-
YESAYAPemahaman Alkitab, Jilid 2
-
-
Pengaruh Pekerjaan Yesaya. Yesaya tidak hanya menulis buku Alkitab yang menyandang namanya, tetapi juga setidaknya satu buku sejarah, riwayat Raja Uzzia, yang pasti menjadi bagian catatan resmi bangsanya. (2Taw 26:22) Karena ia dengan setia melaksanakan pekerjaan sebagai nabi yang ditugaskan kepadanya oleh Yehuwa, ia mempunyai pengaruh yang kuat atas sejarah bangsanya, teristimewa oleh karena nasihat dan bimbingannya kepada Raja Hizkia yang adil-benar. Banyak nubuat Yesaya juga memiliki penggenapan yang lebih besar dalam diri Mesias dan Kerajaannya. Buku Yesaya berkali-kali dikutip atau dirujuk dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen. Dalam banyak kesempatan, para penulis Kristen menerapkan nubuat-nubuat Yesaya kepada Yesus Kristus atau menunjukkan penggenapan nubuat-nubuatnya pada zaman mereka.
-
-
YESAYA, BUKUPemahaman Alkitab, Jilid 2
-
-
YESAYA, BUKU
Buku Yesaya secara mencolok mengagungkan Yehuwa sebagai ”Pribadi Kudus Israel”, dengan menerapkan ungkapan tersebut kepada-Nya sebanyak 25 kali. Buku ini juga dengan sangat jelas menunjuk kepada sang Mesias, atau Pribadi Terurap, dari Yehuwa yang melalui dialah umat Allah akan dibebaskan.
Ayat pertama buku Yesaya mengidentifikasi isinya sebagai ”penglihatan Yesaya putra Amoz yang ia lihat dalam penglihatan tentang Yehuda dan Yerusalem”. Maka, meskipun buku ini memuat kata-kata nubuat mengenai banyak bangsa, kata-kata itu hendaknya tidak dianggap sebagai sekumpulan maklumat yang tidak saling berkaitan mengenai bangsa-bangsa ini. Sebaliknya, itu adalah serangkaian nubuat yang berpengaruh langsung atas Yehuda dan Yerusalem.
Latar Belakang Sejarah. Yesaya 1:1 memberi tahu kita bahwa Yesaya melihat hal-hal itu dalam penglihatan pada zaman Uzzia, Yotam, Ahaz, dan Hizkia, raja-raja Yehuda. Itu adalah periode ketegangan internasional yang hebat dan periode manakala sikap-sikap religius yang palsu sangat berpengaruh atas orang-orang Yehuda. Menjelang awal karier Yesaya, Raja Uzzia mati sebagai penderita kusta karena kelancangannya mengambil alih tugas-tugas imam. (2Taw 26:16, 19-21) Dilaporkan bahwa meskipun Yotam, putra Uzzia, melakukan apa yang benar pada masa pemerintahannya, ”bangsa itu masih bertindak bejat”.—2Taw 27:2; 2Raj 15:34.
Kemudian Raja Ahaz memerintah dan selama 16 tahun ia menjadi contoh yang buruk bagi bangsa itu, dengan mempraktekkan penyembahan Baal beserta ritus-ritusnya berupa pengorbanan manusia. Orang ”benar-benar bertindak tidak setia kepada Yehuwa”. (2Taw 28:1-4, 19) Pada waktu itulah raja Siria dan raja Israel yang beraliansi mengepung Yerusalem sehingga Ahaz, dengan mengabaikan nasihat nabi Yesaya, meminta bantuan militer kepada Tiglat-pileser III, raja Asiria. (2Raj 16:5-8; Yes 7:1-12) Dengan demikian, Ahaz ’menjadikan daging sebagai lengannya, hatinya berpaling dari Yehuwa’. (Yer 17:5) Asiria setuju beraliansi, tetapi tentu saja terutama karena berminat meluaskan kekuasaannya sendiri. Pasukan Asiria merebut Damaskus di Siria dan tampaknya membawa ke pembuangan penduduk Israel yang murtad yang tinggal di sebelah timur S. Yordan.—1Taw 5:26.
Belakangan, ketika Samaria tidak mau membayar upeti, negeri itu juga dikepung dan penduduknya dibawa ke pembuangan. (2Raj 16:9; 17:4-6; 18:9-12) Kerajaan sepuluh suku pun berakhir dan tinggal Yehuda yang dikelilingi oleh bangsa-bangsa non-Yahudi di segenap penjurunya. Belakangan, para penguasa Asiria memulai kampanye militer di sebelah barat, menyerang kota-kota Yehuda dan bangsa-bangsa di sekelilingnya. Sanherib bahkan menuntut agar Yerusalem menyerah. Tetapi di bawah pemerintahan Raja Hizkia keadaan di negeri itu telah berubah. Hizkia percaya kepada Yehuwa, dan Yehuwa terbukti menyertainya.—2Raj 18:5-7; Yes psl. 36, 37.
Yesaya melaksanakan dinasnya sebagai nabi pada masa pemerintahan Uzzia, yang mulai memerintah pada tahun 829 SM, dan ia tetap bertugas hingga masa pemerintahan Hizkia, yang berakhir kira-kira tahun 717 SM. Yesaya, pasal 6, ayat 1, menyebutkan tentang ”tahun Raja Uzzia mati” (± 778 SM) sebagai waktu manakala Yesaya menerima tugas dari Yehuwa yang dicatat di pasal itu; meskipun ia bisa jadi telah mencatat keterangan terdahulu sebelum waktu tersebut. Kemudian di pasal 36, ayat 1, disebutkan tentang ”tahun keempat belas pemerintahan Raja Hizkia” (732 SM) ketika Sanherib mengirim bala tentara untuk melawan Yerusalem tetapi dipaksa mundur. Selain mencatat tentang pengepungan yang penuh ancaman dan tentang kelepasan Yerusalem, Yesaya menceritakan kembalinya Sanherib ke Niniwe dan pembunuhannya. (Yes 37:36-38) Apabila sekelumit keterangan sejarah ini ditulis oleh Yesaya dan bukan merupakan penyisipan oleh orang lain di kemudian hari, hal itu dapat menjadi petunjuk bahwa Yesaya bernubuat beberapa waktu setelah tahun ke-14 masa pemerintahan Hizkia. Catatan kronologis orang Asiria dan Babilonia (meskipun keterandalannya diragukan) tampaknya menunjukkan bahwa Sanherib memerintah kurang lebih 20 tahun setelah kampanye militernya melawan Yerusalem. Kisah turun-temurun orang Yahudi, yang juga tidak bisa diandalkan, mengatakan bahwa Yesaya dipotong-potong dengan gergaji atas perintah Raja Manasye. (Apakah hal itu dirujuk oleh Paulus di Ibrani 11:37, sebagaimana anggapan beberapa orang, belum terbukti.)—Yes 1:1.
Ada juga beberapa rujukan lain yang membantu menentukan tahun terjadinya peristiwa yang disebutkan dalam bagian-bagian tertentu buku Yesaya. Misalnya, pasal 7, ayat 1, mengatakan bahwa Pekah, raja Israel, datang untuk berperang melawan Yerusalem pada zaman Raja Ahaz. Meskipun Ahaz memerintah dari tahun 761 hingga tahun 746 SM, pemerintahan Raja Pekah berakhir kira-kira tahun 758 SM; maka peristiwanya harus terjadi sebelum tahun itu. Selain itu, Yesaya 14:28 menyebutkan bahwa maklumat mengenai Filistia terjadi ”pada tahun ketika Raja Ahaz mati”, yang berarti tahun 746 SM. Dengan bantuan rujukan-rujukan itu dapat ditentukan kapan peristiwa-peristiwa yang disebutkan dalam buku Yesaya terjadi dalam arus waktu.
-