-
PENGERTIANPemahaman Alkitab, Jilid 2
-
-
Seseorang yang rajin mempelajari dan menerapkan Firman serta perintah Allah dapat memiliki pemahaman yang lebih dalam daripada guru-gurunya dan lebih banyak pengertian daripada orang-orang yang lebih tua. (Mz 119:99, 100, 130; bdk. Luk 2:46, 47.) Hal ini demikian karena hikmat dan pengertian sebenarnya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari peraturan-peraturan dan ketetapan-ketetapan hukum Allah yang murni; karena itu, jika bangsa Israel dengan setia menaatinya, bangsa-bangsa tetangga akan memandang mereka sebagai ”bangsa yang bijaksana dan berpengertian”. (Ul 4:5-8; Mz 111:7, 8, 10; bdk. 1Raj 2:3.) Orang yang berpengertian sadar bahwa Firman Allah tidak boleh dilanggar; ia ingin menyelaraskan haluan kehidupannya dengan Firman Allah, dan memohon bantuan-Nya untuk melakukan hal ini. (Mz 119:169) Ia membiarkan berita dari Allah berakar dalam hatinya (Mat 13:19-23), menuliskannya pada lempeng hatinya (Ams 3:3-6; 7:1-4), dan kemudian mengembangkan kebencian terhadap ”segala jalan kepalsuan” (Mz 119:104). Putra Allah, sewaktu berada di bumi, memperlihatkan pengertian dengan cara ini, bahkan tidak mau berupaya menghindari kematian pada tiang karena ia tahu bahwa agar Tulisan-Tulisan Kudus digenapi, ia harus mati dengan cara demikian.—Mat 26:51-54.
Waktu dan perenungan penting. Orang yang ”terlalu tergesa-gesa” biasanya tidak ”menimbang-nimbang [atau memberikan perhatian yang sungguh-sungguh; suatu bentuk kata Ibr. bin] pengetahuan”. (Yes 32:4; bdk. Ams 29:20.) Orang yang berpengertian biasanya tahu kapan waktunya berdiam diri (Ams 11:12), tidak gegabah berbicara, dan dapat mengendalikan emosi sekalipun pembicaraan mulai memanas. (Ams 14:29; 17:27, 28; 19:11; Ayb 32:11, 18; bdk. Yak 3:13-18.) Ia merenungkan nasihat agar dapat menentukan makna kata-kata dan pesan yang terkandung. (Ayb 23:5; Mz 49:3) Ia mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan tujuan memahami ”mengapa” dan ”untuk apa” agar ia dapat menentukan penyebab keberhasilan atau kegagalan, berkat atau kutuk ilahi; ia mempertimbangkan setiap haluan dan akibat-akibatnya yang secara logis bakal dituai di kemudian hari. (Mz 73:2, 3, 16-18; Yer 2:10-19; bdk. Yes 44:14-20.) Israel tidak melakukan hal ini dan hati mereka tidak mempertimbangkan apa yang akan menjadi ”akhir mereka kelak”.—Ul 32:28-30.
Terimalah disiplin. Kesombongan, kedegilan, sikap semaunya sendiri, dan sikap independen adalah musuh pengertian. (Yer 4:22; Hos 4:14, 16) Orang yang memiliki pengertian sejati tidak menganggap dirinya sudah tahu segalanya; oleh karena itu Amsal 19:25 mengatakan, ”Orang yang berpengertian harus ditegur, agar ia memahami pengetahuan.” (Bdk. Ayb 6:24, 25; Mz 19:12, 13.) Karena ia adalah orang yang berpengertian, ia siap mendengarkan, memahami dasar teguran tersebut, dan menarik manfaatnya lebih daripada orang bebal yang dipukuli seratus kali.—Ams 17:10; bdk. 29:19.
Memahami Nubuat. Berita-berita nubuat yang terilham hanya dimengerti oleh orang-orang yang sudah dibersihkan yang dengan rendah hati berdoa memohon pengertian. (Dan 9:22, 23; 10:12; 12:10) Sekalipun kita mungkin secara garis besar memahami masa penggenapan suatu nubuat, penerapannya baru dapat dimengerti sepenuhnya apabila nubuat itu terlaksana pada waktu yang ditetapkan Allah. (Dan 8:17; 10:14; 12:8-10; bdk. Mrk 9:31, 32; Luk 24:44-48.) Orang-orang yang mengandalkan manusia dan meremehkan kuasa Allah serta mengabaikan maksud-tujuan-Nya tidak dapat memahami nubuat, dan mereka akan tetap tidak melihat maknanya sampai mereka mulai ditimpa celaka sebagai akibat penggenapannya.—Mz 50:21, 22; Yes 28:19; 46:10-12.
-
-
PENGETAHUANPemahaman Alkitab, Jilid 2
-
-
PENGETAHUAN
Pada dasarnya, pengetahuan berarti pengenalan akan fakta-fakta melalui pengalaman pribadi, pengamatan, atau pemelajaran. Alkitab, selain mendesak dengan sangat agar kita berupaya mencari dan menyimpan pengetahuan yang benar bagaikan harta, juga lebih merekomendasikan pengetahuan daripada emas. (Ams 8:10; 20:15) Yesus menandaskan pentingnya mengenal dia dan Bapaknya dengan baik, dan pengetahuan berulang kali ditandaskan dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen.—Yoh 17:3; Flp 1:9; 2Ptr 3:18.
Sumber Pengetahuan. Yehuwa sebenarnya adalah Sumber utama pengetahuan. Kehidupan sudah pasti berasal dari-Nya dan kehidupan sangat dibutuhkan untuk dapat memiliki pengetahuan apa pun. (Mz 36:9; Kis 17:25, 28) Selain itu, Allah menciptakan segala sesuatu, jadi manusia memperoleh pengetahuan dengan mempelajari hasil pekerjaan tangan Allah. (Pny 4:11; Mz 19:1, 2) Allah juga mengilhamkan Firman-Nya yang tertulis, dan dari Firman-Nya itu manusia dapat mempelajari kehendak dan maksud-tujuan ilahi. (2Tim 3:16, 17) Jadi, titik pusat semua pengetahuan sejati adalah Yehuwa, dan orang yang mencari pengetahuan itu harus memiliki takut akan Allah yang membuat ia berhati-hati agar tidak mendatangkan ketidaksenangan Yehuwa terhadap dirinya. Rasa takut seperti itu adalah awal pengetahuan. (Ams 1:7) Rasa takut yang saleh demikian memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan yang saksama, sedangkan orang-orang yang tidak mempertimbangkan Allah mudah menarik kesimpulan yang salah dari hal-hal yang mereka amati.
Alkitab berulang kali menghubungkan Yehuwa dengan pengetahuan, menyebut-Nya ”Allah pengetahuan” dan menggambarkan-Nya sebagai Pribadi yang ”sempurna dalam pengetahuan”.—1Sam 2:3; Ayb 36:4; 37:14, 16.
Begitu pentingnya peranan yang Yehuwa berikan kepada Putra-Nya dalam pelaksanaan maksud-tujuan-Nya sehingga sehubungan dengan Yesus dapat dikatakan, ”Di dalam dia semua harta hikmat dan harta pengetahuan tersembunyi dengan cermat.” (Kol 2:3) Seseorang harus menjalankan iman akan Yesus Kristus sebagai Putra Allah, jika tidak, ia tidak dapat memahami arti yang sebenarnya dari Tulisan-Tulisan Kudus dan melihat bagaimana maksud-tujuan Allah berlangsung selaras dengan apa yang telah Ia nubuatkan.
Seseorang dibantu untuk lebih sepenuhnya menghargai makna dan pentingnya pengetahuan dengan memeriksa kata Ibrani dan kata Yunani yang sering diterjemahkan ”pengetahuan”, dan juga dengan memperhatikan hubungan antara pengetahuan dan hikmat, pengertian, kesanggupan berpikir, dan daya pengamatan.
Arti Kata Itu. Dalam Kitab-Kitab Ibrani, sejumlah kata (kata benda) yang dapat diterjemahkan menjadi ”pengetahuan” berkaitan dengan kata kerja dasar ya·dhaʽʹ, yang artinya ”mengetahui (karena diberi tahu)”, ”mengetahui (karena mengamati)”, ”mengetahui (melalui pengenalan atau pengalaman pribadi)”, atau ”menjadi berpengalaman, terampil”. Konteksnya menentukan nuansa makna yang tepat, dan sering kali menentukan caranya menerjemahkan setiap kata. Misalnya, Allah mengatakan bahwa Ia ’tahu tentang’ Abraham dan dengan demikian Ia yakin bahwa pria beriman itu akan memberi perintah dengan benar kepada keturunannya. Yehuwa tidak sekadar mengatakan bahwa Ia sadar Abraham ada tetapi, bahwa Ia telah mengenal Abraham dengan baik, karena selama bertahun-tahun Ia telah mengamati ketaatan Abraham dan minatnya akan ibadat sejati.—Kej 18:19, NW, La; Kej 22:12; bdk. YEHUWA (Penggunaan Nama Itu Dahulu dan Artinya).
Seperti halnya kata kerja ya·dhaʽʹ (mengetahui), kata Ibrani utama yang diterjemahkan ”pengetahuan” (daʹʽath) mengandung gagasan dasar mengetahui fakta atau memiliki keterangan, tetapi adakalanya lebih dari itu yang tercakup. Misalnya, Hosea 4:1, 6 mengatakan bahwa pada suatu waktu tidak ada ”pengetahuan tentang Allah” di Israel. Ungkapan itu tidak memaksudkan bahwa bangsa itu tidak tahu bahwa Yehuwa adalah Allah dan bahwa Ia telah membebaskan dan menuntun orang Israel pada masa lampau. (Hos 8:2) Akan tetapi, melalui perbuatan mereka, yaitu membunuh, mencuri, dan berzina, mereka memperlihatkan bahwa mereka menolak pengetahuan yang sejati karena mereka tidak bertindak selaras dengan itu.—Hos 4:2.
Ya·dhaʽʹ kadang-kadang berarti hubungan seks, seperti di Kejadian 4:17, yang dalam beberapa terjemahan dialihbahasakan secara harfiah menjadi ”mengetahui” (KJ; RS; Ro), sedangkan terjemahan lain dengan tepat mengatakan bahwa Kain ”melakukan hubungan” (AT; Mo; NW), ”bersetubuh” (TL; TB) dengan istrinya. Kata kerja Yunani gi·noʹsko digunakan dengan cara serupa di Matius 1:25 dan Lukas 1:34.
Setelah Adam dan Hawa makan buah terlarang (Kej 2:17; 3:5, 6), Yehuwa mengatakan kepada rekan-Nya dalam pekerjaan penciptaan (Yoh 1:1-3), ”Lihat, manusia itu telah menjadi seperti salah satu dari antara kita dalam hal mengetahui yang baik dan yang jahat.” (Kej 3:22) Tampaknya, hal ini tidak memaksudkan hanya memiliki pengetahuan tentang apa yang baik dan apa yang jahat bagi mereka, karena pria dan wanita pertama mempunyai pengetahuan tersebut melalui perintah-perintah Allah kepada mereka. Lagi pula, firman Allah di Kejadian 3:22 tentunya tidak memaksudkan bahwa sekarang mereka mengetahui apa yang jahat melalui pengalaman, karena Yehuwa mengatakan bahwa mereka telah menjadi seperti Dia dan Dia tidak mengetahui apa yang jahat karena melakukannya. (Mz 92:14, 15) Pastilah, Adam dan Hawa akhirnya mengetahui apa yang baik dan apa yang jahat dalam pengertian khusus, yakni menentukan atau menilai sendiri apa yang baik dan apa yang jahat. Mereka menjadikan penilaian mereka suatu berhala dengan menempatkannya di atas penilaian Allah, dan karena tidak taat, mereka seolah-olah menjadikan diri hukum bagi diri mereka sendiri, dan bukannya menaati Yehuwa, yang mempunyai hak maupun hikmat yang diperlukan untuk menentukan baik dan jahat. Jadi, pengetahuan, atau standar, tentang yang baik dan yang jahat, yang mereka peroleh terpisah dari Allah, tidak sama dengan yang dimiliki Yehuwa. Sebaliknya, pengetahuan itulah yang menggiring mereka kepada kesengsaraan.—Yer 10:23.
Dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen ada dua kata yang biasanya diterjemahkan menjadi ”pengetahuan”, yaitu gnoʹsis dan e·piʹgno·sis. Keduanya berhubungan dengan kata kerja gi·noʹsko, yang artinya ”mengetahui; mengerti; menyadari”. Namun, caranya kata kerja ini digunakan dalam Alkitab memperlihatkan bahwa kata tersebut dapat menunjukkan hubungan baik antara seseorang dengan orang yang ia ’kenal’. (1Kor 8:3; 2Tim 2:19) Pengetahuan (gnoʹsis) dipandang sebagai sesuatu yang sangat baik dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen. Namun, tidak semua yang bisa jadi disebut ”pengetahuan” oleh manusia layak dicari, karena ada filsafat dan pandangan yang ”secara salah disebut ’pengetahuan’”. (1Tim 6:20) Pengetahuan yang direkomendasikan adalah tentang Allah dan maksud-tujuan-Nya. (2Ptr 1:5) Memperoleh pengetahuan ini berarti lebih dari sekadar mempunyai fakta-fakta, yang juga dimiliki banyak orang ateis; pengabdian kepada Allah dan Kristus tersirat di dalamnya. (Yoh 17:3; 6:68, 69) Memiliki pengetahuan (keterangan semata) bisa membuat kita merasa diri unggul, tetapi mengenal ”kasih Kristus yang jauh lebih unggul daripada pengetahuan”, yaitu mengenal kasih ini melalui pengalaman karena kita secara pribadi meniru cara-caranya yang pengasih, akan menyeimbangkan dan memberi kita bimbingan yang baik dalam cara kita menggunakan keterangan apa pun yang bisa jadi sudah kita peroleh.—Ef 3:19.
-