-
PERAWANPemahaman Alkitab, Jilid 2
-
-
Akan tetapi, konteksnya memperlihatkan bahwa yang dimaksud bukan seorang gadis perawan, melainkan keperawanan seseorang. Seorang komentator menyatakan, ”Menurut saya, di sini sang rasul sedang melanjutkan ceramah sebelumnya, dan memberikan saran kepada orang-orang yang belum menikah, yang dapat menentukan sendiri jalan hidupnya, apa yang harus dilakukan; yang dimaksud dengan perawan seseorang adalah keperawanannya.” (Matthew Henry’s Commentary on the Whole Bible, 1976, Jil. III, hlm. 1036) Karena kata Yunani par·theʹnos dapat mencakup pria lajang, terjemahan ”keperawanan”, seperti digunakan dalam terjemahan oleh J. B. Rotherham serta J. N. Darby dan juga dalam Terjemahan Dunia Baru, adalah tepat dan tampaknya paling cocok dengan konteksnya.
Keperawanan Rohani. Sama seperti imam besar di Israel hanya boleh memperistri seorang perawan (Im 21:10, 13, 14; bdk. Yeh 44:22), Imam Besar agung, Yesus Kristus, hanya boleh menikah dengan ”perawan” sebagai ”pengantin perempuan” rohaninya di surga. (Pny 21:9; Ibr 7:26; bdk. Ef 5:25-30.) Karena itu, rasul Paulus sangat peduli akan kemurnian sidang Korintus, yang ingin sekali ia persembahkan ”sebagai perawan yang murni kepada Kristus”. (2Kor 11:2-6) Pengantin perempuan Kristus terdiri atas 144.000 orang yang diurapi dengan roh yang secara pribadi menjaga ’keperawanan’ mereka dengan tetap terpisah dari dunia dan dengan menjaga diri murni secara moral dan doktrinal.—Pny 14:1, 4; bdk. 1Kor 5:9-13; 6:15-20; Yak 4:4; 2Yoh 8-11.
Nubuat tentang Mesias. Walaupun kata Ibrani bethu·lahʹ berarti ”perawan”, istilah lain (ʽal·mahʹ) muncul di Yesaya 7:14: ”Lihat! Gadis itu [ha·ʽal·mahʹ] akan menjadi hamil, dan ia akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamai dia Imanuel.” Kata ʽal·mahʹ berarti ”gadis” dan dapat diterapkan kepada yang masih perawan atau yang tidak. Kata itu digunakan untuk ”gadis” Ribka sebelum menikah ketika ia juga disebut ”seorang perawan” (bethu·lahʹ). (Kej 24:16, 43) Di bawah ilham ilahi, Matius menggunakan kata Yunani par·theʹnos (perawan) sewaktu memperlihatkan bahwa Yesaya 7:14 mengalami penggenapan akhir sehubungan dengan kelahiran Yesus, sang Mesias, oleh seorang perawan. Baik Matius maupun Lukas dengan jelas menyatakan bahwa ibu Yesus, Maria, pada waktu itu adalah perawan yang menjadi hamil melalui pekerjaan roh kudus Allah.—Mat 1:18-25; Luk 1:26-35.
Kota, Tempat, dan Bangsa. Istilah ”perawan” sering dikaitkan dengan kota, tempat, atau bangsa. Disebutkan tentang ”perawan” atau ”anak dara”, yaitu ”umatku” (Yer 14:17), juga ”perawan” Israel (Yer 31:4, 21; Am 5:2), Yehuda (Rat 1:15), Zion (2Raj 19:21; Rat 2:13), Mesir (Yer 46:11), Babilon (Yes 47:1), dan Sidon (Yes 23:12). Makna bahasa kiasan itu tampaknya adalah bahwa berbagai bangsa atau tempat tersebut belum pernah disergap dan dirusak oleh penakluk asing atau pada suatu waktu pernah menikmati keadaan tidak pernah ditundukkan seperti seorang perawan.
-
-
PERAYAANPemahaman Alkitab, Jilid 2
-
-
PERAYAAN
Perayaan merupakan bagian integral dari ibadat sejati kepada Allah, karena ditetapkan oleh Yehuwa bagi umat pilihan-Nya, Israel, melalui tangan Musa. Kata Ibrani khagh, yang diterjemahkan menjadi ”perayaan”, mungkin berasal dari sebuah kata kerja yang menunjukkan gerakan atau bentuk yang melingkar, tarian berputar-putar, dan oleh karena itu, berarti mengadakan perayaan atau pesta secara berkala. Moh·ʽedhʹ, yang juga diterjemahkan menjadi ”perayaan”, pada dasarnya memaksudkan waktu atau tempat berkumpul yang telah ditetapkan.—1Sam 20:35; 2Sam 20:5.
Perayaan-perayaan, dan hari-hari istimewa yang serupa, dapat diuraikan sebagai berikut:
PERAYAAN-PERAYAAN DI ISRAEL
SEBELUM PEMBUANGAN
PERAYAAN TAHUNAN
1. Paskah, 14 Abib (Nisan)
2. Kue Tidak Beragi, 15-21 Abib (Nisan)
3. Minggu-Minggu, atau Pentakosta, 6 Siwan
4. Peniupan Terompet, 1 Etanim (Tisri)
5. Hari Pendamaian, 10 Etanim (Tisri)
6. Pondok, 15-21 Etanim (Tisri), dengan pertemuan yang khidmat pada hari ke-22
PERAYAAN BERKALA
1. Sabat Mingguan
2. Bulan Baru
3. Tahun Sabat (setiap tahun ke-7)
4. Tahun Yobel (setiap tahun ke-50)
SETELAH PEMBUANGAN
1. Perayaan Penahbisan, 25 Khislew
2. Perayaan Purim, 14, 15 Adar
Tiga Perayaan Akbar. Tiga ’perayaan musiman’ utama, yang kadang-kadang disebut perayaan ziarah karena semua pria datang ke Yerusalem untuk berkumpul, diadakan pada waktu yang ditetapkan dan berasal dari kata Ibrani moh·ʽedhʹ. (Im 23:2, 4) Namun, kata yang sering kali digunakan untuk secara eksklusif memaksudkan ketiga perayaan akbar tersebut adalah khagh, yang tidak hanya mengandung makna peristiwa yang terjadi secara berkala, tetapi juga waktu untuk bersukacita. Ketiga perayaan akbar ini adalah sebagai berikut:
(1) Perayaan Kue Tidak Beragi (Kel 23:15). Perayaan ini dimulai pada hari setelah Paskah dan berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-21 pada bulan Abib (Nisan). Paskah jatuh pada tanggal 14 Nisan dan sebenarnya merupakan suatu hari untuk perayaan tersendiri, tetapi karena sangat berdekatan waktunya dengan Perayaan Kue Tidak Beragi, keduanya sering kali disebut sebagai Perayaan Paskah.—Mat 26:17; Mrk 14:12; Luk 22:7.
(2) Perayaan Minggu-Minggu atau (yang belakangan disebut) Pentakosta, dirayakan pada hari ke-50, terhitung dari tanggal 16 Nisan, yaitu pada tanggal 6 Siwan.—Kel 23:16a; 34:22a.
(3) Perayaan Pondok (Tabernakel) atau Pengumpulan. Perayaan ini berlangsung dari hari ke-15 sampai ke-21 pada bulan ketujuh, Etanim (Tisri), dengan pertemuan yang khidmat pada hari ke-22.—Im 23:34-36.
Waktu, tempat, dan cara penyelenggaraan perayaan-perayaan ini semuanya ditetapkan oleh Yehuwa. Sebagaimana tersirat dari ungkapan yang digunakan, ”perayaan-perayaan musiman Yehuwa” berkaitan dengan berbagai musim dalam tahun kalender suci—awal musim semi, akhir musim semi, dan musim gugur. Betapa pentingnya hal tersebut, karena pada waktu-waktu itu buah-buah sulung dari ladang dan kebun anggur mendatangkan sukacita dan kebahagiaan yang besar bagi penduduk Tanah Perjanjian, dan karena itu penghargaan diberikan kepada Yehuwa sebagai Penyedia yang murah hati dari segala hal yang baik!
Penyelenggaraan Umum untuk Perayaan-Perayaan Ini. Dalam perjanjian Hukum semua pria harus datang ”ke hadapan Yehuwa, Allahmu, di tempat yang dipilihnya” setiap tahun, yakni selama ketiga perayaan akbar tahunan. (Ul 16:16) Tempat yang akhirnya dipilih untuk pusat perayaan adalah Yerusalem. Tidak disebutkan apa hukuman spesifik bagi orang yang tidak menghadiri perayaan, kecuali perayaan Paskah; kelalaian untuk menghadirinya mendatangkan hukuman mati. (Bil 9:9-13) Meskipun demikian, kelalaian untuk menaati hukum-hukum Allah, termasuk yang berkaitan dengan berbagai perayaan dan sabat-Nya, akan mendatangkan penghukuman dan penderitaan atas seluruh bangsa. (Ul 28:58-62) Paskah harus dirayakan pada tanggal 14 Nisan atau, dalam keadaan-keadaan tertentu, satu bulan setelahnya.
Tidak seperti kaum pria, para wanita tidak diwajibkan untuk mengadakan perjalanan guna menghadiri perayaan tahunan; namun, ada contoh beberapa wanita yang hadir dalam perayaan, seperti Hana, ibu Samuel (1Sam 1:7) dan Maria, ibu Yesus. (Luk 2:41) Wanita Israel yang mengasihi Yehuwa menghadiri perayaan-perayaan semacam itu jika keadaan memungkinkan. Sebenarnya, bukan cuma orang tua Yesus yang hadir secara teratur melainkan sanak saudara serta kenalan-kenalan mereka juga pergi bersama mereka.—Luk 2:44.
Yehuwa berjanji, ”Tidak seorang pun akan menginginkan tanahmu selama engkau pergi untuk melihat muka Yehuwa, Allahmu, tiga kali dalam setahun.” (Kel 34:24) Sekalipun tidak ada pria yang ditinggalkan untuk menjaga kota dan ladang, telah terbukti bahwa sebelum kebinasaan Yerusalem pada tahun 70 M tidak ada bangsa asing yang pernah datang untuk merebut negeri orang Yahudi selama perayaan-perayaan mereka berlangsung. Namun, pada tahun 66 M, setelah bangsa Yahudi menolak Kristus, Cestius Gallus membunuh 50 orang di Lida pada waktu Perayaan Tabernakel.
Tidak seorang pria pun boleh datang dengan tangan hampa; mereka harus membawa pemberian ”sesuai dengan berkat yang diberikan Yehuwa, Allahmu, kepadamu”. (Ul 16:16, 17) Di Yerusalem, mereka juga harus makan sepersepuluh bagian yang ’kedua’ (bukan bagian yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan orang Lewi [Bil 18:26, 27]) dari biji-bijian, anggur, serta minyak yang dihasilkan pada tahun itu, dan juga anak sulung dari lembu-sapi serta kambing-domba; dan dari semua ini, orang Lewi harus mendapat bagian. Akan tetapi, kalau tempat perayaan terlalu jauh, Hukum mengatur agar barang-barang tersebut dapat diuangkan; kemudian uang ini dapat dibelanjakan untuk makanan dan minuman yang dibutuhkan selama berada di tempat suci. (Ul 14:22-27) Peristiwa-peristiwa ini merupakan kesempatan untuk mempertunjukkan kesetiaan kepada Yehuwa dan harus dirayakan dengan sukacita; penduduk asing, anak lelaki yatim, dan janda harus diikutsertakan. (Ul 16:11, 14) Tentunya, hal ini dilakukan dengan catatan bahwa kaum pria di antara penduduk asing tersebut adalah penyembah Yehuwa yang bersunat. (Kel 12:48, 49) Selain persembahan rutin setiap hari, selalu ada korban-korban khusus yang dipersembahkan, dan terompet ditiup selama persembahan bakaran dan korban persekutuan dipersembahkan.—Bil 10:10.
Tidak lama sebelum pembangunan bait, para imam diorganisasi kembali oleh Raja Daud; staf yang sangat besar yang terdiri dari ratusan imam keturunan Harun dibagi menjadi 24 regu, masing-masing dibantu oleh para asisten dari suku Lewi. (1Taw 24) Setiap regu yang terdiri dari para pekerja yang terlatih belakangan melayani dua kali setahun di bait, setiap kali selama seminggu, dan ketatalaksanaan yang diperlukan diatur oleh kepala keluarga pihak bapak. Dua Tawarikh 5:11 menunjukkan bahwa ke-24 regu imam itu semuanya melayani bersama-sama pada waktu bait ditahbiskan, yang berlangsung selama Perayaan Pondok, atau Tabernakel. (1Raj 8:2; Im 23:34) Alfred Edersheim mengatakan bahwa pada hari-hari perayaan, setiap imam boleh datang dan memberi bantuan dalam melaksanakan tugas-tugas di bait, tetapi selama Perayaan Tabernakel (Pondok) ke-24 regu itu semuanya wajib hadir.—The Temple, 1874, hlm. 66.
-