-
TAWA, TERTAWAPemahaman Alkitab, Jilid 2
-
-
”Karena seperti bunyi tanaman berduri di bawah belanga, demikianlah gelak tawa orang bebal; dan ini pun kesia-siaan.” (Pkh 7:6) Tanaman berduri dengan cepat menyala, tetapi cepat pula terbakar habis menjadi abu, mungkin sudah habis sebelum masakan dalam belanga matang, dengan demikian tidak memenuhi tujuan api dinyalakan. Bunyi ribut tanaman yang terbakar itu dan kobaran apinya terbukti percuma dan sia-sia. Demikian pula halnya tawa cekikikan yang sembrono dan kekonyolan orang bodoh. Selain itu, suara gelak tawa orang bodoh menyakitkan telinga, karena hal itu tidak cocok dengan waktu dan keadaannya, serta cenderung mengecilkan hati dan tidak membina. Gelak tawa tidak membantu seorang pun untuk menunaikan tugasnya yang serius dalam membuat nama baik yang akan diingat Allah sehingga bisa memastikan bahwa ”hari kematian lebih baik daripada hari kelahiran”.
Gelak Tawa Berubah Menjadi Perkabungan. Dalam Khotbah di Gunung, Yesus Kristus mengatakan, ”Berbahagialah kamu yang menangis sekarang, karena kamu akan tertawa,” dan, ”Celakalah kamu, yang sekarang tertawa, karena kamu akan berkabung dan menangis.” (Luk 6:21, 25) Jelaslah, Yesus sedang menunjukkan bahwa orang-orang yang bersedih karena merajalelanya keadaan buruk dalam hal agama di Israel dapat mengubah tangis mereka menjadi gelak tawa melalui iman kepada-Nya, sedangkan orang-orang yang menikmati gelak tawa dan kehidupan tanpa memperhatikan masa depan akan mendapati gelak tawa mereka menjadi perkabungan. (Bdk. Luk 16:19-31.) Sewaktu menulis surat kepada orang-orang Kristen, saudara tiri Yesus, Yakobus, mendesak orang-orang Kristen yang berpikiran duniawi, ”Bersedihlah, berkabunglah, dan menangislah. Biarlah tertawamu menjadi perkabungan dan sukacitamu menjadi kemurungan. Hendaklah kamu merendahkan diri di hadapan Yehuwa, dan ia akan meninggikan kamu.” (Yak 4:4, 9, 10) Keadaan ditinggikan seperti itu akan membawa kebahagiaan sejati.
Untuk Menyatakan Ejekan. Dalam Alkitab, tertawa sering digambarkan sebagai pernyataan ejekan. Kata kerja Ibrani tsa·khaqʹ (tertawa) juga mengandung arti ”berolok-olok; menjadikan bahan tertawaan”.—Kej 21:9; 39:14.
Bahkan beberapa jenis binatang digambarkan tertawa mencemooh. Burung unta betina (karena ia cepat) digambarkan menertawakan kuda yang sedang mengejar serta penunggangnya, dan kuda (karena ia kuat dan tidak kenal takut) digambarkan menertawakan kegentaran. (Ayb 39:13, 18, 19, 22) Lewiatan (buaya) dikatakan menertawakan gemeretaknya lembing, karena kulitnya bagaikan baju besi yang kuat.—Ayb 41:1, 29.
Hamba-hamba Allah harus bertahan karena sering ditertawakan. Ayub mengatakan, ”Aku menjadi bahan tertawaan sesamaku.” (Ayb 12:4; 30:1) Sepanjang hari Yeremia menjadi bahan tertawaan orang-orang sezamannya. (Yer 20:7) Yesus Kristus sendiri ditertawakan sebelum membangkitkan putri Yairus dari kematian. (Mat 9:24; Mrk 5:40; Luk 8:41-53) Namun, semua orang yang tahu tentang kekuatan dan hikmat Allah dan taat kepada-Nya mempunyai alasan yang kuat untuk berbahagia.—Mat 5:11, 12.
Allah Yehuwa digambarkan menertawakan bangsa-bangsa, kata-kata bualan mereka yang ternyata kosong, dan kekacauan akibat haluan mereka yang bodoh. (Mz 59:8) Ia mengetahui kekuatan-Nya sendiri serta maksud-tujuan-Nya, dan Ia menertawakan perlawanan lemah serta sia-sia yang mereka lancarkan terhadap Dia serta umat-Nya. (Mz 2:1-4) Orang yang berhikmat pasti tidak ingin ditertawakan oleh Yehuwa. (Ams 1:26) Yehuwa tidak senang akan kematian orang fasik (Yeh 18:23, 32), tetapi di pihak lain Ia tidak takut akan rencana jahat mereka terhadap umat-Nya dan tertawa karena melihat hari kelepasan bagi orang yang adil-benar, yang akan menggagalkan rancangan orang fasik dan kefasikan akan berakhir untuk selama-lamanya.—Mz 37:12, 13, 20.
-
-
TAWAN, PENAWANANPemahaman Alkitab, Jilid 2
-
-
TAWAN, PENAWANAN
Sejarah Alkitab menyebutkan tentang sejumlah penawanan. (Bil 21:29; 2Taw 29:9; Yes 46:2; Yeh 30:17, 18; Dan 11:33; Nah 3:10; Pny 13:10; lihat TAWANAN.) Akan tetapi, ”penawanan” umumnya memaksudkan pembuangan orang-orang Yahudi secara besar-besaran dari Tanah Perjanjian pada abad kedelapan dan ketujuh SM oleh Kuasa Dunia Asiria dan Kuasa Dunia Babilonia; juga disebut ”Pembuangan”.—Ezr 3:8; 6:21; Mat 1:17; lihat PEMBUANGAN.
Yeremia, Yehezkiel, dan nabi-nabi lain memberikan peringatan terhadap malapetaka yang hebat itu dalam pernyataan-pernyataan berikut, ”Siapa yang ditentukan untuk ditawan, pergilah ke tempat penawanan!” ”Mengenai engkau, hai, Pasyur, dan seluruh penghuni rumahmu, kamu akan ditawan; dan engkau akan pergi ke Babilon.” ”Inilah maklumat terhadap Yerusalem dan seluruh keturunan Israel . . . ’Ke pembuangan, ke tempat penawanan mereka akan pergi.’” (Yer 15:2; 20:6; Yeh 12:10, 11) Belakangan, mengenai kembalinya orang-orang Yahudi dari penawanan di Babilon, Nehemia (7:6) mengisahkan, ”Inilah putra-putra distrik yurisdiksi yang keluar dari tempat penawanan orang-orang buangan yang telah dibawa ke pembuangan oleh Nebukhadnezar, raja Babilon, dan yang belakangan kembali ke Yerusalem dan ke Yehuda.”—Lihat juga Ezr 2:1; 3:8; 8:35; Neh 1:2, 3; 8:17.
Tampaknya, Asiria-lah yang pertama-tama memperkenalkan kebijakan mengosongkan kota-kota yang direbut dan memindahkan seluruh penduduknya dari negeri asal mereka, lalu mengisi kembali daerah tersebut dengan tawanan dari bagian-bagian lain imperium itu. Kebijakan pembuangan oleh Asiria ini tidak diberlakukan atas orang-orang Yahudi saja, karena ketika Damaskus, ibu kota Siria, jatuh di bawah serangan militer yang gencar dan menghancurkan dari kuasa dunia kedua itu, penduduknya diusir ke Kir, sebagaimana dinubuatkan oleh nabi Amos. (2Raj 16:8, 9; Am 1:5) Kebiasaan ini berdampak ganda: Hal itu mencegah kegiatan subversif di kalangan sedikit orang yang masih tinggal; dan membuat bangsa-bangsa di sekitarnya, yang mungkin mempunyai hubungan baik dengan mereka yang telah dibawa sebagai tawanan, cenderung enggan memberikan bantuan dan dukungan kepada unsur asing baru yang dibawa masuk dari tempat-tempat yang jauh.
Di kerajaan Israel sepuluh suku di utara maupun di kerajaan Yehuda dua suku di selatan, penyebab utama mereka ditawan sama, yakni mereka telah meninggalkan ibadat sejati kepada Yehuwa demi ibadat kepada allah-allah palsu. (Ul 28:15, 62-68; 2Raj 17:7-18; 21:10-15) Di pihak-Nya, Yehuwa terus-menerus mengutus nabi-nabi-Nya untuk memperingatkan kedua kerajaan itu tetapi sia-sia. (2Raj 17:13) Tidak satu pun raja kerajaan Israel sepuluh suku menyingkirkan dengan tuntas ibadat palsu yang didirikan oleh Yeroboam, raja pertama bangsa itu. Kerajaan Yehuda, yakni saudara perempuan kerajaan ini di selatan, tidak mengindahkan peringatan-peringatan langsung dari Yehuwa maupun contoh penawanan yang terjadi atas Israel. (Yer 3:6-10) Penduduk kedua kerajaan itu akhirnya dibawa ke pembuangan, masing-masing mengalami pembuangan besar-besaran lebih dari satu kali.
Permulaan Pembuangan. Pada masa pemerintahan Raja Pekah dari Israel di Samaria (± 778-759 SM), Raja Pul (Tiglat-pileser III) dari Asiria menyerang Israel, merebut bagian yang luas di utara, dan membuang penduduknya ke bagian timur imperiumnya. (2Raj 15:29) Raja yang sama ini juga merebut daerah di sebelah timur S. Yordan dan dari sana ia ”membawa orang-orang Ruben, orang-orang Gad, dan setengah dari suku Manasye ke pembuangan dan membawa mereka ke Hala, Habor, Hara, dan Sungai Gozan untuk tinggal di sana sampai hari ini”.—1Taw 5:26.
Pada tahun 742 SM, pasukan Asiria di bawah Syalmaneser V mengepung Samaria. (2Raj 18:9, 10) Ketika Samaria jatuh pada tahun 740 SM, sehingga kerajaan sepuluh suku berakhir, penduduknya dibawa ke pembuangan ”di Hala dan di Habor di dekat Sungai Gozan dan di kota-kota orang Media”. Hal itu terjadi karena, sebagaimana dikatakan Tulisan-Tulisan Kudus, ”mereka tidak mendengarkan perkataan Yehuwa, Allah mereka, tetapi terus melangkahi perjanjiannya, yakni semua yang diperintahkan oleh Musa, hamba Yehuwa. Mereka tidak mendengarkan ataupun melakukannya”.—2Raj 18:11, 12; 17:6; lihat SARGON.
Tawanan dari tempat-tempat lain yang jauh kemudian dibawa masuk dan bermukim di kota-kota di Samaria. ”Lalu raja Asiria mendatangkan orang-orang dari Babilon, dan Kuta, dan Awa, dan Hamat, dan Sefarwaim, dan menyuruh mereka tinggal di kota-kota Samaria menggantikan putra-putra Israel; dan mereka mulai merebut Samaria dan tinggal di kota-kotanya.” (2Raj 17:24) Unsur asing tersebut membawa serta agama kafir mereka; ”setiap bangsa yang berlainan membuat allahnya sendiri”. Dan karena mereka tidak mengindahkan dan merespek Yehuwa, Ia ”mengirim singa-singa ke antara mereka, dan singa-singa itu membunuh beberapa dari mereka”. Lalu, raja Asiria menyuruh pulang salah seorang imam Israel, yang kemudian ”mengajar mereka bagaimana seharusnya takut kepada Yehuwa”. Maka, sebagaimana disebutkan dalam catatan ini, ”Mereka takut kepada Yehuwa, namun mereka menyembah allah-allah mereka sendiri, sesuai dengan agama dari bangsa-bangsa, yang darinya mereka digiring ke pembuangan.”—2Raj 17:25-33.
Selama lebih dari satu abad setelah kerajaan utara digulingkan, dimulailah pembuangan-pembuangan terkenal lainnya. Sebelum Sanherib dikalahkan secara memalukan di tangan Allah pada tahun 732 SM, ia menyerang berbagai tempat di Yehuda. Dalam catatan-catatan sejarahnya, Sanherib menyatakan bahwa ia menawan 200.150 orang dari kota-kota dan benteng-benteng di wilayah Yehuda, meskipun, jika dinilai dari nada catatan-catatan sejarahnya, angka tersebut mungkin dibesar-besarkan. (2Raj 18:13) Penerusnya, Esar-hadon, dan raja Asiria setelah dia, Asenapar (Asyurbanipal), membawa tawanan ke daerah-daerah asing.—Ezr 4:2, 10.
Pada tahun 628 SM, Firaun Nekho dari Mesir membelenggu putra Yosia, Yehoahaz, dari kerajaan selatan dan membawanya sebagai tawanan ke Mesir. (2Taw 36:1-5) Namun, baru lebih dari satu dekade setelah itu, pada tahun 617 SM, tawanan pertama dari Yerusalem dibawa ke pembuangan di Babilon. Nebukhadnezar menyerang kota yang memberontak itu dan membawa pergi penduduk golongan atasnya, termasuk Raja Yehoyakhin beserta ibunya, dan pria-pria seperti Yehezkiel, Daniel, Hanania, Misyael, dan Azaria, bersama ”semua pembesar dan semua pria yang perkasa dan gagah berani ke pembuangan—sepuluh ribu orang dia bawa ke pembuangan—juga semua perajin dan pembangun dinding pertahanan. Tidak seorang pun ditinggalkan kecuali golongan rakyat kecil . . . Para pejabat istananya serta pria-pria yang terkemuka di negeri itu dibawanya pergi sebagai orang buangan dari Yerusalem ke Babilon. Semua orang yang gagah berani, tujuh ribu orang, dan para perajin dan pembangun dinding pertahanan, seribu orang, semua orang perkasa yang sanggup berperang, dibawa oleh raja Babilon sebagai orang buangan ke Babilon”. Ia juga mengambil banyak barang dari perbendaharaan bait. (2Raj 24:12-16; Est 2:6; Yeh 1:1-3; Dan 1:2, 6) Paman Yehoyakhin, Zedekia, ditinggalkan sebagai raja bawahan. Beberapa orang terkemuka lainnya, termasuk nabi Yeremia, juga tetap tinggal di Yerusalem. Mengingat besarnya jumlah tawanan yang dicatat di 2 Raja-Raja 24:14, angka 3.023 yang disebutkan di Yeremia 52:28 tampaknya menunjuk kepada orang-orang dari golongan tertentu, atau kepada para kepala keluarga, sedangkan istri dan anak-anak mereka, yang jumlahnya ribuan, tidak termasuk dalam jumlah itu.
-