-
IBNIYAPemahaman Alkitab, Jilid 1
-
-
IBNIYA
[Yehuwa Telah Membangun].
Orang Benyamin dan bapak leluhur seseorang yang bernama Mesyulam.—1Taw 9:7, 8.
-
-
IBRANI, BAHASAPemahaman Alkitab, Jilid 1
-
-
IBRANI, BAHASA
Bahasa Ibrani digunakan dalam penulisan bagian terbesar Alkitab terilham—semuanya 39 buku (menurut pembagian kitab-kitab yang terdapat dalam banyak terjemahan), yang mencakup kira-kira tiga perempat bagian dari seluruh Alkitab. Namun, sebagian kecil dari buku-buku ini ditulis dalam bahasa Aram.—Lihat ARAM, BAHASA.
Dalam Kitab-Kitab Ibrani, istilah ”Ibrani” tidak diterapkan kepada bahasanya, tetapi hanya kepada orang perorangan atau bangsa Israel secara keseluruhan. Alkitab menyebutkan tentang ”bahasa Yahudi” (2Raj 18:26, 28; Neh 13:24) dan ”bahasa Kanaan” (Yes 19:18), yang, waktu itu (abad kedelapan SM), pada dasarnya adalah bahasa Ibrani. Namun, dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen, istilah ”Ibrani” biasanya diterapkan kepada bahasa yang digunakan orang Yahudi.—Lihat IBRANI, ORANG.
Asal Usul Bahasa Ibrani. Sejarah sekuler tidak menyingkapkan asal usul bahasa Ibrani—ataupun asal usul bahasa-bahasa paling kuno yang dikenal, seperti bahasa Sumer, Akad (Asiria-Babilonia), Aram, dan Mesir. Dari dokumen-dokumen paling awal yang ditemukan terlihat bahwa bahasa-bahasa ini sudah berkembang sepenuhnya. (Lihat BAHASA.) Oleh karena itu, berbagai pendapat yang diajukan oleh para pakar berkenaan dengan asal usul dan perkembangan bahasa Ibrani—seperti pendapat bahwa bahasa Ibrani berasal dari bahasa Aram atau dari suatu dialek Kanaan—masih berupa perkiraan. Hal yang sama dapat dikatakan tentang upaya untuk menjelaskan asal usul banyak kata yang terdapat dalam Kitab-Kitab Ibrani. Para pakar sering memperkirakan bahwa sejumlah besar kata-kata ini berasal dari bahasa Akad atau Aram. Akan tetapi, seperti komentar Dr. Edward Horowitz, ”Dalam bidang etimologi [cabang ilmu bahasa yang menyelidiki asal usul kata] ada banyak perbedaan pendapat di kalangan para pakar, bahkan di kalangan pakar-pakar yang terbaik.” Ia kemudian menyebutkan beberapa contoh penjelasan yang diberikan para pakar etimologi yang terkemuka tentang kata-kata Ibrani tertentu, dan dalam setiap kasus ia memperlihatkan adanya pendapat yang bertentangan dari pakar-pakar terkemuka lainnya, lalu ia menambahkan, ”Jadi, kita selalu menghadapi perselisihan pendapat yang tak kunjung selesai antara tokoh-tokoh yang sama-sama sangat direspek pendapatnya.”—How the Hebrew Language Grew, 1960, hlm. xix, xx.
Alkitablah satu-satunya sumber historis yang memberikan bukti tepercaya tentang asal usul bahasa yang dikenal sebagai bahasa Ibrani. Tentu, bahasa tersebut digunakan oleh orang Israel keturunan ”Abram, orang Ibrani itu” (Kej 14:13), yang adalah keturunan putra Nuh yang bernama Sem. (Kej 11:10-26) Mengingat berkat Allah yang bersifat nubuat atas Sem (Kej 9:26), masuk akal untuk percaya bahwa bahasa yang digunakan Sem tidak terpengaruh ketika Allah mengacaukan bahasa orang-orang yang tidak diperkenan di Babel. (Kej 11:5-9) Bahasa yang digunakan Sem tetap sama seperti sebelumnya, yakni ’satu bahasa’ yang sudah ada sejak Adam. (Kej 11:1) Hal ini berarti bahwa bahasa yang akhirnya disebut bahasa Ibrani adalah bahasa semula umat manusia. Sebagaimana disebutkan di atas, sejarah sekuler tidak mengenal adanya bahasa semula yang lain.
Masalah Kestabilan Bahasa Ini. Sejarah sarat dengan contoh-contoh bahasa yang mengalami perubahan setelah suatu periode waktu yang panjang. Bahasa Inggris yang digunakan pada zaman Alfred Agung (pada abad kesembilan M) tampak seperti bahasa asing bagi kebanyakan orang yang berbahasa Inggris sekarang. Oleh karena itu, kelihatannya ada kemungkinan bahwa bahasa yang semula digunakan Adam telah mengalami banyak perubahan pada waktu penulisan Kitab-Kitab Ibrani dimulai oleh Musa. Namun, masa hidup manusia yang sangat panjang dalam periode 2.500 tahun itu pasti menjadi faktor penghalang terjadinya perubahan demikian. Jadi, hanya dibutuhkan satu mata rantai, yaitu Metuselah, untuk menghubungkan Adam dengan orang-orang yang selamat dari Air Bah. Lagi pula, Sem, yang selama bertahun-tahun tampaknya hidup bersamaan dengan Metuselah pada masa pra-Air Bah, masih hidup pada zaman Ishak. Dan hanya ada selisih waktu kurang dari 150 tahun antara kematian Ishak (1738 SM) dan kelahiran Musa (1593 SM). Karena orang-orang yang umurnya mencapai beberapa generasi hidup bersamaan dalam periode tertentu, keseragaman bahasa pun terpelihara. Tentu saja, seberapa dekat jarak tempat tinggal orang-orang yang menjadi mata rantai ini, seperti Sem dan Abraham, tidak selalu dapat diketahui. Komunikasi rutin merupakan faktor penting dalam kestabilan bahasa.
Tidak semua keturunan Sem tetap menggunakan ’satu bahasa’ yang ada pada masa pra-Air Bah dalam bentuknya yang murni; hal ini terbukti dari perbedaan-perbedaan yang berkembang dalam bahasa-bahasa Semitik, termasuk bahasa Ibrani, Aram, Akad, dan berbagai dialek Arab. Pada abad ke-18 SM (kira-kira tahun 1761 SM), cucu serta cucu-keponakan Abraham menggunakan kata yang berbeda ketika menamai tumpukan batu yang mereka dirikan sebagai peringatan atau saksi di antara mereka. Yakub, bapak orang Israel, menyebutnya ”Galed”, sedangkan Laban, penduduk Siria atau Aram (sekalipun ia sendiri bukan keturunan Aram), menggunakan kata Aram ”Yegar-sahaduta”. (Kej 31:47) Namun, penggunaan dua kata yang berbeda itu tentu tidak dapat dijadikan petunjuk adanya perbedaan besar di antara bahasa Aram dan bahasa Ibrani pada waktu itu, karena tampaknya Yakub tidak mengalami kesulitan berkomunikasi sewaktu berada di Siria. Tidak diragukan, dengan timbulnya keadaan serta situasi baru dan dengan dibuatnya artifak-artifak baru, harus dibentuk pula kata-kata tertentu untuk menggambarkan perkembangan-perkembangan tersebut. Istilah-istilah demikian bisa jadi berbeda dari satu tempat ke tempat lain di kalangan orang-orang dari kelompok bahasa yang sekeluarga tetapi tinggal di lokasi yang berbeda, sekalipun struktur bahasa mereka masih tetap sama.
-