Pasal Sembilan
Guru yang Agung Memperkenalkan Sang Pencipta kepada Kita dengan Lebih Jelas
ORANG-ORANG Palestina pada abad pertama ”sedang menanti”. Siapa yang mereka nantikan? ”Kristus”, atau ”Mesias”, yang dinubuatkan oleh nabi-nabi Allah berabad-abad sebelumnya. Orang-orang merasa yakin bahwa Alkitab ditulis di bawah bimbingan Allah dan bahwa Alkitab memuat pemberitahuan di muka mengenai masa depan. Salah satunya, dalam buku Daniel, menunjuk ke kedatangan Mesias pada permulaan abad mereka.—Lukas 3:15; Daniel 9:24-26, NW.
Namun, mereka perlu berhati-hati karena mesias-mesias yang menobatkan diri sendiri akan bermunculan. (Matius 24:5) Sejarawan Yahudi, Yosefus, menyebutkan beberapa dari antaranya: Teudas, yang membawa para pengikutnya ke Sungai Yordan dan menyatakan bahwa airnya akan terbelah; seorang pria dari Mesir yang memimpin orang-orang ke Gunung Zaitun, menyatakan bahwa tembok Yerusalem akan runtuh atas perintahnya; dan seorang penipu pada zaman Gubernur Festus yang menjanjikan kebebasan dari masalah.—Bandingkan Kisah 5:36; 21:38.
Tidak seperti para pengikut yang tertipu itu, suatu kelompok yang disebut ”orang-orang Kristen” mengakui Yesus dari Nazaret sebagai guru yang agung dan Mesias yang sejati. (Kisah 11:26; Markus 10:47) Yesus bukan Mesias gadungan; ia memiliki bukti-bukti kuat, sebagaimana sering diteguhkan dalam empat buku sejarah yang disebut Injil.a Misalnya, orang-orang Yahudi tahu bahwa Mesias akan lahir di Betlehem, akan lahir dari garis keturunan Daud, dan akan melakukan banyak perbuatan yang menakjubkan. Yesus menggenapi semua itu, sebagaimana dibuktikan bahkan oleh kesaksian para penentang. Ya, Yesus memenuhi syarat yang Alkitab tetapkan untuk seorang Mesias.—Matius 2:3-6; 22:41-45; Yohanes 7:31, 42.
Sejumlah besar orang yang menjumpai Yesus, mengamati perbuatan-perbuatannya yang luar biasa, mendengar kata-kata berhikmatnya yang unik, dan mengakui kesanggupannya untuk melihat ke masa depan, menjadi yakin bahwa ia adalah sang Mesias. Selama pelayanannya (tahun 29-33 M), semakin banyak bukti yang mendukung bahwa ia adalah seorang Mesias. Sebenarnya, ia terbukti lebih daripada seorang Mesias. Seorang murid yang mengenal baik fakta-fakta ini menyimpulkan bahwa ”Yesus adalah Kristus Putra Allah”.b—Yohanes 20:31.
Karena Yesus memiliki hubungan yang akrab dengan Allah, ia dapat menjelaskan dan menyingkapkan Sang Pencipta kepada kita. (Lukas 10:22; Yohanes 1:18) Yesus memberikan kesaksian bahwa keakrabannya dengan Bapaknya dimulai di surga, tempat ia bekerja bersama Allah dalam menciptakan semua hal lain, yang bernyawa dan yang tidak.—Yohanes 3:13; 6:38; 8:23, 42; 13:3; Kolose 1:15, 16.
Alkitab melaporkan bahwa sang Putra dipindahkan dari alam roh dan ”menjadi sama seperti manusia”. (Filipi 2:5-8) Kejadian seperti itu tidak wajar, namun dapatkah itu terjadi? Para ilmuwan meneguhkan bahwa suatu unsur alami, seperti uranium, dapat diubah menjadi unsur lain; mereka bahkan menghitung hasilnya bila massa diubah menjadi energi (E=mc2). Jadi, mengapa harus ragu bila Alkitab mengatakan bahwa suatu makhluk roh diubah untuk hidup sebagai manusia?
Untuk mengilustrasikan dengan cara lain, pikirkan mengenai apa yang dicapai oleh beberapa dokter dengan pembuahan in vitro (di dalam tabung percobaan). Suatu kehidupan yang mulai dalam sebuah ”tabung percobaan” dipindahkan ke dalam tubuh seorang wanita dan kemudian lahir sebagai bayi. Dalam kasus Yesus, Alkitab meyakinkan kita bahwa dengan ”kuasa dari Yang Mahatinggi”, kehidupannya dipindahkan ke dalam tubuh seorang perawan bernama Maria. Ia berasal dari garis keturunan Daud, maka Yesus dapat menjadi ahli waris permanen dari Kerajaan Mesias yang dijanjikan kepada Daud.—Lukas 1:26-38; 3:23-38; Matius 1:23.
Berdasarkan hubungannya yang akrab dan kemiripannya dengan Sang Pencipta, Yesus mengatakan, ”Ia yang telah melihat aku telah melihat Bapak juga.” (Yohanes 14:9) Ia juga mengatakan, ”Tidak seorang pun mengenal siapa Bapak itu, kecuali Putra, dan ia yang kepadanya Putra bersedia menyingkapkan dia.” (Lukas 10:22) Oleh karena itu, seraya kita belajar mengenai apa yang Yesus ajarkan dan lakukan di bumi, kita dapat dengan lebih jelas melihat kepribadian Sang Pencipta. Marilah kita mempertimbangkan hal ini, dengan menggunakan pengalaman pria dan wanita yang berurusan dengan Yesus.
Seorang Wanita Samaria
”Tidakkah ini mungkin Kristus?” seorang wanita Samaria bertanya-tanya setelah bercakap-cakap sejenak dengan Yesus. (Yohanes 4:29) Bahkan dia mendesak orang-orang lain dari kota Sikhar di dekat daerah itu untuk menjumpai Yesus. Apa yang menggerakkannya untuk menerima Yesus sebagai Mesias?
Wanita ini berjumpa dengan Yesus yang sedang melepas lelah setelah berjalan sepanjang pagi di jalan yang berdebu di bukit-bukit Samaria. Meskipun lelah, Yesus berbicara dengannya. Melihat minatnya yang serius akan perkara rohani, Yesus membagikan kebenaran yang sangat dalam yang berintikan perlunya ”menyembah Bapak dengan roh dan kebenaran”. Akhirnya ia menyingkapkan bahwa ia sebenarnya adalah Kristus, sebuah fakta yang belum diakuinya di hadapan umum.—Yohanes 4:3-26.
Bagi wanita Samaria ini, perjumpaannya dengan Yesus sangat berarti. Kegiatan agamanya yang sebelumnya, berpusat pada ibadat di Gunung Gerizim dan didasarkan hanya pada lima buku pertama Alkitab. Orang-orang Yahudi menjauhi orang-orang Samaria, yang banyak di antaranya adalah keturunan campuran antara sepuluh suku Israel dan bangsa-bangsa lain. Yesus sungguh berbeda! Ia bersedia mengajar orang Samaria ini, meskipun ia diberi tugas untuk pergi kepada ”domba-domba yang hilang dari rumah Israel”. (Matius 15:24) Di sini Yesus mencerminkan kesediaan Yehuwa untuk menerima orang-orang yang tulus dari segala bangsa. (1 Raja 8:41-43) Ya, baik Yesus maupun Yehuwa, tidak terlibat dalam permusuhan antaragama yang picik yang menyebar di dunia dewasa ini. Pengetahuan kita tentang hal ini hendaknya mendekatkan kita kepada Sang Pencipta dan Putra-Nya.
Ada pelajaran lain yang dapat kita peroleh dari kesediaan Yesus untuk mengajar wanita ini. Pada waktu itu, wanita ini hidup bersama dengan seorang pria yang bukan suaminya. (Yohanes 4:16-19) Namun, Yesus tidak membiarkan keadaan ini menghalanginya untuk berbicara kepada wanita itu. Bisa dipahami bahwa wanita ini pasti menghargai karena diperlakukan secara bermartabat. Dan bukan dia saja yang mengalami perlakuan demikian. Sewaktu beberapa pemimpin Yahudi (orang-orang Farisi) mengkritik Yesus karena makan bersama para pedosa yang bertobat, ia mengatakan, ”Orang-orang sehat tidak membutuhkan tabib, melainkan yang sakit. Maka, pergilah, dan belajarlah apa arti hal ini, ’Aku menginginkan belas kasihan, dan bukan korban.’ Karena aku datang untuk memanggil, bukan orang-orang yang adil-benar, melainkan pedosa-pedosa.” (Matius 9:10-13) Yesus mengulurkan bantuan kepada orang-orang yang mengerang karena beban dosa-dosa mereka—pelanggaran mereka atas hukum-hukum atau standar-standar Allah. Sungguh menghangatkan hati untuk mengetahui bahwa Allah dan Putra-Nya akan membantu orang-orang yang memiliki problem yang diakibatkan oleh tingkah laku mereka di masa lampau!—Matius 11:28-30.c
Janganlah abaikan bahwa pada kesempatan di Samaria ini, Yesus berbicara dengan ramah dan bersedia membantu seorang wanita. Mengapa hal ini patut diperhatikan? Pada waktu itu, pria Yahudi diajarkan untuk tidak berbicara dengan wanita di tempat-tempat umum, bahkan dengan istri mereka sendiri. Para Rabi Yahudi menganggap bahwa wanita tidak sanggup mencerna instruksi rohani yang dalam dan menganggap mereka ”berotak udang”. Ada yang mengatakan, ”Lebih baik kata-kata hukum dibakar daripada disampaikan kepada wanita.” Murid-murid Yesus dibesarkan dalam lingkungan semacam itu; maka sewaktu mereka kembali, mereka ”mulai heran karena ia sedang berbicara dengan seorang wanita”. (Yohanes 4:27) Kisah ini—salah satu dari antara banyak kisah lain—melukiskan bahwa Yesus adalah gambar Bapaknya, yang menciptakan dan menghormati pria dan wanita.—Kejadian 2:18.
Kemudian, wanita Samaria ini meyakinkan orang-orang sekotanya untuk mendengarkan Yesus. Banyak dari antara mereka yang menyelidiki fakta-faktanya dan menjadi orang-orang beriman, dengan mengatakan, ”Kami tahu bahwa pria ini pasti juru selamat dunia.” (Yohanes 4:39-42) Karena kita adalah bagian dari ”dunia” umat manusia, Yesus juga penting untuk masa depan kita.
Pandangan Seorang Nelayan
Kini, marilah kita melihat Yesus melalui mata dua rekan karibnya—Petrus dan kemudian Yohanes. Para nelayan sederhana ini termasuk di antara para pengikutnya yang pertama. (Matius 4:13-22; Yohanes 1:35-42) Orang-orang Farisi memandang mereka sebagai ”tidak terpelajar dan biasa”, termasuk orang-orang dusun (ʽam-ha·ʼaʹrets), yang dianggap rendah karena tidak mendapat pendidikan sebagai rabi. (Kisah 4:13; Yohanes 7:49) Kebanyakan dari antara orang-orang seperti itu, yang ”berjerih lelah dan mempunyai tanggungan berat” di bawah kuk orang-orang beragama yang berpaut pada tradisi, merindukan pencerahan rohani. Profesor Charles Guignebert dari perguruan tinggi Sorbonne mengomentari bahwa ”hati mereka sepenuhnya berpaut kepada Yahweh [Yehuwa]”. Yesus tidak menolak orang-orang yang sederhana ini demi orang-orang yang kaya atau yang berpengaruh. Sebaliknya, ia menyingkapkan Sang Bapak kepada mereka melalui pengajarannya dan caranya ia berurusan.—Matius 11:25-28.
Petrus merasakan secara langsung perlakuan Yesus yang penuh perhatian. Tidak lama setelah dia bergabung bersama Yesus dalam pelayanan, ibu mertua Petrus sakit demam. Yesus datang ke rumah Petrus dan memegang tangan ibu mertuanya, dan demamnya pun hilang! Barangkali kita tidak tahu proses penyembuhan ini secara persis, sebagaimana para dokter dewasa ini tidak dapat sepenuhnya menjelaskan bagaimana beberapa penyembuhan bisa terjadi, namun wanita ini sembuh dari demamnya. Yang lebih penting daripada mengetahui metode penyembuhannya adalah pemahaman bahwa dengan menyembuhkan orang yang sakit dan menderita, Yesus membuktikan belas kasihannya kepada mereka. Ia benar-benar ingin membantu orang-orang, dan demikian pula Bapaknya. (Markus 1:29-31, 40-43; 6:34) Dari pengalamannya bersama Yesus, Petrus dapat melihat bahwa Sang Pencipta menganggap setiap orang layak diperhatikan.—1 Petrus 5:7.
Belakangan, Yesus berada di Ruangan Kaum Wanita di bait Yerusalem. Ia mengamati orang-orang menjatuhkan sumbangan ke dalam peti-peti perbendaharaan. Orang-orang kaya memasukkan banyak uang logam. Yesus memperhatikan dengan serius dan melihat seorang janda miskin menjatuhkan dua uang logam yang sangat sedikit nilainya. Yesus memberi tahu Petrus, Yohanes, dan yang lain-lain, ”Dengan sungguh-sungguh aku mengatakan kepadamu bahwa janda miskin ini telah menjatuhkan lebih banyak daripada mereka semua yang menjatuhkan uang ke dalam peti perbendaharaan; karena mereka semua menjatuhkan dari kelebihan mereka, tetapi dia, dari kekurangannya, telah menjatuhkan semua yang dia miliki.”—Markus 12:41-44.
Anda dapat melihat bahwa Yesus mencari hal-hal yang baik dalam diri orang-orang dan bahwa ia menghargai upaya setiap orang. Menurut Anda, apa pengaruh hal ini atas Petrus dan rasul-rasul lain? Dari teladan Yesus, Petrus menyadari sifat Yehuwa, dia belakangan mengutip sebuah mazmur, ”Mata Yehuwa ada pada orang yang adil-benar, dan telinganya kepada permohonan mereka.” (1 Petrus 3:12; Mazmur 34:15, 16) Tidakkah Anda tertarik kepada Pencipta dan Putra-Nya yang ingin menemukan hal-hal baik dalam diri Anda serta mendengarkan permohonan Anda?
Setelah sekitar dua tahun bergaul dengan Yesus, Petrus merasa yakin bahwa Yesus-lah sang Mesias. Sekali peristiwa, Yesus menanyai murid-muridnya, ”Kata orang-orang siapa aku ini?” Ia mendapatkan berbagai jawaban. Kemudian, ia menanyai mereka, ”Tetapi kamu, siapa katamu aku ini?” Petrus dengan yakin menjawab, ”Engkau adalah Kristus.” Anda mungkin merasa bingung akan apa yang Yesus lakukan selanjutnya. Ia ”berpesan kepada mereka dengan tegas agar tidak memberi tahu siapa pun” mengenai hal itu. (Markus 8:27-30; 9:30; Matius 12:16) Mengapa ia mengatakan hal itu? Yesus ada di tengah orang-orang, maka ia tidak ingin mereka mengambil kesimpulan hanya berdasarkan desas-desus. Hal itu masuk akal, bukan? (Yohanes 10:24-26) Intinya adalah, Pencipta kita juga ingin agar kita mencari tahu tentang Dia melalui penyelidikan kita atas bukti-bukti yang kuat. Dia mengharapkan kita untuk mendapatkan keyakinan berdasarkan fakta-fakta.—Kisah 17:27.
Seperti yang mungkin Anda bayangkan, beberapa orang yang sebangsa dengan Yesus tidak menerimanya, meskipun terdapat banyak bukti bahwa ia didukung Sang Pencipta. Banyak orang, yang sibuk dengan status mereka atau dengan tujuan politik mereka, tidak menyukai Mesias yang tulus dan rendah hati ini. Sewaktu pelayanannya hampir usai, Yesus mengatakan, ”Yerusalem, yang mematikan nabi-nabi dan yang merajam mereka yang diutus kepadanya,—betapa sering aku ingin mengumpulkan anak-anakmu bersama . . . Tetapi kamu sekalian tidak mau. Lihat! Rumahmu ditinggalkan kepadamu.” (Matius 23:37, 38) Perubahan situasi bangsa tersebut menandai langkah penting dalam realisasi maksud-tujuan Allah untuk memberkati semua bangsa.
Tidak lama setelah itu, Petrus dan tiga rasul lain mendengar Yesus memberikan sebuah nubuat terperinci tentang ”penutup sistem perkara”.d Apa yang Yesus nubuatkan memiliki penggenapan pertama sewaktu Yerusalem diserang dan dihancurkan oleh orang-orang Romawi pada tahun 66-70 M. Sejarah membuktikan bahwa apa yang Yesus ramalkan benar-benar terjadi. Petrus menyaksikan hal-hal yang Yesus ramalkan, dan ini terlihat dalam 1 dan 2 Petrus, dua buku yang ditulis Petrus.—1 Petrus 1:13; 4:7; 5:7, 8; 2 Petrus 3:1-3, 11, 12.
Selama pelayanannya, Yesus dengan sabar mengulurkan kebaikan hati kepada orang-orang Yahudi di sekitarnya. Namun, ia tidak menahan diri dari mengutuki kefasikan. Hal ini membantu Petrus, dan ini hendaknya membantu kita juga, untuk memahami Pencipta kita secara lebih sepenuhnya. Seraya ia melihat hal-hal lain sebagai penggenapan nubuat Yesus, Petrus menulis bahwa orang-orang Kristen hendaknya tetap ”mengingat kehadiran hari Yehuwa”. Petrus juga mengatakan, ”Yehuwa tidak lambat sehubungan dengan janjinya, sebagaimana beberapa orang anggap kelambatan, tetapi ia sabar terhadap kamu karena ia tidak menginginkan seorang pun dibinasakan tetapi menginginkan semuanya mencapai pertobatan.” Kemudian Petrus memberikan kata-kata anjuran tentang ’langit baru dan bumi baru yang di dalamnya keadilbenaran akan tinggal’. (2 Petrus 3:3-13) Apakah kita, seperti Petrus, menghargai sifat-sifat Allah yang tercermin dalam diri Yesus, dan apakah kita memanifestasikan kepercayaan terhadap janji-janji-Nya untuk masa depan?
Mengapa Yesus Mati?
Pada malam terakhirnya bersama para rasul, Yesus menikmati perjamuan istimewa dengan mereka. Pada perjamuan semacam itu, seorang tuan rumah Yahudi biasanya memperlihatkan keramahtamahan dengan mencuci kaki para tamu, yang mungkin telah berjalan menggunakan kasut di jalan yang berdebu. Akan tetapi, tidak seorang pun menawarkan diri untuk melakukan hal itu kepada Yesus. Maka, ia dengan rendah hati bangkit, mengambil handuk dan baskom, dan mulai mencuci kaki rasul-rasul. Sewaktu giliran Petrus tiba, dia segan menerima pelayanan dari Yesus. Petrus mengatakan, ”Engkau sekali-kali tidak akan mencuci kakiku.” ”Kecuali aku mencuci engkau,” jawab Yesus, ”engkau tidak mempunyai bagian bersamaku.” Ia tahu bahwa ia segera akan mati, maka Yesus menambahkan, ”Karena itu, jika aku, meskipun Tuan dan Guru, mencuci kakimu, kamu juga wajib mencuci kaki satu sama lain. Karena aku menetapkan pola bagimu, agar, sebagaimana aku melakukan kepadamu, kamu harus melakukan juga.”—Yohanes 13:5-17.
Beberapa dekade kemudian, Petrus mendesak orang-orang Kristen untuk meniru Yesus, bukan dalam suatu upacara mencuci kaki, melainkan untuk dengan rendah hati melayani orang-orang lain sebaliknya daripada ”memerintah atas” mereka. Petrus juga sadar bahwa teladan Yesus membuktikan bahwa ”Allah menentang orang yang angkuh, tetapi ia memberikan kebaikan hati yang tidak layak diterima kepada orang yang rendah hati”. Sungguh suatu pelajaran yang bagus tentang Sang Pencipta! (1 Petrus 5:1-5; Mazmur 18:36) Namun, Petrus belajar lebih banyak lagi.
Setelah perjamuan terakhir tersebut, Yudas Iskariot, seorang rasul namun yang kemudian menjadi seorang pencuri, membawa segerombolan pria bersenjata untuk menangkap Yesus. Sewaktu mereka melakukan hal itu, Petrus bereaksi. Ia menghunus pedangnya dan melukai seorang pria dalam gerombolan itu. Yesus menegur Petrus, ”Kembalikan pedangmu ke tempatnya, karena semua orang yang mengangkat pedang akan binasa oleh pedang.” Kemudian, di hadapan Petrus, Yesus menyentuh pria ini, menyembuhkannya. (Matius 26:47-52; Lukas 22:49-51) Jelaslah, Yesus bertindak selaras dengan ajarannya untuk ’terus mengasihi musuh-musuhmu’, ia meniru Bapaknya, yang ”membuat mataharinya terbit atas orang-orang yang fasik dan yang baik dan menurunkan hujan atas orang-orang yang adil-benar dan yang tidak adil-benar”.—Matius 5:44, 45.
Selama malam yang menegangkan tersebut, Yesus menjalani pemeriksaan kilat yang asal-asalan oleh majelis pengadilan tinggi Yahudi. Ia dengan curang dituduh menghujah, dibawa ke Gubernur Romawi, dan kemudian dengan tidak adil diserahkan untuk dieksekusi. Orang-orang Yahudi dan Romawi mengejeknya. Ia dianiaya secara brutal dan akhirnya dipantek. Banyak dari antara perlakuan buruk tersebut merupakan penggenapan nubuat yang ditulis berabad-abad sebelumnya. Bahkan para prajurit yang mengamati Yesus di tiang siksaan mengakui, ”Pasti ini Putra Allah.”—Matius 26:57–27:54; Yohanes 18:12–19:37.
Perkembangan ini pasti menyebabkan Petrus dan orang-orang lain bertanya, ’Mengapa Kristus harus mati?’ Baru belakangan mereka mengerti. Antara lain, peristiwa-peristiwa tersebut menggenapi nubuat dalam Yesaya pasal 53, yang memperlihatkan bahwa Kristus akan menyediakan pembebasan bukan hanya bagi orang-orang Yahudi namun juga bagi segenap umat manusia. Petrus menulis, ”Ia sendiri menanggung dosa-dosa kita dalam tubuhnya sendiri pada tiang, agar kita dapat dibebaskan dari dosa dan hidup untuk keadilbenaran. Dan ’oleh bilur-bilurnya kamu disembuhkan’.” (1 Petrus 2:21-25) Petrus memahami makna kebenaran yang Yesus nyatakan, ”Putra manusia datang, bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani dan memberikan jiwanya sebagai tebusan untuk penukar bagi banyak orang.” (Matius 20:28) Ya, Yesus harus mengorbankan hak hidupnya sebagai manusia yang sempurna demi membeli kembali umat manusia dari keadaan berdosa yang diwariskan Adam. Itu adalah ajaran dasar Alkitab—tebusan.
Apa yang tercakup dalam tebusan? Anda dapat memikirkannya dengan cara ini: Misalnya Anda memiliki sebuah komputer namun salah satu file elektroniknya rusak karena suatu kesalahan (atau virus) yang telah ditanamkan seseorang dalam sebuah program yang sebenarnya sempurna. Ini adalah ilustrasi mengenai pengaruh yang Adam berikan sewaktu ia sengaja tidak menaati Allah, atau berdosa. Mari kita teruskan ilustrasi tersebut. Salinan apa pun yang Anda buat atas file elektronik yang rusak tersebut akan terpengaruh. Namun, ada jalan keluarnya. Dengan sebuah program khusus, Anda dapat mendeteksi dan menyingkirkan kesalahan apa pun yang merusak file dan komputer Anda. Demikian pula, umat manusia telah menerima ”virus”, dosa, dari Adam dan Hawa, dan kita membutuhkan bantuan dari luar untuk menyingkirkannya. (Roma 5:12) Menurut Alkitab, Allah memberikan sarana pembersihan ini, yaitu kematian Yesus. Ini merupakan persediaan penuh kasih yang mendatangkan manfaat bagi kita.—1 Korintus 15:22.
Penghargaan akan apa yang Yesus lakukan, menggerakkan Petrus untuk ”menjalani sisa waktunya dalam daging, tidak lagi untuk hasrat manusia, tetapi untuk kehendak Allah”. Bagi Petrus dan juga bagi kita, ini berarti menghindari praktek yang bejat dan gaya hidup yang amoral. Orang yang berjuang untuk melakukan ”kehendak Allah” mungkin akan dipersulit oleh orang-orang lain. Akan tetapi, ia akan mendapati kehidupannya menjadi lebih kaya dan lebih bermakna. (1 Petrus 4:1-3, 7-10, 15, 16) Itulah yang dialami Petrus, dan demikian pula dengan kita jika kita ’mempercayakan jiwa, atau kehidupan kita, kepada Pencipta yang setia seraya melakukan kebaikan’.—1 Petrus 4:19.
Seorang Murid yang Memahami Kasih
Rasul Yohanes adalah murid lain yang bergaul akrab dengan Yesus dan yang, karena itu, dapat membantu kita memahami Sang Pencipta dengan lebih sepenuhnya. Yohanes menulis sebuah Injil serta tiga surat (1, 2, dan 3 Yohanes). Dalam salah satu surat, ia memberi kita pemahaman ini, ”Kita tahu bahwa Putra Allah telah datang, dan ia telah memberi kita kesanggupan intelektual agar kita mendapat pengetahuan mengenai pribadi yang benar [Sang Pencipta]. Dan kita ada dalam persatuan dengan pribadi yang benar, dengan perantaraan Yesus Kristus Putranya. Inilah Allah yang benar dan kehidupan abadi.”—1 Yohanes 5:20.
Upaya Yohanes untuk memperoleh pengetahuan tentang ”pribadi yang benar” melibatkan penggunaan ”kesanggupan intelektual”-nya. Apa yang dipahami Yohanes tentang sifat-sifat Sang Pencipta? ”Allah adalah kasih,” tulis Yohanes, ”dan ia yang tetap dalam kasih tetap dalam persatuan dengan Allah.” Mengapa Yohanes dapat merasa yakin akan hal itu? ”Kasih itu dalam hal ini adalah, bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi dia yang telah mengasihi kita dan telah mengutus Putranya” untuk memberikan korban tebusan bagi kita. (1 Yohanes 4:10, 16) Seperti Petrus, Yohanes juga tersentuh oleh kasih Allah yang diperlihatkan dengan cara mengutus Putra-Nya untuk mati demi kepentingan kita.
Karena sangat akrab dengan Yesus, Yohanes dapat menyelami perasaannya. Suatu kejadian di Betani, di dekat Yerusalem, sangat berkesan bagi Yohanes. Setelah menerima laporan bahwa Lazarus, sahabatnya, sakit keras, Yesus mengadakan perjalanan ke Betani. Sewaktu ia dan para rasul tiba, Lazarus telah mati sekurang-kurangnya empat hari. Yohanes tahu bahwa Sang Pencipta, Sumber kehidupan manusia, mendukung Yesus. Maka dapatkah Yesus membangkitkan Lazarus? (Lukas 7:11-17; 8:41, 42, 49-56) Yesus mengatakan kepada saudara perempuan Lazarus, Marta, ”Saudaramu akan bangkit.”—Yohanes 11:1-23.
Kemudian Yohanes melihat saudara perempuan Lazarus yang lain, Maria, mendatangi Yesus. Bagaimana reaksi Yesus? Ia ”mengerang dalam roh dan merasa susah”. Untuk menggambarkan reaksi Yesus, Yohanes menggunakan sebuah kata Yunani (yang diterjemahkan ”groaned” dalam bahasa Inggris) yang mengandung arti luapan perasaan yang terdalam dari hati. Yohanes dapat melihat bahwa Yesus ”merasa susah”, atau gundah, sangat berdukacita. Yesus tidak acuh tak acuh atau tidak peduli. Ia ”mengeluarkan air mata”. (Yohanes 11:30-37) Jelaslah, Yesus memiliki perasaan yang peka dan lembut, yang membantu Yohanes untuk menghargai perasaan Sang Pencipta, dan ini hendaknya membantu kita dengan cara yang serupa.
Yohanes tahu bahwa luapan perasaan Yesus berkaitan dengan tindakan-tindakan yang positif karena ia mendengar Yesus berseru, ”Lazarus, marilah ke luar!” Dan terjadilah demikian. Lazarus hidup kembali dan keluar dari makam. Hal itu pasti membawa sukacita yang luar biasa bagi saudara-saudara perempuannya dan bagi orang-orang lain yang menyaksikan! Banyak orang yang kemudian menaruh iman kepada Yesus. Musuh-musuhnya tidak dapat menyangkal bahwa ia telah melakukan kebangkitan ini, namun sewaktu kabar tentang hal itu menyebar, mereka ”bermufakat mematikan Lazarus” dan Yesus.—Yohanes 11:43; 12:9-11.
Alkitab melukiskan Yesus sebagai ’gambaran yang tepat dari diri pribadi Sang Pencipta’. (Ibrani 1:3) Oleh karena itu, pelayanan Yesus menyediakan berlimpah bukti tentang keinginan yang sangat kuat dalam dirinya dan Bapaknya untuk mengakhiri keganasan penyakit dan kematian. Dan ini mencakup lebih daripada beberapa kebangkitan yang dicatat di dalam Alkitab. Yohanes hadir dan mendengar ketika Yesus mengatakan, ”Jamnya akan tiba ketika semua orang yang di dalam makam peringatan akan mendengar suara [sang Putra] dan keluar.” (Yohanes 5:28, 29) Perhatikan bahwa sebaliknya daripada menggunakan kata yang umum untuk makam, Yohanes di sini menggunakan sebuah kata yang diterjemahkan ”makam peringatan”. Mengapa?
Daya ingat Allah tersangkut dalam hal ini. Tentu saja, Sang Pencipta jagat raya yang sangat luas ini dapat mengingat setiap perincian mengenai tiap-tiap orang yang kita kasihi yang telah meninggal, termasuk sifat-sifat bawaan mereka maupun sifat-sifat yang mereka pupuk. (Bandingkan Yesaya 40:26.) Dan bukan hanya karena Ia dapat mengingat. Melainkan, karena Ia maupun Putra-Nya ingin mengingat. Sehubungan dengan prospek luar biasa akan kebangkitan itu, Ayub yang setia mengatakan tentang Allah, ”Kalau manusia mati, dapatkah ia hidup lagi? . . . Engkau [Yehuwa] akan memanggil, dan akupun akan menyahut; Engkau akan rindu kepada buatan tangan-Mu.” (Ayub 14:14, 15; Markus 1:40-42) Kita mempunyai Pencipta yang sungguh luar biasa, yang layak kita sembah!
Yesus yang Telah Dibangkitkan—Kunci Menuju Kehidupan yang Penuh Makna
Murid yang dikasihi, Yohanes, mengamati Yesus dengan saksama sampai kematiannya. Tidak hanya itu, Yohanes mencatat kebangkitan terbesar yang pernah terjadi, suatu peristiwa yang membubuh dasar yang kukuh agar kita dapat memiliki kehidupan yang permanen serta penuh makna.
Musuh-musuh Yesus mengeksekusi dirinya, memakukannya pada sebuah tiang seperti seorang penjahat. Orang-orang yang melihat—termasuk para pemimpin agama—mengolok-oloknya sewaktu ia menderita selama berjam-jam. Meskipun sangat menderita di tiang, Yesus melihat ibunya sendiri dan berkata kepadanya tentang Yohanes, ”Wanita, lihatlah! Putramu!” Pada saat itu, Maria pasti telah menjanda, dan anak-anaknya yang lain belum menjadi murid Yesus.e Oleh karena itu, Yesus mempercayakan pemeliharaan ibunya yang lanjut usia kepada muridnya, Yohanes. Ini sekali lagi memperlihatkan cara berpikir Sang Pencipta, yang menganjurkan agar para janda dan anak-anak yatim piatu diperhatikan.—Yohanes 7:5; 19:12-30; Markus 15:16-39; Yakobus 1:27.
Namun setelah mati, bagaimana Yesus dapat menjalankan perannya sebagai ’benih’ yang melaluinya ”semua bangsa di bumi akan mendapat berkat”? (Kejadian 22:18) Dengan kematiannya, pada sore itu di bulan April tahun 33 M, Yesus mengorbankan kehidupannya sebagai dasar untuk tebusan. Penderitaan yang dihadapi Putra-Nya yang tidak bersalah pastilah memedihkan hati Sang Bapak yang peka. Namun dengan cara ini, penyediaan harga tebusan yang dibutuhkan untuk membebaskan umat manusia dari perbudakan dosa dan kematian dimungkinkan. (Yohanes 3:16; 1 Yohanes 1:7) Pentas dipersiapkan untuk suatu penutup yang hebat.
Karena Yesus Kristus memainkan peran utama dalam pelaksanaan maksud-tujuan Allah, ia harus hidup kembali. Itulah yang terjadi, dan Yohanes menyaksikannya. Pagi-pagi sekali pada hari ketiga setelah kematian dan penguburan Yesus, beberapa murid pergi ke makam. Ternyata makamnya telah kosong. Ini membingungkan mereka sampai Yesus muncul di depan berbagai orang. Maria Magdalena melaporkan, ”Aku telah melihat Tuan!” Murid-murid tidak mempercayai kesaksiannya. Belakangan, murid-murid berkumpul dalam sebuah ruangan terkunci dan Yesus muncul sekali lagi, bahkan bercakap-cakap dengan mereka. Dalam beberapa hari, lebih dari 500 pria dan wanita menjadi saksi mata bahwa Yesus benar-benar hidup. Orang-orang yang mungkin skeptis pada waktu itu dapat mewawancarai saksi-saksi yang dapat dipercaya ini dan menguji benar tidaknya kesaksian mereka. Orang-orang Kristen ini dapat merasa yakin bahwa Yesus telah dibangkitkan dan hidup sebagai makhluk roh seperti Sang Pencipta. Bukti tentang hal itu sangat limpah dan dapat diandalkan sehingga banyak orang rela mati daripada harus menyangkal bahwa Yesus telah dibangkitkan.—Yohanes 20:1-29; Lukas 24:46-48; 1 Korintus 15:3-8.f
Rasul Yohanes juga menderita penganiayaan karena memberikan kesaksian tentang kebangkitan Yesus. (Penyingkapan 1:9) Namun, sewaktu berada di pembuangan sebagai seorang terpidana, ia menerima upah yang luar biasa. Yesus memberinya serangkaian penglihatan yang memperkenalkan Sang Pencipta kepada kita secara lebih jelas dan menyingkapkan apa yang akan terjadi di masa depan. Anda akan menemukannya dalam buku Penyingkapan, yang banyak menggunakan istilah lambang. Di buku ini, Yesus Kristus digambarkan sebagai seorang Raja berkemenangan yang akan segera menyelesaikan penaklukan atas musuh-musuhnya. Musuh-musuh tersebut termasuk kematian (musuh kita semua) dan makhluk roh yang bejat bernama Setan.—Penyingkapan 6:1, 2; 12:7-9; 19:19–20:3, 13, 14.
Menjelang akhir berita apokaliptiknya, Yohanes mendapat suatu penglihatan tentang waktu manakala bumi akan menjadi firdaus. Suatu suara menggambarkan keadaan yang akan terjadi kelak, ”Allah sendiri akan ada bersama [umat manusia]. Dan ia akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan kematian tidak akan ada lagi, juga tidak akan ada lagi perkabungan atau jeritan atau rasa sakit. Perkara-perkara yang terdahulu telah berlalu.” (Penyingkapan 21:3, 4) Dalam pelaksanaan maksud-tujuan Allah, janji yang Allah buat kepada Abraham akan digenapi.—Kejadian 12:3; 18:18.
Kelak, kehidupan akan menjadi ”kehidupan yang sebenarnya”, sebanding dengan apa yang ada di hadapan Adam sewaktu ia diciptakan. (1 Timotius 6:19) Umat manusia tidak akan meraba-raba lagi untuk mencari Pencipta mereka dan untuk memahami hubungan mereka dengan Dia. Akan tetapi, Anda mungkin bertanya, ’Kapan hal itu akan terjadi? Dan mengapa Pencipta kita yang peduli mengizinkan malapetaka dan penderitaan sampai saat ini?’ Marilah kita selanjutnya membahas pertanyaan-pertanyaan tersebut.
[Catatan Kaki]
a Matius, Markus, dan Yohanes menjadi saksi-saksi mata. Lukas mengadakan penelitian akademik atas dokumen-dokumen dan kesaksian langsung. Injil terbukti sebagai catatan yang jujur, akurat, dan dapat dipercaya.—Lihat Buku Bagi Semua Orang, halaman 16-17, diterbitkan oleh Watchtower Bible and Tract Society of New York, Inc.
b Quran mengatakan, ”Namanya adalah Kristus Yesus, putra Maria, dihormati di dunia dan di alam baka.” (Sura 3:45) Sebagai manusia, Yesus adalah putra Maria. Namun siapa ayahnya? Quran menyatakan, ”Di hadapan Allah, Yesus itu sebanding dengan Adam.” (Sura 3:59) Kitab Suci menyebut Adam sebagai ”putra Allah”. (Lukas 3:23, 38) Adam dan Yesus tidak memiliki ayah manusia; juga bukan sebagai hasil hubungan seksual dengan seorang wanita. Maka, sebagaimana Adam adalah putra Allah, demikian pula dengan Yesus.
c Sikap Yesus sama dengan sikap Yehuwa, seperti yang dilukiskan dalam Mazmur 103 dan di Yesaya 1:18-20.
d Kita dapat membaca nubuat tersebut dalam Matius pasal 24, Markus pasal 13, dan Lukas pasal 21.
e Paling sedikit dua dari antara mereka belakangan menjadi murid dan menulis surat-surat anjuran yang terdapat di dalam Alkitab, Yakobus dan Yudas.
f Seorang perwira tinggi Roma mendengar kesaksian Petrus sebagai seorang saksi mata, ”Kamu tahu pokok yang dibicarakan di seluruh Yudea . . . Allah membangkitkan Pribadi ini pada hari ketiga dan memperkenan dia untuk menjadi nyata . . . dia memerintahkan kami untuk memberitakan kepada orang-orang dan memberikan kesaksian yang saksama bahwa inilah Pribadi yang ditetapkan oleh Allah untuk menghakimi yang hidup dan yang mati.”—Kisah 2:32; 3:15; 10:34-42.
[Kotak di hlm. 150]
Anda pasti senang membandingkan catatan-catatan yang paralel tentang penyembuhan oleh Yesus atas ibu mertua Petrus. (Matius 8:14-17; Markus 1:29-31; Lukas 4:38, 39) Tabib Lukas menyertakan perincian medis bahwa ia menderita ”demam tinggi”. Apa yang memungkinkan Yesus untuk menyembuhkannya dan orang-orang lain? Lukas mengakui bahwa ”kuasa Yehuwa ada di sana bagi [Yesus] untuk melakukan penyembuhan”.—Lukas 5:17; 6:19; 9:43.
[Kotak di hlm. 152]
Khotbah Termasyhur sepanjang Masa
Pemimpin orang Hindu, Mohandas Gandhi, pernah mengatakan bahwa dengan mengikuti pengajarannya, ”kita sudah memecahkan masalah-masalah . . . seluruh dunia”. Ahli antropologi terkenal, Ashley Montagu, menulis bahwa penemuan modern tentang pentingnya kasih secara psikologis, sebenarnya hanya ”peneguhan” atas khotbah ini.
Pria-pria ini memaksudkan Khotbah Yesus di Gunung. Gandhi juga mengatakan bahwa ”pengajaran Khotbah tersebut ditujukan kepada kita semua”. Profesor Hans Dieter Betz baru-baru ini mengatakan, ”Pengaruh yang diberikan oleh Khotbah di Gunung secara umum jauh melebihi batas Yudaisme dan kekristenan, atau bahkan kebudayaan Barat.” Ia menambahkan bahwa khotbah ini memiliki ”daya tarik unik yang universal”.
Bagaimana jika Anda membaca ceramah yang relatif singkat namun sangat menarik ini? Anda dapat membacanya di Matius pasal 5 sampai 7 dan di Lukas 6:20-49. Berikut ini adalah beberapa pokok penting yang dapat kita peroleh dari khotbah termasyhur ini:
Cara memperoleh kebahagiaan—Matius 5:3-12; Lukas 6:20-23.
Cara mempertahankan harga diri—Matius 5:14-16, 37; 6:2-4, 16-18; Lukas 6:43-45.
Cara memperbaiki hubungan dengan orang-orang lain—Matius 5:22-26, 38-48; 7:1-5, 12; Lukas 6:27-38, 41, 42.
Cara mengurangi problem-problem perkawinan—Matius 5:27-32.
Cara menanggulangi kekhawatiran—Matius 6:25-34.
Cara mengenali pemalsuan agama—Matius 6:5-8, 16-18; 7:15-23.
Cara menemukan makna kehidupan—Matius 6:9-13, 19-24, 33; 7:7-11, 13, 14, 24-27; Lukas 6:46-49.
[Kotak di hlm. 159]
Pria yang Aktif
Yesus Kristus bukan seorang pertapa yang pasif. Ia adalah pria aktif yang tegas. Ia mengadakan perjalanan ke ”desa-desa dalam suatu wilayah sambil mengajar”, membantu orang-orang yang ”dikuliti dan dibuang seperti domba-domba tanpa gembala”. (Markus 6:6; Matius 9:36; Lukas 8:1) Tidak seperti banyak pemimpin agama yang kaya raya dewasa ini, Yesus tidak mengumpulkan kekayaan; ia ”tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepalanya”.—Matius 8:20.
Meskipun Yesus memusatkan upayanya untuk penyembuhan dan pemberian makanan rohani, ia tidak mengabaikan kebutuhan jasmani orang-orang. Ia menyembuhkan orang sakit, cacat, dan yang kerasukan hantu. (Markus 1:32-34) Pada dua peristiwa, ia memberi makan ribuan pendengarnya yang sangat antusias karena ia merasa kasihan terhadap mereka. (Markus 6:35-44; 8:1-8) Motivasinya untuk melakukan mukjizat adalah keprihatinannya terhadap orang-orang.—Markus 1:40-42.
Yesus bertindak dengan tegas pada waktu ia mengusir para pedagang yang tamak dari bait. Orang-orang yang mengamatinya mengingat kata-kata sang pemazmur, ”Gairah terhadap rumahmu akan memakan habis aku.” (Yohanes 2:14-17) Ia tidak menahan perkataannya sewaktu mengutuk para pemimpin agama yang munafik. (Matius 23:1-39) Ia juga tidak takluk terhadap tekanan dari pria-pria yang memiliki kedudukan politik yang penting.—Matius 26:59-64; Yohanes 18:33-37.
Anda akan merasa tergetar bila membaca mengenai pelayanan Yesus yang dinamis. Banyak orang yang melakukan hal itu untuk pertama kali, memulainya dari catatan Markus yang singkat namun hidup tentang pria yang aktif ini.
[Kotak di hlm. 164]
Yesus Menggerakkan Mereka untuk Bertindak
Dalam buku Kisah, kita dapat menemukan catatan sejarah tentang bagaimana Petrus, Yohanes, dan orang-orang lain memberikan kesaksian tentang kebangkitan Yesus. Sebagian besar dari buku ini menceritakan peristiwa-peristiwa yang melibatkan seorang siswa hukum yang cerdas bernama Saulus, atau Paulus, yang sebelumnya dengan keras menentang kekristenan. Yesus yang dibangkitkan muncul di hadapannya. (Kisah 9:1-16) Karena Paulus memiliki bukti yang tak dapat disangkal bahwa Yesus hidup di surga, maka ia memberikan kesaksian dengan bergairah tentang fakta ini kepada orang-orang Yahudi dan orang-orang non-Yahudi, termasuk para filsuf dan penguasa. Kita akan sangat terkesan bila membaca apa yang ia katakan kepada pria-pria yang terpelajar dan berpengaruh.—Kisah 17:1-3, 16-34; 26:1-29.
Selama beberapa dekade, Paulus menulis banyak buku dalam bagian yang disebut Perjanjian Baru, atau Kitab-Kitab Yunani Kristen. Kebanyakan Alkitab mempunyai suatu daftar isi, atau daftar buku. Paulus menulis 14 dari antara buku-buku tersebut, dari Roma sampai Ibrani. Buku-buku ini menyediakan kebenaran yang dalam dan petunjuk yang bijaksana bagi orang-orang Kristen pada waktu itu. Buku-buku itu bahkan lebih bernilai bagi kita, yang tidak dapat langsung menemui para rasul dan saksi-saksi lain dari pengajaran, pekerjaan, dan kebangkitan Yesus. Anda akan mendapati bahwa tulisan-tulisan Paulus dapat membantu Anda dalam kehidupan keluarga Anda, dalam berurusan dengan rekan-rekan sekerja dan sesama, serta dalam mengarahkan kehidupan Anda sehingga memiliki makna yang sejati dan mendatangkan kepuasan bagi Anda.
[Gambar di hlm. 146]
Para ilmuwan mengadakan pembuahan ”in vitro”. Sang Pencipta memindahkan kehidupan Putra-Nya untuk menjadi seorang manusia
[Gambar di hlm. 148]
Banyak orang yang mendengar Yesus dan melihat caranya ia berurusan dengan manusia, dapat mengenal Bapaknya secara lebih baik
[Gambar di hlm. 154]
Yesus mencuci kaki rasul-rasulnya, menyediakan suatu pola kerendahan hati yang dihargai oleh Sang Pencipta
[Gambar di hlm. 157]
Suatu kesalahan (atau virus) pada komputer dapat disingkirkan dari sistem; umat manusia membutuhkan tebusan Yesus untuk menyingkirkan ketidaksempurnaan yang diwarisi
[Gambar di hlm. 163]
Para saksi mata melihat bahwa Yesus dimasukkan ke dalam sebuah makam (seperti ini) dan dibangkitkan kepada kehidupan pada hari ketiga