Abraham—Teladan bagi Semua yang Mengupayakan Persahabatan dengan Allah
”Imannya tidak menjadi lemah, . . . penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.”—ROMA 4:19-21.
1. Mengapa Setan mencoba menghilangkan kepercayaan orang kepada catatan tentang Abraham?
FIRMAN ilahi yang dinyatakan dalam Alkitab memang ”hidup dan berkuasa.” (Ibrani 4:12, Bode) Jadi, kisah tentang bagaimana Yehuwa berurusan dengan Abraham, walaupun telah ditulis lebih dari 3.500 tahun yang lalu, merupakan sumber anjuran bagi semua yang mengupayakan persahabatan dengan Allah. (Roma 15:4) Musuh utama, Setan, mengetahui ini dan menggunakan pemimpin-pemimpin agama untuk mencoba menghilangkan kepercayaan orang kepada catatan itu dengan menyatakannya sebagai dongeng.—2 Korintus 11:14, 15.
2. Bagaimana pandangan murid-murid Yesus tentang Abraham?
2 Sebagai bagian dari ”segala tulisan yang diilhamkan Allah,” sejarah tentang Abraham adalah benar dan ”bermanfaat untuk mengajar [Kekristenan].” (2 Timotius 3:16; Yohanes 17:17) Murid-murid Yesus yang mula-mula pasti menghargai ini, karena Abraham disebutkan 74 kali dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen. Dalam pasal ke-11 yang membangkitkan iman dari buku Ibrani, lebih banyak ruang diberikan tentang dia daripada hamba-hamba Allah lainnya pada zaman pra-Kristen.
3. Bagaimana Abraham mendapat penghormatan besar?
3 Abraham bukan seorang ”nabi” biasa, karena Yehuwa menggunakan dia untuk memainkan ”drama simbolik” (NW) yang mulia yang di dalamnya sang datuk mendapat penghormatan besar untuk berperan sebagai gambaran nubuat dari Allah sendiri. (Kejadian 20:7; Galatia 4:21-26) Karena itu, Yesus menyebut tentang ”pangkuan Abraham” ketika menggambarkan kedudukan yang diperkenan di hadapan Allah.—Lukas 16:22.
Tindakannya yang Pertama Berdasarkan Iman
4. Menurut Alkitab, bagaimana Allah mulai berurusan dengan Abram?
4 Abram, sebagaimana ia dinamai ketika lahir, dibesarkan di ”Ur-Kasdim.” Pada waktu ia tinggal di sana, Allah Yehuwa muncul di hadapannya dan berkata: ”Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.”—Kejadian 12:1-3; 15:7; Kisah 7:2, 3.
5. (a) Bagaimana janji Allah pasti telah menyentuh hati Abram? (b) Bagaimana sambutan Abram terhadap janji itu?
5 Benar-benar suatu panggilan yang penuh tantangan! Bagi Abram, menaatinya berarti meninggalkan lingkungan yang baik dan sanak keluarganya untuk hidup di tempat yang sangat jauh di negeri asing. Namun hati Abram sangat tersentuh oleh janji Allah yang pengasih. Sebagai pria lanjut usia tanpa anak dengan istri yang mandul, namanya pasti tidak lama lagi akan dilupakan orang. Janji Allah menjamin hal yang sebaliknya: ”Bangsa yang besar” akan lahir darinya. Selanjutnya, janji Allah mencakup suatu pernyataan kabar baik yang menakjubkan bagi semua umat manusia, yang menunjuk ke depan kepada suatu masa manakala segala bangsa akan diberkati. (Galatia 3:8) Abram mempraktikkan iman kepada janji Yehuwa dan ia meninggalkan kota pusat peradaban yang sudah maju. ”Ia berangkat,” Alkitab menceritakan kepada kita, ”dengan [”meskipun,” NW] tidak mengetahui tempat yang ia tujui.”—Ibrani 11:8.
6. (a) Mengapa Kejadian 11:31 menyatakan bahwa Terah yang mengambil pimpinan untuk pindah? (Kisah 7:2-4) (b) Dalam hal-hal apa Sara menjadi teladan bagi para wanita Kristen dewasa ini?
6 Iman Abram mempengaruhi orang lain. Rumah tangganya, maupun Terah, ayahnya, dan Lot, kemenakannya, berangkat bersamanya. Namun, karena Terah adalah kepala keluarga dalam sistem patriarkhat, dialah yang disebutkan mengambil pimpinan ketika pindah. (Kejadian 11:31) Kita patut memperhatikan dukungan yang Abram terima dari istrinya, Sarai, yang belakangan dinamakan Sara. Ia bersabar dan menyesuaikan diri dengan standar kehidupan yang lebih rendah selama sisa hidupnya. (Kejadian 13:18; 24:67) Maka dapat dimengerti bahwa ketika ia meninggal, ”Abraham datang meratapi dan menangisinya.” (Kejadian 23:1, 2) Karena iman Sara yang kuat dan ketundukannya yang sepenuh hati sebagai istri, ia ditinggikan sebagai teladan dari kecantikan rohani yang sejati bagi para wanita Kristen.—Ibrani 11:11, 13-15; 1 Petrus 3:1-6.
7. Dalam hal-hal apa saja orang-orang Kristen dewasa ini memperlihatkan iman seperti iman Abraham dan Sara?
7 Banyak orang Kristen dewasa ini memperlihatkan iman yang sama dengan sukarela menyiarkan berita Allah di tempat-tempat yang sangat membutuhkan pemberita-pemberita Kerajaan dan tenaga untuk pekerjaan pembangunan serta menjalankan fasilitas-fasilitas baru untuk percetakan dan pengiriman bacaan Alkitab. (Matius 24:14) Orang-orang Kristen ini ambil bagian dalam menaati perintah, ”Pergilah . . . jadikan murid-murid dari orang-orang segala bangsa.” (NW) Pada waktu pindah ke suatu negeri yang asing, mereka sering harus menyesuaikan diri dengan standar kehidupan yang berbeda. Yang lainnya telah membuat pengorbanan yang besar secara materi untuk menjadikan murid-murid di daerah mereka sendiri.—Matius 28:19, 20.
Perbuatan-Perbuatan Berdasarkan Iman Lainnya
8. Apa yang membuat Yehuwa muncul untuk kedua kali ke hadapan Abram?
8 Abram berhenti di kota Haran hingga ayahnya, Terah meninggal. (Kejadian 11:31, 32) Kemudian keluarganya menyeberangi Sungai Efrat dan menuju ke selatan. Akhirnya mereka sampai di ”tempat dekat Sikhem” di tengah-tengah negeri Kanaan. Pemandangan di sini pasti sangat baik! Sikhem terletak di suatu lembah yang subur antara dua barisan pegunungan yang puncak-puncaknya adalah Gunung Ebal dan Gunung Gerizim. Tempat ini digambarkan sebagai ”firdaus dari Tanah Suci.” Maka tepatlah jika Yehuwa di sini muncul kembali ke hadapan Abram dan mengatakan: ”Aku akan memberikan negeri ini kepada keturunanmu.”—Kejadian 12:5-7.
9. (a) Dengan cara yang luar biasa apa Abram tetap memperlihatkan iman? (b) Pelajaran apa yang kita tarik dari ini?
9 Abram menanggapi hal ini dengan tindakan berdasarkan iman lainnya. Seperti dikatakan kisah tersebut: ”Maka didirikannya di situ mezbah bagi [Yehuwa].” (Kejadian 12:7) Kemungkinan besar, ia mempersembahkan korban binatang, karena kata Ibrani untuk ”mezbah” berarti ”tempat korban.” Belakangan, Abram mengulangi tindakan berdasarkan iman ini di bagian-bagian lain dari negeri itu. Selain itu, ia ”memanggil nama [Yehuwa].” (Kejadian 12:8; 13:18; 21:33) Ungkapan Ibrani ”memanggil nama” juga berarti ”menyatakan (memberitakan) nama.” Keluarga Abram maupun orang-orang Kanaan pasti mendengar dia dengan berani memberitakan nama Allahnya, Yehuwa. (Kejadian 14:22-24) Demikian pula, semua orang yang mengupayakan persahabatan dengan Allah dewasa ini harus menyerukan nama-Nya dalam iman. Ini mencakup ambil bagian dalam pengabaran kepada umum, ”senantiasa mempersembahkan korban syukur kepada Allah, yaitu ucapan bibir [di hadapan umum, NW] yang memuliakan namaNya.”—Ibrani 13:15; Roma 10:10.
10. (a) Dengan cara-cara lain apa Abram mempraktikkan iman? (b) Teladan apa yang ia berikan kepada para kepala keluarga Kristen? (1 Timotius 3:12)
10 Iman Abram kepada Yehuwa ditunjukkan dengan banyak cara lain. Ia berkorban demi perdamaian, namun menangani keadaan-keadaan genting dengan berani. (Kejadian 13:7-11; 14:1-16) Walaupun kaya, ia tidak materialistis. (Kejadian 14:21-24) Sebaliknya, ia suka memberi tumpangan dan dengan murah hati mendukung ibadat Yehuwa. (Kejadian 14:18-20; 18:1-8) Yang paling penting, ia seorang kepala keluarga yang patut ditiru dan mengikuti instruksi Yehuwa dengan memerintahkan putra-putranya dan seluruh rumah tangganya supaya tetap hidup ”menurut jalan yang ditunjukkan [Yehuwa], dengan melakukan kebenaran dan keadilan.” (Kejadian 18:19) Dalam hal ini, seluruh rumah tangga Abraham menempuh haluan yang sangat bertentangan dengan haluan orang-orang Kanaan yang mempraktikkan hubungan seks yang tidak wajar di negeri-negeri tetangga Sodom dan Gomora. Abram pasti tidak akan toleran terhadap dosa yang demikian besar dalam rumah tangganya. Bahwa ia mengepalai rumah tangganya dengan baik terlihat dalam hal para anggota keluarganya meniru dia dengan menyerukan nama Yehuwa dalam iman.—Kejadian 16:5, 13; 24:26, 27; 25:21.
”Imannya Tidak Menjadi Lemah”
11. Bagaimana Abram dapat bertekun sebagai ”orang asing . . . di suatu tanah asing” selama seratus tahun?
11 Iman Abram yang kuat membantu dia bertekun menahan kesulitan-kesulitan pada waktu ia hidup selama seratus tahun di antara orang-orang yang mengaku sebagai pemilik negeri itu. (Kejadian 12:4; 23:4; 25:7) Alkitab menyatakan: ”Ia diam [sebagai orang asing, NW] di tanah yang dijanjikan itu seolah-olah di suatu tanah asing dan di situ ia tinggal di kemah dengan Ishak dan Yakub, yang turut menjadi ahli waris janji yang satu itu. Sebab ia menanti-nantikan kota [Kerajaan Allah] yang mempunyai dasar, yang direncanakan dan dibangun oleh Allah. Dan kalau sekiranya dalam hal itu [ia] ingat akan tanah asal, yang telah [ia] tinggalkan, maka [ia] cukup mempunyai kesempatan untuk pulang ke situ.”—Ibrani 11:9, 10, 15; bandingkan Ibrani 12:22, 28.
12. Kesempatan mula-mula apa yang Abram miliki untuk kembali ke Ur, dan bagaimana ia menangani keadaan genting itu?
12 Abram belum lama tinggal di Kanaan ketika timbul bala kelaparan yang hebat yang merupakan ’kesempatan baginya untuk pulang.’ Ur, yang mendapat berlimpah air dari Sungai Efrat, tidak bergantung pada curah hujan. Tetapi, sebaliknya dari kembali ke sana, Abram menaruh iman kepada Yehuwa dan menuju ke arah yang berlawanan—Mesir. Hal itu mengandung risiko. Karena mempunyai istri yang cantik, kehidupan Abram sebagai orang asing, terancam bahaya di negeri asing itu. Meskipun demikian, ia mengambil tindakan pencegahan dengan meminta Sarai untuk tidak menyingkapkan hubungan perkawinan mereka. Yehuwa memberkati Abram untuk imannya, dan tidak lama kemudian ia dapat kembali ke Negeri Perjanjian dengan kekayaan yang bahkan lebih besar daripada sebelumnya.—Kejadian 12:10–13:2; 20:12.
13. Apa yang digambarkan oleh kemandulan Sara dan dalam hal Abram menyembunyikan hubungan perkawinannya dengan dia?
13 Ini juga merupakan bagian dari drama nubuat yang tanpa sepengetahuannya dimainkan oleh Abram demi pengajaran kita. Sarai, yang masih mandul, menggambarkan organisasi surgawi Yehuwa yang bagaikan istri yang terdiri dari malaikat-malaikat yang loyal. Istri kiasan yang cantik ini harus menunggu lebih dari 4.000 tahun sebelum dapat menghasilkan benih sejati dari Abraham Yang Lebih Besar, Allah Yehuwa. Penindasan total atas hamba-hamba Allah yang setia sepanjang tahun-tahun penantian itu kadang-kadang tampak seolah-olah Yehuwa telah menyembunyikan hubungan-Nya sebagai suami dengan mereka.—Kejadian 3:15; Yesaya 54:1-8; Galatia 3:16, 27, 29; 4:26, Bode.
14. (a) Bagaimana reaksi Sara akhirnya terhadap kemandulannya? (b) Apa yang terjadi ketika Abram berumur 99 tahun, dan mengapa?
14 Setelah bertekun sebagai orang asing selama sepuluh tahun, Abram masih belum mempunyai putra sebagai ahli waris. Dalam keputusasaan, Sarai memohon kepadanya untuk mendapatkan anak dari hamba perempuannya, Hagar. Abram setuju dan Ismael dilahirkan. (Kejadian 12:4; 16:1-4, 16) Namun, ”keturunan” yang dijanjikan yang akan menjadi berkat harus datang melalui orang lain. Ketika Abram berumur 99 tahun, namanya diubah menjadi Abraham karena, seperti Allah katakan, ”engkau telah Kutetapkan menjadi bapa sejumlah besar bangsa.” Nama Sarai diubah menjadi Sara dengan janji bahwa dia akan melahirkan seorang putra.—Kejadian 17:1, 5, 15-19.
15. (a) Mengapa Abraham tertawa atas gagasan bahwa Sara akan memberinya seorang putra? (b) Bukti lebih jauh apa yang Abraham berikan tentang imannya yang kuat?
15 Abraham (dan belakangan Sara) tertawa mendengar gagasan itu karena ia dan Sara sudah tidak bisa menurunkan anak lagi. (Kejadian 17:17; 18:9-15) Namun ini bukan gelak tawa karena tidak percaya. Seperti Alkitab jelaskan: ”Imannya tidak menjadi lemah . . . Tetapi terhadap janji Allah . . . malah ia diperkuat dalam imannya dan ia memuliakan Allah, dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan.” (Roma 4:18-21) Pada hari yang sama itu, Abraham membuktikan imannya yang kuat. Sebagai tanda perjanjian Allah dengannya, Yehuwa memerintahkan Abraham untuk disunat bersama dengan setiap pria di rumah tangganya yang besar. (Kejadian 15:18-21; 17:7-12, 26) Bagaimana reaksinya terhadap perintah yang menimbulkan rasa sakit ini? ”Ia mengerat kulit khatan mereka pada hari itu juga, seperti yang telah difirmankan Allah kepadanya.”—Kejadian 17:22-27.
16. (a) Apa yang terjadi pada hari Ishak disapih? (b) Apa yang digambarkan oleh pengusiran Hagar dan Ismael?
16 Ishak, yang namanya berarti ”Gelak Tawa,” dilahirkan oleh Sara pada tahun berikutnya. (Kejadian 21:5, 6) Tidak lama kemudian waktunya tiba bagi Ishak untuk disapih. Pada pesta yang diadakan, Ismael yang iri hati menganiaya Ishak. Melihat itu, Sara dengan tegas mendesak Abraham untuk mengusir dari keluarga mereka hamba perempuan itu, Hagar, bersama putranya. Allah Yehuwa mendukung permohonan Sara. Walaupun sedih, Abraham segera menaati hal itu. (Kejadian 21:8-14) Menurut Galatia 4:21-30, ini menggambarkan bagaimana Abraham Yang Lebih Besar akan mengakhiri hubungan-Nya dengan bangsa Israel jasmani. Seperti umat manusia lainnya, mereka dilahirkan sebagai budak-budak dosa. (Roma 5:12) Tetapi mereka juga menolak Yesus Kristus, ”keturunan” sejati dari Abraham, yang datang untuk membebaskan mereka. (Yohanes 8:34-36; Galatia 3:16) Dan sebagaimana Ismael menganiaya Ishak, mereka menganiaya sidang Kristen yang baru terbentuk dari Israel rohani, yang merupakan bagian kedua dari benih Abraham.—Matius 21:43; Lukas 3:7-9; Roma 2:28, 29; 8:14-17; 9:6-9; Galatia 3:29.
Ujian Terbesar atas Imannya
17. Bagaimana iman Abraham kemudian diuji dengan hebat?
17 Kemungkinan besar tidak ada seorang ayah manusiawi yang mempunyai kasih yang lebih besar terhadap putranya daripada kasih Abraham yang sudah lanjut usia terhadap Ishak. Maka pasti ia sangat terkejut menerima perintah ini: ”Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu.”—Kejadian 22:1, 2.
18. Bagaimana sambutan Abraham kepada perintah Yehuwa untuk mengorbankan Ishak?
18 Abraham pasti tidak mengerti alasan dari perintah yang menyedihkan ini. Namun seperti biasa ia memperlihatkan ketaatannya tanpa menunda. (Kejadian 22:3) Dibutuhkan waktu tiga hari yang menyiksa untuk sampai ke gunung yang telah Allah pilih. Di sana ia mendirikan sebuah mezbah dan menaruh kayu bakar di atasnya. Pada waktu itu, ia pasti telah menjelaskan perintah Allah kepada Ishak, yang dengan mudah dapat melarikan diri. Sebaliknya, Ishak membiarkan ayahnya yang sudah tua itu mengikat kaki tangannya dan membaringkan dia di atas mezbah itu. (Kejadian 22:4-9) Apa yang menjadi penyebab dari ketaatan tersebut?
19. (a) Apa yang menjadi penyebab ketundukan dan ketabahan Ishak? (b) Bagaimana hubungan antara Abraham dan Ishak merupakan pelajaran bagi keluarga-keluarga Kristen dewasa ini?
19 Abraham dengan setia melaksanakan tanggung jawabnya sehubungan dengan Ishak, seperti diuraikan dalam Kejadian 18:19. Pasti ia telah menanamkan dalam diri Ishak maksud-tujuan Yehuwa untuk membangkitkan orang mati. (Kejadian 12:3; Ibrani 11:17-19) Ishak sendiri, adalah tumpuan dari kasih Abraham yang dalam dan pasti ingin menyenangkan ayahnya dalam segala hal, terutama bila menyangkut pelaksanaan kehendak Allah. Ini benar-benar pelajaran yang bagus bagi keluarga-keluarga Kristen dewasa ini!—Efesus 6:1, 4.
20. Bagaimana caranya Abraham taat, dan apa pahalanya?
20 Sekarang tiba puncak dari ujian itu. Abraham mengambil pisau untuk menyembelih. Tetapi ketika ia akan membunuh putranya, Yehuwa menghentikan dia dan berkata: ”Telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepadaKu.” (Kejadian 22:11, 12) Betapa limpah pahala yang Abraham terima, yaitu ia mendengar Allah sendiri menyatakan ia benar! Sekarang ia dapat merasa pasti bahwa ia telah memenuhi apa yang Allah tuntut dari seorang manusia yang tidak sempurna. Yang lebih penting, perkiraan Yehuwa sebelumnya tentang imannya terbukti benar. (Kejadian 15:5, 6) Setelah itu, Abraham mengorbankan domba jantan yang secara mukjizat disediakan untuk menggantikan Ishak. Kemudian ia mendengar Yehuwa dengan bersumpah meneguhkan janji-janji perjanjian itu. Belakangan, ia dikenal sebagai sahabat Yehuwa.—Kejadian 22:13-18; Yakobus 2:21-23.
21. Gambaran nubuat apa yang diberikan di sini, dan hal itu seharusnya menganjurkan kita untuk mengupayakan apa?
21 Korban Abraham bersifat ”gambaran.” (Ibrani 11:19, NW) Ini menggambarkan korban yang menyakitkan dan sangat berharga yang Allah Yehuwa buat ketika Ia mengutus Putra Tunggal-Nya yang kekasih ke bumi untuk mati sebagai ”Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.” (Yohanes 1:29) Dan kerelaan Ishak untuk mati menggambarkan bagaimana Ishak Yang Lebih Besar, Yesus Kristus, dengan penuh kasih menyerahkan diri untuk melakukan kehendak Bapa surgawinya. (Lukas 22:41, 42; Yohanes 8:28, 29) Akhirnya, sama seperti Abraham telah menerima putranya dalam keadaan hidup dari mezbah, Yehuwa menerima Putra-Nya yang kekasih kembali dari kematian sebagai makhluk roh yang mulia. (Yohanes 3:16; 1 Petrus 3:18) Betapa menganjurkan ini semua bagi mereka yang mengupayakan persahabatan dengan Allah dewasa ini!
22. Bagaimana suatu kelompok umat manusia pilihan mendapat manfaat dari kasih Allah yang terbesar?
22 Dengan mempraktikkan iman dalam tindakan kasih yang terbesar dari Abraham Yang Lebih Besar, Allah Yehuwa, suatu kelompok umat manusia yang terpilih telah dinyatakan benar sebagai putra-putra Allah. (Roma 5:1; 8:15-17) Mula-mula diambil dari kalangan orang Yahudi dan kemudian dari orang-orang Kafir, mereka benar-benar telah diberkati melalui Benih Abraham, Yesus Kristus. (Kisah 3:25, 26; Galatia 3:8, 16) Kemudian, mereka membentuk bagian kedua dari benih Abraham. (Galatia 3:29) Orang-orang tersebut akhirnya berjumlah 144.000 dan, seperti Yesus, dibangkitkan kepada kehidupan di surga setelah membuktikan diri setia sampai mati.—Roma 6:5; Wahyu 2:10; 14:1-3.
23. (a) Bagaimana jutaan orang sudah diberkati melalui kaum sisa benih Abraham? (2 Korintus 5:20) (b) Berkat-berkat lebih jauh apa yang terbentang bagi ”kumpulan besar”?
23 Sementara itu jutaan orang dari segala bangsa ”memberkati diri mereka sendiri” melalui sambutan mereka terhadap pelayanan yang pengasih dari kaum sisa benih Abraham yang berjumlah sedikit. (Kejadian 22:18, NW) Mereka tergetar mengetahui bagaimana umat manusia yang berdosa dapat dinyatakan benar sebagai sahabat-sahabat Allah. Hasilnya, ”suatu kumpulan besar . . . dari segala bangsa” menikmati perkenan Allah, karena mereka telah ”mencuci jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba.” Bersama kaum sisa yang mengambil pimpinan, mereka juga mempersembahkan kepada Allah ”dinas suci siang malam.” (NW) Di hadapan kumpulan besar ini terbentang harapan yang menakjubkan untuk hidup kekal dalam Firdaus sebagai ”anak-anak Allah” di bumi. (Wahyu 7:9-17; 21:3-5; Roma 8:21; Mazmur 37:29) Namun, sebelum berkat-berkat tersebut menjadi kenyataan, peristiwa-peristiwa yang jauh lebih penting harus terjadi, seperti akan kita pelajari dalam artikel berikut.
Pertanyaan-Pertanyaan untuk Ulangan
◻ Bagaimana iman Abraham dan sanak keluarganya diuji?
◻ Bagaimana orang-orang Kristen dewasa ini memperlihatkan iman yang sama?
◻ Dengan cara-cara lain apa Abraham mempraktikkan iman?
◻ Bagaimana Abraham, Sara, dan Ishak menjadi teladan bagi keluarga-keluarga Kristen?
◻ Apa yang digambarkan oleh tindakan Abraham yang terbesar berdasarkan iman?