-
PERTUNANGANPemahaman Alkitab, Jilid 2
-
-
Orang Kristen hendaknya memandang janji sebagai sesuatu yang mengikat, dan dalam hal pertunangan untuk menikah, ia harus mengikuti prinsip yang disebutkan oleh Yesus, ”Biarlah Ya yang kaukatakan itu berarti Ya, Tidak, Tidak; sebab apa yang lebih dari itu berasal dari si fasik” (Mat 5:37), dan oleh Yakobus, ”Tetapi, hendaklah Ya yang kamu katakan berarti Ya, dan Tidak, Tidak, agar kamu tidak dihakimi.”—Yak 5:12.
Pengantin Perempuan Kristus. Yesus Kristus ditunangkan dengan pengantin perempuan, yaitu sidang jemaat Kristen yang adalah tubuhnya. (Ef 1:22, 23) Pada hari Pentakosta tahun 33 M, anggota-anggota pertama ”pengantin perempuan” itu menerima roh kudus beserta karunia mukjizat untuk berbicara dengan berbagai bahasa. Karunia ini mirip dengan hadiah pertunangan, yang bagi pengantin perempuan rohani Kristus menjadi ”suatu tanda di muka berkenaan dengan warisan [mereka], dengan tujuan agar milik Allah dilepaskan melalui tebusan, demi pujian yang mulia baginya”. (Ef 1:13, 14) Rasul Paulus berbicara tentang orang-orang yang menerima kebenaran tentang Kristus darinya dan telah menjadi orang Kristen sebagai orang-orang yang telah ditunangkan, dan ia mendesak mereka untuk tetap bersih sebagai perawan yang murni bagi Kristus. (2Kor 11:2, 3) Selama masih di bumi, orang-orang yang ditunangkan, atau dijanjikan, kepada Kristus, dianggap telah bertunangan dan mereka diundang ke perjamuan malam pernikahan Anak Domba.—Pny 19:9.
-
-
PERUBAHAN HALUANPemahaman Alkitab, Jilid 2
-
-
PERUBAHAN HALUAN
Lihat TOBAT, PERTOBATAN (Berubah Haluan—Berbalik).
-
-
PERUMPAMAANPemahaman Alkitab, Jilid 2
-
-
PERUMPAMAAN
Kata Yunani pa·ra·bo·leʹ (harfiah, menempatkan sesuatu di sisi atau bersama-sama) memiliki arti yang lebih luas daripada kata ”peribahasa” atau ”parabel” dalam bahasa Indonesia. Akan tetapi, kata ”perumpamaan” mencakup makna yang luas, termasuk ”parabel” dan, dalam banyak kasus, ”peribahasa”. ”Peribahasa” menyatakan kebenaran dengan ungkapan atau kalimat yang ringkas dan padat, sering kali dengan menggunakan metafora, dan ”parabel” adalah cerita pendek, biasanya rekaan, yang menggambarkan kebenaran moral atau rohani dengan menggunakan ibarat atau perbandingan.
Alkitab menggunakan kata pa·ra·bo·leʹ dengan makna yang lebih luas daripada kata ”parabel” dalam bahasa Indonesia; hal ini ditunjukkan oleh Matius dalam Matius 13:34, 35 bahwa sebagaimana telah dinubuatkan, Yesus Kristus akan berbicara dengan ”perumpamaan” (NW), ”parabel” (KJ, RS). Mazmur 78:2, yang dikutip oleh Matius sehubungan dengan hal ini, menyebutkan ”kata-kata peribahasa” (Ibr., ma·syalʹ), dan untuk istilah ini penulis Injil tersebut menggunakan kata Yunani pa·ra·bo·leʹ. Sebagaimana disiratkan arti harfiah istilah Yunani ini, pa·ra·bo·leʹ digunakan sebagai sarana untuk mengajar atau mengkomunikasikan gagasan, suatu metode untuk menjelaskan sesuatu dengan ’menempatkannya di sisi’ hal lain yang serupa. (Bdk. Mrk 4:30.) Untuk menerjemahkan istilah Yunani itu, kebanyakan terjemahan bahasa Inggris menggunakan bentuk kata yang diinggriskan, ”parable” (Ind., ”parabel”). Namun, terjemahan ini tidak selalu dapat menyampaikan makna kata itu dengan sepenuhnya.
Sebagai contoh, untuk Ibrani 9:9 dan 11:19 kebanyakan penerjemah merasa perlu untuk menggunakan istilah yang lain, bukan ”parabel”. Di ayat yang pertama, tabernakel, atau kemah, yang digunakan oleh bangsa Israel di padang belantara, disebut oleh rasul Paulus sebagai ”suatu gambaran [pa·ra·bo·leʹ; ”kiasan”, TB; ”melambangkan”, BIS] untuk waktu yang ditetapkan”. Di ayat yang kedua, sang rasul menggambarkan Abraham yang telah menerima kembali Ishak dari antara orang mati ”sebagai suatu gambaran simbolis” (NW) (en pa·ra·bo·leiʹ; ”secara kiasan”, JB, RS; ”seakan-akan”, TB; ”boleh dikatakan”, BIS). Ungkapan, ”Tabib, sembuhkanlah dirimu sendiri”, juga disebut sebuah pa·ra·bo·leʹ. (Luk 4:23) Mengingat hal ini, istilah yang lebih umum seperti ”perumpamaan” (NW) bisa digunakan secara konsisten untuk menerjemahkan pa·ra·bo·leʹ dalam berbagai pemunculannya.
Istilah lain yang terkait adalah ”alegori” (Yn., al·le·go·riʹa), yang adalah metafora panjang yang mencakup serangkaian peristiwa yang melambangkan peristiwa-peristiwa lain, sedangkan karakter-karakternya sering kali merupakan lambang atau personifikasi. Paulus menggunakan kata kerja Yunani al·le·go·reʹo (berfungsi sebagai alegori) di Galatia 4:24, sehubungan dengan Abraham, Sara, dan Hagar. Istilah itu diterjemahkan ’menjadi alegori’ (KJ), ’menjadi perkataan alegoris’ (AT), dan ”merupakan suatu drama simbolis” (NW).
Rasul Yohanes juga menggunakan sebuah istilah yang berbeda (pa·roi·miʹa) yang memaksudkan ”ibarat” (Yoh 10:6; 16:25, 29); kata ini secara bervariasi diterjemahkan menjadi ”lambang”, ”bahasa kiasan”, ”parabel”, ”peribahasa”, dan ”ibarat” (AT, KJ, NW). Petrus menggunakan istilah yang sama sehubungan dengan ”peribahasa” tentang anjing yang kembali ke muntahannya dan babi yang kembali lagi berguling-guling dalam kubangan.—2Ptr 2:22.
-