-
IMANPemahaman Alkitab, Jilid 1
-
-
Seluruh haluan hidup orang Kristen sebenarnya dikendalikan oleh iman, sehingga ia dapat mengatasi rintangan bagaikan gunung yang bisa menghambat dinasnya kepada Allah. (2Kor 5:7; Mat 21:21, 22) Selain itu, sebagai bukti iman, harus ada perbuatan yang selaras dengan iman, tetapi tidak dituntut perbuatan menurut Hukum Musa. (Yak 2:21-26; Rm 3:20) Pencobaan dapat memperkuat iman. Iman menjadi perisai pelindung dalam peperangan rohani orang Kristen, membantunya mengalahkan si Iblis dan menjadi penakluk dunia.—1Ptr 1:6, 7; Ef 6:16; 1Ptr 5:9; 1Yoh 5:4.
Namun, iman tidak boleh dianggap sudah semestinya, karena ketiadaan iman adalah ’dosa yang dengan mudah menjerat seseorang’. Untuk mempertahankan iman yang teguh, kita harus berjuang keras untuknya, menolak orang-orang yang dapat menjerumuskan kita ke dalam perbuatan amoral, memerangi perbuatan-perbuatan daging, menghindari jerat materialisme, menjauhi filsafat-filsafat dan ajaran turun-temurun manusia yang merusak iman, dan yang terutama, menatap ”Wakil Utama dan Penyempurna iman kita, Yesus”.—Ibr 12:1, 2; Yud 3, 4; Gal 5:19-21; 1Tim 6:9, 10; Kol 2:8.
-
-
IMANUELPemahaman Alkitab, Jilid 1
-
-
IMANUEL
[Beserta Kitalah Allah].
Nama yang disebutkan untuk pertama kali oleh nabi Yesaya (7:14; 8:8) pada masa pemerintahan Ahaz (761-746 SM). Satu-satunya ayat lain yang menyebutkan nama itu adalah Matius 1:23; dalam ayat ini, Imanuel adalah gelar yang diterapkan pada Kristus, sang Mesias.
Mengingat keadaan pada waktu nubuat itu disampaikan, para komentator Alkitab mencari seorang ”Imanuel” pada zaman Yesaya, yaitu yang cocok untuk perannya pada waktu itu sebagai suatu tanda bahwa ’Allah beserta mereka’. Pada abad kedelapan SM, Raja Pekah dari Israel dan Raja Rezin dari Siria bertekad untuk menggulingkan Ahaz, raja Yehuda, agar dapat menempatkan putra Tabeel di atas takhtanya. (Yes 7:1-6) Akan tetapi, Yehuwa ingat akan perjanjian kerajaan-Nya dengan Daud, bapak leluhur Ahaz, dan mengutus nabi-Nya dengan pesan yang menenteramkan hati ini:
”Dengarkanlah, hai, keturunan Daud. . . . Yehuwa sendiri akan memberikan suatu tanda kepada kamu sekalian: Lihat! Gadis itu akan menjadi hamil, dan ia akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamai dia Imanuel. Mentega dan madu akan ia makan pada waktu ia tahu bagaimana menolak apa yang jahat dan memilih apa yang baik. Sebab sebelum anak laki-laki itu tahu bagaimana menolak apa yang jahat dan memilih apa yang baik, tanah yang kedua rajanya membuat engkau merasa gentar sampai mual, akan ditinggalkan.”—Yes 7:13-16.
Kemudian, setelah memberitahukan tentang kelahiran putra kedua Yesaya, yaitu Maher-syalal-has-baz, nubuat ini selanjutnya menggambarkan bagaimana ancaman terhadap Yehuda akan disingkirkan. Bagaikan banjir yang tak terbendung, orang Asiria akan sepenuhnya melanda Siria dan kerajaan Israel di utara, dan mereka tidak akan berhenti sampai mereka telah mengancam dan menyebar ke negeri Yehuda, bahkan ”menutupi seluruh negerimu, hai, Imanuel!” Lalu, melalui puisi yang sangat indah, nabi Yesaya memperingatkan semua orang yang menentang Yehuwa: Jika kamu mengenakan ikat pinggang untuk berperang, jika kamu membuat siasat, jika kamu berkata apa saja menentang Yehuwa—”itu tidak akan bertahan, karena Allah menyertai kami [Imanuel]!”—Yes 8:5-10.
Ada yang memperkirakan bahwa dalam gambaran pada zaman itu, ”Imanuel” adalah putra ketiga Yesaya, bisa jadi melalui gadis Yahudi yang mungkin menjadi istri kedua sang nabi. Komentator-komentator Yahudi tertentu berupaya menerapkan nubuat tersebut pada kelahiran putra Ahaz, Hizkia. Namun, hal itu tidak mungkin karena nubuat tersebut diucapkan pada masa pemerintahan Ahaz (Yes 7:1), yang berarti bahwa pada waktu itu Hizkia setidaknya berumur sembilan tahun.—2Raj 16:2; 18:1, 2.
Kemungkinan lain, pribadi itu adalah putra kedua Yesaya, yang disebutkan di pasal selanjutnya, yaitu Maher-syalal-has-baz, dan sehubungan dengan dia dikatakan, ”Sebelum anak laki-laki itu bisa memanggil, ’Bapakku!’ dan ’Ibuku!’ orang akan membawa pergi kekayaan Damaskus dan jarahan Samaria di hadapan raja Asiria.” (Yes 8:1-4) Tentu saja ada keselarasan antara nubuat itu dengan apa yang dikatakan tentang Imanuel, ”Sebelum anak laki-laki itu tahu bagaimana menolak apa yang jahat dan memilih apa yang baik, tanah yang kedua rajanya [dari Damaskus dan Samaria] membuat engkau merasa gentar sampai mual, akan ditinggalkan.” (Yes 7:16) Selain itu, kelahiran putra kedua Yesaya dikaitkan secara erat dengan nubuat selanjutnya yang menyebutkan Imanuel dan, karena Imanuel akan menjadi ”tanda”, Yesaya pun mengatakan, ”Aku dan anak-anak yang telah Yehuwa berikan kepadaku adalah tanda-tanda.”—Yes 7:14; 8:18.
Keberatan utama yang dikemukakan terhadap pengidentifikasian putra kedua Yesaya sebagai Imanuel pada zaman Ahaz adalah fakta bahwa istri Yesaya disebut sebagai ”nabiah”, bukan sebagai ”gadis”, dan juga fakta bahwa ia sudah menjadi ibu putra sulung Yesaya, Syear-yasyub; karena itu, ia bukan lagi seorang ”gadis”. (Yes 7:3; 8:3) Akan tetapi, patut diperhatikan bahwa kata Ibrani di ayat ini yang diterjemahkan menjadi ”gadis” bukan bethu·lahʹ, yang secara spesifik berarti ”perawan”, melainkan ʽal·mahʹ, yang lebih luas maknanya, yaitu dapat memaksudkan wanita muda, yang bisa jadi seorang perawan atau wanita yang baru menikah. ʽAl·mahʹ sebagai kata benda umum juga muncul dalam enam ayat lain, yang lebih dari satu di antaranya secara spesifik memaksudkan perawan.—Kej 24:43 (bdk. ay. 16); Kel 2:8; Mz 68:25; Ams 30:19; Kid 1:3; 6:8.
-