Menyelamatkan Kodeks Sinaitikus
KODEKS (naskah kuno) Sinaitikus digambarkan sebagai buku yang ”terpenting, mengagumkan, dan berharga yang pernah ada.” Ini bukan hanya karena buku ini sekurang-kurangnya berumur 1.600 tahun tetapi karena ia merupakan mata rantai yang penting untuk daftar manuskrip Alkitab kita. Ditemukannya kembali kodeks ini oleh Tischendorf sedikit lebih dari seratus tahun yang lalu, merupakan cerita yang mengagumkan.
Konstantin von Tischendorf lahir di Saxony, Eropa utara, pada tahun 1815 dan belajar bahasa Yunani di Universitas Leipzig. Pada waktu ia kuliah, ia terganggu oleh kritikan tajam terhadap Alkitab, yang diucapkan oleh seorang ahli teologia terkemuka dari Jerman yang berupaya membuktikan bahwa Kitab-Kitab Yunani Kristen tidak asli. Tetapi, Tischendorf yakin bahwa suatu penyelidikan atas manuskrip-manuskrip terdahulu akan membuktikan keaslian Alkitab. Hasilnya, ia bertekad meneliti untuk dirinya sendiri semua kitab yang diketahui, dengan harapan menemukan yang lainnya selama perjalanannya.
Setelah empat tahun mengadakan penelitian di perpustakaan-perpustakaan terbaik Eropa, di bulan Mei 1884, Tischendorf mencapai biara St. Catherine, terletak di 4.500 kaki [1.400 m] di atas Laut Merah di Sinai. Jalan masuk ke tempat pengasingan para biarawan yang seperti benteng itu adalah melalui sebuah keranjang yang digantungkan ke sebuah tali melalui celah tembok yang sempit.
Penemuan yang Memberikan Hasil
Selama beberapa hari ia diijinkan untuk mengadakan penelitian di tiga perpustakaan mereka, tanpa hasil. Kemudian, saat ia akan pulang, ia melihat apa yang sedang ia cari—perkamen-perkamen [kertas yang terbuat dari kulit] kuno! Perkamen-perkamen itu memenuhi sebuah keranjang besar yang berada di aula dari perpustakaan utama. Pustakawan di situ memberitahunya bahwa perkamen-perkamen itu akan dibakar, seperti dua keranjang sebelumnya. Di antara perkamen-perkamen itu Tischendorf takjub menemukan 129 helai dari manuskrip-manuskrip Yunani tertua yang pernah dilihatnya, yakni terjemahan Yunani dari bagian manuskrip-manuskrip Kitab-Kitab Ibrani. Ia diberi 43 helai, tetapi sisanya tidak.
Tischendorf datang kembali ke biara itu pada tahun 1853 hanya untuk mendapatkan sebuah fragmen kitab Kejadian dari manuskrip abad keempat yang sama. Ia yakin ”manuskrip itu pada mulanya berisi seluruh Perjanjian Lama, tetapi sebagian besar sudah lama dimusnahkan.” Manuskrip yang lengkap itu mungkin terdiri dari 730 helai. Manuskrip ini ditulis dalam huruf besar Yunani di atas vellum, kulit kambing dan domba yang baik.
Enam tahun kemudian Tischendorf melakukan kunjungannya yang ketiga ke para biarawan di Sinai. Pada malam sebelum ia berangkat, secara sepintas diperlihatkan kepadanya bukan hanya lembaran yang telah ia selamatkan dari api 15 tahun sebelumnya tetapi banyak yang lain juga. Lembaran itu berisi seluruh manuskrip Kitab-Kitab Yunani Kristen ditambah bagian terjemahan Yunani dari Kitab-Kitab Ibrani.
Tischendorf diijinkan mengambil manuskrip itu ke Kairo, Mesir, untuk menyalinnya, dan akhirnya membawanya kepada kaisar Rusia sebagai hadiah dari para biarawan. Sekarang manuskrip itu disimpan di British Museum, dipamerkan bersama Kodeks Alexandrinus. Di Perpustakaan Universitas Leipzig, di Republik Demokrasi Jerman, disimpan 43 helai manuskrip yang sebelumnya.
Kita harus berterima kasih kepada Tischendorf atas pengabdian kehidupan dan bakatnya untuk meneliti manuskrip-manuskrip kuno dari Alkitab dan khususnya menyelamatkan Kodeks Sinaitikus yang terkenal itu dari kemusnahan. Tetapi terima kasih kita yang terbesar ditujukan kepada Allah Yehuwa, yang telah mengatur sehingga Firman-Nya terlindung dengan saksama untuk kefaedahan kita dewasa ini.
[Kotak di hlm. 29]
Menggunakan Kodeks
Simbol untuk Kodeks Sinaitikus adalah huruf Ibrani א. Kodeks ini meneguhkan ketepatan manuskrip-manuskrip papirus dari Alkitab yang belakangan. Kodeks ini juga membantu para sarjana Alkitab modern menunjuk dengan tepat kesalahan yang tidak kentara yang menyusup ke dalam salinan-salinan terkemudian.
Sebagai contoh, Yohanes 1:18 mengatakan, ”Tidak seorang pun yang pernah melihat Allah; tetapi satu-satunya allah yang diperanakkan yang ada di pangkuan Bapa dialah yang menyatakan-Nya.” (NW) Catatan kaki ”Alkitab Referensi New World Translation” menggunakan ”satu-satunya allah yang diperanakkan,” dan bukan ”Anak Tunggal Allah,” ini didukung oleh Kodeks Sinaitikus dan manuskrip-manuskrip kuno lainnya. Referensi catatan kaki אc juga memberi catatan dari pemeriksa kodeks ini untuk memperkuat pembetulan kata sandang pada ”satu-satunya allah yang diperanakkan.” Kedudukan Kristus Yesus unik, sebagaimana diperlihatkan oleh ayat ini.
[Gambar di hlm. 30]
Biara St. Catherine di kaki Gunung Sinai yang dahulu. [Inset] Perpustakaan yang sekarang
[Keterangan]
Pictorial Archive (Near Eastern History) Est.
[Keterangan]
Pictorial Archive (Near Eastern History) Est.
[Keterangan Gambar di hlm. 30]
Courtesy of the British Museum, London