-
IKRARPemahaman Alkitab, Jilid 1
-
-
Pakar Alkitab bernama Albert Barnes memberikan komentar yang informatif tentang hal ini dalam karyanya Notes, Explanatory and Practical, on the Acts of the Apostles (1858). Sewaktu membuat rujukan ke Kisah 21:20—yang berbunyi, ”Setelah mendengar hal ini [laporan tentang berkat Allah atas pelayanan Paulus kepada bangsa-bangsa], mereka memuliakan Allah dan mengatakan kepadanya, ’Engkau lihat, saudara, berapa ribu orang percaya yang ada di antara orang Yahudi; dan mereka semua bergairah untuk Hukum’”—Barnes mengatakan, ”Yang dimaksudkan dalam ayat ini adalah hukum tentang sunat, korban, membuat pembedaan dalam hal daging dan hal hari, tentang perayaan, dll. Tampaknya mengherankan bahwa mereka masih harus mematuhi ritus-ritus itu, mengingat maksud yang jelas dari Kekristenan untuk meniadakannya. Akan tetapi, kita harus ingat, (1.) Bahwa ritus-ritus itu ditetapkan oleh Allah, dan mereka dilatih untuk mematuhinya. (2.) Bahwa para rasul menyesuaikan diri dengan ritus-ritus itu sewaktu mereka tinggal di Yerusalem, dan menganggap tidak bijaksana untuk menentangnya dengan keras. [Kis 3:1; Luk 24:53] (3.) Bahwa pertanyaan apakah ritus-ritus itu harus dipatuhi tidak pernah dipermasalahkan di Yerusalem. Hanya di antara orang-orang non-Yahudi yang menjadi percaya pertanyaan itu muncul, dan di antara mereka pertanyaan itu seharusnya muncul, karena seandainya ritus-ritus itu harus dipatuhi, ritus-ritus itu harus diberlakukan atas mereka secara resmi. (4.) Keputusan dewan (psl. xv.) hanya berkaitan dengan orang non-Yahudi yang menjadi percaya. [Kis 15:23] . . . (5.) Dapat dianggap bahwa seraya agama Kristen semakin dimengerti—bahwa seraya sifat [universal]-nya yang luas dan bebas semakin berkembang, hal-hal khusus yang ditetapkan Musa akan tersingkir dengan sendirinya, tanpa keresahan, dan tanpa kerusuhan. Seandainya pertanyaan itu dipermasalahkan [secara umum] di Yerusalem, tentangan terhadap Kekristenan yang timbul akan sepuluh kali lebih sengit, dan gereja Kristen akan terpecah belah menjadi faksi-faksi, dan kemajuan doktrin Kristen akan sangat terhambat. Kita hendaknya juga mengingat (6.) Bahwa, berdasarkan pengaturan Bimbingan Ilahi, sudah kian dekat waktu pembinasaan bait, kota, dan bangsa itu; yang akan mengakhiri korban-korban persembahan, dan dengan ampuh akan menyudahi untuk selamanya kepatuhan kepada ritus-ritus Musa. Mengingat pembinasaan ini begitu dekat dan akan menjadi argumen yang begitu ampuh untuk menentang kepatuhan kepada ritus-ritus Musa, Pemimpin Agung gereja tidak membiarkan pertanyaan sehubungan dengan kewajiban untuk mematuhi ritus-ritus tersebut secara tidak perlu menimbulkan keresahan di antara murid-murid di Yerusalem.”
-
-
ILAHIPemahaman Alkitab, Jilid 1
-
-
ILAHI
Sesuatu yang adalah milik Allah atau berhubungan dengan Dia, sesuatu yang seperti allah atau bersifat surgawi.
Dalam beberapa ayat di Kitab-Kitab Ibrani, kata ʼEl (bentuk tunggal kata ”Allah”) digunakan berdampingan dengan kata ʼElo·himʹ (bentuk jamak kata ”Allah” untuk menyatakan keunggulan). Oleh karena itu, di Yosua 22:22 dan Mazmur 50:1 teks Ibraninya berbunyi: ʼEl ʼElo·himʹ Yehwahʹ. Beberapa terjemahan (Ro; Mz 49:1, BC [bhs. Spanyol]) sekadar mentransliterasi kedua kata pertama dalam frasa itu, sedangkan yang lain-lain mengalihbahasakannya menjadi ”Allah segala allah” (TB, AT, JB, La, VM [bhs. Spanyol]) atau, yang lebih akurat lagi, ”Pribadi Perkasa, Allah” (AS, Mo, RS), dan ”Pribadi Ilahi, Allah” (NW).—Lihat ALLAH.
Dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen, terdapat beberapa kata yang berasal dari kata the·osʹ (allah) dan yang berkaitan dengan sesuatu yang ilahi. Kata-kata terkait theiʹos, thei·oʹtes, dan the·oʹtes muncul di Kisah 17:29, Roma 1:20, Kolose 2:9, dan 2 Petrus 1:3, 4.
Di Kisah 17:29, Paulus, sewaktu berada di Athena, memperlihatkan bahwa tidaklah masuk akal bagi manusia untuk membayangkan bahwa ”Wujud Ilahi itu [to theiʹon, salah satu bentuk kata theiʹos] seperti emas atau perak atau batu”. Di ayat itu, banyak penerjemah menggunakan istilah-istilah seperti ”Tuhan”, ”Dewa”, ”keilahian”, atau ”keadaan ilahi” (TB, KJ, AS, Dy, ED, JB, RS), sedangkan terjemahan karya E. J. Goodspeed mengatakan ”sifat ilahi”. Menurut The International Standard Bible Encyclopedia, ungkapan to theiʹon ”berasal dari kata sifat theíos, yang artinya ’sehubungan dengan Allah’, ’ilahi’”. (Diedit oleh G. Bromiley, 1979, Jil. 1, hlm. 913) Greek-English Lexicon karya Liddell dan Scott mengartikannya ”Keilahian”. (Direvisi oleh H. Jones, Oxford, 1968, hlm. 787, 788) Jadi, frasa to theiʹon dapat menunjuk kepada pribadi atau sifat. Maka jelas, konteksnya harus diperhatikan oleh si penerjemah ketika menentukan pilihan kata. Di Kisah 17:29 ini, konteksnya jelas memperlihatkan bahwa yang dibicarakan adalah pribadi Allah, jadi ungkapan itu dengan tepat diterjemahkan menjadi ”Wujud Ilahi” dalam Terjemahan Dunia Baru.—Bdk. NIV.
Di Roma 1:20 sang rasul menyebutkan bukti kasatmata yang tidak dapat disangkal tentang ’sifat-sifat Allah yang tidak kelihatan’, khususnya ”kuasanya yang kekal dan Keilahiannya [Thei·oʹtes]”. Terjemahan-terjemahan lain menggunakan ”Tuhan” atau ”dewa” (KJ, NE, RS, JB), sehingga menyampaikan kepada banyak orang gagasan tentang diri pribadi, keadaan sebagai suatu pribadi. Namun, menurut Greek-English Lexicon karya Liddell dan Scott, kata Yunani thei·oʹtes berarti ”sifat ilahi, keilahian”. (Hlm. 788) Jadi, ada dasar untuk menerjemahkan thei·oʹtes sebagai sifat suatu allah, bukan pribadi Allah itu sendiri, dan hal ini didukung oleh konteksnya. Sang rasul sedang membahas hal-hal yang kasatmata dalam ciptaan fisik. Sebagai contoh, meskipun ciptaan tidak memberitahukan nama Allah, ciptaan memberikan bukti tentang ”kuasanya yang kekal”—yang diperlukan untuk mencipta dan memelihara alam semesta. Ciptaan fisik juga mempertunjukkan ”Keilahiannya”, fakta bahwa sang Pencipta benar-benar Allah dan layak kita sembah.
Kemudian, di Kolose 2:9, rasul Paulus mengatakan bahwa dalam Kristus ”seluruh kepenuhan sifat ilahi [salah satu bentuk kata the·oʹtes] itu berdiam secara jasmani”. Di ayat ini juga, beberapa terjemahan menggunakan ”Tuhan” atau ”dewa”; dan para penganut Tritunggal menafsirkan bahwa ayat ini berarti Allah secara pribadi tinggal di dalam Kristus. (KJ, NE, RS, NAB) Akan tetapi, Greek-English Lexicon karya Liddell dan Scott mendefinisikan the·oʹtes dengan cara yang pada dasarnya sama dengan thei·oʹtes, yang berarti ”keilahian, sifat ilahi”. (Hlm. 792) Pesyita Siria dan Vulgata Latin menerjemahkan kata ini menjadi ”keilahian”. Jadi, di ayat ini pun, ada dasar yang kuat untuk menerjemahkan the·oʹtes sebagai suatu sifat, bukan pribadi.
-