-
BERKABUNG; PERKABUNGANPemahaman Alkitab, Jilid 1
-
-
Pandangan yang Seimbang tentang Perkabungan. Pada masa pelayanan Yesus di bumi, perkabungan masih sering dilakukan oleh bangsa itu dengan banyak pengungkapan lahiriah disertai kegaduhan dan hiruk-pikuk. (Mrk 5:38, 39) Yesus ’mengerang dalam dirinya’ dan menangis pada sejumlah peristiwa (Yoh 11:33-35, 38; Luk 19:41; Mrk 14:33, 34; Ibr 5:7), tetapi tidak ada catatan bahwa ia menggunakan cara-cara lain yang lebih kentara daripada yang telah dijabarkan. (Bdk. Luk 23:27, 28.) Murid-muridnya pun mengungkapkan dukacita dan perkabungan. (Mat 9:15; Yoh 16:20-22; Kis 8:2; 9:39; 20:37, 38; Flp 2:27) Paulus mengungkapkan ”kepedihan yang hebat dan sakit yang tiada henti” yang ia rasakan karena sanak saudara jasmaninya yang tidak percaya. (Rm 9:2, 3) Ia khawatir kalau-kalau ia harus berkabung atas orang-orang di sidang di Korintus yang telah berbuat dosa tetapi masih belum bertobat (2Kor 12:21), dan ”sambil menangis” ia menyebutkan tentang orang-orang yang telah menyimpang dan berjalan ”sebagai musuh tiang siksaan Kristus”. (Flp 3:17-19) Kepeduliannya yang dalam dan sepenuh hati bagi sidang Kristen (2Kor 2:1-4) membuatnya memenuhi syarat untuk mengajar orang lain tentang perlunya empati dan simpati, ’menangis bersama orang yang menangis’.—Rm 12:15.
Akan tetapi, mengingat perkabungan dan dukacita dapat melemahkan (Mz 6:6, 7; Luk 22:45; Kis 21:13; 2Kor 2:6, 7), dukacita Kristen selalu diperlihatkan dengan cara yang tidak berlebihan, seimbang, dan bahkan diringankan oleh karena harapan dan sukacita yang memberikan kekuatan. (Mat 5:4; 1Kor 7:29, 30; 2Kor 6:10; bdk. Neh 8:9-12.) Bahkan pada zamannya, Raja Daud menunjukkan pandangan yang seimbang, masuk akal, dan berprinsip sehubungan dengan perkabungan, sehingga sewaktu anak yang dilahirkan dari perzinaannya dengan Bat-syeba sakit, Daud berpuasa dan berbaring di tanah, mencari Allah yang benar demi kepentingan anak itu. Tetapi begitu tahu bahwa anak itu mati, Daud pun bangkit berdiri, membasuh diri, mengolesi tubuhnya dengan minyak, berganti pakaian, berdoa kepada Yehuwa, lalu meminta makanan dan mulai makan. Ketika menjelaskan tindakannya kepada para hambanya yang terheran-heran, ia menyatakan, ”Karena ia sekarang sudah mati, untuk apa aku berpuasa? Dapatkah aku mengembalikan dia lagi? Aku akan pergi kepadanya, tetapi dia, dia tidak akan kembali kepadaku.” (2Sam 12:16, 19-23) Akan tetapi, belakangan ia membutuhkan bantuan dari Yoab yang berbicara secara terus terang, untuk menariknya keluar dari dukacita yang dalam akibat kematian putranya, Absalom.—2Sam 18:33; 19:1-8.
Kendati ’semua ciptaan terus mengerang’, segala penderitaan orang Kristen tidaklah seberapa dibandingkan dengan harapan mulia yang terbentang di masa depan (Rm 8:18-22; 1Ptr 1:3-7), dan janji kebangkitan membuat mereka sanggup untuk tidak ”berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai harapan”.—1Tes 4:13, 14.
Perkabungan dan puasa tanpa ketaatan kepada firman Yehuwa tidak ada gunanya. (Za 7:2-7) Akan tetapi, ”kesedihan dengan cara ilahi menghasilkan pertobatan menuju keselamatan”. Kesedihan demikian dihasilkan karena seseorang memandang perbuatan salah sebagai dosa terhadap Allah. Hal itu menggerakkan dia untuk mencari pengampunan Allah dan berbalik dari haluannya yang salah. ”Tetapi kesedihan dari dunia ini menghasilkan kematian.” Seseorang mungkin sedih karena kesalahannya telah dibeberkan dan hal itu telah merugikan dia, tetapi dia tidak mempunyai keinginan untuk mendapatkan pengampunan Allah. (2Kor 7:10, 11) Sebagai contoh, Esau mencucurkan air mata secara mementingkan diri dengan harapan mendapatkan kembali hak kelahiran yang dihilangkannya, tetapi hal itu tidak ada pengaruhnya atas Ishak ataupun Allah.—Ibr 12:16, 17.
Sebagai Kiasan dan dalam Nubuat. Secara kiasan, negeri pun digambarkan berkabung akibat kebinasaan oleh serbuan militer atau tulah. (Yer 4:27, 28; Yl 1:10-12; kontraskan dengan Mz 96:11-13.) Karena ditelantarkan, suatu negeri akan ditumbuhi lalang dan semakin tampak tidak terurus, mirip orang yang tidak mengurus wajah, rambut, atau pakaiannya selama berkabung. Demikian juga, negeri yang ladang-ladangnya hancur karena suatu tulah akan kelihatan seperti berkabung.
”Tanda Putra manusia” dan penyingkapan Kristus kelak menyebabkan semua suku di bumi ”memukul diri sambil meratap”, atau ”dengan pedih hati”. (Mat 24:30; Pny 1:7) ”Babilon Besar” simbolis dinubuatkan akan mendapat tulah—kematian, perkabungan, dan bala kelaparan—yang datang ”dalam satu hari”, sehingga pihak-pihak yang selama ini mendapat keuntungan darinya akan menangis dan berkabung. (Pny 18:2, 7-11, 17-19) Sebaliknya, Yerusalem Baru akan mendatangkan ke atas bumi keadaan tanpa air mata, kematian, perkabungan, jeritan, dan rasa sakit, karena hal-hal itu telah berlalu untuk selama-lamanya.—Pny 21:2-4.
-
-
BERKAT, MEMBERKATIPemahaman Alkitab, Jilid 1
-
-
BERKAT, MEMBERKATI
Menjadikan atau menyatakan kudus; memohon kepada Allah untuk memberikan perkenan ilahi; mengaruniakan kebaikan; memperkenan; merestui; berbicara yang baik tentang; melindungi atau menjaga dari yang jahat; mendatangkan kebahagiaan.
Berbagai bentuk kata Ibrani yang umumnya diterjemahkan menjadi ”memberkati” atau ”berkat” muncul kira-kira 400 kali dalam Tulisan-Tulisan Kudus. Kata kerja ba·rakhʹ biasanya diterjemahkan menjadi ”memberkati”. Dalam beberapa ayat, kata ini diterjemahkan menjadi ”menyampaikan salam sejahtera” (1Sam 25:14); ”mengucapkan selamat” (1Taw 18:10); ”memberi salam” (2Raj 4:29). Jika ditujukan kepada Allah, kata Ibrani yang sama diterjemahkan menjadi ”mengagungkan”.—Lihat AGUNG, MENGAGUNGKAN.
-