-
BIBIPemahaman Alkitab, Jilid 1
-
-
Saudara perempuan ibu atau ayah; istri paman. Hubungan kekerabatan ini hanya disebutkan dalam Kitab-Kitab Ibrani. Di sana, hubungan seks dengan kerabat dekat seperti bibi digolongkan sebagai inses dan dengan tegas dilarang dalam Hukum Musa.—Im 18:12-14; 20:19, 20.
Sehubungan dengan orang tua Musa, teks Masoret menyatakan, ”Amram memperistri Yokhebed, saudara perempuan bapaknya.” (Kel 6:20; Bil 26:59) Pernikahan demikian pada waktu itu diperbolehkan, karena itu terjadi lebih dari 80 tahun sebelum Hukum diberikan.—Lihat YOKHEBED.
-
-
BIBIRPemahaman Alkitab, Jilid 1
-
-
BIBIR
Karena merupakan bagian mulut dan sangat berperan dalam pembentukan kata-kata, ”bibir” (Ibr., sa·fahʹ; Yn., kheiʹlos) digunakan secara kiasan untuk tutur kata atau bahasa (Ams 14:3; 1Kor 14:21) dan kadang-kadang digunakan dalam paralelisme dengan ”lidah” (Mz 34:13; Ams 12:19) dan dengan ”mulut”. (Mz 66:14; Ams 18:7) Sebelum dikacaukannya bahasa di Babel, ”seluruh bumi satu bahasanya [harfiah, ”bibir”] dan satu perbendaharaan katanya”. (Kej 11:1, 6-9; penggunaan yang sama juga dipakai di Mz 81:5; Yes 19:18.) Melalui nabi Zefanya, Allah berjanji bahwa bangsa-bangsa akan diberi ’perubahan ke suatu bahasa [bibir] yang murni’; dengan demikian, mereka akan berbicara secara terpadu untuk memuji Yehuwa dan maksud-tujuan-Nya yang adil-benar dengan perantaraan Kristus Yesus.—Zef 3:9; bdk. Ams 12:19.
Bibir bukan tolok ukur yang andal mengenai isi hati karena bibir dapat digunakan untuk mengucapkan kata-kata yang munafik. (Mat 15:8) Akan tetapi, bibir tidak dapat menyembunyikan kondisi hati yang sebenarnya di hadapan Allah (Ibr 4:13), dan pada akhirnya bibir akan menyingkapkan isi hati.—Ams 26:23-26; Mat 12:34.
Musa hendak mencari alasan agar ia tidak perlu berbicara di hadapan Firaun karena ’bibirnya tidak bersunat’, yaitu seolah-olah ada kulit khitan yang membuat bibirnya terlalu panjang dan tebal sehingga tidak dapat mengucapkan kata-kata dengan mudah. Ia mungkin memiliki semacam cacat wicara. (Kel 6:12, 30) Ketika dipanggil oleh Yehuwa, Yesaya ingin melayani tetapi menyatakan keprihatinannya bahwa ia sama seperti telah dibungkam sebab ia, seorang yang najis bibir, telah melihat Yehuwa dalam penglihatan, dan ia merasa tidak pantas untuk menyampaikan pesan Allah yang murni. Yehuwa kemudian menyebabkan bibir Yesaya ditahirkan.—Yes 6:5-7; bdk. Yoh 15:3; Yes 52:11; 2Kor 6:17.
Nubuat Hosea menganjurkan Israel untuk mempersembahkan kepada Yehuwa ”lembu-lembu jantan muda” dari bibir mereka, yang menggambarkan korban-korban pujian yang tulus. (Hos 14:2) Rasul Paulus menyinggung nubuat itu ketika ia menasihati rekan-rekan seimannya untuk mempersembahkan kepada Allah ’korban pujian, yaitu buah-buah bibir yang membuat pernyataan tentang namanya di hadapan umum’.—Ibr 13:15.
Secara kiasan, ”bibir yang licin” memaksudkan tutur kata yang menyesatkan. (Mz 12:2, 3) Bibir semacam itu, demikian pula bibir yang kasar dan penuh dusta, dapat merugikan—membuat luka yang sangat dalam bagaikan sebilah pedang atau meracuni seperti seekor ular berbisa. (Mz 59:7; 140:3; Rm 3:13) Seseorang yang ”membuka lebar bibirnya” adalah orang yang berbicara tanpa dipikir terlebih dahulu atau secara tidak bijaksana. (Ams 13:3) Hal itu dapat mendatangkan kebinasaan atas dirinya sebab Allah menuntut pertanggungjawaban setiap orang atas tutur katanya.—Ul 23:23; Bil 30:6-8; Ams 12:13; bdk. Ayb 2:10; Mat 12:36, 37.
-
-
BIDANPemahaman Alkitab, Jilid 1
-
-
BIDAN
Istilah Ibrani untuk ”bidan” adalah bentuk partisipel feminin kata kerja ya·ladhʹ (bersalin; melahirkan), dengan demikian secara harfiah memaksudkan wanita yang membantu proses kelahiran seorang anak. (Lihat LAHIR, KELAHIRAN.) Bidan membantu seorang ibu selama persalinan yang berat, dan setelah sang anak lahir, ia memotong tali pusarnya dan memandikan sang bayi. Pada zaman dahulu, ia juga menggosok bayi itu dengan garam dan membedungnya dengan kain.—Yeh 16:4.
Sahabat karib atau sanak saudara dan wanita-wanita yang lebih tua dalam masyarakat sering kali bertindak sebagai bidan, tetapi karena dibutuhkan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman khusus, teristimewa jika persalinannya sulit, beberapa orang menjadikan kebidanan sebagai profesi mereka. Sehubungan dengan kelahiran Benyamin, sewaktu ”[Rakhel] mengalami kesukaran dalam persalinannya”, sang bidan dapat meyakinkan Rakhel bahwa ia akan mendapat seorang anak laki-laki, meskipun Rakhel sendiri mati. (Kej 35:16-19) Selama proses yang rumit ketika Tamar melahirkan anak kembarnya, Perez dan Zerah, sang bidan cukup waspada untuk mengidentifikasi anak yang ia yakini sebagai anak sulung. Ia cepat-cepat mengikatkan sepotong kain berwarna merah marak pada tangan Zerah yang terulur. Namun, tangan itu tertarik kembali dan saudaranya keluar terlebih dahulu, mengakibatkan robekan kelangkang pada ibunya.—Kej 38:27-30.
Selama perbudakan di Mesir, para bidan di antara orang Israel berada dalam kedudukan yang sangat kritis dan berbahaya. Firaun memanggil dua orang di antaranya yang bernama Syifra dan Pua, dan memerintahkan mereka untuk membunuh setiap bayi laki-laki orang Ibrani segera setelah lahir. Mungkin kedua wanita ini mengepalai para bidan dan bertanggung jawab menyampaikan perintah-perintah raja kepada rekan-rekan mereka. Namun, ”bidan-bidan itu takut kepada Allah yang benar dan mereka tidak melakukan apa yang dikatakan raja Mesir kepada mereka, melainkan membiarkan anak-anak lelaki hidup”. Akibatnya, mereka dipanggil untuk mempertanggungjawabkannya kepada Firaun, yang bertanya, ”Apa sebabnya kamu melakukan hal ini?” Sambil berpura-pura bahwa hal itu di luar kendali mereka, mereka berkeras bahwa wanita-wanita Ibrani ”penuh semangat hidup” dan sudah melahirkan ”sebelum bidan datang kepada mereka”. (Kel 1:15-19) Karena bidan-bidan ini takut kepada Yehuwa dan menolak mempraktekkan infantisida (pembunuhan bayi), Ia memberkati dan mengupahi mereka dengan membuat mereka berkeluarga.—Kel 1:20, 21.
-