-
PENDUDUK ASINGPemahaman Alkitab, Jilid 2
-
-
Orang yang berupaya mengumpulkan penganut agama bagi dirinya sendiri, oleh Kristus disebut ”pencuri” dan ”orang yang tidak dikenal”, orang yang berbahaya bagi ”domba-domba” Kristus, dan dianggap gembala palsu. ”Domba-domba” sejati milik Yesus tidak akan mengenal suara gembala palsu, sebagaimana orang Israel yang setia memisahkan diri dari orang asing yang mendukung allah-allah asing.—Yoh 10:1, 5; lihat ORANG ASING.
-
-
PENERJEMAHAN; PENAFSIRANPemahaman Alkitab, Jilid 2
-
-
PENERJEMAHAN; PENAFSIRAN
Dalam Alkitab ada penerjemah dan ada juga penafsir. Penerjemah adalah orang yang menyampaikan arti kata-kata yang diucapkan atau ditulis dalam bahasa tertentu kepada orang-orang yang berbahasa lain, dan ia dapat melakukannya secara lisan ataupun tertulis. Penafsir adalah orang yang menerangkan nubuat Alkitab dengan memberikan kepada orang lain arti, makna, dan pengertian mimpi-mimpi, penglihatan-penglihatan, dan berita-berita yang mengandung nubuat dan yang berasal dari Allah.
Penerjemahan. Pengacauan bahasa selama pembangunan Menara Babel membuat keluarga manusia secara mendadak menjadi ras yang multilingual. Hasilnya, timbullah suatu profesi baru, yaitu penerjemah atau juru bahasa. (Kej 11:1-9) Kira-kira lima abad setelah itu, untuk menyembunyikan identitasnya dari saudara-saudara Ibraninya, Yusuf menggunakan jasa seorang juru bahasa untuk menerjemahkan kata-katanya sewaktu ia berbicara kepada mereka dengan bahasa Mesir. (Kej 42:23) Suatu bentuk kata Ibrani lits (menertawakan; mengejek) diterjemahkan menjadi ”juru bahasa” dalam ayat ini. Kata yang sama kadang-kadang diterjemahkan menjadi ’juru bicara’ sewaktu memaksudkan utusan yang fasih berbahasa asing, sebagaimana ”juru-juru bicara para pembesar Babilon” yang diutus untuk bercakap-cakap dengan Raja Hizkia dari Yehuda.—2Taw 32:31.
Karunia untuk berbicara dalam bahasa asing adalah salah satu manifestasi roh kudus Allah yang dicurahkan ke atas murid-murid Kristus yang setia pada hari Pentakosta tahun 33 M. Akan tetapi, peristiwa ini tidak sama dengan yang terjadi di Dataran Syinar 22 abad sebelumnya, karena bahasa mereka yang semula tidak digantikan dengan bahasa yang baru, tetapi mereka tetap memiliki bahasa ibu dan pada waktu yang sama dapat berbicara dengan berbagai bahasa asing tentang perkara-perkara yang besar dari Allah. (Kis 2:1-11) Selain kesanggupan untuk berbicara dengan berbagai bahasa, ada karunia-karunia roh lain yang bersifat mukjizat yang diberikan kepada para anggota sidang Kristen masa awal, termasuk karunia menerjemahkan dari satu bahasa ke bahasa lain. Orang-orang Kristen juga diberi instruksi tentang caranya menggunakan karunia ini dengan patut.—1Kor 12:4-10, 27-30; 14:5, 13-28.
Contoh yang paling mengagumkan sehubungan dengan pengalihbahasaan adalah penerjemahan Alkitab ke dalam banyak sekali bahasa, suatu tugas raksasa yang memakan waktu berabad-abad. Dewasa ini, Buku tersebut, seluruhnya atau sebagian, tersedia dalam lebih dari 2.000 bahasa. Namun, tidak ada satu pun terjemahan atau penerjemah yang terilham. Menurut sejarah, pekerjaan penerjemahan demikian sudah ada sejak abad ketiga SM sewaktu proyek Septuaginta Yunani dimulai, yakni penerjemahan Tulisan-Tulisan Kudus yang terilham dalam bahasa Ibrani dan Aram, yang sekarang dianggap terdiri dari 39 buku, ke dalam bahasa Yunani sehari-hari, atau Koine, yaitu bahasa internasional pada masa itu.
Para penulis ke-27 buku yang dikumpulkan menjadi Kitab-Kitab Yunani Kristen, yang melengkapi kanon Alkitab, sering mengutip dari Kitab-Kitab Ibrani. Tampaknya, mereka kadang-kadang menggunakan Septuaginta Yunani dan tidak menerjemahkan langsung dari teks Kitab-Kitab Ibrani. (Bdk. Mz 40:6 [39:7, LXX] dengan Ibr 10:5.) Namun, mereka juga melakukan penerjemahan langsung yang lebih bebas sebagaimana dapat dilihat jika membandingkan Hosea 2:23 dengan Roma 9:25. Adakalanya, mereka menyadur dan tidak menerjemahkan teks secara harfiah; sebagai contoh, kita dapat membandingkan Ulangan 30:11-14 dengan Roma 10:6-8.
Para penulis Alkitab tersebut sering menerjemahkan nama orang, gelar, tempat, dan ungkapan demi kepentingan pembaca mereka. Mereka menuliskan arti nama-nama tertentu, seperti Kefas, Barnabas, Tabita, Bar-Yesus, dan Melkhizedek (Yoh 1:42; Kis 4:36; 9:36; 13:6, 8; Ibr 7:1, 2); serta gelar seperti Imanuel, Rabi, dan Mesias (Mat 1:23; Yoh 1:38, 41); nama tempat seperti Golgota, Siloam, dan Salem (Mrk 15:22; Yoh 9:7; Ibr 7:2); dan menerjemahkan istilah ”Talita kumi” dan ”Eli, Eli, lama sabakhtani?”—Mrk 5:41; 15:34.
Menurut kesaksian zaman dahulu yang diberikan Yerome, Eusebius Pamfili, Origenes, Ireneus, dan Papias, Matius menggunakan bahasa Ibrani sewaktu pertama-tama menulis catatan Injilnya. Siapa yang kemudian menerjemahkan Injilnya ke dalam bahasa Yunani tidak diketahui. Kalau Matius sendiri yang melakukannya, seperti pendapat beberapa orang, karya tersebut merupakan satu-satunya terjemahan terilham Tulisan Kudus yang diketahui.
Dalam bahasa Yunani klasik, kata her·me·neuʹo sering berarti ”menjelaskan, menafsirkan”, yang dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen mengandung arti ”menerjemahkan”. (Yoh 1:42; 9:7; Ibr 7:2) Kata itu mirip dengan nama dewa Yunani, Hermes (Merkuri), yang oleh para ahli mitologi kuno tidak hanya dianggap sebagai utusan dan penerjemah bagi para dewa tetapi juga sebagai dewa pelindung para penulis, pembicara, dan penerjemah. Orang-orang kafir di Listra menyebut Paulus ”Hermes, karena dialah yang memimpin ketika berbicara”. (Kis 14:12) Awalan me·taʹ menyiratkan ”suatu perubahan”, maka apabila dirangkaikan dengan kata her·me·neuʹo akan menghasilkan kata me·ther·me·neuʹo·mai, sebuah kata yang juga muncul beberapa kali dalam Alkitab. Kata tersebut berarti ”mengubah atau mengalihbahasakan”, dan selalu digunakan dalam bentuk pasif, seperti ”bila diterjemahkan”.—Mat 1:23.
-