-
HUJAHPemahaman Alkitab, Jilid 1
-
-
Tidak lama kemudian, sebagian besar orang Israel menjadi bersalah karena tanpa respek menggerutu terhadap Yehuwa. Sebagai akibatnya, mereka dihukum mengembara selama 40 tahun di padang belantara, dan orang-orang yang berumur 20 tahun ke atas divonis akan mati di sana. (Bil 14:1-4, 11, 23, 29; Ul 1:27, 28, 34-39) Sikap menghujah menggerakkan mereka hingga taraf menyatakan akan merajam hamba-hamba Allah yang setia. (Bil 14:10) Meskipun cacian Korah, Datan, dan Abiram sebenarnya ditujukan kepada wakil-wakil Allah, yaitu Musa dan Harun, tetapi sebelum Allah mengeksekusi pria-pria ini beserta rumah tangga mereka di depan kemah mereka, Musa memberi tahu para pengamat, ”Maka kamu akan mengetahui dengan pasti bahwa orang-orang ini telah memperlakukan Yehuwa tanpa respek,” dengan memandang hina pelantikan teokratis.—Bil 16:1-3, 30-35.
Sekalipun tidak ada pernyataan-pernyataan yang diucapkan menentang Allah, tindakan seseorang yang berlawanan dengan hukum-hukum perjanjian Allah jelas dapat disamakan dengan ”mencaci Yehuwa” atau menghujah Dia. Jadi, walaupun pertimbangan yang penuh belas kasihan diberikan kepada orang yang secara tidak sengaja melanggar hukum Allah, orang yang secara sadar atau dengan sengaja melakukan pelanggaran, entah ia orang Israel asli atau penduduk asing, harus dibunuh karena telah mencaci Yehuwa dan telah memandang hina firman serta perintah-Nya.—Bil 15:27-31; bdk. Ul 31:20; Neh 9:18, 26.
Tindakan-tindakan hujah lain yang dicatat dalam Kitab-Kitab Ibrani adalah yang dilakukan putra-putra imam Eli (1Sam 3:12, 13) dan pejabat kafir Asiria, Rabsyake. (2Raj 19:4-6, 22, 23) Nabot yang tidak bersalah dinyatakan menghujah dan dihukum mati atas dasar kesaksian palsu. (1Raj 21:10-13) Belakangan, Allah mengutuk para nabi palsu yang menenteramkan hati orang-orang yang tidak merespek Yehuwa. (Yer 23:16, 17) Yehuwa secara tegas memperingatkan para pencela-Nya bahwa Ia akan memberikan ganjaran yang setimpal ”ke dada mereka”. (Yes 65:6, 7; bdk. Mz 10:13; Yes 8:20-22.) Karena haluan Israel yang murtad, nama Yehuwa pun mendapat celaan di antara bangsa-bangsa.—Yes 52:4, 5; Yeh 36:20, 21.
Beberapa waktu kemudian, ajaran para rabi mengembangkan pandangan yang salah bahwa Imamat 24:10-23 adalah larangan untuk mengucapkan nama Yehuwa karena dianggap sebagai tindakan hujah. Kisah turun-temurun dalam Talmud juga menetapkan bahwa apabila hakim-hakim keagamaan mendengar kesaksian tentang kata-kata hujah yang konon diucapkan oleh si tertuduh, mereka harus mengoyak pakaian mereka, mengikuti contoh di 2 Raja-Raja 18:37; 19:1-4.—The Jewish Encyclopedia, 1976, Jil. III, hlm. 237; bdk. Mat 26:65.
”Hujah” dalam Kitab-Kitab Yunani. Rasul Paulus memperlihatkan arti dasar bla·sfe·miʹa dengan menggunakan kata kerja Yunani yang berkaitan, yaitu bla·sfe·meʹo, di Roma 2:24 sewaktu mengutip dari Yesaya 52:5 dan Yehezkiel 36:20, 21 yang disebutkan di atas.
Hujah mencakup tindakan mengklaim sifat atau hak prerogatif Allah, atau mengenakannya pada orang atau benda lain. (Bdk. Kis 12:21, 22.) Para pemimpin agama Yahudi menuduh Kristus Yesus menghujah karena ia mengatakan bahwa dosa beberapa orang telah diampuni (Mat 9:2, 3; Mrk 2:5-7; Luk 5:20, 21), dan mereka mencoba merajamnya sebagai penghujah karena ia menyatakan dirinya Putra Allah. (Yoh 10:33-36) Sewaktu Yesus membuat pernyataan kepada Sanhedrin tentang maksud-tujuan Allah baginya dan kedudukan tinggi yang kelak dikaruniakan kepadanya, sang imam besar mengoyak pakaiannya dan menuduh Yesus menghujah, dan atas tuduhan itu Yesus dinyatakan bersalah dan patut mati. (Mat 26:63-66; Mrk 14:61-64) Karena tidak mempunyai wewenang dari orang Romawi untuk melaksanakan hukuman mati, para pemimpin agama Yahudi dengan licik mengubah tuduhan menghujah menjadi tuduhan menghasut sewaktu membawa Yesus ke hadapan Pilatus.—Yoh 18:29–19:16.
Karena Yesus adalah Putra dan wakil langsung Allah, apa pun yang diucapkan menentang dia bisa juga dengan tepat didefinisikan sebagai hujah. (Luk 22:65) Demikian pula, karena roh kudus atau tenaga aktif memancar dari Allah dan secara erat dikaitkan dengan diri Allah, Yesus dapat berbicara mengenai ”hujah menentang roh”. Hujah ini disebutkan sebagai dosa yang tidak dapat diampuni. (Mat 12:31; Mrk 3:28, 29; Luk 12:10) Diperlihatkan bahwa hujah berasal dari dalam hati (Mat 15:19; Mrk 7:21, 22); maka, keadaan hati, yang nyata dari adanya unsur kesengajaan, pasti turut berperan dalam hujah demikian terhadap roh. Peristiwa yang mendahului pernyataan Yesus tentang tidak dapat diampuninya dosa demikian memperlihatkan bahwa dosa itu berkaitan dengan tindakan menentang bekerjanya roh Allah. Dosa itu dilakukan bukan karena tipu daya, kelemahan manusia, atau ketidaksempurnaan; tetapi penentangan itu dilakukan secara sadar dan disengaja. Orang Farisi dengan jelas melihat roh Allah bekerja dalam diri Yesus untuk melakukan kebaikan, tetapi karena alasan-alasan yang mementingkan diri, mereka menyebutkan bahwa kuasa itu berasal dari Beelzebul, yakni Setan si Iblis, dengan demikian mereka menghujah roh kudus Allah.—Mat 12:22-32; bdk. Ibr 6:4-6; 10:26, 27.
Seperti Yesus, Stefanus mati sebagai martir atas tuduhan menghujah. (Kis 6:11-13; 7:56-58) Paulus, sebagai Saul, pernah menjadi penghujah dan mencoba memaksa orang-orang Kristen membuat ”penyangkalan” (harfiah, ”menghujah”). Akan tetapi, setelah ia sendiri menjadi seorang murid, ia mengalami tentangan melalui hujahan orang-orang Yahudi, dan oleh beberapa pihak di Efesus, ajarannya mungkin dikatakan menghujah dewi Artemis. (Kis 13:45; 19:37; 26:11; 1Tim 1:13) Melalui pemecatan, Paulus menyerahkan Himeneus dan Aleksander ”kepada Setan agar mereka diajar melalui disiplin untuk tidak menghujah”. (1Tim 1:20; bdk. 2Tim 2:16-18.) Yakobus memperlihatkan bahwa orang kaya, sebagai suatu golongan, cenderung untuk ”menghujah nama baik” yang dengannya para murid dipanggil. (Yak 2:6, 7; bdk. Yoh 17:6; Kis 15:14.) Pada ”hari-hari terakhir” akan ada banyak penghujah (2Tim 3:1, 2), sebagaimana dinubuatkan di buku Penyingkapan dalam bentuk pernyataan dan lambang.—Pny 13:1-6; 16:9-11, 21; 17:3.
-
-
HUJANPemahaman Alkitab, Jilid 1
-
-
HUJAN
Suatu bagian penting dalam siklus air, yaitu ketika air yang naik ke atmosfer sebagai uap dari tanah dan permukaan air di bumi selanjutnya berkondensasi dan jatuh ke tanah, sehingga menyediakan cairan yang sangat penting bagi kehidupan flora dan fauna. Alkitab menghubungkan hujan dengan siklus yang diatur secara bijaksana dan dapat diandalkan itu.—Ayb 36:27, 28; Pkh 1:7; Yes 55:10.
Selain kata-kata yang umum untuk hujan, ada sejumlah istilah Ibrani dan Yunani sehubungan dengan hujan yang memiliki berbagai arti: ”hujan deras” (1Raj 18:41), ”hujan yang terus-menerus” (Ams 27:15), ”hujan musim gugur atau hujan awal” dan ”hujan musim semi atau hujan akhir” (Ul 11:14; Yak 5:7), ”hujan rintik-rintik” (Ul 32:2), ”badai hujan” (Yes 4:6), dan ”hujan lebat” (Mz 65:10).
Pada bagian awal sejarah persiapan bumi, ”Allah Yehuwa belum menurunkan hujan ke atas bumi”, tetapi ”kabut naik dari bumi dan mengairi seluruh permukaan tanah”. Tampaknya ini terjadi pada awal ”hari” ketiga penciptaan, sebelum tumbuh-tumbuhan muncul. (Kej 1:9-13; 2:5, 6; lihat KABUT.) Pertama kalinya Alkitab secara spesifik menyebutkan bahwa hujan turun adalah dalam kisah tentang Air Bah. Pada waktu itu ”terbukalah pintu-pintu air di langit” dan ”hujan deras turun ke bumi selama empat puluh hari dan empat puluh malam”.—Kej 7:11, 12; 8:2.
Pembentukan. Salah satu pertanyaan yang Yehuwa ajukan kepada Ayub, yang menandaskan terbatasnya pemahaman manusia mengenai bumi dan kekuatan serta hukum penciptaan, ialah, ”Apakah ada seorang bapak bagi hujan?” (Ayb 38:28) Meskipun para ahli meteorologi telah secara ekstensif menyelidiki pembentukan hujan, hasilnya hanyalah, sebagaimana dikatakan The World Book Encyclopedia, ”teori-teori”. (1987, Jil. 16, hlm. 123, 124) Seraya udara hangat yang lembap naik dan mendingin, uap air berkondensasi menjadi butir-butir air yang sangat kecil. Salah satu teori menyatakan bahwa seraya jatuh melalui awan, butir-butir air yang lebih besar bertabrakan dengan butir-butir air yang lebih kecil dan bergabung sehingga menjadi terlalu berat untuk ditopang oleh udara. Menurut teori lain, kristal-kristal es terbentuk di bagian atas awan yang suhunya di bawah titik beku dan berubah menjadi hujan seraya kristal-kristal itu turun melalui udara yang lebih hangat.
Yehuwa sebagai Sumber. Israel tidak memandang Yehuwa sebagai ”dewa hujan” belaka. Ia tidak seperti Baal, yang menurut anggapan orang Kanaan mendatangkan musim hujan sewaktu bangkit dari kematian. Orang Israel yang setia mengakui bahwa Yehuwa, bukan Baal, yang dapat menahan hujan yang berharga. Hal ini digambarkan dengan jelas ketika Yehuwa mendatangkan musibah kekeringan di Israel sewaktu penyembahan Baal sedang marak-maraknya di sana, pada zaman nabi Elia.—1Raj 17:1, 7; Yak 5:17, 18.
Yehuwa-lah yang mempersiapkan hujan bagi bumi. (Mz 147:8; Yes 30:23) Ia ”membagi saluran untuk banjir”, yang mungkin memaksudkan caranya Allah menyebabkan awan menyalurkan hujan ke atas bagian-bagian tertentu di bola bumi. (Ayb 38:25-27; bdk. Mz 135:7; Yer 10:13.) Kesanggupan Yehuwa untuk mengendalikan hujan sesuai dengan maksud-tujuan-Nya adalah salah satu hal yang membedakan Dia dari allah-allah berhala yang tidak bernyawa yang disembah oleh bangsa-bangsa di sekeliling Israel. (Yer 14:22) Di Tanah Perjanjian, orang Israel mempunyai lebih banyak lagi alasan untuk menghargai hal itu daripada ketika mereka berada di Mesir, mengingat hujan jarang sekali turun di Mesir.—Ul 11:10, 11.
Ketika mengabar kepada orang-orang Yunani di Listra, Paulus dan Barnabas menjelaskan bahwa hujan menjadi kesaksian tentang ”Allah yang hidup” dan merupakan pertunjukan kebaikan-Nya. (Kis 14:14-17) Manfaat hujan tidak saja dirasakan oleh orang yang baik dan adil-benar, tetapi oleh semua orang. Maka, Yesus menunjukkan bahwa kasih Allah dalam hal ini seharusnya menjadi pola untuk ditiru manusia.—Mat 5:43-48.
Curah Hujan di Tanah Perjanjian. Salah satu ciri khas iklim di Tanah Perjanjian adalah curah hujannya yang bervariasi. Dua faktor utama yang menentukan banyaknya hujan adalah jarak dari laut dan tinggi rendahnya tanah. Dataran di sepanjang L. Tengah mendapat banyak hujan selama musim hujan, tetapi semakin ke selatan jumlahnya berkurang. Curah hujan cenderung lebih banyak di daerah perbukitan dan pegunungan karena uap air yang dibawa ke arah timur dari laut berkondensasi lebih banyak di sana. Lembah Yordan terletak dalam ”bayangan hujan”, sebab udara yang bergerak melintasi pegunungan telah melepaskan sebagian besar uap airnya saat itu, dan udara menjadi hangat seraya memasuki lembah itu. Namun, sewaktu udara itu bertemu dengan plato yang tinggi di sebelah timur S. Yordan, awan kembali terbentuk, menghasilkan sedikit hujan. Oleh karena itu, sebidang tanah sempit di sebelah timur S. Yordan cocok untuk menggembalakan ternak dan sedikit bertani. Lebih ke timur terdapat gurun, dan hujan di sana terlalu ringan dan tidak teratur sehingga orang tidak dapat bercocok tanam atau menggembalakan ternak.
-