-
PINTUPemahaman Alkitab, Jilid 2
-
-
Pintu-pintu rumah atau gerbang kadang-kadang dikancing dengan palang atau balok melintang yang terbuat dari kayu atau besi (Yes 45:2; Ul 3:5; 2Taw 8:5; 14:7), biasanya dipasang sedemikian rupa sehingga dapat digeser masuk ke dalam soket-soket yang terdapat pada tiang-tiang gerbang atau tiang-tiang pintu. Pada gerbang kota kadang-kadang ada palang dan juga gerendel. (Neh 3:3; 7:3) Gerendelnya bisa jadi berupa tongkat atau kayu yang dapat disorongkan ke dalam soket yang ada di ambang bawah di sebelah dalam gerbang. Beberapa gerbang kota memiliki kunci (Ul 33:25), seperti halnya pintu-pintu rumah.—2Sam 13:17, 18; Luk 11:7; lihat GERBANG; GERENDEL.
Pengetuk pintu dari logam juga digunakan, tetapi Alkitab tidak menyebutkan secara spesifik bahwa orang Ibrani menggunakannya. Untuk membangunkan penghuni rumah, orang mengetuk pintu rumah atau pintu gerbang.—Kid 5:2; Kis 12:13.
Sebagai Kiasan. Yesus Kristus menganjurkan kita untuk gigih, ketika ia mengatakan, ”Teruslah ketuk, dan itu akan dibukakan bagimu.” (Mat 7:7) Di Penyingkapan 3:20, Kristus menyatakan bahwa dia ”berdiri di depan pintu dan mengetuk”, dan dia meyakinkan bahwa orang yang membukakan pintu dan menyambutnya akan menikmati pergaulan serta manfaat rohani.
Seandainya si gadis Syulam tidak memiliki cinta dan kebajikan yang teguh, seperti pintu yang berputar pada porosnya, saudara-saudaranya bertekad untuk ”memalangi dia dengan papan aras”, sehingga ”pintu” itu tetap tertutup dan tidak terbuka bagi siapa pun yang bermaksud jahat.—Kid 8:8, 9.
Lewiatan, dengan rahang gandanya, digambarkan mempunyai ”pintu-pintu” di mukanya. (Ayb 41:1, 13, 14) Sang penghimpun mengamati bahwa pada orang lanjut usia ”pintu-pintu menuju ke jalan telah tertutup”, mungkin untuk memperlihatkan bahwa kedua daun pintu mulut hampir atau sama sekali tidak dapat dibuka untuk mengucapkan pernyataan tentang apa yang terjadi di dalam rumah, yaitu tubuh orang itu.—Pkh 12:1, 4.
Yesus Kristus menyarankan kita agar mengerahkan diri sekuat tenaga guna memperoleh keselamatan, ”untuk masuk melalui pintu yang sempit”. (Luk 13:23, 24; Flp 3:13, 14; bdk. Mat 7:13, 14.) Pada kesempatan lain, ia menyamakan dirinya dengan pintu suatu kandang kiasan, karena Yesus adalah gembala yang baik yang membimbing ”kawanan kecil”-nya untuk menjalin hubungan dengan Yehuwa atas dasar perjanjian baru yang dimeteraikan dengan darahnya sendiri. (Luk 12:32; Yoh 10:7-11) Pernyataan Yesus bahwa ia adalah pintu selaras dengan fakta bahwa melalui dia, berdasarkan korban tebusannya, orang-orang yang seperti domba dapat menghampiri Allah, dapat diselamatkan, dan memperoleh kehidupan.—Yoh 14:6.
Yehuwa-lah yang membukakan bagi bangsa-bangsa ’pintu kepada iman’. (Kis 14:27) Paulus tinggal di Efesus untuk sementara waktu karena di sana telah terbuka baginya ”sebuah pintu besar yang menuju kegiatan” untuk memberitakan kabar baik.—1Kor 16:8, 9; Kis 19:1-20; bdk. 2Kor 2:12, 13; Kol 4:3, 4.
Dalam penglihatan, Yohanes melihat ”sebuah pintu yang terbuka di surga”, sehingga ia dapat melihat hal-hal yang akan terjadi di masa depan dan seolah-olah masuk ke hadirat Yehuwa.—Pny 4:1-3.
-
-
PIPIPemahaman Alkitab, Jilid 2
-
-
PIPI
Kedua sisi wajah di atas rahang dan di bawah mata; dalam bahasa Ibrani lekhiʹ, dan dalam bahasa Yunani si·a·gonʹ. Alkitab menyebutkan tentang menampar pipi, yang dimaksudkan bukan untuk melukai secara fisik, melainkan untuk memarahi, mencela, atau menghina. Sebagai contoh, seorang nabi Yehuwa bernama Mikaya ditampar pipinya karena menubuatkan akibat buruk yang akan dialami Ahab, raja Israel yang fasik. (1Raj 22:24; 2Taw 18:23) Sambil dicela, Ayub ditampar pipinya oleh orang-orang yang merendahkan dan mengejeknya sewaktu ia dicobai oleh Setan.—Ayb 16:10.
Nabi Yesaya dan nabi Mikha bernubuat sehubungan dengan sang Mesias bahwa orang akan menampar pipinya dan mencabut rambut dari pipinya; ini semua berarti celaan sengit yang akan ditimpakan musuh-musuhnya ke atas dirinya. (Yes 50:6; Mi 5:1) Nubuat itu tergenap atas Yesus Kristus ketika ia ditampar oleh orang-orang Yahudi sewaktu diadili di hadapan Sanhedrin dan kemudian oleh para prajurit Romawi, persis sebelum ia dibunuh di tiang siksaan. (Mat 26:67, 68; Yoh 18:22, 23; 19:3) Tetapi Yesus tidak membalas dengan tindakan yang serupa atau menjawab dengan kata-kata yang sinis dan penuh kemarahan.
Yesus telah menasihati murid-muridnya, ”Kamu mendengar bahwa telah dikatakan, ’Mata ganti mata dan gigi ganti gigi.’ Akan tetapi, aku mengatakan kepadamu: Jangan melawan orang yang fasik; melainkan barang siapa menampar pipi kananmu, berikan juga kepadanya pipi yang sebelahnya.” (Mat 5:38, 39) Di sini Yesus tidak mengajarkan pasifisme (sikap antiperang) atau melarang untuk membela diri jika ada yang ingin mencelakai secara fisik, tetapi ia mengajarkan bahwa seorang Kristen tidak perlu membalas pukulan dengan pukulan, membalas dendam. Ia sedang menanamkan prinsip menghindari perselisihan dengan tidak membalas atau memberikan reaksi yang sama. Tamparan pada pipi tidak dimaksudkan untuk melukai secara fisik, tetapi hanya untuk menghina atau memancing perkelahian. Yesus tidak mengatakan bahwa apabila ada yang memukul rahang seorang Kristen, ia hendaknya bangkit dan memberikan sisi wajah sebelahnya untuk ditampar. Yang Yesus maksudkan ialah bahwa apabila ada yang mencoba memancing seorang Kristen untuk berkelahi atau berdebat, entah memukul dengan telapak tangan atau melukainya dengan kata-kata hinaan, adalah salah untuk membalas. Ini selaras dengan pernyataan para rasul, yang memberikan penandasan lebih jauh mengenai prinsip tersebut.—Rm 12:17-21; 1Ptr 3:9.
-