-
AIRPemahaman Alkitab, Jilid 1
-
-
Memelihara firman yang ditanam. Dalam surat kepada sidang di Korintus, rasul Paulus menggunakan gambaran yang berbeda dengan menyamakan pekerjaan rohaniwan Kristen dengan pekerjaan petani, yang mula-mula menanam benih, menyiram dan memeliharanya, kemudian menunggu Allah menumbuhkan tanaman tersebut hingga menjadi besar. Paulus membawa kabar baik Kerajaan kepada orang-orang Korintus, menanam benih di ”ladang” Korintus. Kemudian Apolos datang dan melalui pengajaran yang selanjutnya ia berikan, ia memupuk dan memelihara benih yang telah ditabur, tetapi Allah, melalui roh-Nya, membuatnya bertumbuh. Paulus menggunakan perumpamaan tersebut untuk menandaskan fakta bahwa tidak ada satu manusia pun yang penting, tetapi semuanya adalah pelayan, yang bekerja sama sebagai pekerja Allah. Allah adalah Pribadi yang penting, dan Ia memberkati pekerjaan yang terpadu serta tidak mementingkan diri seperti itu.—1Kor 3:5-9.
Firman kebenaran Allah. Firman kebenaran Allah disamakan dengan air yang membersihkan. Sidang Kristen bersih dalam pandangan Allah, seperti pengantin perempuan yang murni bagi Kristus, yang mentahirkannya ”dengan pemandian air melalui firman”. (Ef 5:25-27) Dengan menggunakan kiasan yang serupa, Paulus berbicara kepada rekan-rekan Kristennya yang memiliki harapan untuk menjadi imam-imam bawahan Kristus di surga. Ia menyinggung kembali tabernakel dan tuntutan agar para imam membasuh diri dengan air sebelum memasuki tempat suci untuk melayani, dengan mengatakan, ”Karena kita memiliki imam agung [Yesus Kristus] atas rumah Allah, biarlah kita mendekat dengan hati yang benar, dengan keyakinan penuh berupa iman, sebab . . . tubuh kita [telah] dimandikan dengan air bersih.” (Ibr 10:21, 22) Pentahiran ini bukan hanya mencakup pengetahuan tentang firman Allah, melainkan juga penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Air pembaptisan. Yesus menjelaskan kepada Nikodemus, ”Jika seseorang tidak dilahirkan dari air dan roh, ia tidak dapat masuk ke dalam kerajaan Allah.” (Yoh 3:5) Yesus rupanya sedang berbicara tentang air pembaptisan, yaitu setelah seseorang yang bertobat dari dosa-dosanya dan berpaling dari haluan hidupnya yang lama, mempersembahkan dirinya kepada Allah melalui baptisan dengan nama Yesus Kristus.—Bandingkan Ef 4:4, 5, yang menyebutkan tentang ”satu baptisan”.
Rasul Yohanes belakangan menulis, ”Inilah dia yang datang dengan perantaraan air dan darah, Yesus Kristus . . . Karena ada tiga yang memberikan kesaksian, roh, air, dan darah, dan ketiganya selaras.” (1Yoh 5:5-8) Pada waktu Yesus datang ”ke dunia”, yaitu pada waktu ia memulai pelayanan dan kehidupannya sebagai Mesias Allah yang akan berakhir dengan kematian sebagai korban, ia datang kepada Yohanes Pembaptis untuk dibenamkan dalam air (bukan untuk bertobat dari dosa, melainkan untuk mempersembahkan dirinya kepada Allah, untuk melaksanakan kehendak Allah yang harus ia lakukan). (Ibr 10:5-7) Setelah itu, roh Allah turun ke atasnya, sebagai kesaksian bahwa ia adalah Putra Allah dan Mesias. (Luk 3:21, 22) Air pembaptisannya itulah yang, bersama dengan darahnya yang dipersembahkan sebagai korban dan dengan roh Allah, secara bulat memberikan kesaksian tentang kebenaran agung mengenai Mesias ini.
Sebagai kiasan lainnya. Sehubungan dengan orang fasik, Daud mengatakan, ”Kiranya mereka hilang seperti air yang mengalir lenyap.” (Mz 58:7) Daud mungkin sedang membayangkan wadi-wadi yang umum terdapat di Palestina, yang banyak di antaranya dipenuhi aliran deras yang meluap dan membahayakan pada waktu banjir bandang melanda. Tetapi airnya segera hilang lenyap, dan wadi itu menjadi kering kembali.
Pada waktu menyerang kota Ai, orang Israel mengirim pasukan kecil yang kemudian dikalahkan. Hal itu menyebabkan orang Israel kehilangan semangat, karena kisah tersebut mengatakan bahwa hati bangsa Israel ”mulai mencair seperti air”, artinya mereka sadar bahwa, dengan satu atau lain cara, mereka telah membuat Yehuwa tidak senang sehingga mereka tidak mendapat pertolongan dari-Nya. Yosua sangat kesal; jelaslah karena Israel, bala tentara Yehuwa, lari ketakutan di hadapan musuh-musuh mereka, sehingga mendatangkan cela ke atas nama Yehuwa.—Yos 7:5-9.
-
-
AIR BAHPemahaman Alkitab, Jilid 1
-
-
AIR BAH
Pembinasaan manusia dan binatang melalui bencana banjir yang hebat pada zaman Nuh, pada tahun 2370 SM. Bencana terbesar sepanjang sejarah umat manusia ini didatangkan oleh Yehuwa karena manusia yang fasik telah memenuhi bumi dengan kekerasan. Nuh yang adil-benar dan keluarganya, seluruhnya delapan jiwa, beserta binatang-binatang yang dipilih, selamat dalam sebuah bahtera, atau peti, raksasa.—Kej 6:9–9:19; 1Ptr 3:20; lihat BAHTERA; NUH.
Jangkauan Air Bah. Ini bukan banjir atau hujan lebat yang melanda secara tiba-tiba di satu daerah saja. Sebenarnya, kata Yunani yang digunakan dalam Alkitab untuk menunjuk kepada Air Bah adalah ka·ta·kly·smosʹ, bencana yang besar. (Luk 17:27, Rbi8, ctk.) Banjir lokal hanya berlangsung selama beberapa hari; banjir yang dibahas di sini berlangsung selama satu tahun, yang sebagian besar adalah waktu yang dibutuhkan air untuk surut. Betapa tidak masuk akal untuk beranggapan bahwa Nuh menggunakan waktu selama kira-kira 50 tahun untuk membangun sebuah peti raksasa sebesar kira-kira 40.000 m3, hanya untuk menyelamatkan keluarganya serta beberapa binatang dari suatu banjir lokal! Jika suatu daerah yang relatif kecil saja yang terlanda, untuk apa spesimen ”setiap makhluk hidup, dari setiap jenis daging” harus dibawa dalam bahtera agar ”keturunannya tetap hidup di seluruh permukaan bumi”? (Kej 6:19; 7:3) Ini pasti air bah seluas dunia, yang belum pernah terjadi dan juga tidak pernah terjadi lagi setelah itu. ”Air meliputi bumi sedemikian hebatnya sehingga menutupi semua gunung tinggi yang ada di bawah seluruh langit. Sampai lima belas hasta [± 6,5 m] air meliputinya dan menutupi gunung-gunung.” (Kej 7:19, 20) ”Akhir segala makhluk telah tiba di hadapanku,” firman Yehuwa, maka ”aku akan menghapuskan dari permukaan bumi segala yang ada yang telah kubuat”; dan itulah yang terjadi. ”Matilah segala yang memiliki napas dan daya kehidupan yang aktif di lubang hidungnya, yakni semua yang ada di tanah yang kering . . . hanya Nuh serta mereka yang ada bersamanya di dalam bahtera tetap hidup.”—Kej 6:13; 7:4, 22, 23.
Waktu Terjadinya Air Bah. Air Bah tidak terjadi secara tiba-tiba tanpa peringatan sebelumnya. Pembangunan bahtera membutuhkan waktu bertahun-tahun, dan selama itu juga Nuh, sang ”pemberita keadilbenaran”, memperingatkan generasi yang fasik itu. (2Ptr 2:5) Akhirnya, batas waktu itu habis ”pada tahun keenam ratus dari kehidupan Nuh, pada bulan kedua, pada hari ketujuh belas bulan itu”. ”Jantan dan betina dari setiap jenis makhluk” telah dibawa masuk ke dalam bahtera bersama keluarga Nuh, juga cukup persediaan makanan untuk semua, dan ”setelah itu Yehuwa menutup pintu”. Lalu ”terbukalah pintu-pintu air di langit”. (Kej 7:11, 16) Hujan lebat turun tanpa henti selama ”empat puluh hari dan empat puluh malam”; ”air terus meliputi bumi” selama seratus lima puluh hari. (Kej 7:4, 12, 24) Lima bulan setelah hujan turun, bahtera itu ”terhenti di atas Pegunungan Ararat”. (Kej 8:4) Hampir dua setengah bulan kemudian barulah ’tampak puncak-puncak pegunungan’ (Kej 8:5), baru tiga bulan kemudian Nuh menyingkirkan penutup bahtera dan melihat bahwa tanah dapat dikatakan sudah kering (Kej 8:13), dan hampir dua bulan kemudian, pintu dibuka lalu mereka yang selamat sekali lagi menginjakkan kaki di atas tanah kering.—Kej 8:14-18.
Nuh dan keluarganya masuk ke dalam bahtera pada tahun ke-600 dari masa kehidupan Nuh, pada bulan ke-2 (Oktober-November), pada hari ke-17. (Kej 7:11) Satu tahun berikutnya (satu tahun terdiri dari 360 hari) adalah hari ke-17, bulan ke-2, tahun ke-601. Sepuluh hari setelah itu adalah hari ke-27 dari bulan ke-2, dan pada hari itulah mereka keluar, setelah berada dalam bahtera selama total 370 hari, atau kurang dari 371 hari penuh. (Kej 8:13, 14) Dalam catatan yang dibuat Nuh, tampaknya ia menggunakan patokan bulan yang panjangnya masing-masing 30 hari, sehingga 12 bulan sama dengan 360 hari. Dengan cara ini, ia menghindari pecahan-pecahan yang rumit andaikata ia secara kaku menggunakan patokan bulan kamariah yang masing-masing terdiri dari 291⁄2 hari lebih sedikit. Cara penghitungan yang disebutkan terdahulu itulah yang digunakan dalam kisah ini, dan ini terbukti dari fakta bahwa suatu periode lima bulan terdiri dari 150 hari.—Kej 7:11, 24; 8:3, 4.
Air yang Menyebabkan Banjir. Konon, jika semua uap air dalam atmosfer tiba-tiba tercurah sebagai hujan, air yang menggenang di seluruh permukaan bumi setinggi-tingginya hanya mencapai beberapa sentimeter. Maka dari manakah datangnya air yang menyebabkan banjir besar pada zaman Nuh ini? Menurut kisah dalam Kejadian, Allah berfirman kepada Nuh, ”Lihat, aku [Yehuwa] akan mendatangkan air bah [atau ”samudra di langit”; Ibr., mab·bulʹ] ke atas bumi.” (Kej 6:17, Rbi8, ctk.) Pasal berikutnya menggambarkan apa yang terjadi, ”Pada hari itu pecahlah semua sumber air yang dalam dan sangat luas dan terbukalah pintu-pintu air di langit.” (Kej 7:11) Begitu hebatnya Air Bah itu sehingga ”menutupi semua gunung tinggi yang ada di bawah seluruh langit”.—Kej 7:19.
Dari mana asalnya ”samudra di langit” ini? Kisah penciptaan dalam Kejadian menceritakan bagaimana Allah membuat angkasa di sekeliling bumi pada ”hari” kedua, dan angkasa ini (yang disebut ”Langit”) memisahkan air yang ada di bawahnya, yaitu samudra, dan air yang ada di atasnya. (Kej 1:6-8) Air yang tertahan di atas angkasa tetap berada di sana sejak ”hari” penciptaan yang kedua sampai Air Bah. Itulah yang dimaksud rasul Petrus ketika ia mengatakan bahwa ”sejak zaman dahulu, melalui firman Allah ada langit dan tanah yang padat yang keluar dari air dan berdiri di tengah-tengah air”. ”Langit” tersebut dan air yang ada di atas dan di bawahnya adalah sarana yang digunakan Allah melalui firman-Nya, dan ”dengan sarana itu, dunia pada waktu itu mengalami kebinasaan ketika dibanjiri air”. (2Ptr 3:5, 6) Ada berbagai penjelasan tentang bagaimana air itu tertahan di atas sampai Air Bah dan tentang proses yang menyebabkan air itu tercurah. Tetapi semuanya hanya spekulasi. Alkitab hanya mengatakan bahwa Allah membuat angkasa dengan air yang ada di atasnya dan bahwa Ia mendatangkan Air Bah. Mengingat bahwa Ia mahakuasa, hal itu dapat dilaksanakan dengan mudah.
-