-
EZION-GEBERPemahaman Alkitab, Jilid 1
-
-
Perlu diperhatikan bahwa baik dalam kasus Salomo maupun kasus Yehosyafat, beberapa di antara kapal-kapal itu tidak saja dimaksudkan untuk berlayar ke Ofir tetapi juga ke Tarsyis. (2Taw 9:21; 20:36, 37) Mengingat ada bukti kuat bahwa Tarsyis terletak di Spanyol, beberapa meragukan apakah pada zaman dahulu kapal-kapal dapat melakukan pelayaran demikian dari Ezion-geber. Mengenai hal ini, lihat artikel TARSYIS No. 4, yang membahas kemungkinan adanya sebuah kanal dari S. Nil ke L. Merah. Keterangan tentang kanal semacam ini mungkin juga menjelaskan bagaimana Raja Hiram dapat mengirim tidak hanya orang-orang tetapi juga ”kapal-kapal” ke Ezion-geber dan Elot (Elat) untuk digunakan oleh Salomo. (2Taw 8:17, 18) Di pihak lain, ada juga yang mengusulkan bahwa kapal-kapal itu barangkali dikirim ke suatu tempat di pesisir Filistia, dibongkar, dan dibawa lewat jalan darat ke Tel. Aqaba, tempat kapal-kapal itu dipasang kembali. Orang-orang yang berpegang pada pendapat ini menunjukkan bahwa belakangan para pejuang Perang Salib menggunakan metode yang serupa. Tidak soal melalui sebuah kanal dari S. Nil ke L. Merah atau melalui jalan darat, tampaknya ada kemungkinan bahwa setidaknya kayu-kayu untuk kapal berasal dari negeri-negeri berhutan lainnya, karena walaupun di wilayah di sekeliling Ezion-geber terdapat pohon-pohon palem, tidak ada pepohonan yang cocok untuk pembuatan kapal.
Lokasi. Kita tidak dapat menentukan dengan pasti di mana lokasi Ezion-geber kuno. Kebanyakan pakar menerima pendapat bahwa lokasinya kemungkinan besar di Tell el-Kheleifeh (Ezyon Gever), kira-kira 500 m dari Tel. Aqaba dan lebih dari 3 km di sebelah barat laut kota Aqaba modern. Hasil-hasil penggalian di sana menyingkapkan bahwa ada lima periode permukiman yang penting, diperkirakan yang paling tua berasal dari zaman Salomo. Akan tetapi, para arkeolog tidak menemukan apa pun yang dapat mereka tetapkan berasal dari waktu sebelum periode tersebut, jadi tidak ada petunjuk yang berasal dari zaman sebelum Eksodus. Karena itu, ada yang menyimpulkan bahwa Ezion-geber pada zaman Musa berada di tempat lain, atau bahwa permukiman yang semula sudah menyatu dengan tanah, tanpa bekas, mengingat bangunan penduduk setempat hanyalah bangunan sederhana yang terbuat dari batu bata.
Tempat penyimpanan. Para penggali di Tell el-Kheleifeh telah menemukan sisa-sisa gerbang kota yang kukuh dan juga suatu bangunan yang dengan yakin dinyatakan pernah menjadi pusat pertambangan tembaga yang besar dan industri peleburan; mereka beranggapan bahwa usaha itu dikelola oleh Raja Salomo. Baru-baru ini diakui bahwa keterangan tersebut salah, dan meskipun tampaknya ada peleburan tembaga di wilayah itu, sekarang para arkeolog berpendapat bahwa bangunan tersebut pastilah suatu tempat penyimpanan. Tempat berbenteng semacam itu cocok di lokasi persimpangan jalur-jalur perdagangan laut dan darat, yakni untuk menyimpan emas, batu-batu berharga, serta kayu-kayu cendana dari Ofir sampai barang-barang ini diangkut ke tempat tujuannya oleh para kafilah. (1Raj 9:26; 10:11, 12) Untuk perincian lebih jauh tentang lokasi ini, lihat ARKEOLOGI (Palestina dan Siria).
-
-
EZNIT, ORANGPemahaman Alkitab, Jilid 1
-
-
EZNIT, ORANG
Lihat YOSYEB-BASSYEBET.
-
-
EZRAPemahaman Alkitab, Jilid 1
-
-
EZRA
[Pertolongan].
1. Seorang imam keturunan Harun, bapak-bapak leluhurnya ialah Eleazar dan Pinehas; ia seorang cendekiawan, dan sehubungan dengan Hukum, ia seorang penyalin yang mahir dan guru; ia juga ahli bahasa Ibrani dan Aram. Ezra memiliki kegairahan yang tulus untuk ibadat murni dan ”mempersiapkan hatinya untuk meminta nasihat dari hukum Yehuwa dan untuk melakukannya dan mengajarkan peraturan dan keadilan di Israel”. (Ezr 7:1-6, 10) Selain menulis buku yang menyandang namanya, Ezra tampaknya menulis kedua buku Tawarikh, dan menurut kisah turun-temurun orang Yahudi, dialah yang mulai mengumpulkan dan menyusun katalog buku-buku yang terdapat dalam Kitab-Kitab Ibrani. Di samping itu, Ezra seorang periset yang luar biasa; dalam kedua buku Tawarikh, ia mengutip kira-kira 20 sumber keterangan. Karena banyak orang Yahudi terpencar di mana-mana pada zaman Ezra, diperlukan banyak salinan Kitab-Kitab Ibrani, dan mungkin Ezra memelopori pekerjaan ini.
Alkitab tidak memberikan perincian tentang masa awal kehidupan Ezra. Ia tinggal di Babilon dan berasal dari keluarga imam besar tetapi bukan dari cabang keluarga tertentu yang memegang jabatan imam besar segera setelah Israel kembali dari pembuangan pada tahun 537 SM. Nenek moyang Ezra yang terakhir memegang jabatan itu adalah Seraya, yang menjadi imam besar pada zaman Raja Zedekia dari Yehuda. Seraya ini dibunuh oleh Nebukhadnezar ketika Yerusalem direbut pada tahun 607 SM. (Ezr 7:1, 6; 2Raj 25:18, 21) Di Babilon, orang-orang Yahudi tetap menghormati keimaman, dan karena itu, keluarga-keluarga imam mempertahankan identitas mereka. Selain itu, organisasi masyarakat Yahudi tetap berfungsi, dengan para tua-tuanya sebagai pemimpin. (Yeh 20:1) Keluarga Ezra tentu ingin sekali agar Ezra diperlengkapi dengan pengetahuan tentang hukum Allah; demikian pula Ezra sendiri. Karena itu, ia berpendidikan tinggi.
Menurut beberapa pakar, seseorang tidak dapat menjadi penulis sebelum berusia 30 tahun, jadi Ezra mungkin telah berusia lebih dari 30 tahun ketika ia pergi ke Yerusalem pada tahun 468 SM. Ia hidup pada masa pemerintahan Ahasweros, pada zaman Mordekai dan Ester, sewaktu ketetapan dikeluarkan untuk memusnahkan orang Yahudi di seluruh Imperium Persia. Banyak orang Yahudi tinggal di Babilon, sehingga krisis nasional itu pasti meninggalkan kesan yang tak terhapuskan pada diri Ezra, menguatkan imannya bahwa Yehuwa dapat memelihara dan menyelamatkan umat-Nya, dan menjadi pelatihan baginya, yang mematangkan kesanggupannya untuk menilai berbagai masalah dan kecakapannya untuk melaksanakan tugas yang luar biasa yang belakangan diberikan kepadanya.—Est 1:1; 3:7, 12, 13; 8:9; 9:1.
Ke Yerusalem. Pada tahun 468 SM, 69 tahun setelah sisa orang Yahudi yang setia kembali dari Babilon di bawah pimpinan Zerubabel, ’semua permohonan’ Ezra, yaitu untuk pergi ke Yerusalem dan memajukan ibadat murni di sana, dikabulkan oleh Artahsasta Longimanus, raja Persia. Menurut surat resmi raja, orang-orang Israel yang atas kehendak sendiri ingin pergi bersama Ezra ke Yerusalem hendaknya melakukan hal itu.—Ezr 7:1, 6, 12, 13.
Bahkan pada zaman Ezra, mengapa orang-orang Yahudi yang meninggalkan Babilon membutuhkan iman yang kuat?
Banyak orang Yahudi telah menjadi makmur di Babilon, dan prospek di Yerusalem tidak menarik dari segi materi. Yerusalem sangat jarang penduduknya. Awal yang baik yang dibuat oleh orang-orang Yahudi di bawah Zerubabel tampaknya sudah tidak berbekas. Seorang komentator, Dean Stanley, mengatakan, ”Yerusalem dihuni oleh sedikit orang, dan tujuan yang telah ditetapkan para pemukim pertama tidak terwujud. . . . Yang jelas, tembok-tembok Yerusalem masih belum rampung juga, entah karena kelemahan para pemukim yang pertama itu sendiri, atau karena serangan baru dari suku-suku di sekitarnya, yang tentangnya tidak kita ketahui dengan pasti; masih ada lubang-lubang yang besar sekali pada tembok, yaitu bekas gerbang-gerbang yang telah dibakar dan tidak diperbaiki; lereng bukit-bukitnya yang berbatu-batu dipenuhi dengan puing-puingnya; meskipun Bait sudah rampung, perabotan dan ornamen-ornamennya masih sangat kurang.” (Ezra and Nehemiah: Their Lives and Times, karya George Rawlinson, London, 1890, hlm. 21, 22) Jadi, kembali ke Yerusalem berarti kehilangan kedudukan, putus hubungan, meninggalkan kehidupan yang dapat dikatakan nyaman, dan membangun kehidupan baru di suatu negeri yang jauh, di bawah keadaan yang penuh ujian, kesukaran, dan mungkin berbahaya, belum lagi perjalanan yang panjang dan penuh risiko, karena bisa jadi mereka harus menghadapi banyak suku Arab yang memusuhi mereka dan musuh-musuh lainnya. Dibutuhkan kegairahan untuk ibadat sejati, iman akan Yehuwa, dan keberanian dalam mengambil keputusan untuk pindah. Hanya kira-kira 1.500 orang beserta keluarga mereka, mungkin seluruhnya kira-kira 6.000 orang, yang ternyata bersedia dan sanggup pergi. Ezra menghadapi tugas yang sulit sebagai pemimpin mereka. Tetapi perjalanan hidup Ezra di masa lampau telah menyiapkan dia, dan dia menguatkan dirinya karena tangan Yehuwa bekerja atasnya.—Ezr 7:10, 28; 8:1-14.
-