Peranan Wanita dalam Alkitab
”Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki.”—KEJADIAN 2:23.
1, 2. (a) Menurut pemikiran beberapa orang bagaimana pandangan Alkitab terhadap wanita? (b) Agar adil, perbandingan apa harus dibuat, dan apa yang dinyatakan oleh sebuah buku referensi?
BAGAIMANA Alkitab memandang kaum wanita? Ada berbagai pendapat mengenai hal ini. Sebuah buku yang baru-baru ini diterbitkan mengenai pokok tersebut menyatakan, ”Dewasa ini ada prasangka bahwa Alkitab merendahkan kaum wanita.” Ada orang yang menyatakan bahwa dalam bagian Ibrani maupun bagian Yunani dari Alkitab, kaum wanita diperlakukan secara keras. Benarkah demikian?
2 Supaya adil, pertama-tama kita layak meneliti bagaimana kaum wanita diperlakukan pada zaman Alkitab di kalangan orang yang tidak menyembah Yehuwa. Di beberapa peradaban kuno yang mempraktikkan penyembahan kepada dewi-bunda, kaum wanita dihormati sebagai simbol kesuburan. Mereka tampaknya sangat dijunjung tinggi di Babel dan Mesir. Namun di tempat-tempat lain perlakuan terhadap mereka kurang baik. Di Asyur zaman dulu seorang pria dapat menyingkirkan istrinya sesuka hatinya dan bahkan membunuhnya jika wanita tesebut tidak setia. Di luar rumah, ia harus menggunakan cadar. Di Yunani dan Roma, hanya wanita kaya, kebanyakan di antaranya adalah wanita panggilan, atau pelacur kelas tinggi, yang mendapat kesempatan mengecap pendidikan dan menikmati kemerdekaan sampai tingkat tertentu. Karena itu, menyegarkan untuk membaca dalam The New International Dictionary of New Testament Theology:a ”Sebagai kontras dengan selebihnya dunia timur (religius), ia [wanita dalam Kitab-Kitab Ibrani] diakui sebagai pribadi dan sebagai mitra dari pria.” Hal ini dengan baik dicantumkan dalam buku terakhir dari Kitab-Kitab Ibrani, ketika nabi Yehuwa menggambarkan istri sebagai ’teman sekutu’ dari pria, sambil menambahkan, ”Janganlah orang tidak setia terhadap isteri dari masa mudanya.”—Maleakhi 2:14, 15.
Diciptakan sebagai Imbangan dari Pria
3 dan catatan kaki. (a) Setelah menciptakan Adam, penugasan kerja apa yang Yehuwa berikan kepadanya? (b) Bahkan meskipun Adam belum lagi mempunyai istri, apa yang benar sehubungan dengan Adam sebelum Hawa diciptakan, dan apa yang juga benar sehubungan dengan ”Adam yang akhir”, Yesus?
3 Menurut Alkitab, Yehuwa menciptakan Adam ”dari debu tanah” dan menempatkan dia di Taman Eden, untuk mengerjakannya. Allah membawa kepada Adam binatang-binatang liar dari padang dan burung-burung di udara agar dia dapat mempelajarinya dan menamainya. Selama masa yang Adam perlukan untuk melakukan hal ini, ia berada seorang diri. Untuk penugasan yang ia terima dari Yehuwa sejauh itu, ia sempurna, lengkap, tidak kekurangan apa-apa.b Ia tidak memiliki ”penolong yang sepadan dengan dia”.—Kejadian 2:7, 15, 19, 20.
4, 5. (a) Ketika saatnya tidak lagi baik bagi Adam untuk terus berada seorang diri, apa yang Yehuwa lakukan? (b) Penugasan jangka panjang apa yang Yehuwa berikan kepada Adam dan Hawa, dan apa yang dituntut dari kedua-duanya?
4 Namun, setelah beberapa waktu berlalu, Yehuwa menyatakan bahwa ”tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja”, dan ia selanjutnya menyediakan seorang rekan bagi Adam untuk ikut serta bersama dia menunaikan tugas yang terletak di hadapan mereka. Ia membius Adam, mengeluarkan satu dari antara tulung rusuk Adam, dan membentuknya menjadi wanita, ’tulang dari tulangnya dan daging dari dagingnya’. Kini Adam akan memiliki ”seorang penolong”, seorang ”yang sepadan”, atau imbangan. ”Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka, ’Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi.’”—Kejadian 1:25, 28; 2:18, 21-23.
5 Perhatikan bahwa penugasan ini diberikan kepada ”mereka”, kepada pria maupun wanita. Kerja sama mereka tidak hanya dibatasi dalam hal memenuhi bumi. Itu juga akan mencakup menaklukkan bumi dan menjalankan kuasa yang sepatutnya atas semua makhluk yang lebih rendah. Hal itu menuntut sifat-sifat intelektual dan rohani, dan baik pria maupun wanita memiliki potensi yang dibutuhkan untuk mengembangkan sifat-sifat ini selaras dengan kehendak Allah.
Peranan yang Masuk Akal dari Wanita
6. (a) Apa yang ditunjukkan oleh Alkitab mengenai kekuatan fisik yang relatif dari pria dan dari wanita? (b) Bagaimana sebaiknya cara berpikir wanita-wanita agar dapat menerima penyelenggaraan Yehuwa dalam mengatur segala perkara?
6 Tentu, menaklukkan bumi juga menuntut kekuatan fisik. Dalam hikmat-Nya yang tak terbatas, Yehuwa menciptakan Adam lebih dahulu, kemudian Hawa. Ia diciptakan ”dari laki-laki”, ”karena laki-laki”, dan tampaknya dengan kekuatan fisik yang kurang daripada laki-laki. (1 Timotius 2:13; 1 Korintus 11:8, 9; bandingkan 1 Petrus 3:7.) Ini merupakan fakta kehidupan yang tampaknya sukar diterima oleh para pejuang hak-hak wanita, dan beberapa wanita lain juga. Mereka pasti akan lebih berbahagia jika mereka berupaya memahami alasan mengapa Yehuwa mengaturnya dengan cara ini, dengan demikian menerima peranan yang Allah berikan kepada mereka. Orang-orang yang mengeluh mengenai penyelenggaraan Allah dapat dibandingkan dengan seekor burung bulbul (nightingale) yang merengut di dalam sarangnya karena ia tidak sekuat burung camar, sebaliknya daripada terbang ke dahan yang tinggi dan berkicau sebagai penghargaan atas karunia unik yang Allah berikan kepadanya.
7. Mengapa Adam berada dalam kedudukan yang baik untuk menjalankan kekepalaan atas Hawa dan anak-anak yang akan dilahirkan, namun apakah hal ini akan merupakan penghinaan bagi Hawa?
7 Sebelum Hawa diciptakan, Adam tidak diragukan memperoleh banyak pengalaman dalam kehidupan. Selama masa ini, Yehuwa memberikan dia instruksi-instruksi tertentu. Adam harus meneruskan hal-hal ini kepada istrinya, jadi bertindak sebagai juru bicara Allah. Secara masuk akal, ia harus ambil pimpinan dalam segala sesuatu yang berhubungan dengan ibadat dan kegiatan-kegiatan ilahi yang harus mereka kerjakan dengan mengingat untuk melaksanakan penugasan mereka. Pada waktu anak-anak dilahirkan, ia akan menjadi kepala keluarga. Namun ini bukan dengan maksud merugikan istrinya. Sebaliknya, ini demi manfaatnya karena ia akan memiliki seseorang untuk mendukung dia pada waktu ia menggunakan wewenangnya sendiri yang Allah berikan atas anak-anaknya.
8. Apa pengaturan ilahi yang digariskan di dalam Alkitab?
8 Sesuai dengan segala perkara yang diatur ilahi, Adam bertanggung jawab terhadap Yehuwa, Hawa berada di bawah kekepalaan Adam, setiap anak akan berada di bawah bimbingan orang-tua mereka, dan binatang-binatang harus patuh kepada manusia. Pria dan wanita memiliki peranannya sendiri-sendiri, dan masing-masing dapat menikmati kehidupan yang bahagia dan produktif. Dengan demikian, ’segala sesuatu berlangsung dengan sopan dan teratur’.—1 Korintus 11:3; 14:33, 40, catatan kali Alkitab NW.
Dosa Merusak Peranan Wanita
9, 10. Apa akibat-akibat dari kejatuhan ke dalam dosa bagi pria dan wanita, dan hal ini membawa akibat apa bagi banyak wanita?
9 Dengan sendirinya, invasi dosa dan ketidaksempurnaan ke Firdaus yang mula-mula merusak penyelenggaraan yang tertib ini. (Roma 7:14-20) Itu membawa penderitaan atas pria yang memberontak dan istrinya yang tidak patuh. (Kejadian 3:16-19) Sejak itu, banyak pria yang mementingkan diri telah menyalahgunakan kekepalaan mereka yang benar, sehingga mengakibatkan banyak penderitaan ke atas kaum wanita selama berabad-abad.
10 Karena melihat di muka akibat khusus ini dari dosa, Yehuwa berkata kepada Hawa, ”Engkau akan berahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu.” (Kejadian 3:16) Penguasaan yang disalahgunakan ini bukanlah penerapan yang benar dari kekepalaan. Hal itu mencerminkan keadaan berdosa dari pria dan juga ketidaksempurnaan dari wanita, karena kadang-kadang wanita menderita akibat mencoba merongrong wewenang suami mereka.
11. Apa yang benar mengenai banyak wanita, dan apa yang ditulis oleh seorang pengarang mengenai kaum wanita pada zaman para datuk?
11 Namun sejauh prinsip-prinsip Alkitab telah dipatuhi, banyak wanita menemukan perasaan puas dan kebahagiaan. Hal ini demikian bahkan pada zaman para datuk. Berbicara tentang masa itu dalam bukunya La Bible au Féminin (Alkitab Dalam Bentuk Jenis Wanita [Feminine Gender]), pengarang wanita Laure Aynard menulis, ”Apa yang khususnya menonjol dalam semua catatan ini adalah peranan penting yang dimainkan oleh wanita, martabat mereka di mata para datuk, prakarsa mereka yang berani, dan suasana kemerdekaan yang mereka nikmati dalam kehidupan.”
Wanita di Bawah Taurat Musa
12, 13. (a) Apa status dari kaum wanita di bawah Taurat Musa? (b) Bagaimana keadaan kaum wanita secara rohani di bawah Taurat?
12 Menurut hukum-hukum Yehuwa yang diberikan melalui Musa, istri harus ’dikasihi’. (Ulangan 13:6, BIS) Martabat kaum istri harus direspek dalam masalah seksual, dan tidak ada wanita yang boleh disalahgunakan secara seksual. (Imamat 18:8-19) Pria dan wanita sederajat di hadapan Taurat jika mereka kedapatan bersalah karena percabulan, inses, atau mengadakan hubungan seksual dengan binatang. (Imamat 18:6, 23; 20:10-12) Hukum kelima menuntut agar hormat yang sama diberikan kepada bapak maupun ibu.—Keluaran 20:12.
13 Di atas segalanya, Taurat menyediakan kesempatan penuh bagi kaum wanita untuk mengembangkan kerohanian mereka. Mereka mendapat manfaat dari pembacaan Taurat. (Yusak 8:35; Nehemia 8:2, 3) Mereka dituntut mengikuti perayaan-perayaan agama. (Ulangan 12:12, 18; 16:11, 14) Mereka ikut serta dalam Sabat mingguan dan dapat mengadakan ikrar orang Nazir. (Keluaran 20:8; Bilangan 6:2) Mereka memiliki hubungan pribadi dengan Yehuwa dan mereka berdoa kepada-Nya secara pribadi.—1 Samuel 1:10.
14. Apa yang dikatakan oleh seorang sarjana Alkitab Katolik tentang keadaan dari kaum wanita Ibrani, dan apa yang dapat dikatakan mengenai peranan wanita di bawah Taurat?
14 Ketika memberi komentar mengenai kaum wanita Ibrani, sarjana Alkitab Katolik Roland de Vaux menulis, ”Semua pekerjaan berat di rumah pastilah menjadi tanggungannya; ia menjaga kawanan ternaknya, bekerja di ladang, memasak makanan, menenun, dan lain sebagainya. Namun, semua pekerjaan yang kelihatannya membosankan ini, sama sekali tidak merendahkan statusnya, sebaliknya membuat ia mendapat timbang rasa. . . . Dan bagian-bagian yang langka itu yang memberi kita pandangan sekilas mengenai keintiman kehidupan keluarga memperlihatkan bahwa istri orang Israel disayang dan diperhatikan oleh suaminya, dan diperlakukan olehnya sebagai orang yang sederajat. . . . Dan tidak diragukan bahwa ini merupakan gambaran yang normal. Ini adalah pencerminan yang tulus mengenai ajaran yang tercantum di dalam kitab Kejadian, yang menceritakan bahwa Allah telah menciptakan wanita sebagai mitra bagi pria, kepada siapa ia harus berpaut (Kej 2:18, 24); dan pasal terakhir dari Amsal menyanyikan pujian mengenai ibu rumah tangga yang baik, dipuji oleh anak-anaknya, dan menjadi kebanggaan suaminya (Ams 31:10-31).” (Ancient Israel—Its Life and Institutions) Tidak diragukan, apabila Taurat dipatuhi di Israel, kaum wanita tidak diperlakukan dengan tidak baik.
Wanita-Wanita yang Menonjol
15. (a) Bagaimana tingkah laku Sara menggambarkan hubungan yang benar di antara seorang pria dan istrinya? (b) Mengapa kasus Rahab patut kita perhatikan?
15 Kitab-Kitab Ibrani memuat banyak contoh tentang wanita yang adalah hamba-hamba Allah Yehuwa yang menonjol. Sara memberikan gambaran yang baik tentang caranya seorang wanita yang saleh dapat berlaku patuh kepada suaminya dan pada waktu yang sama membantu dia dalam membuat keputusan-keputusan. (Kejadian 21:9-13; 1 Petrus 3:5, 6) Kasus Rahab patut kita perhatikan. Tuduhan bahwa Yehuwa memiliki prasangka ras dan keras terhadap wanita terbukti tidak benar. Rahab adalah seorang pelacur non-Israel. Yehuwa tidak saja menerima dia sebagai seorang penyembah tetapi karena ia sangat beriman, yang ditunjukkan dengan perbuatannya termasuk perubahan gaya hidup, Ia menyatakan Rahab benar. Selain itu, Ia memberkati dia dengan hak istimewa yang tidak lazim untuk menjadi nenek moyang dari Mesias.—Matius 1:1, 5; Ibrani 11:31; Yakobus 2:25.
16. Apa yang digambarkan oleh teladan Abigail, dan mengapa haluan tindakannya dibenarkan?
16 Kasus Abigail menggambarkan bahwa Yehuwa tidak menuntut agar istri harus secara membabi buta patuh kepada suaminya. Suaminya kaya sekali, memiliki banyak kawanan domba dan kambing. Tetapi ia ”kasar dan jahat kelakuannya”. Abigail tidak mau mengikuti suaminya dalam haluannya yang jahat. Dengan memperlihatkan kebijaksanaan, pertimbangan yang baik, kerendahan hati, dan kecepatan bertindak, ia menghindari keadaan yang dapat berarti malapetaka bagi seisi rumah tangganya, dan ia sangat diberkati Yehuwa.—1 Samuel 25:2-42.
17. (a) Hak istimewa apa yang dimiliki beberapa wanita di Israel? (b) Pelajaran apa yang terkandung dalam teladan Maria bagi kaum wanita Kristiani yang mungkin diberikan hak-hak istimewa tertentu dalam dinas?
17 Beberapa wanita bahkan menjadi nabiah. Demikianlah halnya dengan Debora, selama masa para Hakim. (Hakim, pasal 4 dan 5) Hulda seorang nabiah di Yehuda, tidak lama sebelum kebinasaan Yerusalem. (2 Raja 22:14-20) Kasus Miryam patut kita perhatikan. Meskipun ia disebut sebagai nabiah, yang diutus Yehuwa, tampaknya hak istimewa ini membuat dia besar kepala. Ia tidak mengakui wewenang yang Yehuwa telah berikan kepada Musa, adiknya, untuk memimpin bangsa Israel, dan ia dihukum karenanya, meskipun ia rupanya bertobat dan disembuhkan.—Keluaran 15:20, 21; Bilangan 12:1-15; Mikha 6:4.
Wanita-Wanita di Bawah Yudaisme
18, 19. Apa status dari kaum wanita di bawah Yudaisme, dan bagaimana hal ini sampai terjadi?
18 Seperti telah kita perhatikan, Taurat Musa melindungi hak-hak wanita dan, apabila dipatuhi, kaum wanitanya akan menikmati kehidupan yang memuaskan. Namun seraya waktu berjalan, khususnya setelah kebinasaan Yerusalem pada tahun 607 S.M., mulailah berkembang agama Yahudi, yang lebih didasarkan atas tradisi lisan daripada atas Taurat Yehuwa yang tertulis. Sejak abad keempat S.M. dan seterusnya, Yudaisme menyerap banyak filsafat Yunani. Pada umumnya para filsuf Yunani memberikan sedikit perhatian kepada hak-hak wanita, maka sejalan dengan itu status wanita merosot di dalam lingkungan Yudaisme. Sejak abad ketiga S.M., wanita mulai dipisahkan dari pria di sinagoge Yahudi dan tidak dianjurkan untuk membaca Taurat (Hukum Musa). Encyclopaedia Judaica mengakui, ”Sebagai akibatnya sedikit wanita yang terpelajar.” Pendidikan hanya khusus bagi anak laki-laki.
19 Dalam bukunya Jerusalem in the Time of Jesus, J. Jeremias menulis, ”Secara keseluruhan, kedudukan wanita dalam perundang-undangan agama dinyatakan paling baik dalam formula yang terus diulangi ini: ’Kaum wanita, budak-budak dan anak-anak (non-Yahudi).’ . . . Kita dapat menambahkan kepada hal ini bahwa ada banyak pendapat yang bersifat menghina yang dilontarkan terhadap wanita. . . . Karena itu kita mendapat kesan bahwa Yudaisme pada zaman Yesus juga memiliki pandangan yang sangat rendah terhadap wanita.”
Wanita-Wanita yang Setia yang Menantikan Mesias
20, 21. (a) Meskipun sikap merendahkan dari para pemimpin agama Yahudi terhadap kaum wanita, siapa yang didapati di antara orang-orang yang waspada menantikan seraya saat munculnya Mesias semakin dekat? (b) Apa yang memperlihatkan bahwa Elisabet dan Maria memiliki pengabdian ilahi yang dalam?
20 Sikap yang merendahkan ini dari para rabi Yahudi terhadap wanita adalah cara lain mereka ’membuat firman Allah tidak berlaku melalui tradisi mereka’. (Markus 7:13) Namun meskipun sikap merendahkan ini, seraya saat kedatangan Mesias mendekat, beberapa wanita yang saleh telah menantikan dengan waspada. Salah seorang di antaranya adalah Elisabet, istri dari Zakharia, seorang imam Lewi. Ia dan suaminya ”benar di hadapan Allah dan hidup menurut segala perintah dan ketetapan Tuhan [”Yehuwa”, NW]”. (Lukas 1:5, 6) Elisabet diperkenan oleh Yehuwa dalam hal ia, meskipun mandul dan usianya sudah cukup lanjut, menjadi ibu dari Yohanes Pembaptis.—Lukas 1:7, 13.
21 Digerakkan oleh roh suci, Elisabet menyatakan kasih yang dalam terhadap seorang wanita saleh lainnya di zaman dia, seorang kerabat yang bernama Maria. Ketika, kira-kira pada akhir tahun 3 S.M., malaikat Gabriel memberi tahu Maria bahwa ia secara mukjizat akan mengandung seorang anak (Yesus), ia menyapa dia, ”engkau yang dikaruniai”, dan menambahkan, ”Tuhan [”Yehuwa”, NW] menyertai engkau.” Tidak lama kemudian, Maria mengunjungi Elisabet, yang memuji dia dan anak yang sedang dalam kandungan, menyebut Yesus ”Tuhan”-nya bahkan sebelum ia dilahirkan. Mendengar hal itu, Maria terdorong menyatakan pujian kepada Yehuwa yang memberi kesaksian yang menggugah hati berkenaan pengabdian ilahinya yang dalam.—Lukas 1:28, 31, 36-55.
22. Setelah Yesus lahir, wanita saleh mana yang memperlihatkan bahwa ia salah seorang di antara mereka yang menantikan Mesias?
22 Ketika Yesus dilahirkan dan Maria membawanya ke bait di Yerusalem untuk mempersembahkan dia kepada Yehuwa, seorang wanita lain yang takut akan Allah, nabiah Hana yang telah lanjut usia, menyatakan sukacitanya. Ia mengucapkan syukur terima kasih kepada Yehuwa dan berbicara tentang Yesus kepada semua orang yang dengan penuh harap menantikan Mesias yang dijanjikan.—Lukas 2:36-38.
23. Bagaimana rasul Petrus berbicara tentang wanita-wanita pra-Kristiani, dan pertanyaan apa saja yang akan ditinjau dalam artikel yang berikut?
23 Jadi, seraya waktu untuk dinas Yesus di bumi mendekat, masih ada ”wanita-wanita kudus . . . yang menaruh pengharapannya kepada Allah”. (1 Petrus 3:5) Beberapa di antara wanita-wanita ini menjadi murid Kristus. Bagaimana Yesus memperlakukan mereka? Apakah dewasa ini juga ada wanita-wanita yang dengan senang hati menerima peranan mereka sebagaimana digariskan di dalam Alkitab? Pertanyaan-pertanyaan ini akan kita tinjau dalam artikel berikut.
[Catatan Kaki]
a Jilid 3, halaman 1055.
b ”Adam yang akhir”, Kristus Yesus, juga pria yang sempurna, lengkap, meskipun ia tidak memiliki istri manusia.—1 Korintus 15:45.
Pertanyaan untuk Tinjauan
◻ Bagaimana perlakuan terhadap kaum wanita di Israel berbeda dengan perlakuan di negeri-negeri lain?
◻ Apa kedudukan relatif dari Adam dan Hawa, dan mengapa?
◻ Status apa yang dimiliki kaum wanita Israel di bawah Taurat, dan apakah mereka secara rohani dirugikan?
◻ Pelajaran apa saja dapat dipelajari dari kehidupan wanita-wanita yang menonjol dalam Kitab-Kitab Ibrani?
◻ Teladan-teladan bagus apa mengenai iman dapat ditemukan meskipun pandangan di Yudaisme?
[Kotak di hlm. 10]
”WANITA YANG TAAT KEPADA [YEHUWA]”
”10 Istri yang cakap sukar ditemukan; ia lebih berharga daripada intan berlian. 11 Suaminya tak akan kekurangan apa-apa, karena menaruh kepercayaan kepadanya. 12 Ia tak pernah berbuat jahat kepada suaminya; sepanjang umurnya ia berbuat baik kepadanya. 13 Ia rajin mengumpulkan rami dan bulu domba lalu sibuk bekerja menenunnya. 14 Dari jauh ia mendatangkan makanan, seperti yang dilakukan oleh kapal-kapal pedagang. 15 Pagi-pagi buta ia bangun untuk menyiapkan makanan bagi keluarganya, dan untuk membagi-bagikan tugas kepada pelayan-pelayannya. 16 Ia mencari sebidang tanah, lalu membelinya; ia mengusahakan sebuah kebun anggur dari pendapatannya. 17 Ia menyiapkan dirinya untuk bekerja sekuat tenaga. 18 Ia tahu bahwa segala sesuatu yang dibuatnya, menguntungkan; ia bekerja sampai jauh malam. 19 Benang dipintalnya dan kain ditenunnya. 20 Ia tidak kikir kepada yang berkekurangan; ia baik hati kepada yang memerlukan pertolongan. 21 Ia tidak khawatir apabila musim dingin tiba, karena baju panas tersedia bagi keluarganya. 22 Ia sendiri yang membuat permadaninya; pakaiannya dari kain lenan ungu yang mewah. 23 Suaminya adalah orang ternama—salah seorang dari antara para pemimpin kota. 24 Ia membuat pakaian dan ikat pinggang lalu menjualnya kepada pedagang. 25 Ia berwibawa dan dihormati; dan tidak khawatir tentang hari nanti. 26 Dengan lemah lembut ia berbicara; kata-katanya bijaksana. 27 Ia selalu rajin bekerja dan memperhatikan urusan rumah tangganya. 28 Ia dihargai oleh anak-anaknya, dan dipuji oleh suaminya. 29 ’Ada banyak wanita yang baik,’ kata suaminya, ’tetapi engkau yang paling baik dari mereka semua.’ 30 Paras yang manis tak dapat dipercaya, dan kecantikan akan hilang; tetapi wanita yang taat kepada Tuhan layak mendapat pujian. 31 Balaslah segala kebaikannya; ia wanita yang patut dihormati di mana-mana!”—Amsal 31:10-31, ”BIS”.
[Gambar di hlm. 8, 9]
Kedudukan wanita di dalam keluarga adalah kedudukan yang bermartabat