih baik.
APA YANG DICARI DALAM DIRI TEMAN HIDUP
11, 12. Bagaimana dua orang dapat mengetahui apakah mereka cocok atau tidak?
11 Apakah merupakan kebiasaan di tempat saudara tinggal bahwa seseorang memilih sendiri suami atau istrinya? Jika demikian, apa yang hendaknya saudara lakukan selanjutnya jika saudara tertarik kepada seseorang dari lawan jenis? Pertama-tama, bertanyalah kepada diri sendiri, ’Apakah saya benar-benar berniat untuk menikah?’ Adalah kejam untuk mempermainkan emosi orang lain dengan membangkitkan harapan-harapan palsu. (Amsal 13:12) Kemudian, bertanyalah kepada diri sendiri, ’Apakah saya sudah sanggup menikah?’ Jika jawaban dari kedua pertanyaan itu adalah ya, langkah yang saudara ambil selanjutnya akan berbeda-beda, bergantung pada kebiasaan setempat. Di beberapa negeri, setelah mengamati seseorang untuk beberapa waktu, saudara dapat mendekatinya dan menyatakan keinginan untuk lebih mengenal dia. Apabila tanggapannya negatif, jangan memaksa sampai akhirnya menimbulkan perasaan tidak senang. Ingatlah, orang lain juga berhak untuk membuat keputusan mengenai hal ini. Akan tetapi, apabila tanggapannya positif, saudara dapat mengatur untuk menggunakan waktu bersama-sama melakukan kegiatan yang sehat. Ini akan memberi saudara kesempatan untuk melihat apakah menikah dengan orang ini merupakan hal yang bijaksana.a Apa yang hendaknya saudara perhatikan pada tahap ini?
12 Untuk menjawab pertanyaan itu, bayangkan dua alat musik, mungkin piano dan gitar. Jika alat-alat ini disetem dengan benar, masing-masing dapat menghasilkan musik tunggal yang indah. Namun, apa yang terjadi jika alat-alat ini dimainkan bersama-sama? Kini mereka harus disetem supaya bersesuaian satu dengan yang lain. Halnya serupa dengan saudara dan calon teman hidup saudara. Masing-masing di antara saudara mungkin telah bekerja keras untuk ”menyetem” sifat-sifat kepribadian saudara sebagai pribadi. Tetapi pertanyaannya sekarang adalah: Apakah saudara bersesuaian satu dengan yang lain? Dengan kata lain, apakah saudara memiliki kecocokan?
13. Mengapa sangat tidak bijaksana untuk berpacaran dengan seseorang yang tidak memiliki iman yang sama?
13 Penting agar saudara berdua memiliki kepercayaan dan prinsip yang sama. Rasul Paulus menulis, ”Jangan memikul kuk secara tidak seimbang bersama orang-orang yang tidak percaya.” (2 Korintus 6:14; 1 Korintus 7:39) Menikah dengan seseorang yang tidak memiliki iman yang sama kepada Allah lebih besar kemungkinannya untuk mengalami ketidakharmonisan yang parah. Sebaliknya, bersama-sama mengabdi kepada Allah Yehuwa adalah dasar yang paling kuat untuk persatuan. Yehuwa ingin saudara berbahagia dan menikmati ikatan paling erat yang mungkin, dengan orang yang saudara nikahi. Ia ingin saudara terikat kepada-Nya dan kepada satu sama lain dengan tiga lembar ikatan kasih.—Pengkhotbah 4:12.
14, 15. Apakah memiliki iman yang sama merupakan satu-satunya aspek dari persatuan dalam perkawinan? Jelaskan.
14 Meskipun beribadat kepada Allah bersama-sama adalah aspek yang paling penting dari persatuan, ada lagi yang tercakup. Agar ada persesuaian satu dengan yang lain, saudara dan calon teman hidup saudara harus memiliki tujuan-tujuan yang serupa. Apa yang menjadi tujuan-tujuan saudara? Sebagai contoh, bagaimana perasaan saudara berdua tentang mempunyai anak? Hal-hal apa saja yang mendapat tempat pertama dalam kehidupan saudara?b (Matius 6:33) Dalam perkawinan yang benar-benar sukses, pasangan tersebut saling bersahabat dan menikmati kebersamaan mereka. (Amsal 17:17) Untuk hal ini, mereka perlu mempunyai minat yang sama. Akan sulit untuk memelihara persahabatan yang erat—terlebih lagi perkawinan—jika mereka kurang memiliki minat yang sama. Namun, apabila calon teman hidup saudara menyukai suatu kegiatan khusus, misalnya naik gunung, dan saudara tidak menyukainya, apakah itu berarti saudara berdua jangan menikah? Bukan begitu. Mungkin saudara mempunyai minat yang sama dalam hal lain, yang lebih penting. Lagi pula, saudara dapat memberikan kebahagiaan kepada calon teman hidup saudara dengan bersama-sama melakukan kegiatan yang sehat karena dia menyukainya.—Kisah 20:35.
15 Sesungguhnya, sampai kepada tingkat yang tinggi, kecocokan ditentukan oleh seberapa baik saudara berdua dapat menyesuaikan diri sebaliknya daripada seberapa mirip saudara berdua. Sebaliknya daripada bertanya, ”Apakah kami bersepakat akan segala sesuatu?” pertanyaan yang lebih baik mungkin adalah: ”Apa yang terjadi jika kami tidak bersepakat? Dapatkah kami membahas persoalan-persoalan secara tenang, dengan saling memperlihatkan respek dan martabat? Atau apakah pembicaraan sering kali memburuk hingga menjadi pertengkaran yang sengit?” (Efesus 4:29, 31) Jika saudara ingin menikah, berhati-hatilah terhadap orang yang sombong dan tidak mau mengalah, tidak pernah bersedia berkompromi, atau yang terus-menerus menuntut dan bersiasat agar keinginannya diikuti.
CARI TAHU SEBELUMNYA
16, 17. Apa yang dapat dicari oleh seorang pria atau wanita pada waktu mempertimbangkan seorang calon teman hidup?
16 Dalam sidang Kristen, mereka yang dipercayakan dengan tanggung jawab harus ”mula-mula diuji kelayakannya”. (1 Timotius 3:10) Saudara juga dapat menggunakan prinsip ini. Sebagai contoh, seorang wanita dapat bertanya, ”Reputasi macam apa yang dimiliki oleh pria ini? Siapa sahabat-sahabatnya? Apakah ia mempertunjukkan pengendalian diri? Bagaimana ia memperlakukan orang yang lanjut usia? Bagaimana latar belakang keluarganya? Bagaimana ia dan keluarganya memperlakukan satu sama lain? Bagaimana sikapnya terhadap uang? Apakah ia menyalahgunakan minuman beralkohol? Apakah ia mudah marah, bahkan menggunakan kekerasan? Tanggung jawab sidang apa yang ia miliki, dan bagaimana ia menjalankannya? Apakah saya dapat menaruh respek yang dalam kepadanya?”—Imamat 19:32; Amsal 22:29; 31:23; Efesus 5:3-5, 33; 1 Timotius 5:8; 6:10; Titus 2:6, 7.
17 Seorang pria dapat bertanya, ”Apakah wanita ini mempertunjukkan kasih dan respek kepada Allah? Apakah ia cakap mengurus rumah tangga? Apa yang diharapkan oleh keluarganya dari kami? Apakah ia bijak, rajin, hemat? Apa yang sering ia bicarakan? Apakah ia menaruh perhatian yang tulus terhadap kesejahteraan orang lain, atau apakah ia egosentris, suka mencampuri urusan orang lain? Apakah ia dapat dipercaya? Apakah ia rela tunduk kepada kekepalaan, atau apakah ia keras kepala, bahkan mungkin suka memberontak?”—Amsal 31:10-31; Lukas 6:45; Efesus 5:22, 23; 1 Timotius 5:13; 1 Petrus 4:15.
18. Apabila kelemahan-kelemahan sepele terlihat selama masa berpacaran, apa yang harus diingat?
18 Jangan lupa bahwa saudara berurusan dengan seorang keturunan Adam yang tidak sempurna, bukan tokoh yang dibuat ideal dalam sebuah novel roman. Setiap orang memiliki kelemahan, dan beberapa dari antaranya kelak harus diabaikan—kelemahan saudara maupun calon teman hidup saudara. (Roma 3:23; Yakobus 3:2) Selanjutnya, suatu kelemahan yang terlihat dapat memberikan kesempatan untuk diperbaiki. Sebagai contoh, misalnya saudara bertengkar pada masa berpacaran. Pikirkanlah: Bahkan orang-orang yang mengasihi dan merespek satu sama lain kadang-kadang tidak bersepakat. (Bandingkan Kejadian 30:2; Kisah 15:39.) Mungkinkah yang saudara berdua butuhkan hanyalah sedikit lebih ”mengendalikan diri” dan belajar caranya menyelesaikan masalah dengan lebih suka damai? (Amsal 25:28) Apakah calon teman hidup saudara memperlihatkan keinginan untuk memperbaiki diri? Bagaimana saudara sendiri? Dapatkah saudara belajar untuk tidak terlalu sensitif, tidak terlalu mudah tersinggung? (Pengkhotbah 7:9) Belajar menyelesaikan problem dapat membubuh pola untuk berkomunikasi dengan jujur yang adalah penting jika saudara berdua akhirnya menikah.—Kolose 3:13.
19. Apa yang akan merupakan tindakan bijaksana untuk diambil apabila problem-problem yang serius muncul selama masa berpacaran?
19 Namun, bagaimana jika saudara memperhatikan hal-hal yang sangat mengganggu pikiran saudara? Keraguan demikian harus dipertimbangkan dengan saksama. Seberapa romantisnya perasaan saudara atau seberapa besar keinginan saudara untuk menikah, jangan menutup mata terhadap kesalahan-kesalahan yang serius. (Amsal 22:3; Pengkhotbah 2:14) Jika saudara memiliki hubungan dengan seseorang yang terhadapnya saudara memiliki keberatan khusus, adalah bijaksana untuk tidak meneruskan hubungan dan tidak membuat komitmen yang abadi dengan orang tersebut.
JAGALAH MASA BERPACARAN SAUDARA TETAP TERHORMAT
20. Bagaimana pasangan yang masih berpacaran menjaga tingkah laku moral mereka tetap tidak tercela?
20 Bagaimana saudara dapat menjaga masa berpacaran saudara tetap terhormat? Pertama-tama, pastikan bahwa tingkah laku moral saudara tidak tercela. Di tempat saudara tinggal, apakah berpegangan tangan, berciuman, atau berpelukan dianggap perilaku yang patut bagi pasangan yang belum menikah? Sekalipun pernyataan-pernyataan kasih sayang demikian bukanlah hal yang tidak disetujui, ini hanya diperbolehkan pada waktu hubungan telah mencapai tahap ketika pernikahan sudah direncanakan dengan pasti. Berhati-hatilah agar pertunjukan kasih sayang itu tidak meningkat menjadi tingkah laku yang tidak bersih atau bahkan percabulan. (Efesus 4:18, 19; bandingkan Kidung Agung 1:2; 2:6; 8:5, 9, 10.) Karena hati itu licik, saudara berdua bertindak bijaksana dengan tidak berduaan saja di sebuah rumah, apartemen, mobil yang diparkir, atau di mana pun yang akan memberikan kesempatan bagi tingkah laku yang salah. (Yeremia 17:9) Menjaga masa berpacaran saudara tetap bersih secara moral memberikan bukti yang jelas bahwa saudara memiliki pengendalian diri dan bahwa saudara menaruh perhatian yang tidak mementingkan diri terhadap kesejahteraan orang lain di atas keinginan saudara sendiri. Yang paling penting, masa berpacaran yang bersih akan menyenangkan Allah Yehuwa, yang memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk menjauhkan diri dari kenajisan dan percabulan.—Galatia 5:19-21.
21. Komunikasi yang jujur apa mungkin dibutuhkan agar dapat menjaga masa berpacaran tetap terhormat?
21 Kedua, masa berpacaran yang terhormat juga mencakup komunikasi yang jujur. Seraya masa berpacaran saudara maju ke arah pernikahan, persoalan-persoalan tertentu perlu dibahas secara terbuka. Di mana saudara akan tinggal? Apakah saudara berdua akan bekerja duniawi? Apakah saudara ingin memiliki anak-anak? Selain itu, sudah selayaknya untuk menyingkapkan hal-hal, mungkin yang terjadi di masa lampau, yang dapat mempengaruhi perkawinan. Ini dapat termasuk utang-utang yang besar atau tanggungan atau masalah kesehatan, seperti penyakit atau kondisi serius apa pun yang mungkin saudara miliki. Karena banyak orang yang terjangkit HIV (virus yang menyebabkan AIDS) tidak memperlihatkan gejala-gejala langsung, tidaklah salah jika seseorang atau orang-tua yang penuh perhatian meminta tes darah untuk AIDS dari seseorang yang dahulu terlibat dalam promiskuitas seksual atau menggunakan obat bius melalui pembuluh darah. Jika tes tersebut ternyata positif, orang yang memiliki penyakit itu tidak boleh menekan kekasihnya untuk meneruskan hubungan apabila dia ingin memutuskannya. Sesungguhnya, siapa pun yang pernah terlibat dalam gaya hidup yang berisiko tinggi sebaiknya dengan rela mengadakan tes darah untuk AIDS sebelum mulai berpacaran.
MELIHAT DI BALIK HARI PERNIKAHAN
22, 23. (a) Bagaimana seseorang dapat kehilangan keseimbangan pada waktu mempersiapkan hari pernikahan? (b) Pandangan yang seimbang apa perlu dijaga ketika memikirkan tentang hari pernikahan dan perkawinan?
22 Selama bulan-bulan terakhir sebelum pernikahan, saudara berdua pasti akan sangat sibuk mengatur hari pernikahan. Saudara dapat mengurangi banyak ketegangan dengan bersikap bersahaja. Pesta pernikahan yang berlebihan mungkin menyenangkan bagi sanak saudara dan masyarakat, tetapi ini dapat membuat sang pengantin baru dan keluarga mereka kelelahan secara fisik dan terkuras secara keuangan. Masuk akal jika ingin mengikuti beberapa kebiasaan setempat, tetapi sekadar ikut-ikutan dan mungkin bersaing dapat mengaburkan makna peristiwa itu sendiri dan dapat merampas sukacita yang seharusnya saudara alami. Meskipun perasaan orang lain juga harus dipertimbangkan, mempelai pria adalah yang terutama bertanggung jawab untuk menentukan apa yang akan berlangsung selama pesta pernikahan.—Yohanes 2:9.
23 Ingatlah bahwa hari pernikahan saudara hanya berlangsung satu hari, tetapi perkawinan saudara berlangsung seumur hidup. Jangan terlalu memusatkan perhatian kepada hari pernikahan. Sebaliknya, berpalinglah kepada Allah Yehuwa untuk mendapatkan bimbingan, dan buatlah perencanaan di muka untuk kehidupan berumah tangga. Dengan demikian saudara telah mempersiapkan dengan baik perkawinan yang sukses.
a Ini berlaku di negeri-negeri yang soal berkencan dianggap sebagai hal yang patut bagi orang Kristen.
b Di sidang Kristen sekalipun, mungkin ada beberapa orang yang seolah-olah hidup di pinggir jurang. Sebaliknya daripada menjadi pelayan Allah yang sepenuh hati, mereka mungkin dipengaruhi oleh sikap dan tingkah laku dunia.—Yohanes 17:16; Yakobus 4:4.