-
TIDAK BERAT SEBELAHPemahaman Alkitab, Jilid 2
-
-
Respek untuk para penguasa. Orang Kristen juga diberi perintah untuk merespek para penguasa dalam pemerintahan manusia. Hal ini bukan karena sifat-sifat pribadi orang-orang tersebut, yang beberapa di antaranya mungkin bejat, dan juga bukan karena mereka mungkin bisa memberikan bantuan khusus. Orang-orang Kristen merespek para penguasa karena ini adalah perintah Allah; dan juga karena jabatan mereka merupakan posisi yang disertai tanggung jawab. Sang rasul mengatakan, ”Hendaklah setiap jiwa tunduk kepada kalangan berwenang yang lebih tinggi, sebab tidak ada wewenang kecuali dari Allah; kalangan berwenang yang ada ditempatkan oleh Allah dalam kedudukan mereka yang bersifat relatif. Karena itu, dia yang menentang wewenang menentang pengaturan Allah.” (Rm 13:1, 2) Jika pria-pria ini menyalahgunakan wewenang mereka, mereka harus memberikan pertanggungjawaban kepada Allah. Hormat, atau respek, untuk jabatan itu diberikan seorang Kristen kepada pribadi pemegang jabatan tersebut berdasarkan peraturan, ”Berikanlah kepada semua orang hak mereka, kepada dia yang menuntut pajak, pajak; kepada dia yang menuntut upeti, upeti; kepada dia yang menuntut perasaan takut, perasaan takut; kepada dia yang menuntut hormat, hormat.” (Rm 13:7) Hormat yang diberikan oleh orang Kristen dalam hal ini, yang melebihi hormat kepada warga biasa, bukanlah sikap berat sebelah.
-
-
TIDAK BERCELAPemahaman Alkitab, Jilid 2
-
-
TIDAK BERCELA
Sebuah kata Ibrani yang diterjemahkan ”tidak bercela” adalah tam. Kata tersebut digunakan sehubungan dengan reputasi moral Ayub yang patut diteladani dan sehubungan dengan kecantikan gadis Syulam yang tanpa cela. (Ayb 1:1, 8; Kid 5:2; 6:9) Karena kehidupannya yang damai dan tenang di dalam kemah, berbeda dengan kehidupan saudaranya yang liar dan penuh petualangan sebagai pemburu, Yakub dikatakan tidak bercela. (Kej 25:27) Kata Ibrani lain yang kadang-kadang diterjemahkan ”tidak bercela” adalah ta·mimʹ, mengandung makna ”tanpa kekurangan; tanpa cacat; sempurna”. (Ams 2:21; 11:5, 20) Kata Ibrani tam dan ta·mimʹ berasal dari kata kerja dasar ta·mamʹ, yang artinya ”utuh, selesai; mencapai kematangan; mencapai akhir atau lenyap”. (Mz 19:13; 1Raj 6:22; Yes 18:5; Yer 24:10; bdk. 1Sam 16:11, yang memuat ungkapan ”Inikah semua putra-putramu?” dan secara harfiah terjemahan ini berarti ”Sudah lengkapkah putra-putramu?”) Dalam Septuaginta Yunani, kata Ibrani tam kadang-kadang diterjemahkan aʹmem·ptos. (Ayb 1:1, 8; 2:3; 9:20) Bentukan-bentukan dari kata ini juga muncul dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen dan dapat didefinisikan sebagai ”tidak bercela; tidak mempunyai kekurangan”.—Luk 1:6; Flp 3:6; Ibr 8:7; lihat SEMPURNA, KESEMPURNAAN.
Apabila digunakan untuk menggambarkan manusia, istilah ”tidak bercela” harus selalu dipandang secara relatif, bukan mutlak. Pada waktu menderita, Ayub menarik kesimpulan yang salah mengenai Yehuwa, termasuk tentang cara Yang Mahakuasa memandang orang-orang yang tidak bercela. (Ayb 9:20-22) Zakharia, ayah Yohanes Pembaptis, memperlihatkan kurangnya iman akan pernyataan Yehuwa melalui malaikat Gabriel. (Luk 1:18-20) Meskipun demikian, Ayub dan Zakharia dikatakan tidak bercela, karena mereka memenuhi apa yang Yehuwa harapkan dari manusia yang, meskipun setia, dirongrong ketidaksempurnaan.—Ayb 1:1; Luk 1:6.
Sebelum menjadi murid Yesus Kristus, Paulus tidak bercela dari sudut pandangan orang-orang Yahudi sezamannya. Ia melakukan apa yang diperintahkan Hukum, memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus ia jalankan dan tidak melakukan apa yang dilarang. (Flp 3:6) Namun, ketika itu Paulus tidak menikmati kedudukan yang tidak bercela di hadapan Yehuwa. Ia bersalah karena melakukan dosa yang serius sebagai penganiaya saudara-saudara Kristus dan ia orang yang suka menghina serta menghujah.—1Tim 1:13, 15.
Cara Yehuwa Berurusan dengan Manusia yang Tidak Sempurna. Apa yang Allah Yehuwa ciptakan adalah sempurna, tidak bercela (Ibr., ta·mimʹ), demikian pula semua perkataan serta tindakan-Nya. (Ul 32:4, Rbi8, ctk.) Karena alasan itu dan kemahakuasaan-Nya, Ia dapat berfirman, seperti ketika Ia mengoreksi Ayub, ”Haruskah ada soal jawab antara seorang pencari kesalahan [harfiah, orang yang mendera, mengoreksi, mendisiplin] dengan Yang Mahakuasa?” (Ayb 40:1, 2) Rasul Paulus menunjukkan bahwa Allah berhak untuk berurusan dengan makhluk-makhluk ciptaan-Nya sekehendak hati-Nya, seperti seorang tukang tembikar membuat bermacam-macam bejana yang ia ingin buat. Allah mentoleransi ”bejana-bejana kemurkaan” untuk suatu tujuan, sama seperti Ia mentoleransi Firaun, tetapi Ia berbelaskasihan kepada ”bejana-bejana belas kasihan”, dan kita tidak berhak mempertanyakan tindakan Allah dalam hal ini.—Rm 9:14-24.
Sebaliknya, jalan dan hasil karya manusia sering kali ada cacatnya. Semua orang mewarisi dosa dan kesalahan dari Adam. (Rm 5:12; Mz 51:5) Tetapi Yehuwa, yang tidak bercela, ”tahu benar bagaimana kita dibentuk, ia ingat bahwa kita ini debu”, maka ia berbelaskasihan. (Mz 103:13, 14) Ia menganggap Nuh yang setia dan taat itu sebagai orang yang ”tanpa cela di antara orang-orang sezamannya”. (Kej 6:9) Ia memberi perintah kepada Abraham, ”Berjalanlah di hadapanku dan buktikanlah dirimu tanpa cela.” (Kej 17:1) Meskipun kedua pria ini tidak sempurna dan mati, mereka dianggap tidak bercela oleh Yehuwa, yang ”melihat bagaimana hatinya”. (1Sam 16:7; bdk. 2Raj 20:3; 2Taw 16:9.) Ia memberi perintah kepada Israel, ”Engkau harus tidak bercela di hadapan Yehuwa, Allahmu.” (Ul 18:13; 2Sam 22:24) Ia menyediakan Putra-Nya yang tidak bercela (Ibr 7:26) sebagai korban tebusan, dan berdasarkan korban ini, Ia dapat menyatakan bahwa semua orang yang memperlihatkan iman dan ketaatan adalah ”adil-benar”, atau tidak bercela, sementara Ia tetap mempertahankan kedudukan-Nya sebagai Hakim yang adil-benar dan tidak bercela.—Rm 3:25, 26; lihat INTEGRITAS.
-