-
TIDAK BERAT SEBELAHPemahaman Alkitab, Jilid 2
-
-
Kisah Alkitab menyingkapkan bahwa Daud memang menderita banyak kesulitan yang datang dari keluarganya sendiri. (2Sam psl. 13-18; 1Raj 1) Meskipun Allah tidak membunuhnya, karena menghormati perjanjian kerajaan yang telah Ia buat dengan Daud (2Sam 7:11-16), Daud menderita dukacita yang sangat besar. Sebagaimana dikatakan oleh Elihu, seorang hamba Allah yang hidup sebelum zaman Daud, ”Ada Pribadi yang tidak menunjukkan sikap berat sebelah kepada para pangeran.” (Ayb 34:19) Tetapi atas dasar korban Yesus Kristus di kemudian hari, Allah dapat mengampuni Daud yang bertobat dan tetap dapat mempertahankan keadilan dan keadilbenaran-Nya. (Rm 3:25, 26) Melalui korban Putra-Nya, Allah mempunyai dasar yang benar dan tidak berat sebelah untuk meniadakan kematian Uria dan orang-orang lain, sehingga akhirnya tidak seorang pun menderita ketidakadilan.—Kis 17:31.
Nasihat bagi para Hakim. Yehuwa memberikan nasihat yang keras kepada para hakim di Israel sehubungan dengan sikap tidak berat sebelah. Para hakim harus menaati perintah yang tegas ini, ”Dalam hal menghakimi, jangan berlaku berat sebelah.” (Ul 1:17; 16:19; Ams 18:5; 24:23) Mereka tidak boleh berlaku berat sebelah kepada orang miskin hanya karena ia miskin, karena merasa tidak senang atau berprasangka terhadap orang kaya. Mereka juga tidak boleh mengistimewakan orang kaya karena ia kaya, mungkin dengan memberikan pelayanan khusus untuk mendapat perkenannya, mendapat suap, atau karena takut akan kekuasaan atau pengaruhnya. (Im 19:15) Allah akhirnya mencela keimaman Lewi yang tidak setia di Israel karena melanggar hukum-Nya dan, sebagaimana Ia khususnya tunjukkan, karena mereka memperlihatkan sikap berat sebelah, mengingat bahwa mereka menjalankan tugas sebagai hakim di negeri itu.—Mal 2:8, 9.
Di Sidang Kristen. Di sidang Kristen bersikap tidak berat sebelah merupakan keharusan; memperlihatkan sikap pilih kasih adalah dosa. (Yak 2:9) Orang-orang yang bersalah karena bertindak dengan pilih kasih menjadi ”hakim yang memberikan keputusan yang fasik”. (Yak 2:1-4) Orang-orang semacam itu tidak memiliki hikmat yang datang dari atas, yang tidak membeda-bedakan orang. (Yak 3:17) Kalangan yang memiliki tanggung jawab di sidang mengemban kewajiban serius yang sama seperti yang diletakkan rasul Paulus di bahu Timotius, seorang pengawas, ”Aku berpesan kepadamu dengan sungguh-sungguh di hadapan Allah dan Kristus Yesus dan malaikat-malaikat yang terpilih, agar kamu memperhatikan perkara-perkara ini tanpa menghakimi sebelum menyelidiki, tidak melakukan sesuatu pun dengan pilih kasih.” Hal ini khususnya berlaku untuk pemeriksaan kasus pengadilan di sidang.—1Tim 5:19-21.
’Mengagumi pribadi-pribadi demi manfaat sendiri.’ Pelanggaran terhadap prinsip bersikap tidak berat sebelah bisa mendatangkan hukuman yang paling berat. Saudara tiri Yesus, Yudas, menggambarkan orang-orang yang ”suka menggerutu, mengeluh tentang keadaan mereka dalam kehidupan, bertindak menurut keinginan mereka sendiri, dan mulut mereka mengatakan hal-hal yang muluk-muluk, dan mereka mengagumi pribadi-pribadi demi manfaat mereka sendiri”. (Yud 16) Mereka disebut ”orang-orang yang menimbulkan perpecahan, orang-orang yang seperti binatang, tidak memiliki kerohanian”. (Yud 19) Orang-orang seperti itu bisa mempengaruhi orang lain dengan perkataan mereka yang muluk-muluk dan tindakan mengagumi pribadi-pribadi, seperti orang-orang yang Paulus gambarkan, yang ”secara licin menyusup ke dalam rumah tangga orang lain, dan membawa sebagai tawanan, wanita-wanita yang lemah dan sarat dengan dosa, yang ditarik oleh berbagai keinginan”. (2 Tim 3:6) Kehancuran menanti mereka.—Yud 12, 13.
”Layak untuk dihormati dua kali lipat”—Bagaimana? Mengingat hal-hal itu, bagaimana orang-orang di sidang Kristen dapat menganggap para tua-tua yang memimpin dengan baik ”layak untuk dihormati dua kali lipat, teristimewa mereka yang bekerja keras dalam hal berbicara dan mengajar”? (1Tim 5:17) Hal ini dilakukan, bukan karena keadaan pria-pria tersebut atau kecakapan mereka, melainkan karena kerajinan dan kerja keras mereka dalam memikul tanggung jawab ekstra yang diletakkan di atas bahu mereka. Penyelenggaraan Allah dan pengangkatan oleh-Nya harus dihormati. Pria-pria seperti itu patut mendapatkan kerja sama dan dukungan khusus agar pekerjaan di sidang Allah terlaksana. (Ibr 13:7, 17) Yakobus, saudara tiri Yesus, menunjukkan bahwa guru-guru di sidang mempunyai tanggung jawab yang berat di hadapan Allah, karena itu mereka akan mendapat penghakiman yang lebih berat. (Yak 3:1) Oleh karena itu, mereka layak didengar, ditaati, dan dihormati. Untuk alasan yang sama, istri patut menghormati dan merespek suaminya, yang oleh Allah diberi tanggung jawab mengurus rumah tangganya dan akan dihakimi oleh-Nya sesuai dengan itu. (Ef 5:21-24, 33) Respek semacam itu bagi pria-pria yang diberi kedudukan dengan tanggung jawab melalui penyelenggaraan Allah bukanlah sikap berat sebelah.
Respek untuk para penguasa. Orang Kristen juga diberi perintah untuk merespek para penguasa dalam pemerintahan manusia. Hal ini bukan karena sifat-sifat pribadi orang-orang tersebut, yang beberapa di antaranya mungkin bejat, dan juga bukan karena mereka mungkin bisa memberikan bantuan khusus. Orang-orang Kristen merespek para penguasa karena ini adalah perintah Allah; dan juga karena jabatan mereka merupakan posisi yang disertai tanggung jawab. Sang rasul mengatakan, ”Hendaklah setiap jiwa tunduk kepada kalangan berwenang yang lebih tinggi, sebab tidak ada wewenang kecuali dari Allah; kalangan berwenang yang ada ditempatkan oleh Allah dalam kedudukan mereka yang bersifat relatif. Karena itu, dia yang menentang wewenang menentang pengaturan Allah.” (Rm 13:1, 2) Jika pria-pria ini menyalahgunakan wewenang mereka, mereka harus memberikan pertanggungjawaban kepada Allah. Hormat, atau respek, untuk jabatan itu diberikan seorang Kristen kepada pribadi pemegang jabatan tersebut berdasarkan peraturan, ”Berikanlah kepada semua orang hak mereka, kepada dia yang menuntut pajak, pajak; kepada dia yang menuntut upeti, upeti; kepada dia yang menuntut perasaan takut, perasaan takut; kepada dia yang menuntut hormat, hormat.” (Rm 13:7) Hormat yang diberikan oleh orang Kristen dalam hal ini, yang melebihi hormat kepada warga biasa, bukanlah sikap berat sebelah.
-
-
TIDAK BERCELAPemahaman Alkitab, Jilid 2
-
-
TIDAK BERCELA
Sebuah kata Ibrani yang diterjemahkan ”tidak bercela” adalah tam. Kata tersebut digunakan sehubungan dengan reputasi moral Ayub yang patut diteladani dan sehubungan dengan kecantikan gadis Syulam yang tanpa cela. (Ayb 1:1, 8; Kid 5:2; 6:9) Karena kehidupannya yang damai dan tenang di dalam kemah, berbeda dengan kehidupan saudaranya yang liar dan penuh petualangan sebagai pemburu, Yakub dikatakan tidak bercela. (Kej 25:27) Kata Ibrani lain yang kadang-kadang diterjemahkan ”tidak bercela” adalah ta·mimʹ, mengandung makna ”tanpa kekurangan; tanpa cacat; sempurna”. (Ams 2:21; 11:5, 20) Kata Ibrani tam dan ta·mimʹ berasal dari kata kerja dasar ta·mamʹ, yang artinya ”utuh, selesai; mencapai kematangan; mencapai akhir atau lenyap”. (Mz 19:13; 1Raj 6:22; Yes 18:5; Yer 24:10; bdk. 1Sam 16:11, yang memuat ungkapan ”Inikah semua putra-putramu?” dan secara harfiah terjemahan ini berarti ”Sudah lengkapkah putra-putramu?”) Dalam Septuaginta Yunani, kata Ibrani tam kadang-kadang diterjemahkan aʹmem·ptos. (Ayb 1:1, 8; 2:3; 9:20) Bentukan-bentukan dari kata ini juga muncul dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen dan dapat didefinisikan sebagai ”tidak bercela; tidak mempunyai kekurangan”.—Luk 1:6; Flp 3:6; Ibr 8:7; lihat SEMPURNA, KESEMPURNAAN.
Apabila digunakan untuk menggambarkan manusia, istilah ”tidak bercela” harus selalu dipandang secara relatif, bukan mutlak. Pada waktu menderita, Ayub menarik kesimpulan yang salah mengenai Yehuwa, termasuk tentang cara Yang Mahakuasa memandang orang-orang yang tidak bercela. (Ayb 9:20-22) Zakharia, ayah Yohanes Pembaptis, memperlihatkan kurangnya iman akan pernyataan Yehuwa melalui malaikat Gabriel. (Luk 1:18-20) Meskipun demikian, Ayub dan Zakharia dikatakan tidak bercela, karena mereka memenuhi apa yang Yehuwa harapkan dari manusia yang, meskipun setia, dirongrong ketidaksempurnaan.—Ayb 1:1; Luk 1:6.
Sebelum menjadi murid Yesus Kristus, Paulus tidak bercela dari sudut pandangan orang-orang Yahudi sezamannya. Ia melakukan apa yang diperintahkan Hukum, memenuhi kewajiban-kewajiban yang harus ia jalankan dan tidak melakukan apa yang dilarang. (Flp 3:6) Namun, ketika itu Paulus tidak menikmati kedudukan yang tidak bercela di hadapan Yehuwa. Ia bersalah karena melakukan dosa yang serius sebagai penganiaya saudara-saudara Kristus dan ia orang yang suka menghina serta menghujah.—1Tim 1:13, 15.
Cara Yehuwa Berurusan dengan Manusia yang Tidak Sempurna. Apa yang Allah Yehuwa ciptakan adalah sempurna, tidak bercela (Ibr., ta·mimʹ), demikian pula semua perkataan serta tindakan-Nya. (Ul 32:4, Rbi8, ctk.) Karena alasan itu dan kemahakuasaan-Nya, Ia dapat berfirman, seperti ketika Ia mengoreksi Ayub, ”Haruskah ada soal jawab antara seorang pencari kesalahan [harfiah, orang yang mendera, mengoreksi, mendisiplin] dengan Yang Mahakuasa?” (Ayb 40:1, 2) Rasul Paulus menunjukkan bahwa Allah berhak untuk berurusan dengan makhluk-makhluk ciptaan-Nya sekehendak hati-Nya, seperti seorang tukang tembikar membuat bermacam-macam bejana yang ia ingin buat. Allah mentoleransi ”bejana-bejana kemurkaan” untuk suatu tujuan, sama seperti Ia mentoleransi Firaun, tetapi Ia berbelaskasihan kepada ”bejana-bejana belas kasihan”, dan kita tidak berhak mempertanyakan tindakan Allah dalam hal ini.—Rm 9:14-24.
Sebaliknya, jalan dan hasil karya manusia sering kali ada cacatnya. Semua orang mewarisi dosa dan kesalahan dari Adam. (Rm 5:12; Mz 51:5) Tetapi Yehuwa, yang tidak bercela, ”tahu benar bagaimana kita dibentuk, ia ingat bahwa kita ini debu”, maka ia berbelaskasihan. (Mz 103:13, 14) Ia menganggap Nuh yang setia dan taat itu sebagai orang yang ”tanpa cela di antara orang-orang sezamannya”. (Kej 6:9) Ia memberi perintah kepada Abraham, ”Berjalanlah di hadapanku dan buktikanlah dirimu tanpa cela.” (Kej 17:1) Meskipun kedua pria ini tidak sempurna dan mati, mereka dianggap tidak bercela oleh Yehuwa, yang ”melihat bagaimana hatinya”. (1Sam 16:7; bdk. 2Raj 20:3; 2Taw 16:9.) Ia memberi perintah kepada Israel, ”Engkau harus tidak bercela di hadapan Yehuwa, Allahmu.” (Ul 18:13; 2Sam 22:24) Ia menyediakan Putra-Nya yang tidak bercela (Ibr 7:26) sebagai korban tebusan, dan berdasarkan korban ini, Ia dapat menyatakan bahwa semua orang yang memperlihatkan iman dan ketaatan adalah ”adil-benar”, atau tidak bercela, sementara Ia tetap mempertahankan kedudukan-Nya sebagai Hakim yang adil-benar dan tidak bercela.—Rm 3:25, 26; lihat INTEGRITAS.
-