-
LADANG; PADANGPemahaman Alkitab, Jilid 1
-
-
Agaknya seseorang dapat melintasi ladang melalui pematang, dan pematang ini dapat juga berfungsi untuk memisahkan satu petak tanah dari petak yang lain, karena sangat kecil kemungkinan Yesus dan murid-muridnya berjalan menerobos ladang biji-bijian sambil menginjak sebagian biji-bijian. Seandainya hal itu yang mereka lakukan, orang Farisi pastilah akan mempermasalahkannya juga. (Luk 6:1-5) Barangkali pematang seperti itulah yang Yesus maksud ketika dalam perumpamaannya tentang penabur ia menyebutkan benih yang jatuh di tepi jalan.—Mat 13:4.
-
-
LAELPemahaman Alkitab, Jilid 1
-
-
LAEL
[Milik Allah].
Seorang Lewi dan ayah dari Eliasaf, pemimpin keluarga pihak bapak bagi keturunan Gersyon pada waktu pengembaraan Israel di padang belantara.—Bil 3:24.
-
-
LAHADPemahaman Alkitab, Jilid 1
-
-
LAHAD
Keturunan Yehuda yang disebutkan pada urutan kedua di antara dua putra Yahat.—1Taw 4:1, 2.
-
-
LAHIR KEMBALIPemahaman Alkitab, Jilid 1
-
-
LAHIR KEMBALI
Lihat PUTRA(-PUTRA) ALLAH (Putra Allah Berupa Orang-Orang Kristen).
-
-
LAHIR, KELAHIRANPemahaman Alkitab, Jilid 1
-
-
LAHIR, KELAHIRAN
Kata Ibrani ya·ladhʹ artinya ”melahirkan; menghasilkan; memperanakkan”. (Kej 4:1, 2; 16:15; 30:39; 1Taw 1:10) Kata itu berkaitan dengan yeʹledh (”anak” [Kej 21:8]), moh·leʹdheth (kelahiran; rumah; sanak saudara [Kej 31:13, Rbi8, ctk.]), dan toh·le·dhohthʹ (sejarah; asal usul berdasarkan sejarah; memperanakkan; silsilah [Kej 2:4, Rbi8, ctk.; Mat 1:1, Rbi8, ctk.]). Istilah Ibrani khil (atau, khul), meskipun terutama digunakan sehubungan dengan mengalami sakit bersalin, digunakan di Ayub 39:1 dan Amsal 25:23 untuk melahirkan. (Bdk. Yes 26:17, 18; lihat SAKIT BERSALIN.) Istilah Yunani gen·naʹo artinya ”memperanakkan; melahirkan; dilahirkan”. (Mat 1:2; Luk 1:57; Yoh 16:21; Mat 2:1) Tiʹkto diterjemahkan ”melahirkan”.—Mat 1:21.
Melahirkan anak adalah hak istimewa yang secara eksklusif dikaruniakan kepada kaum wanita oleh sang Pencipta, dan untuk tujuan itu Ia secara khusus merancang dan memperlengkapi tubuh wanita. Mengandung dan melahirkan anak-anak termasuk dalam mandat yang diberikan kepada pasangan manusia pertama di Eden dan belakangan diulangi kepada orang-orang yang selamat dari Air Bah. (Kej 1:28; 9:7) Akan tetapi, karena dosa dan ketidaktaatan, Yehuwa berfirman kepada Hawa sehubungan dengan melahirkan anak, ”Aku akan menambahkan banyak kesakitan pada kehamilanmu; dengan nyeri bersalin engkau akan melahirkan anak.”—Kej 3:16; lihat SAKIT BERSALIN.
Ada ”waktu untuk lahir”, kata Salomo, dan pada manusia umumnya hal ini terjadi kira-kira 280 hari setelah pembuahan. (Pkh 3:2) Bagi orang tua, hari kelahiran bayi mereka biasanya adalah hari yang sangat menyukacitakan, meskipun bagi pribadi tersebut, menurut Raja Salomo yang berhikmat, hari kematian seseorang bahkan lebih baik daripada hari kelahirannya, jika dalam hidupnya ia telah mencapai banyak hal yang baik dan telah memperoleh nama baik di hadapan Allah.—Luk 1:57, 58; Pkh 7:1.
Sejak masa awal, para bidan membantu persalinan. Sejenis bangku bersalin digunakan sebagai alat bantu bagi sang ibu maupun bidan yang menolong persalinan. Bangku tersebut mungkin berupa dua batu atau batu bata yang menjadi tempat sang ibu duduk atau jongkok selama proses melahirkan. (Kel 1:16) Kata Ibrani yang diterjemahkan ”bangku bersalin” di buku Keluaran (ʼov·naʹyim) berkaitan dengan kata Ibrani untuk ”batu” dan hanya muncul satu kali lagi dalam Alkitab (Yer 18:3), yang diterjemahkan sebagai ”jentera”. The International Standard Bible Encyclopedia menyatakan, ”Kata itu digunakan di kedua tempat dalam bentuk ganda, yang pastilah menunjukkan fakta bahwa jentera terdiri dari dua piringan, dan menyiratkan bahwa bangku bersalin juga terdiri dari dua bagian.” (Jil. 1, 1979, hlm. 516) Hieroglif-hieroglif kuno meneguhkan bahwa bangku-bangku bersalin semacam itu digunakan di Mesir.
Prosedur-prosedur pascakelahiran, yang sering kali dilakukan oleh para bidan, disebutkan di Yehezkiel 16:4, meskipun dalam makna kiasan. Tali pusar dipotong dan sang bayi dibasuh, digosok dengan garam, dan kemudian dibalut dengan kain bedung. Garam mungkin digunakan untuk mengeringkan kulit dan membuatnya kencang serta rapat. Membalut bayi dalam kain bedung dari kepala sampai kaki, seperti dilakukan pada Yesus (Luk 2:7), membuat sang bayi tampak seperti mumi dan menjaga agar tubuhnya tetap hangat dan lurus. Konon, dengan melilitkan kain di bawah dagu dan sekeliling bagian atas kepala, sang anak dilatih untuk bernapas melalui lubang hidung. Merawat bayi yang baru lahir dengan cara ini telah berlangsung sejak zaman dahulu, karena Ayub mengenal baik kain bedung.—Ayb 38:9.
Setelah kebutuhan ibu dan anak seusai persalinan dipenuhi, sang bayi dibawa kepada ayahnya, atau berita kelahiran itu disampaikan kepadanya, dan sang ayah mengakuinya sebagai bayinya. (Yer 20:15) Demikian juga sewaktu seorang hamba perempuan menjadi pengganti untuk melahirkan anak bagi suami majikan perempuannya yang mandul, anak itu diakui sebagai milik majikan perempuannya. (Kej 16:2) Tampaknya hal inilah yang dimaksudkan oleh Rakhel sewaktu ia meminta agar budak perempuannya, Bilha, ”melahirkan di atas lututku” agar ia bisa ”mendapatkan anak-anak darinya”. (Kej 30:3) Bukan berarti persalinan itu akan berlangsung secara harfiah di atas lutut Rakhel, melainkan ia akan menimang-nimang sang anak di atas lututnya seolah-olah itu adalah anaknya sendiri.—Bdk. Kej 50:23.
-