Pasal Dua
Bapak yang Putra-Putranya Suka Memberontak
1, 2. Jelaskan bagaimana sampai Yehuwa mempunyai putra-putra yang suka memberontak.
DIA memenuhi segala kebutuhan anak-anaknya, seperti halnya semua orang-tua yang pengasih. Selama bertahun-tahun, Dia memastikan agar mereka mendapat sandang, pangan, dan papan. Bila perlu, Dia mendisiplin mereka. Akan tetapi, penghukuman yang mereka terima tidak pernah berlebihan; itu selalu dijalankan ”sampai taraf yang patut”. (Yeremia 30:11) Oleh karena itu, kita dapat membayangkan kepedihan yang dirasakan sang bapak yang pengasih ini sewaktu harus membuat pernyataan, ”Putra-putra telah aku besarkan dan asuh, tetapi mereka memberontak terhadap aku.” —Yesaya 1:2b.
2 Putra-putra yang suka memberontak tersebut adalah orang-orang Yehuda, dan bapak yang merasa sedih itu adalah Allah Yehuwa. Benar-benar tragis! Yehuwa telah memelihara orang-orang Yehuda dan membesarkan mereka hingga mereka mempunyai kedudukan tinggi di antara bangsa-bangsa. ”Aku mengenakan pakaian bersulam kepadamu dan mengenakan sepatu kulit anjing laut kepadamu dan menyelubungi engkau dengan linen halus dan menyelimuti engkau dengan kain yang mahal,” demikianlah Dia kemudian mengingatkan mereka melalui nabi Yehezkiel. (Yehezkiel 16:10) Namun, pada umumnya, orang-orang Yehuda tidak menghargai apa yang telah Yehuwa lakukan bagi mereka. Mereka malah memberontak, atau membangkang.
3. Mengapa Yehuwa meminta langit dan bumi memberikan kesaksian tentang pemberontakan Yehuda?
3 Sungguh beralasan jika Yehuwa mengawali pernyataan sehubungan dengan putra-putra-Nya yang suka memberontak itu dengan kata-kata berikut, ”Dengarlah, hai, langit, dan berilah telinga, hai, bumi, karena Yehuwa telah berfirman.” (Yesaya 1:2a) Berabad-abad sebelumnya, langit dan bumi seakan-akan mendengar ketika orang Israel menerima peringatan yang jelas sehubungan dengan akibat ketidaktaatan. Musa berkata, ”Aku menjadikan langit dan bumi sebagai saksi sehubungan dengan kamu pada hari ini, bahwa kamu pasti akan lenyap dengan segera dari negeri yang akan kamu masuki dengan menyeberangi Sungai Yordan untuk mengambilnya sebagai milik.” (Ulangan 4:26) Kini, pada zaman Yesaya, Yehuwa meminta langit yang tidak kelihatan dan bumi yang kelihatan untuk memberikan kesaksian tentang pemberontakan Yehuda.
4. Yehuwa memilih untuk membawakan diri-Nya sebagai apa bagi Yehuda?
4 Situasi yang serius ini perlu langsung diatasi. Namun, sungguh menggugah—dan menghangatkan hati—bahwa Yehuwa, bahkan dalam keadaan yang parah ini, membawakan diri-Nya sebagai orang-tua yang pengasih bagi Yehuda dan bukan sekadar sebagai pribadi yang telah membeli serta memiliki mereka. Sebenarnya, Yehuwa meminta umat-Nya untuk mempertimbangkan pokok permasalahannya dari sudut pandang seorang bapak yang sangat sedih karena putra-putra-Nya yang suka melawan. Barangkali beberapa orang-tua di Yehuda secara pribadi bahkan dapat merasakan hal yang sama dan tergugah oleh analogi tersebut. Bagaimanapun, Yehuwa akan segera mengemukakan perkaranya sehubungan dengan Yehuda.
Binatang Tidak Berakal Saja Tahu Balas Budi
5. Berbeda dengan Israel, bagaimana lembu dan keledai dapat dikatakan menunjukkan suatu bentuk kesetiaan?
5 Melalui Yesaya, Yehuwa berfirman, ”Lembu mengenal baik pembelinya, dan keledai mengenal palungan pemiliknya; sedangkan Israel tidak mengenalnya, umatku berperilaku tanpa pengertian.” (Yesaya 1:3)a Lembu dan keledai adalah binatang beban yang tidak asing lagi bagi orang-orang yang tinggal di Timur Tengah. Ya, orang-orang Yehuda tidak dapat menyangkal bahwa binatang-binatang yang hina ini saja dapat menunjukkan suatu bentuk kesetiaan, suatu kesadaran bahwa mereka adalah milik tuannya. Sehubungan dengan hal ini, perhatikan apa yang disaksikan oleh seorang peneliti Alkitab pada waktu senja di sebuah kota di Timur Tengah, ”Segera setelah kawanan binatang tersebut memasuki kota, masing-masing pun berpencar. Setiap lembu tahu betul siapa pemiliknya, dan jalan menuju rumahnya, dan sedikit pun ia tidak bingung sekalipun harus melalui gang-gang sempit yang rumit dan berliku-liku. Sedangkan keledai, ia berjalan langsung ke pintu, menuju ’palungan tuannya’.”
6. Bagaimana orang-orang Yehuda gagal bertindak dengan pengertian?
6 Pemandangan seperti itu pasti sangat umum pada zaman Yesaya, maka inti berita dari Yehuwa jelas: Jika binatang yang tidak berakal saja bisa mengenali tuannya dan palungannya, dalih apa lagi yang bisa dikemukakan orang Yehuda karena telah meninggalkan Yehuwa? Sesungguhnya, mereka telah ”berperilaku tanpa pengertian”. Halnya seolah-olah mereka tidak sadar akan fakta bahwa kemakmuran dan keberadaan mereka bergantung pada Yehuwa. Benar-benar suatu bukti belas kasihan bahwa Yehuwa masih menyebut orang-orang Yehuda sebagai ”umatku”!
7. Dengan cara apa saja kita dapat memperlihatkan penghargaan atas persediaan-persediaan Yehuwa?
7 Tentunya, kita tidak akan pernah mau berperilaku tanpa pengertian dengan tidak memperlihatkan penghargaan atas semua yang telah Yehuwa lakukan demi kita. Sebaliknya, kita hendaknya meniru Daud, sang pemazmur, yang berkata, ”Aku akan menyanjungmu, oh, Yehuwa, dengan segenap hatiku; aku akan menyatakan semua pekerjaanmu yang menakjubkan.” (Mazmur 9:1) Kita akan terdorong untuk melakukan hal ini jika kita terus mencari pengetahuan tentang Yehuwa, karena Alkitab menyatakan bahwa ”pengetahuan tentang Pribadi Yang Mahakudus adalah pengertian”. (Amsal 9:10) Dengan setiap hari merenungkan berkat-berkat Yehuwa, kita akan dibantu untuk memiliki rasa syukur dan menghargai Bapak surgawi kita. (Kolose 3:15) ”Orang yang mempersembahkan ucapan syukur sebagai korbannya adalah orang yang memuliakan aku,” firman Yehuwa, ”dan mengenai orang yang memelihara jalan, aku akan menyebabkan dia melihat penyelamatan oleh Allah.”—Mazmur 50:23.
Penghinaan yang Keterlaluan terhadap ”Pribadi Kudus Israel”
8. Mengapa orang Yehuda dapat disebut ”bangsa yang penuh dosa”?
8 Yesaya melanjutkan beritanya kepada bangsa Yehuda dengan kata-kata yang keras, ”Celaka bagi bangsa yang penuh dosa, orang-orang yang sarat dengan kesalahan, benih yang melakukan kejahatan, putra-putra yang bejat! Mereka telah meninggalkan Yehuwa, mereka telah memperlakukan Pribadi Kudus Israel dengan tidak hormat, mereka telah berbalik membelakangi dia.” (Yesaya 1:4) Perbuatan-perbuatan fasik bisa bertumpuk sehingga menjadi beban yang sangat mengimpit. Pada zaman Abraham, dosa-dosa Sodom dan Gomora digambarkan oleh Yehuwa sebagai ”sangat berat”. (Kejadian 18:20) Hal yang serupa kini jelas terlihat di kalangan orang Yehuda, karena Yesaya mengatakan bahwa mereka ”sarat dengan kesalahan”. Selain itu, ia menyebut mereka ”benih yang melakukan kesalahan, putra-putra yang bejat”. Ya, orang Yehuda berlaku seperti anak durhaka. Mereka telah ”berbalik membelakangi”, atau sebagaimana dikatakan New Revised Standard Version, mereka ”benar-benar terpisah” dari Bapak mereka.
9. Apa makna ungkapan ”Pribadi Kudus Israel”?
9 Dengan menempuh haluan suka melawan, orang Yehuda benar-benar bersikap tidak hormat terhadap ”Pribadi Kudus Israel”. Apa makna ungkapan itu, yang terdapat 25 kali dalam buku Yesaya? Kudus berarti bersih dan murni. Yehuwa kudus pada tingkat yang paling tinggi. (Penyingkapan [Wahyu] 4:8) Orang Israel diingatkan akan fakta itu setiap kali mereka melihat kata-kata ”Yehuwa adalah Kudus” yang terukir di atas lempeng emas yang berkilap pada serban imam besar. (Keluaran 39:30) Jadi, dengan menyebut Yehuwa sebagai ”Pribadi Kudus Israel”, Yesaya menandaskan betapa seriusnya dosa Yehuda. Ya, para pemberontak ini jelas-jelas melanggar perintah yang diberikan kepada bapak leluhur mereka, ”Kamu harus menyucikan dirimu dan kamu harus menjadi kudus, karena aku kudus”!—Imamat 11:44.
10. Bagaimana kita menghindari sikap tidak hormat terhadap ”Pribadi Kudus Israel”?
10 Orang Kristen dewasa ini harus berupaya sebisa-bisanya untuk tidak mengikuti sikap tidak hormat yang Yehuda perlihatkan terhadap ”Pribadi Kudus Israel”. Mereka harus meniru kekudusan Yehuwa. (1 Petrus 1:15, 16) Dan, mereka perlu ’membenci apa yang jahat’. (Mazmur 97:10) Praktek-praktek najis seperti perbuatan seksual yang amoral, penyembahan berhala, pencurian, dan pemabukan dapat merusak sidang Kristen. Itulah sebabnya mereka yang tidak mau berhenti mempraktekkan hal-hal ini dipecat dari sidang. Akhirnya, mereka yang terus mengikuti haluan yang najis dan tidak bertobat, tidak akan menikmati berkat-berkat dari pemerintahan Kerajaan Allah. Ya, semua praktek fasik demikian merupakan penghinaan yang keterlaluan terhadap ”Pribadi Kudus Israel”.—Roma 1:26, 27; 1 Korintus 5:6-11; 6:9, 10.
Sakit dari Kepala sampai Kaki
11, 12. (a) Gambarkan keadaan buruk yang dialami Yehuda. (b) Mengapa kita tidak perlu mengasihani Yehuda?
11 Yesaya kemudian berupaya keras untuk mengajak orang Yehuda bernalar dengan menunjukkan kepada mereka keadaan mereka yang sakit. Ia berkata, ”Di mana lagi kamu akan dipukul, karena kamu menambah pemberontakan?” Sebenarnya, yang Yesaya tanyakan kepada mereka ialah, ’Belum cukupkah penderitaanmu? Mengapa kamu masih mendatangkan celaka bagi dirimu dengan terus memberontak?’ Yesaya selanjutnya berkata, ”Seluruh kepala berada dalam keadaan sakit, dan seluruh hati lemah. Dari telapak kaki bahkan sampai kepala, tidak ada bagian yang sehat darinya.” (Yesaya 1:5, 6a) Keadaan Yehuda sangat menjijikkan dan berpenyakitan—sakit secara rohani dari kepala sampai kaki. Benar-benar diagnosis yang menyedihkan!
12 Apakah kita perlu mengasihani Yehuda? Sama sekali tidak! Berabad-abad sebelumnya, segenap bangsa Israel telah diberi peringatan yang sepatutnya sehubungan dengan akibat ketidaktaatan. Antara lain, mereka diberi tahu, ”Yehuwa akan memukulmu dengan bisul yang ganas pada kedua lutut dan kakimu, yang tidak akan dapat disembuhkan, dari telapak kakimu sampai puncak kepalamu.” (Ulangan 28:35) Secara kiasan, Yehuda kini sedang menderita hal-hal itu sebagai akibat dari haluannya yang keras kepala. Dan, semua ini sebenarnya dapat dihindari kalau saja orang-orang Yehuda menaati Yehuwa.
13, 14. (a) Cedera apa yang ditimpakan ke atas Yehuda? (b) Apakah penderitaan Yehuda menggerakkannya untuk memikirkan kembali haluannya yang suka memberontak?
13 Yesaya selanjutnya menggambarkan keadaan Yehuda yang memprihatinkan, ”Luka-luka, memar, dan bilur-bilur baru—tidak dipijit atau dibalut, ataupun dibuat lembut dengan minyak.” (Yesaya 1:6b) Di sini, sang nabi berbicara tentang tiga jenis cedera: luka-luka (sayatan, seperti yang disebabkan oleh pedang atau pisau), memar (bengkak-bengkak akibat pukulan), dan bilur-bilur baru (luka baru yang menganga yang tampaknya tak tersembuhkan). Gagasan yang disajikan di sini adalah tentang seseorang yang dianiaya habis-habisan dengan segala cara yang bisa dibayangkan, dan tidak satu pun bagian tubuhnya yang terluput. Yehuda benar-benar babak belur.
14 Apakah kondisi Yehuda yang mengenaskan menggerakkannya untuk kembali kepada Yehuwa? Tidak! Yehuda seperti pemberontak yang digambarkan di Amsal 29:1, ”Orang yang berulang-ulang ditegur tetapi mengeraskan lehernya akan dengan mendadak dipatahkan, dan itu tidak dapat disembuhkan.” Bangsa itu tampaknya tak mungkin sembuh. Sebagaimana digambarkan Yesaya, luka Yehuda ”tidak dipijit atau dibalut, ataupun dibuat lembut dengan minyak”.b Dengan kata lain, Yehuda bagaikan luka menganga yang tidak diperban dan rasa sakitnya menjalar ke seluruh tubuh.
15. Bagaimana kita dapat melindungi diri agar tidak sakit secara rohani?
15 Kita dapat menarik pelajaran dari Yehuda, bahwa kita harus waspada agar tidak sakit secara rohani. Seperti halnya penyakit jasmani, itu dapat menjangkiti siapa pun di antara kita. Bukankah tidak ada seorang pun di antara kita yang kebal terhadap keinginan daging? Ketamakan dan hasrat untuk memperoleh kesenangan yang berlebihan dapat berakar dalam hati kita. Oleh karena itu, kita perlu melatih diri agar ’muak terhadap apa yang fasik’ dan ’berpaut pada apa yang baik’. (Roma 12:9) Kita juga perlu memupuk buah-buah roh Allah dalam kehidupan sehari-hari. (Galatia 5:22, 23) Dengan melakukan hal ini, kita akan terhindar dari keadaan yang dialami Yehuda—yaitu, sakit secara rohani dari kepala sampai kaki.
Negeri yang Ditelantarkan
16. (a) Bagaimana Yesaya menggambarkan keadaan tanah Yehuda? (b) Mengapa ada yang mengatakan bahwa kata-kata ini mungkin diucapkan pada masa pemerintahan Ahaz, tetapi dengan cara bagaimana kata-kata tersebut dapat kita pahami?
16 Yesaya kini beralih dari analogi medisnya ke keadaan tanah Yehuda. Seolah-olah ia sedang menatap suatu dataran yang diporak-porandakan peperangan, dan berkata, ”Negerimu adalah tempat yang tandus dan telantar, kota-kotamu dibakar dengan api; tanahmu—di hadapanmu orang asing memakannya sampai habis, dan keadaannya yang telantar adalah bagaikan digulingkan oleh orang asing.” (Yesaya 1:7) Beberapa pakar mengatakan bahwa sekalipun terdapat di awal buku Yesaya, kata-kata tersebut mungkin diucapkan belakangan dalam masa pelayanannya sebagai nabi, barangkali pada masa pemerintahan Raja Ahaz yang fasik. Mereka menyatakan dengan yakin bahwa tidak mungkin uraian yang suram semacam itu diucapkan pada masa pemerintahan Uzzia yang makmur. Memang, tidak dapat dipastikan apakah buku Yesaya disusun secara kronologis. Akan tetapi, kata-kata Yesaya tentang keadaan yang telantar bisa jadi bersifat nubuat. Sewaktu mengucapkan pernyataan di atas, kemungkinan besar Yesaya sedang menggunakan teknik yang biasa terdapat dalam Alkitab—teknik menggambarkan peristiwa di masa depan seolah-olah itu sudah terjadi, dengan demikian menekankan kepastian digenapinya nubuat tersebut.—Bandingkan Penyingkapan 11:15.
17. Mengapa gambaran nubuat tentang keadaan yang telantar seharusnya tidak mengejutkan orang Yehuda?
17 Bagaimanapun, gambaran nubuat tentang keadaan Yehuda yang telantar seharusnya tidak mengejutkan bangsa yang keras kepala dan tidak taat ini. Berabad-abad sebelumnya, Yehuwa memperingatkan mereka tentang apa yang akan terjadi jika mereka memberontak. Dia berfirman, ”Aku, aku akan membiarkan negeri itu telantar, dan musuh-musuhmu yang tinggal di sana akan tercengang. Dan kamu akan kuserakkan di antara bangsa-bangsa, dan aku akan menghunus pedang di belakang kamu; dan negerimu akan menjadi tempat yang tandus dan telantar, dan kota-kotamu akan menjadi puing yang telantar.”—Imamat 26:32, 33; 1 Raja 9:6-8.
18-20. Kapan kata-kata di Yesaya 1:7, 8 tergenap, dan dengan cara bagaimana Yehuwa ’meninggalkan beberapa orang selamat’ pada waktu itu?
18 Kata-kata di Yesaya 1:7 tampaknya tergenap sewaktu Asiria melakukan penyerbuan-penyerbuan yang mengakibatkan kehancuran Israel serta kebinasaan dan penderitaan yang meluas di Yehuda. (2 Raja 17:5, 18; 18:11, 13; 2 Tawarikh 29:8, 9) Akan tetapi, Yehuda tidak disapu bersih. Yesaya berkata, ”Putri Zion dibiarkan tinggal seperti pondok di kebun anggur, seperti pondok pengamat di ladang mentimun, seperti kota yang diblokade.”—Yesaya 1:8.
19 Di tengah-tengah segala kehancuran itu, ”putri Zion”, Yerusalem, akan dibiarkan berdiri. Tetapi dia akan terlihat sangat rapuh—seperti sebuah gubuk di kebun anggur atau seperti pondok penjaga di ladang mentimun. Dalam perjalanan menyusuri Sungai Nil, seorang pakar pada abad ke-19 teringat akan kata-kata Yesaya sewaktu ia melihat pondok-pondok yang serupa, yang ia gambarkan ”sedikit lebih kuat daripada pagar yang ditiup angin utara”. Di Yehuda, setelah musim panen, pondok-pondok tersebut dibiarkan rusak dan runtuh. Namun, serapuh-rapuhnya Yerusalem di mata pasukan-penakluk Asiria, ia akan bertahan hidup.
20 Yesaya mengakhiri pernyataan yang bersifat nubuat ini, ”Jika Yehuwa yang berbala tentara tidak meninggalkan bagi kita beberapa orang saja yang selamat, kita pasti sudah menjadi seperti Sodom, kita sudah pasti serupa dengan Gomora.” (Yesaya 1:9)c Untuk menghadapi keperkasaan Asiria, Yehuwa akhirnya menolong Yehuda. Yehuda tidak akan musnah seperti Sodom dan Gomora. Ia akan tetap ada.
21. Setelah Babilon menghancurkan Yerusalem, mengapa Yehuwa ’meninggalkan beberapa orang selamat’?
21 Lebih dari 100 tahun kemudian, Yehuda sekali lagi terancam. Bangsa itu tidak menarik pelajaran dari disiplin yang diberikan melalui Asiria. ”Tetapi mereka terus mempermainkan para utusan dari Allah yang benar itu dan memandang rendah firmannya serta mencemooh nabi-nabinya.” Sebagai akibatnya, ”kemurkaan Yehuwa bangkit terhadap umatnya, hingga tidak dapat disembuhkan lagi”. (2 Tawarikh 36:16) Nebukhadnezar, raja Babilonia, menaklukkan Yehuda, dan kali ini, tidak ada yang dibiarkan tertinggal ”seperti pondok di kebun anggur”. Bahkan Yerusalem dihancurkan. (2 Tawarikh 36:17-21) Namun, Yehuwa ’meninggalkan beberapa orang selamat’. Meskipun Yehuda harus menahan penderitaan selama 70 tahun dalam pembuangan, Yehuwa memastikan kelangsungan hidup bangsa itu, khususnya garis keturunan Daud, yang akan menurunkan Mesias yang dijanjikan.
22, 23. Pada abad pertama, mengapa Yehuwa ’meninggalkan beberapa orang selamat’?
22 Pada abad pertama, Israel mengalami krisisnya yang terakhir sebagai umat perjanjian Allah. Sewaktu Yesus tampil sebagai Mesias yang dijanjikan, bangsa itu menolaknya, dan sebagai akibatnya, Yehuwa menolak mereka. (Matius 21:43; 23:37-39; Yohanes 1:11) Apakah itu berarti tidak ada lagi bangsa yang istimewa bagi Yehuwa di bumi? Tidak demikian. Rasul Paulus memperlihatkan bahwa Yesaya 1:9 masih akan digenapi di kemudian hari. Ia mengutip dari terjemahan Septuaginta ketika menulis, ”Sebagaimana dikatakan oleh Yesaya dahulu kala, ’Jika Yehuwa yang berbala tentara tidak meninggalkan suatu benih bagi kita, kita pasti sudah menjadi seperti Sodom, dan kita sudah pasti dibuat menjadi seperti Gomora.’”—Roma 9:29.
23 Kali ini, yang selamat adalah orang-orang Kristen terurap, yang menaruh iman kepada Yesus Kristus. Mereka ini, mula-mula terdiri atas orang-orang Yahudi yang percaya. Belakangan, orang-orang Kafir yang percaya bergabung. Mereka bersama-sama membentuk Israel yang baru, ”Israel milik Allah”. (Galatia 6:16; Roma 2:29) ”Benih” ini selamat dari pembinasaan sistem Yahudi pada tahun 70 M. Sesungguhnya, ”Israel milik Allah” masih ada bersama kita dewasa ini. Kelompok ini sekarang disertai oleh jutaan orang yang percaya dari berbagai bangsa, yang membentuk ”suatu kumpulan besar dari orang-orang yang jumlahnya tidak seorang pun dapat menghitungnya, dari semua bangsa dan suku dan umat dan bahasa”.—Penyingkapan 7:9.
24. Apa yang hendaknya diperhatikan oleh semua orang jika mereka ingin selamat melewati krisis terbesar yang akan dialami umat manusia?
24 Segera dunia ini akan menghadapi perang Armagedon. (Penyingkapan 16:14, 16) Ini akan menjadi krisis yang lebih besar daripada penyerbuan Asiria maupun Babilonia ke Yehuda, bahkan lebih besar daripada penghancuran Roma atas Yudea pada tahun 70 M, tetapi akan ada orang-orang yang selamat. (Penyingkapan 7:14) Oleh karena itu, semua orang harus memperhatikan dengan saksama kata-kata Yesaya kepada Yehuda! Kata-kata Yesaya itu mendatangkan keselamatan bagi orang-orang yang setia pada zaman dahulu. Dan, itu dapat mendatangkan keselamatan bagi orang-orang yang percaya dewasa ini.
[Catatan Kaki]
a Dalam konteks ini, ”Israel” memaksudkan kerajaan Yehuda dua suku.
b Kata-kata Yesaya memberikan petunjuk tentang praktek medis pada zamannya. Peneliti Alkitab, E. H. Plumptre, berkomentar, ”Proses yang pertama-tama dicoba adalah ’menutup’ atau ’memencet’ luka bernanah untuk mengeluarkan nanahnya; kemudian, seperti dalam kasus Hizkia (psl. xxxviii. Yesaya 38:21), luka tersebut ’dibalut’ dengan tuam (obat kompres), lalu minyak gosok atau salep, mungkin, seperti di Lukas x. 34, minyak dan anggur digunakan untuk membersihkan borok itu.”
c Commentary on the Old Testament, oleh C. F. Keil dan F. Delitzsch, mengatakan, ”Amanat sang nabi untuk bagian ini sudah selesai. Di sini amanat tersebut dibagi menjadi dua bagian; fakta ini ditunjukkan oleh adanya jarak antara ayat 9 dan 10 pada teks itu. Cara ini, yaitu memisahkan bagian-bagian yang lebih besar atau lebih kecil dengan spasi atau dengan memenggal barisnya, lebih kuno daripada simbol dan aksen huruf hidup; dan cara ini didasarkan atas tradisi yang paling kuno.”
[Gambar di hlm. 20]
Berbeda dengan Sodom dan Gomora, Yehuda tidak akan selama-lamanya tanpa penghuni