-
TEKUKURPemahaman Alkitab, Jilid 2
-
-
Tekukur disebutkan di Yeremia 8:7 sebagai salah satu burung yang ”memperhatikan dengan baik saat untuk kembali”, yang kelihatannya memaksudkan saat migrasi tahunan. Yang dimaksud tentu adalah tekukur penyu, sebab jenis lain yang terdapat di Palestina tidak bermigrasi tetapi tinggal di sana sepanjang tahun. Tekukur penyu menjadi pertanda yang tidak pernah meleset akan tibanya musim semi di Palestina; mereka tiba di sana dari arah selatan pada awal bulan April dan ’memperdengarkan suaranya di negeri itu’.—Kid 2:12.
Tekukur adalah burung yang pemalu dan lembut, mengandalkan kecepatan terbangnya untuk meluputkan diri dari musuh. (Mz 74:19) Pada musimnya, tekukur cukup banyak di seluruh Palestina; dan karena mereka makan biji-bijian, benih, dan clover (sejenis semanggi), mereka mudah ditangkap oleh perangkap yang dipasang di tanah. Tekukur adalah salah satu hewan yang Abraham persembahkan sewaktu Yehuwa ”mengadakan perjanjian” dengannya (Kej 15:9, 10, 17, 18), dan setelah itu, Hukum Musa menyebutkan atau memperbolehkan penggunaan tekukur dalam persembahan dan upacara pentahiran tertentu. (Im 1:14; 5:7, 11; 12:6, 8; 14:22, 30; 15:14, 15, 29, 30; Bil 6:10, 11) Maria mempersembahkan dua ekor tekukur atau dua ekor burung dara muda di bait setelah kelahiran Yesus.—Luk 2:22-24; lihat BURUNG DARA; MERPATI.
-
-
TEKUN, KETEKUNANPemahaman Alkitab, Jilid 2
-
-
TEKUN, KETEKUNAN
Kata kerja Yunani hy·po·meʹno, yang secara harfiah berarti ”tetap tinggal di bawah”, diterjemahkan ”masih tinggal” di Lukas 2:43 dan ”tetap tinggal” di Kisah 17:14. Kata itu juga mempunyai makna ”bertahan pada posisi; bertahan; tetap teguh atau berkukuh”, dan karena itu diterjemahkan ”bertekun”. (Mat 24:13) Kata benda hy·po·mo·neʹ biasanya mengandung makna berani, teguh hati, atau ”ketekunan” yang disertai kesabaran dan tidak hilang harapan sewaktu menghadapi rintangan, penindasan, cobaan, atau godaan.
Mengapa Perlu. Orang Kristen mungkin harus menghadapi banyak hal, di antaranya adalah ketidakacuhan orang lain, celaan, penyalahgambaran, permusuhan yang hebat, kebencian dari kerabat dekat, perlakuan buruk, pemenjaraan, dan bahkan kematian. (Mat 5:10-12; 10:16-22; 24:9, 10, 39; Mrk 13:9, 12, 13; Pny 13:10) Semua ini menuntut ketekunan. Tanpa sifat yang sangat penting ini, pada dasarnya seseorang tidak bisa mendapatkan kehidupan kekal. (Rm 2:7; Ibr 10:36; Pny 14:12) Sifat ini harus dimiliki karena yang menentukan adalah akhirnya, bukan seberapa baik seseorang memulai haluannya sebagai murid Kristen. Sebagaimana yang Yesus Kristus katakan, ”Dia yang telah bertekun sampai ke akhir adalah orang yang akan diselamatkan.” (Mat 24:13) ”Dengan ketekunan di pihakmu, kamu akan memperoleh jiwamu.”—Luk 21:19.
Orang-orang yang dengan cepat menerima ”firman Allah”, tetapi hanya di permukaan, tidak memiliki ketekunan. Mereka akan segera menyerah di bawah kesengsaraan atau penindasan, dan kehilangan perkenan dan berkat Allah. Tetapi orang-orang yang mengembangkan penghargaan yang dalam akan ”firman Allah” bertahan dengan teguh. Mereka ”menghasilkan buah dengan ketekunan”, dengan setia terus mengumumkan berita Allah meskipun menghadapi kesukaran, penderitaan, dan perasaan kecil hati.—Luk 8:11, 13, 15.
Cara Memeliharanya. Merenungkan teladan hamba-hamba Allah—para nabi zaman pra-Kristen, Ayub, rasul Paulus dan rasul Yohanes, dan yang lain-lain—dan memperhatikan hasil akhir haluan mereka yang setia dapat menjadi pendorong yang kuat dalam memelihara ketekunan sewaktu mengalami penderitaan. (2Kor 6:3-10; 12:12; 2Tes 1:4; 2Tim 3:10-12; Yak 5:10, 11; Pny 1:9) Khususnya, kita hendaknya terus memperhatikan ketekunan Yesus Kristus yang tanpa cela.—Ibr 12:2, 3; 1Ptr 2:19-24.
Selain itu, penting untuk tidak pernah melupakan harapan Kristen, kehidupan kekal dalam keadaan tanpa dosa. Bahkan kematian di tangan para penindas tidak dapat menghapus harapan ini. (Rm 5:4, 5; 1Tes 1:3; Pny 2:10) Penderitaan yang sekarang dialami tidak akan ada artinya jika dibandingkan dengan penggenapan harapan yang mulia tersebut. (Rm 8:18-25) Apabila dibandingkan dengan kekekalan, penderitaan apa pun, sekalipun hebat pada waktu itu, hanyalah ”sementara dan ringan”. (2Kor 4:16-18) Dengan mengingat bahwa pencobaan hanya bersifat sementara dan berpegang teguh kepada harapan Kristen, seorang Kristen tidak akan menyerah kepada keputusasaan dan berlaku tidak setia kepada Allah Yehuwa.
Ketekunan Kristen tidak bergantung pada kekuatan pribadi. Pribadi yang Mahatinggi-lah yang memelihara dan membentengi hamba-hamba-Nya, melalui roh-Nya dan penghiburan dari Alkitab. Ia ”memberikan ketekunan” kepada orang-orang yang mengandalkan Dia sepenuhnya, dan dengan demikian orang-orang Kristen patut berdoa meminta bantuan-Nya, termasuk hikmat yang dibutuhkan untuk mengatasi cobaan tertentu. (Rm 15:4, 5; Yak 1:5) Yehuwa tidak akan pernah mengizinkan seseorang mengalami cobaan yang mustahil untuk ditanggung. Jika seseorang meminta bantuan-Nya, tidak kehilangan iman tetapi percaya sepenuhnya akan Yehuwa, Yang Mahakuasa akan memberinya jalan keluar untuk dapat bertekun.—1Kor 10:13; 2Kor 4:9.
-