-
MENABUR; PENABURPemahaman Alkitab, Jilid 2
-
-
’Menabur demi kepentingan daging.’ Rasul Paulus, setelah menyebutkan satu per satu buah roh dan perbuatan daging, serta mendesak setiap orang untuk membuktikan pekerjaannya sendiri, mengatakan, ”Jangan disesatkan: Allah tidak dapat dicemoohkan. Sebab apa pun yang ditabur orang, ini juga yang akan dituainya; sebab ia yang menabur demi kepentingan dagingnya akan menuai kefanaan dari dagingnya, tetapi ia yang menabur demi kepentingan roh akan menuai kehidupan abadi dari roh itu.”—Gal 5:19-23; 6:4, 7, 8.
Sebuah contoh tentang menabur demi kepentingan daging, serta akibatnya, disebutkan Paulus di Roma 1:24-27. Contoh-contoh lain adalah seorang pelaku inses dalam sidang Korintus, yang mempraktekkan perbuatan daging yang najis; juga Himeneus dan Aleksander, yang menyebarkan ajaran yang najis dan hujah, dan yang diserahkan kepada Setan ”supaya daging itu binasa”, maksudnya, untuk membersihkan unsur-unsur yang bersifat daging semacam itu dari sidang.—1Kor 5:1, 5; 1Tim 1:20; 2Tim 2:17, 18.
Mengajar dan memelihara sidang. Sewaktu menulis surat kepada sidang jemaat di Korintus, Paulus menyamakan tindakannya mengajar dan membantu sidang itu dengan menabur, dan ia menjelaskan kepada mereka bahwa, dengan melakukannya, ia memiliki wewenang untuk menerima hal-hal materi dari mereka guna membantunya melaksanakan pelayanannya. Tetapi ia tidak melakukan hal ini, agar tidak merintangi kabar baik.—1Kor 9:11, 12.
Sebagaimana seorang petani menabur benih dengan damai, kabar baik juga ditabur dengan damai, bukan dengan pertengkaran, pertikaian, kerusuhan, dan paksaan. Dan mereka yang menabur adalah orang-orang yang suka damai, bukan yang suka bertengkar, mencari gara-gara, atau menimbulkan huru-hara. Oleh karena itu, harus ada kondisi yang penuh damai dalam sidang Kristen agar apa yang mereka taburkan menghasilkan buah keadilbenaran.—Yak 3:18.
Kebangkitan. Sewaktu membahas kebangkitan rohani, Paulus menyamakan penguburan tubuh jasmani dengan penaburan benih, dengan menyatakan, ”Meskipun demikian, seseorang akan mengatakan, ’Bagaimana orang mati dibangkitkan? Ya, dengan tubuh macam apakah mereka akan datang kembali?’ Hai, orang yang bersikap tidak masuk akal! Apa yang engkau tabur tidak akan hidup jika itu tidak mati terlebih dahulu; dan berkenaan dengan apa yang engkau tabur, engkau tidak menabur tubuh yang akan dihasilkannya, tetapi sebuah biji yang tidak berkulit, bisa jadi biji gandum atau biji apa saja; namun Allah memberinya suatu tubuh sebagaimana yang ia kehendaki, dan kepada masing-masing benih, tubuhnya sendiri. . . . Dan ada tubuh surgawi, dan tubuh bumiah. . . Demikian juga kebangkitan orang mati. Ditaburkan dalam kefanaan, dibangkitkan dalam ketidakfanaan. . . . Ditaburkan sebagai tubuh jasmani, dibangkitkan sebagai tubuh rohani. . . . Karena yang fana pasti akan mengenakan ketidakfanaan, dan yang berkematian akan mengenakan peri tidak berkematian.”—1Kor 15:35-53.
Orang-orang yang dipilih oleh Allah untuk menjadi ahli waris bersama Putra-Nya, dan untuk menerima ketidakfanaan dan peri yang tidak berkematian, harus mati dan menyerahkan tubuh jasmani guna memperoleh tubuh surgawi melalui kebangkitan. Hal ini serupa dengan caranya sebuah benih yang telah ditanam ”mati”, terurai, dan memiliki bentuk serta penampilan yang sangat berbeda dari tanaman yang dihasilkannya.
Untuk pembahasan tentang kegiatan menabur yang disebutkan di Yesaya 28:24, dengan makna kiasannya, lihat BAJAK, MEMBAJAK.
-
-
MENAHEMPemahaman Alkitab, Jilid 2
-
-
MENAHEM
[Pribadi yang Menghibur].
Ia adalah putra Gadi yang menjadi raja Israel selama sepuluh tahun, mulai kira-kira tahun 790 SM. Sewaktu mengetahui bahwa Syalum telah membunuh Raja Zakharia, Menahem pergi dari Tirza ke Samaria dan di sana ia menewaskan sang pembunuh. Kemudian, ia mengambil alih kekuasaan. Rupanya pada awal pemerintahannya, Menahem memukul Tifsa ”dan semua yang ada di dalamnya dan di daerahnya mulai dari Tirza, karena pintu gerbang kota tidak dibukakan”. Kota itu tampaknya enggan membukakan pintu baginya. (LXX, Vg, Sy) Oleh karena itu, penduduknya diperlakukan dengan bengis: ”Semua wanita hamil di sana dikoyak-koyaknya.”—2Raj 15:10, 13-17.
Menahem melakukan apa yang buruk di mata Yehuwa. Ia memajukan penyembahan anak lembu, dan dengan demikian ia tidak menjauhkan diri dari dosa-dosa Yeroboam, raja pertama kerajaan sepuluh suku. Pada masa pemerintahannya, Raja Pul (Tiglat-pileser III) menyerbu Israel, dan Menahem dipaksa membayar ”seribu talenta perak” ($6.606.000) kepada raja Asiria itu. Pembayaran sebanyak itu diperolehnya dengan membebankan 50 syekel perak kepada setiap ”orang yang perkasa dan gagah berani” di Israel. Karena satu talenta perak sama dengan kira-kira 3.000 syekel, perak tersebut diperoleh dari kira-kira 60.000 orang. Menahem memberikan perak itu kepada raja Asiria, ”agar tangan Pul membantu dia memperkuat kerajaan di tangannya”. Setelah menerima perak sebanyak itu, Pul meninggalkan negeri itu.—2Raj 15:19, 20.
Dalam inskripsi Tiglat-pileser III, Menahem disebut sebagai ”Menahem dari Samaria” (Me-ni-hi-im-me alSa-me-ri-na-a-a), dan didaftarkan di sana bersama raja Siria, Rezon (Ra-hi-a-nu), dan Raja Hiram (Hi-ru-um-mu) dari Tirus (tidak sama dengan Hiram pada zaman Daud) sebagai penguasa yang diakui telah memberikan upeti kepada raja Asiria itu. (Ancient Near Eastern Texts, diedit oleh J. Pritchard, 1974, hlm. 282, 283) Menahem meninggal kira-kira pada tahun 781 SM, dan Pekahia, putranya, mewarisi takhta Israel.—2Raj 15:22.
-