Hendaklah Beriba Hati yang Lembut
”Kenakanlah pada dirimu kasih sayang yang lembut dari keibaan hati, kebaikan hati.”—KOLOSE 3:12, ”NW”.
1. Mengapa terdapat kebutuhan yang besar akan keibaan hati dewasa ini?
TIDAK pernah sebelumnya dalam sejarah ada begitu banyak orang membutuhkan bantuan yang beriba hati. Menghadapi penyakit, kelaparan, pengangguran, kejahatan, peperangan, anarki, dan bencana alam, jutaan orang membutuhkan bantuan. Namun terdapat sebuah problem yang bahkan lebih serius, dan ini adalah bencana rohani yang menyedihkan yang dialami umat manusia. Setan, yang mengetahui waktunya sudah singkat, ”menyesatkan seluruh dunia”. (Wahyu 12:9, 12) Oleh karena itu, khususnya orang-orang yang berada di luar sidang Kristen yang sejati berada dalam bahaya kehilangan nyawa mereka, dan Alkitab tidak mengakui harapan kebangkitan apa pun bagi orang-orang yang dieksekusi selama hari penghakiman Allah yang akan datang.—Matius 25:31-33, 41, 46; 2 Tesalonika 1:6-9.
2. Mengapa Yehuwa menahan diri dari membinasakan orang-orang fasik?
2 Namun, sampai bagian penutup dari hari-hari terakhir ini, Allah Yehuwa terus memperlihatkan kesabaran dan keibaan hati kepada orang-orang yang tidak berterima kasih dan yang fasik. (Matius 5:45; Lukas 6:35, 36) Ia telah melakukan hal ini dengan alasan yang sama ketika Ia menunda menghukum bangsa Israel yang tidak setia. ”Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan [Yehuwa], Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik, melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu dari kelakuannya supaya ia hidup. Bertobatlah, bertobatlah dari hidupmu yang jahat itu! Mengapakah kamu akan mati, hai kaum Israel?”—Yehezkiel 33:11.
3. Contoh apa kita miliki sehubungan dengan keibaan hati Yehuwa terhadap orang-orang yang bukan umat-Nya, dan apa yang kita pelajari dari hal ini?
3 Keibaan hati Yehuwa juga diulurkan kepada orang-orang Niniwe yang fasik. Yehuwa mengutus Yunus nabi-Nya untuk memperingatkan mereka tentang kebinasaan yang akan datang. Mereka dengan positif menanggapi pemberitaan Yunus dan bertobat. Ini menggerakkan Allah yang beriba hati, Yehuwa, untuk menahan diri dari membinasakan kota tersebut pada saat itu. (Yunus 3:10; 4:11) Jika Allah merasa kasihan terhadap orang-orang Niniwe, yang mempunyai kemungkinan untuk dibangkitkan, pasti betapa jauh lebih besar keibaan hati yang Ia rasakan terhadap orang-orang dewasa ini yang menghadapi kebinasaan abadi!—Lukas 11:32.
Suatu Pekerjaan Keibaan Hati yang Belum Pernah Terjadi Sebelumnya
4. Bagaimana Yehuwa menyatakan keibaan hati bagi orang-orang dewasa ini?
4 Selaras dengan kepribadian-Nya yang beriba hati, Yehuwa telah memerintahkan Saksi-Saksi-Nya untuk terus mengunjungi sesama mereka dengan ”Injil Kerajaan”. (Matius 24:14) Dan bila orang-orang dengan penuh penghargaan menanggapi pekerjaan yang menyelamatkan kehidupan ini, Yehuwa membuka hati mereka untuk meraih berita Kerajaan. (Matius 11:25; Kisah 16:14) Dalam meniru Allah mereka, orang-orang Kristen yang sejati memperlihatkan keibaan hati yang lembut dengan mengunjungi kembali orang-orang yang berminat, membantu mereka, bila mungkin, melalui suatu pengajaran Alkitab. Maka, pada tahun 1993, lebih dari empat setengah juta Saksi-Saksi Yehuwa, di 231 negeri, menggunakan lebih dari satu miliar jam untuk memberitakan dari rumah ke rumah dan mempelajari Alkitab dengan sesama mereka. Selanjutnya, para peminat baru ini memiliki kesempatan untuk membaktikan kehidupan mereka kepada Yehuwa dan bergabung dalam barisan Saksi-Saksi-Nya yang terbaptis. Dengan demikian, mereka juga menerima tanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan keibaan hati yang belum pernah terjadi sebelumnya demi calon-calon murid yang masih terperangkap dalam dunia Setan yang sekarat ini.—Matius 28:19, 20; Yohanes 14:12.
5. Bila keibaan hati ilahi telah mencapai batasnya, apa yang akan terjadi terhadap agama yang menyalahgambarkan Allah?
5 Segera Yehuwa akan bertindak sebagai ”pahlawan perang”. (Keluaran 15:3) Karena keibaan hati demi nama-Nya dan demi umat-Nya, Ia akan menyingkirkan kefasikan dan mendirikan suatu dunia baru yang adil-benar. (2 Petrus 3:13) Yang pertama-tama harus mengalami hari kemurkaan Allah adalah gereja-gereja Susunan Kristen. Sebagaimana Allah tidak menyayangkan bait-Nya sendiri di Yerusalem dari tangan raja Babel, demikian pula Ia tidak akan menyayangkan organisasi-organisasi agama yang telah menyalahgambarkan-Nya. Allah akan menaruh ke dalam hati anggota-anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menelantarkan Susunan Kristen dan segala bentuk agama palsu lainnya. (Wahyu 17:16, 17) ”Karena itu Aku juga,” kata Yehuwa, ”tidak akan merasa sayang dan tidak akan kenal belas kasihan; kelakuan mereka akan Kutimpakan atas kepala mereka.”—Yehezkiel 9:5, 10.
6. Dengan cara-cara apa Saksi-Saksi Yehuwa tergerak untuk memperlihatkan keibaan hati?
6 Selama masih ada waktu, Saksi-Saksi Yehuwa terus memperlihatkan keibaan hati kepada sesama mereka dengan bergairah mengabarkan berita keselamatan Allah. Dan biasanya jika mungkin, mereka juga membantu orang-orang yang kekurangan secara materi. Namun, dalam bidang ini, tanggung jawab mereka yang pertama adalah untuk memenuhi kebutuhan dari anggota-anggota keluarga terdekat dan orang-orang yang ada hubungan dengan mereka dalam iman. (Galatia 6:10; 1 Timotius 5:4, 8) Banyaknya misi bantuan yang dilaksanakan oleh Saksi-Saksi Yehuwa demi rekan-rekan seiman mereka yang telah mengalami berbagai bencana merupakan teladan yang mencolok dari keibaan hati. Akan tetapi, orang-orang Kristen tidak perlu menunggu sampai terjadi keadaan genting untuk memperlihatkan keibaan hati yang lembut. Mereka segera mempertunjukkan sifat ini dalam menghadapi masa senang dan masa susah dalam kehidupan sehari-hari.
Bagian dari Kepribadian Baru
7. (a) Di Kolose 3:8-13, bagaimana keibaan hati dihubungkan dengan kepribadian baru? (b) Kasih sayang yang lembut mempermudah orang-orang Kristen untuk melakukan apa?
7 Memang benar bahwa sifat bawaan kita yang berdosa dan pengaruh yang buruk dari dunia Setan merupakan rintangan terhadap sikap beriba hati yang lembut dari kita. Itulah sebabnya mengapa Alkitab mendesak kita untuk menyingkirkan ”murka, kemarahan, keburukan, cacian, dan omongan cabul”. Sebaliknya kita dinasihati untuk ’mengenakan pada diri kita kepribadian baru’—kepribadian yang sesuai dengan gambar Allah. Pertama-tama, kita diperintahkan untuk mengenakan pada diri kita ”kasih sayang yang lembut dari keibaan hati, kebaikan hati, kerendahan pikiran, kelemahlembutan, dan panjang sabar”. Alkitab kemudian memperlihatkan kepada kita sebuah cara praktis untuk memperlihatkan sifat-sifat ini. ”Teruslah bertahan dengan sabar menghadapi satu sama lain dan ampuni satu sama lain dengan lapang hati jika seseorang mempunyai alasan untuk mengeluh terhadap yang lain. Sama seperti Yehuwa dengan lapang hati mengampunimu, demikianlah kamu lakukan juga.” Jauh lebih mudah untuk bersifat pengampun jika kita memupuk ”kasih sayang yang lembut dari keibaan hati” kepada saudara-saudara kita.—Kolose 3:8-13, NW.
8. Mengapa penting untuk memiliki semangat mengampuni?
8 Di lain pihak, kegagalan untuk mempertunjukkan pengampunan yang beriba hati membahayakan hubungan kita dengan Yehuwa. Ini ditandaskan dengan jelas oleh perumpamaan Yesus tentang budak yang tidak tahu mengampuni, yang dipenjarakan oleh majikannya ”sampai dia membayar kembali semua yang terutang”. Budak ini patut mendapatkan perlakuan ini karena ia tak disangka-sangka gagal memperlihatkan keibaan hati terhadap sesama budak yang memohon belas kasihan. Yesus mengakhiri perumpamaan ini dengan mengatakan, ”Dengan cara yang sama Bapak surgawiku akan juga memperlakukan kamu, jika kamu tidak mengampuni masing-masing saudaranya dari hatimu.”—Matius 18:34, 35, NW.
9. Bagaimana keibaan hati yang lembut berkaitan dengan aspek yang paling penting dari kepribadian baru?
9 Memperlihatkan keibaan hati yang lembut merupakan segi yang penting dari kasih. Dan kasih merupakan tanda pengenal dari kekristenan sejati. (Yohanes 13:35) Oleh karena itu, penjelasan Alkitab tentang kepribadian baru menyimpulkan, ”Di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan.”—Kolose 3:14.
Kedengkian—Sebuah Kendala untuk Keibaan Hati
10. (a) Apa yang mungkin menyebabkan kecemburuan berakar dalam hati kita? (b) Hasil-hasil buruk apa dapat diakibatkan oleh kecemburuan?
10 Karena sifat bawaan kita yang berdosa, perasaan-perasaan dengki dapat dengan mudah berakar dalam hati kita. Seorang saudara atau saudari mungkin diberkati dengan bakat-bakat alami atau keuntungan-keuntungan materi yang tidak kita miliki. Atau barangkali seseorang telah menerima berkat-berkat rohani dan hak-hak istimewa khusus. Jika kita menjadi dengki terhadap orang-orang demikian, apakah kita akan dapat memperlakukan mereka dengan keibaan hati yang lembut? Barangkali tidak. Sebaliknya, perasaan-perasaan cemburu pada akhirnya nyata dalam kata-kata kritis atau tindakan-tindakan yang tidak baik, karena Yesus mengatakan tentang manusia, ”Yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya.” (Lukas 6:45) Orang-orang lain mungkin berpihak dengan kritik demikian. Dengan demikian, perdamaian dari suatu keluarga atau sidang dari umat Allah dapat terganggu.
11. Bagaimana sepuluh saudara Yusuf mendesak keibaan hati ke luar dari hati mereka, dan dengan hasil apa?
11 Pertimbangkan apa yang terjadi dalam sebuah keluarga besar. Sepuluh putra tertua Yakub menjadi cemburu terhadap adik laki-laki mereka Yusuf karena ia anak kesayangan ayah mereka. Sebagai akibatnya, ”[mereka] tidak mau menyapanya dengan ramah”. Belakangan, Yusuf diberkati dengan mimpi ilahi, yang membuktikan bahwa ia memiliki perkenan Yehuwa. Ini membuat saudara-saudaranya ”lebih benci lagi kepadanya”. Karena mereka tidak mencabut kecemburuan dari hati mereka, hal ini mendesak ke luar keibaan hati dan membawa kepada dosa serius.—Kejadian 37:4, 5, 11.
12, 13. Apa yang hendaknya kita lakukan bila perasaan cemburu memasuki hati kita?
12 Dengan kejam, mereka menjual Yusuf kepada perbudakan. Dalam upaya menutupi perbuatan salah mereka, mereka menipu ayah mereka sehingga berpikir bahwa Yusuf telah dibunuh oleh binatang buas. Bertahun-tahun kemudian, dosa mereka tersingkap sewaktu kelaparan memaksa mereka untuk pergi ke Mesir dan membeli makanan. Pejabat urusan pangan, yang tidak mereka kenali sebagai Yusuf, menuduh mereka sebagai mata-mata dan melarang mereka meminta bantuannya kembali kecuali mereka membawa adik bungsu mereka, Benyamin. Pada saat itu Benyamin menjadi anak kesayangan ayah mereka, dan mereka tahu bahwa Yakub tidak akan mengizinkannya pergi.
13 Maka ketika berdiri di hadapan Yusuf, hati nurani mereka menggugah mereka untuk mengaku, ”Betul-betullah kita menanggung akibat dosa kita terhadap adik kita itu [Yusuf]: bukankah kita melihat bagaimana sesak hatinya, ketika ia memohon belas kasihan kepada kita, tetapi kita tidak mendengarkan permohonannya. Itulah sebabnya kesesakan ini menimpa kita.” (Kejadian 42:21) Melalui cara ia berurusan dengan beriba hati namun tegas, Yusuf membantu saudara-saudaranya untuk membuktikan ketulusan dari pertobatan mereka. Kemudian ia menyingkapkan identitasnya kepada mereka dan dengan murah hati mengampuni mereka. Persatuan keluarga dipulihkan. (Kejadian 45:4-8) Sebagai orang-orang Kristen, kita hendaknya mendapatkan pelajaran dari hal ini. Karena mengetahui akibat-akibat buruk dari kedengkian, kita hendaknya berdoa kepada Yehuwa memohon bantuan untuk menggantikan perasaan-perasaan cemburu dengan ”kasih sayang yang lembut dari keibaan hati”.
Kendala-Kendala Lain untuk Keibaan Hati
14. Mengapa kita hendaknya menghindari tanpa perlu membuka diri kepada kekerasan?
14 Kendala lain yang membuat kita tidak beriba hati dapat diakibatkan karena kita tanpa perlu membuka diri kepada kekerasan. Olahraga dan hiburan yang menyajikan kekerasan menganjurkan sikap haus darah. Pada zaman Alkitab, orang-orang kafir dengan tetap tentu menyaksikan pertandingan-pertandingan gladiator dan bentuk-bentuk lain dari penyiksaan manusia di arena-arena Kekaisaran Romawi. Hiburan demikian, menurut seorang sejarawan, ”mematikan perasaan-perasaan simpati terhadap penderitaan yang membedakan manusia dari hewan”. Banyak hiburan dalam dunia modern dewasa ini memiliki pengaruh yang sama. Orang-orang Kristen yang berupaya beriba hati yang lembut, perlu sangat selektif dalam pilihan mereka sehubungan dengan bahan bacaan, film, dan program-program TV. Dengan bijaksana mereka mengingat kata-kata dari Mazmur 11:5, ”Ia [Yehuwa] membenci orang yang mencintai kekerasan.”
15. (a) Bagaimana seseorang mungkin memperlihatkan kurangnya keibaan hati yang serius? (b) Bagaimana orang-orang Kristen sejati menanggapi kebutuhan dari rekan-rekan seiman dan sesama mereka?
15 Seseorang yang mementingkan diri juga cenderung tidak beriba hati. Hal ini serius, seperti yang dijelaskan oleh rasul Yohanes, ”Barangsiapa memiliki sarana dunia untuk menunjang kehidupan dan melihat saudaranya mempunyai kebutuhan namun menutup pintu keibaan hatinya yang lembut terhadap dia, dengan cara apa kasih akan Allah tetap dalam dirinya?” (1 Yohanes 3:17, NW) Tidak adanya keibaan hati yang serupa diperlihatkan oleh imam yang menganggap diri adil-benar dan orang Lewi dalam perumpamaan Yesus tentang orang Samaria yang baik hati. Setelah melihat penderitaan dari saudara Yahudi mereka yang sedang sekarat, mereka menyeberang ke sisi lain dan melanjutkan perjalanan mereka. (Lukas 10:31, 32) Bertentangan dengan hal itu, orang-orang Kristen yang beriba hati dengan segera menanggapi kebutuhan materi dan rohani dari saudara-saudara mereka. Dan seperti orang Samaria dalam perumpamaan Yesus, mereka juga prihatin terhadap kebutuhan dari orang-orang yang tidak dikenal. Oleh karena itu mereka dengan senang hati memberikan waktu, energi, dan sumber daya materi mereka untuk meningkatkan pekerjaan menjadikan murid. Dengan cara ini mereka menyumbang kepada keselamatan jutaan orang.—1 Timotius 4:16.
Keibaan Hati bagi Orang-Orang Sakit
16. Keterbatasan-keterbatasan apa kita hadapi dalam berurusan dengan kasus-kasus penyakit?
16 Penyakit merupakan keadaan dari umat manusia yang tidak sempurna dan sekarat. Orang-orang Kristen tidak terkecuali, dan kebanyakan dari mereka bukanlah ahli-ahli medis, mereka juga tidak dapat membuat mukjizat seperti halnya orang-orang Kristen pada masa awal yang menerima kuasa demikian dari Kristus dan rasul-rasulnya. Dengan kematian dari rasul-rasul Kristus dan rekan-rekan dekat mereka, kuasa mukjizat demikian telah berlalu. Oleh karena itu, kesanggupan kita untuk membantu orang-orang yang menderita akibat penyakit fisik, termasuk kelainan otak dan halusinasi, terbatas.—Kisah 8:13, 18; 1 Korintus 13:8.
17. Pelajaran apa kita dapatkan dari caranya Ayub yang sakit dan berkabung diperlakukan?
17 Depresi sering kali menyertai penyakit. Misalnya, Ayub yang takut akan Allah sangat depresi karena penyakit parah dan bencana yang ditimpakan Setan atas dirinya. (Ayub 1:18, 19; 2:7; 3:3, 11-13) Ia membutuhkan sahabat-sahabat yang memperlakukannya dengan keibaan hati yang lembut dan yang akan ’berbicara dengan cara menghibur’. (1 Tesalonika 5:14, NW) Sebaliknya, ketiga orang yang mengaku penghibur mengunjunginya dan terburu-buru mengambil kesimpulan yang keliru. Mereka memperburuk keadaan Ayub yang depresi dengan mengatakan bahwa bencana-bencana yang dialaminya disebabkan oleh beberapa kesalahannya sendiri. Dengan beriba hati yang lembut, orang-orang Kristen akan menghindari membuat kesalahan yang sama bila rekan-rekan seiman sedang sakit atau depresi. Kadang-kadang, hal utama yang dibutuhkan orang-orang seperti itu adalah beberapa kunjungan yang ramah dari para penatua atau orang-orang Kristen lain yang matang yang akan mendengar dengan keibaan hati, memperlihatkan pengertian, dan menyediakan nasihat Alkitab yang penuh kasih.—Roma 12:15; Yakobus 1:19.
Keibaan Hati bagi yang Lemah
18, 19. (a) Bagaimana hendaknya para penatua berurusan dengan orang-orang yang lemah dan yang berbuat salah? (b) Bahkan jika perlu untuk membentuk suatu panitia pengadilan, mengapa penting bagi para penatua untuk memperlakukan pembuat kesalahan dengan keibaan hati yang lembut?
18 Para penatua khususnya harus beriba hati yang lembut. (Kisah 20:29, 35) Alkitab memerintahkan, ”Kita, yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang yang tidak kuat.” (Roma 15:1) Karena tidak sempurna, kita semua membuat kesalahan-kesalahan. (Yakobus 3:2) Kelembutan dibutuhkan dalam berurusan dengan orang yang ”mengambil langkah tertentu yang salah sebelum ia menyadarinya”. (Galatia 6:1, NW) Para penatua tidak pernah ingin seperti orang-orang Farisi yang menganggap diri adil-benar dan tidak bersikap masuk akal dalam menerapkan Hukum Allah.
19 Bertentangan dengan hal itu, para penatua mengikuti teladan keibaan hati yang lembut dari Allah Yehuwa dan Yesus Kristus. Pekerjaan utama mereka adalah untuk memelihara, membina, dan menyegarkan domba-domba Allah. (Yesaya 32:1, 2) Sebaliknya daripada berupaya mengendalikan segalanya dengan banyak peraturan, mereka merujuk kepada prinsip-prinsip yang bagus dari Firman Allah. Oleh karena itu, peranan para penatua hendaknya membina, mendatangkan sukacita dan penghargaan atas kebaikan Yehuwa di hati saudara-saudara mereka. Jika seorang rekan seiman membuat suatu kesalahan kecil, seorang penatua biasanya akan menghindari mengoreksi dia di hadapan umum. Jika memang harus berbicara, perasaan-perasaan yang lembut dari keibaan hati akan menggerakkan sang penatua untuk mengajak pergi orang tersebut dan membahas problem tersebut tanpa terdengar orang-orang lain. (Bandingkan Matius 18:15.) Tidak soal seberapa sulit seseorang diajak bergaul, pendekatan seorang penatua hendaknya sabar dan bersifat membantu. Ia hendaknya tidak pernah ingin mencari-cari alasan untuk mengeluarkan orang demikian dari sidang. Bahkan jika harus membentuk panitia pengadilan, para penatua akan memperlihatkan keibaan hati yang lembut dalam berurusan dengan orang yang terlibat dalam perbuatan salah yang serius. Kelembutan para penatua dapat membantu orang tersebut kepada pertobatan.—2 Timotius 2:24-26.
20. Kapankah pernyataan-pernyataan emosi dari keibaan hati tidak patut, dan mengapa?
20 Namun, adakalanya seorang hamba Yehuwa tidak boleh memperlihatkan keibaan hati. (Bandingkan Ulangan 13:6-9.) Bagi seorang Kristen untuk ”jangan bergaul” dengan seorang sahabat karib atau sanak saudara yang telah dipecat dapat benar-benar menguji. Dalam kasus seperti itu, penting agar seseorang tidak menyerah kepada perasaan kasihan. (1 Korintus 5:11-13) Keteguhan demikian bahkan dapat menganjurkan orang yang bersalah untuk bertobat. Selanjutnya, dalam berurusan dengan lawan jenis, orang-orang Kristen harus menghindari pertunjukan yang tidak patut dari keibaan hati yang dapat membawa kepada perbuatan seks yang amoral.
21. Dalam bidang-bidang lain apa kita perlu memperlihatkan keibaan hati yang lembut, dan apa manfaat-manfaatnya?
21 Tidak ada cukup tempat dalam artikel ini untuk membahas begitu banyak bidang yang membutuhkan keibaan hati yang lembut—dalam berurusan dengan orang-orang lanjut usia, orang-orang yang berkabung, orang-orang yang mengalami penganiayaan dari teman hidup yang tidak seiman. Para penatua yang bekerja keras hendaknya juga diperlakukan dengan keibaan hati yang lembut. (1 Timotius 5:17) Hormati mereka dan berikan mereka dukungan. (Ibrani 13:7, 17) ”Kamu semua . . . beriba hati yang lembut,” tulis rasul Petrus. (1 Petrus 3:8, NW) Dengan bertindak demikian dalam segala keadaan yang menuntutnya, kita memajukan persatuan dan kebahagiaan di dalam sidang dan menarik orang-orang luar ke dalam kebenaran. Yang terutama, dengan demikian kita menghormati Bapak kita yang beriba hati yang lembut, Yehuwa.
Pertanyaan-Pertanyaan Ulangan
◻ Bagaimana Yehuwa memperlihatkan keibaan hati kepada umat manusia yang berdosa?
◻ Mengapa penting untuk beriba hati yang lembut?
◻ Apa beberapa kendala bagi kita untuk beriba hati yang lembut?
◻ Bagaimana hendaknya kita memperlakukan orang-orang yang sakit dan yang depresi?
◻ Siapa yang khususnya perlu beriba hati yang lembut, dan mengapa?
[Kotak di hlm. 19]
ORANG-ORANG FARISI YANG TIDAK BERIBA HATI
HARI istirahat Sabat dimaksudkan menjadi suatu berkat secara rohani dan jasmani bagi umat Allah. Akan tetapi, para pemimpin agama Yahudi membuat banyak peraturan yang tidak menghormati hukum Sabat Allah dan membuatnya menjadi beban bagi bangsa itu. Misalnya, jika seseorang mengalami kecelakaan atau menderita karena penyakit, ia tidak dapat menerima bantuan pada hari Sabat kecuali nyawanya terancam.
Sebuah aliran orang-orang Farisi begitu cermat dalam interpretasi mereka akan hukum Sabat sehingga dikatakan, ”Seseorang tidak boleh menghibur orang yang berkabung, juga tidak boleh mengunjungi orang yang sakit pada hari Sabat.” Para pemimpin agama lain mengizinkan kunjungan-kunjungan semacam itu pada hari Sabat namun menetapkan, ”Menangis dilarang”.
Maka, dengan tepat Yesus mengutuk para pemimpin agama Yahudi karena melalaikan tuntutan-tuntutan Taurat yang lebih penting, misalnya keadilan, kasih, dan belas kasihan. Tidak mengherankan ia berkata kepada orang-orang Farisi, ”Firman Allah kamu nyatakan tidak berlaku demi adat istiadat yang kamu ikuti itu”!—Markus 7:8, 13; Matius 23:23; Lukas 11:42.
[Gambar di hlm. 17]
Di 231 negeri, Saksi-Saksi Yehuwa melaksanakan pekerjaan keibaan hati yang belum pernah dilakukan sebelumnya di rumah-rumah orang, di jalan-jalan, bahkan di penjara
[Gambar di hlm. 18]
Membuka diri kepada kekerasan, seperti ditayangkan di TV, merusak keibaan hati yang lembut