BANGKIT, KEBANGKITAN
Kata Yunani a·naʹsta·sis secara harfiah berarti ”bangkit; berdiri”. Dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen, kata ini sering kali berkaitan dengan kebangkitan orang mati. Kitab-Kitab Ibrani di Hosea 13:14, yang dikutip oleh rasul Paulus (1Kor 15:54, 55), menyebutkan bahwa kematian dihapus dan Syeol (Ibr., syeʼohlʹ; Yn., haiʹdes) dibuat tidak berdaya. Dalam berbagai terjemahan, syeʼohlʹ diterjemahkan sebagai ”kuburan” dan ”lubang”. Orang mati dikatakan pergi ke sana. (Kej 37:35; 1Raj 2:6; Pkh 9:10) Penggunaan kata syeʼohlʹ dalam Tulisan-Tulisan Kudus, serta penggunaan padanan kata Yunaninya, haiʹdes, dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen, memperlihatkan bahwa kata itu bukan memaksudkan satu kuburan khusus, melainkan kuburan umum umat manusia. (Yeh 32:21-32; Pny 20:13; lihat HADES; SYEOL.) Membuat Syeol tidak berdaya berarti melepaskan cengkeramannya atas orang-orang di dalamnya, yang menyiratkan bahwa kuburan umum akan dikosongkan. Tentu saja, hal ini menuntut adanya kebangkitan, yakni dibangunkannya orang-orang dari keadaan mati yang tanpa kehidupan atau dari kuburan.
Melalui Yesus Kristus. Keterangan sebelumnya memperlihatkan bahwa ajaran kebangkitan ada dalam Kitab-Kitab Ibrani. Meskipun demikian, Yesus Kristus-lah yang akan ”memancarkan terang ke atas kehidupan dan ketidakfanaan melalui kabar baik”. (2Tim 1:10) Yesus berkata, ”Akulah jalan dan kebenaran dan kehidupan. Tidak seorang pun datang kepada Bapak kecuali melalui aku.” (Yoh 14:6) Bagaimana persisnya kehidupan abadi akan terjadi, dan lebih daripada itu, bagaimana beberapa orang akan menerima ketidakfanaan, menjadi jelas melalui kabar baik tentang Yesus Kristus. Sang rasul meneguhkan bahwa kebangkitan adalah harapan yang pasti, dengan argumen, ”Jika Kristus sedang diberitakan bahwa ia telah dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin beberapa orang di antara kamu mengatakan bahwa tidak ada kebangkitan orang mati? Jika memang tidak ada kebangkitan orang mati, Kristus juga tidak dibangkitkan. Namun jika Kristus tidak dibangkitkan, pemberitaan kami tentu sia-sia, dan iman kita sia-sia. Lagi pula, kami pun menjadi saksi-saksi palsu tentang Allah, karena kami memberikan kesaksian tentang Allah bahwa ia telah membangkitkan Kristus, padahal ia tidak membangkitkan dia jika orang mati memang tidak akan dibangkitkan. . . . Selanjutnya, jika Kristus tidak dibangkitkan, imanmu tidak ada gunanya; kamu masih berada dalam dosa-dosamu. . . . Tetapi sekarang Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai buah sulung dari antara orang-orang yang telah tidur dalam kematian. Karena, mengingat kematian datang melalui seorang manusia, kebangkitan orang mati juga melalui seorang manusia.”—1Kor 15:12-21.
Sewaktu di bumi, Kristus juga membangkitkan orang mati. (Luk 7:11-15; 8:49-56; Yoh 11:38-44) Hanya melalui Yesus Kristus kebangkitan dapat terjadi, dan kehidupan abadi setelahnya.—Yoh 5:26.
Maksud-Tujuan Allah yang Pasti. Yesus Kristus menandaskan kepada golongan Saduki, sekte yang tidak mempercayai kebangkitan, bahwa tulisan-tulisan Musa dalam Kitab-Kitab Ibrani, yang mereka miliki dan katanya mereka percayai, membuktikan bahwa ada kebangkitan; Yesus bernalar bahwa sewaktu Yehuwa mengatakan Ia adalah ”Allah Abraham dan Allah Ishak, dan Allah Yakub” (pria-pria yang sebenarnya sudah mati), Ia menganggap mereka masih hidup karena Ia, sebagai ’Allah orang hidup dan bukan Allah orang mati’, bermaksud untuk membangkitkan mereka. Karena kuasa-Nya, Allah ”menghidupkan orang mati dan memanggil hal-hal yang tidak ada seolah-olah ada”. Paulus menyertakan fakta ini sewaktu berbicara tentang iman Abraham.—Mat 22:23, 31-33; Rm 4:17.
Kesanggupan Allah untuk membangkitkan orang mati. Bagi Pribadi yang memiliki kesanggupan dan kuasa untuk menciptakan manusia menurut gambar-Nya sendiri, dengan tubuh yang sempurna dan potensi untuk menyatakan secara penuh berbagai karakteristik menakjubkan yang ditanamkan dalam kepribadian manusia, membangkitkan seseorang bukanlah problem yang tak tertanggulangi. Jika prinsip-prinsip ilmiah yang ditetapkan oleh Allah dapat dimanfaatkan oleh para ilmuwan untuk menyimpan dan kemudian merekonstruksi adegan yang dapat dilihat dan didengar melalui kaset video, betapa mudahnya bagi Penguasa Universal dan Pencipta yang agung untuk membangkitkan seseorang dengan membentuk kembali pola kepribadian yang sama dalam tubuh yang baru dibentuk. Mengenai dipulihkannya kesuburan Sara sehingga dapat mempunyai anak pada usia lanjut, sang malaikat berkata, ”Adakah sesuatu yang terlalu sulit bagi Yehuwa?”—Kej 18:14; Yer 32:17, 27.
Bagaimana Sampai Timbul Kebutuhan akan Kebangkitan. Pada awalnya, kebangkitan tidak dibutuhkan. Kebangkitan bukan bagian dari maksud-tujuan Allah yang semula bagi umat manusia, karena manusia tidak dimaksudkan atau diciptakan untuk mati. Sebaliknya, Allah menunjukkan bahwa Ia bermaksud agar bumi dipenuhi manusia yang hidup, bukan ras yang merosot dan sekarat. Pekerjaan-Nya sempurna, dan karena itu tanpa cacat, ketidaksempurnaan, atau penyakit. (Ul 32:4) Yehuwa memberkati pasangan manusia pertama, menyuruh mereka untuk berkembang biak dan memenuhi bumi. (Kej 1:28) Berkat tersebut tentulah tidak mencakup penyakit dan kematian; Allah tidak membatasi masa hidup manusia, tetapi Ia memberi tahu Adam bahwa ketidaktaatanlah yang mengakibatkan kematian. Hal ini menyiratkan bahwa apabila manusia taat, ia dapat hidup selama-lamanya. Ketidaktaatan akan membuat Allah tidak berkenan dan mencabut berkat-Nya, sehingga mendatangkan kutuk.—Kej 2:17; 3:17-19.
Oleh karena itu, kematian diperkenalkan kepada umat manusia melalui pelanggaran Adam. (Rm 5:12) Karena dosa ayah mereka dan ketidaksempurnaan yang diakibatkannya, anak-anak Adam tidak dapat mewarisi kehidupan abadi darinya; sebenarnya, mereka bahkan tidak mempunyai harapan untuk hidup selama-lamanya. ”Pohon yang busuk tidak dapat menghasilkan buah yang baik,” kata Yesus. (Mat 7:17, 18; Ayb 14:1, 2) Kebangkitan diperkenalkan, atau ditambahkan, untuk mengatasi cacat ini bagi anak-anak Adam yang ingin menaati Allah.
Tujuan Kebangkitan. Kebangkitan memperlihatkan bukan hanya kuasa dan hikmat Yehuwa yang tidak terbatas, melainkan juga kasih serta belas kasihan-Nya, dan membenarkan Dia sebagai Pemelihara orang-orang yang melayani-Nya. (1Sam 2:6) Karena memiliki kuasa untuk membangkitkan orang mati, Ia dapat bertindak hingga taraf memperlihatkan bahwa hamba-hamba-Nya akan setia kepada-Nya bahkan sampai mati. Ia dapat menjawab tuduhan Setan yang menyatakan bahwa ”kulit ganti kulit, segala sesuatu yang dimiliki orang akan ia berikan ganti jiwanya”. (Ayb 2:4) Yehuwa dapat membiarkan Setan bertindak sampai batas kemampuannya, bahkan sampai membunuh beberapa orang dalam upaya yang sia-sia untuk membuktikan tuduhan palsunya. (Mat 24:9; Pny 2:10; 6:11) Fakta bahwa hamba-hamba Yehuwa rela menyerahkan bahkan kehidupan mereka dalam dinas kepada-Nya, membuktikan bahwa dinas mereka bukanlah untuk kepentingan yang egois, melainkan karena kasih. (Pny 12:11) Fakta itu juga membuktikan bahwa mereka mengakui Dia sebagai Yang Mahakuasa, Penguasa Universal, dan Allah kasih, yang sanggup membangkitkan mereka. Hal itu membuktikan bahwa mereka memberikan pengabdian yang eksklusif kepada Yehuwa karena sifat-sifat-Nya yang menakjubkan, bukan karena alasan materi yang mementingkan diri. (Perhatikan beberapa pernyataan hamba-hamba-Nya, sebagaimana dicatat di Rm 11:33-36; Pny 4:11; 7:12.) Kebangkitan juga merupakan sarana Yehuwa untuk memastikan terlaksananya maksud-tujuan-Nya bagi bumi, seperti yang telah dinyatakan kepada Adam.—Kej 1:28.
Sangat penting untuk kebahagiaan manusia. Kebangkitan orang mati, sebuah kebaikan hati yang tidak selayaknya diperoleh dari Allah, sangat penting untuk kebahagiaan umat manusia dan untuk mengakhiri semua kerusakan, penderitaan, dan penindasan yang telah menimpa umat manusia. Hal-hal ini telah menimpa manusia sebagai akibat ketidaksempurnaan dan penyakit, perang-perang yang dipertarungkan, pembunuhan yang dilakukan, dan kebiadaban yang dipraktekkan oleh orang-orang fasik atas hasutan Setan si Iblis. Kita tidak dapat sepenuhnya bahagia jika kita tidak mempercayai kebangkitan. Rasul Paulus mengungkapkan perasaan tersebut dengan kata-kata berikut, ”Jika dalam kehidupan ini saja kita berharap kepada Kristus, dari antara semua orang, kitalah yang paling patut dikasihani.”—1Kor 15:19.
Seberapa Awalkah Harapan Kebangkitan Diberikan? Setelah Adam berdosa dan mendatangkan kematian atas dirinya sendiri dan dengan demikian mengakibatkan kematian bagi bakal keturunannya, Allah berfirman kepada ular, ”Dan aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan wanita itu dan antara benihmu dan benihnya. Ia akan meremukkan kepalamu dan engkau akan meremukkan tumitnya.”—Kej 3:15.
Pribadi yang semula menyebabkan kematian akan disingkirkan. Yesus mengatakan kepada orang-orang Yahudi religius yang menentangnya, ”Kamu berasal dari bapakmu, si Iblis, dan kamu ingin melakukan hasrat bapakmu. Dia adalah pembunuh manusia sejak semula, dan dia tidak berdiri kukuh dalam kebenaran, karena kebenaran tidak ada dalam dirinya.” (Yoh 8:44) Ini adalah bukti bahwa Iblis-lah yang berbicara melalui ular sebagai perantara, dan bahwa dialah pembunuh manusia sejak permulaan haluannya yang penuh dusta dan kefasikan. Dalam penglihatan yang belakangan Kristus berikan kepada Yohanes, ia menyingkapkan bahwa Setan si Iblis juga disebut ”ular yang semula”. (Pny 12:9) Setan berhasil mencengkeram umat manusia, mendapatkan pengaruh atas anak-anak Adam, dengan menggoda ayah mereka, Adam, untuk memberontak terhadap Allah. Oleh karena itu, dalam nubuat pertama di Kejadian 3:15, Yehuwa memberikan harapan bahwa Ular ini akan disingkirkan. (Bdk. Rm 16:20.) Bukan hanya kepala Setan yang akan diremukkan, melainkan juga semua pekerjaannya akan dibinasakan, dihancurkan, atau dibatalkan. (1Yoh 3:8; TB, NW, KJ, AT) Agar nubuat ini tergenap, pastilah kematian yang diperkenalkan oleh Adam harus diakhiri, yang mencakup dihidupkannya kembali melalui kebangkitan orang-orang dari antara keturunannya yang pergi ke Syeol (Hades) akibat dosa Adam, yang dampak-dampaknya mereka warisi.—1Kor 15:26.
Harapan akan kemerdekaan mencakup kebangkitan. Rasul Paulus menggambarkan situasi yang Allah izinkan berlangsung setelah manusia jatuh ke dalam dosa serta maksud-tujuan akhir-Nya dengan mengizinkan hal itu, ”Sebab ciptaan telah ditundukkan kepada kesia-siaan [karena semua manusia terlahir dalam dosa dan menghadapi kematian], bukan oleh kehendaknya sendiri [anak-anak Adam terlahir di dunia dalam situasi ini, meskipun mereka sendiri tidak dapat mengubah apa yang telah Adam lakukan, dan tidak punya pilihan lain] tetapi oleh dia [Allah, dalam hikmat-Nya] yang menundukkannya, atas dasar harapan bahwa ciptaan itu sendiri juga akan dimerdekakan dari keadaan sebagai budak kefanaan dan akan mendapat kemerdekaan yang mulia sebagai anak-anak Allah.” (Rm 8:20, 21; Mz 51:5) Agar dapat mengalami penggenapan harapan berupa kemerdekaan yang mulia ini, orang-orang yang telah meninggal perlu dibangkitkan; mereka perlu dibebaskan dari kematian dan dari kuburan. Jadi, melalui janji-Nya mengenai ”benih” yang akan meremukkan kepala ular, Allah menetapkan harapan yang menakjubkan di hadapan umat manusia.—Lihat BENIH.
Dasar bagi Abraham untuk beriman. Bukti dalam catatan Alkitab menyingkapkan bahwa sewaktu Abraham berupaya mempersembahkan putranya, Ishak, ia memiliki iman akan kesanggupan dan maksud-tujuan Allah untuk membangkitkan orang mati. Dan, sebagaimana dinyatakan di Ibrani 11:17-19, ia memang menerima Ishak kembali dari kematian ”sebagai suatu gambaran simbolis”. (Kej 22:1-3, 10-13) Abraham memiliki dasar untuk beriman akan kebangkitan karena janji Allah tentang ’benih’ itu. (Kej 3:15) Selain itu, ia dan Sara telah mengalami sesuatu yang dapat disamakan dengan kebangkitan sewaktu kesanggupan reproduksi mereka dipulihkan. (Kej 18:9-11; 21:1, 2, 12; Rm 4:19-21) Sewaktu mengalami penderitaan yang hebat, Ayub menyatakan iman yang serupa, dengan berseru, ”Oh, sekiranya di Syeol kausembunyikan aku, . . . sekiranya engkau menetapkan suatu batas waktu bagiku dan mengingat aku! Jika laki-laki mati dapatkah ia hidup lagi? . . . Engkau akan memanggil, dan aku akan menjawab. Kepada karya tanganmu engkau akan rindu.”—Ayb 14:13-15.
Kebangkitan sebelum tebusan diberikan. Kebangkitan dilakukan oleh atau melalui nabi Elia dan nabi Elisa. (1Raj 17:17-24; 2Raj 4:32-37; 13:20, 21) Namun, orang-orang yang dibangkitkan ini mati lagi, sebagaimana orang-orang yang dibangkitkan oleh Yesus sewaktu ia berada di bumi dan juga orang-orang yang dibangkitkan oleh rasul-rasul. Hal ini menyingkapkan bahwa kebangkitan tidak selalu untuk kehidupan abadi.
Karena Lazarus telah dibangkitkan oleh sahabatnya, Yesus, kemungkinan besar ia hidup pada Pentakosta 33 M, sewaktu roh kudus dicurahkan dan orang-orang pertama yang mendapat panggilan surgawi (Ibr 3:1) diurapi dan diperanakkan roh. (Kis 2:1-4, 33, 38) Kebangkitan Lazarus mirip dengan kebangkitan yang dilakukan oleh Elia dan Elisa. Tetapi kebangkitan itu mungkin membuka kesempatan bagi Lazarus untuk menerima kebangkitan seperti yang Kristus alami, yang tidak ia terima apabila ia tidak dibangkitkan ketika itu. Sungguh tindakan kasih yang mengagumkan di pihak Yesus!—Yoh 11:38-44.
”Kebangkitan yang lebih baik.” Ada orang-orang setia pada zaman dahulu dan tentang mereka Paulus mengatakan, ”Wanita-wanita telah menerima kembali orang-orang mereka yang telah mati, melalui kebangkitan; tetapi orang-orang lain disiksa karena mereka tidak mau menerima pembebasan melalui suatu tebusan, supaya mereka dapat mencapai kebangkitan yang lebih baik.” (Ibr 11:35) Orang-orang ini menunjukkan iman akan harapan kebangkitan, tahu bahwa kehidupan pada waktu itu bukanlah hal terpenting. Kebangkitan yang akan dialami mereka dan orang-orang lain melalui Kristus itu terjadi setelah ia bangkit dan menghadap Bapaknya di surga dengan membawa nilai korban tebusannya. Pada waktu itu, ia membeli kembali hak hidup umat manusia, menjadi calon ”Bapak yang Kekal”. (Ibr 9:11, 12, 24; Yes 9:6) Ia adalah ”roh yang memberikan kehidupan”. (1Kor 15:45) Ia memiliki ”kunci kematian dan kunci Hades [Syeol]”. (Pny 1:18) Dengan wewenang yang sekarang ia miliki untuk memberikan kehidupan abadi, pada waktu yang telah Allah tentukan ia akan melakukan ”kebangkitan yang lebih baik”, mengingat orang-orang yang mengalaminya dapat hidup selama-lamanya; tidak satu pun dari mereka secara tak terelakkan perlu mati lagi. Jika taat, mereka akan terus hidup.
Kebangkitan Surgawi. Yesus Kristus disebut ”yang sulung dari antara orang mati”. (Kol 1:18) Ia adalah pribadi pertama yang pernah dibangkitkan untuk kehidupan abadi. Dan ia dibangkitkan ”sebagai roh”, untuk hidup di surga. (1Ptr 3:18) Selain itu, ia diangkat ke bentuk kehidupan yang lebih tinggi dan kedudukan yang lebih tinggi daripada yang ia miliki di surga sebelum datang ke bumi. Ia dikaruniai peri tidak berkematian dan ketidakfanaan, yang tidak dapat dimiliki makhluk jasmani mana pun, dan dibuat ”lebih tinggi daripada langit”, pribadi kedua setelah Allah Yehuwa di alam semesta. (Ibr 7:26; 1Tim 6:14-16; Flp 2:9-11; Kis 2:34; 1Kor 15:27) Kebangkitannya dilakukan oleh Allah Yehuwa sendiri.—Kis 3:15; 5:30; Rm 4:24; 10:9.
Namun, selama 40 hari setelah kebangkitannya, Yesus menampakkan diri kepada murid-muridnya pada beberapa peristiwa dalam berbagai tubuh jasmani, sebagaimana para malaikat menampakkan diri kepada manusia pada zaman dahulu. Seperti para malaikat itu, ia memiliki kuasa untuk membentuk dan melenyapkan berbagai tubuh jasmani itu sekehendaknya, dengan tujuan memberikan bukti nyata bahwa ia telah dibangkitkan. (Mat 28:8-10, 16-20; Luk 24:13-32, 36-43; Yoh 20:14-29; Kej 18:1, 2; 19:1; Yos 5:13-15; Hak 6:11, 12; 13:3, 13) Banyaknya peristiwa penampakan dirinya, dan khususnya kepada lebih dari 500 orang sekaligus, menyediakan kesaksian yang kuat bahwa ia benar-benar dibangkitkan. (1Kor 15:3-8) Kebangkitannya, yang diteguhkan kebenarannya dengan begitu jelas, memberikan ”jaminan kepada semua orang” tentang kepastian hari perhitungan atau penghakiman yang akan datang.—Kis 17:31.
Kebangkitan ’saudara-saudara’ Kristus. Kebangkitan yang sama dengan kebangkitan Kristus dijanjikan kepada mereka yang disebut ”orang-orang yang dipanggil dan dipilih dan setia”, para pengikut jejak Kristus, ’saudara-saudaranya’, yang diperanakkan roh sebagai ”anak-anak Allah”. (Pny 17:14; Rm 6:5; 8:15, 16; Ibr 2:11) Rasul Petrus menulis surat kepada rekan-rekan Kristen, ”Diagungkanlah Allah dan Bapak dari Tuan kita, Yesus Kristus, karena berdasarkan belas kasihannya yang besar kita dilahirkan kembali kepada harapan yang hidup, melalui kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada warisan yang tidak fana dan tidak tercemar dan yang tidak akan pudar. Itu disediakan di surga bagi kamu.”—1Ptr 1:3, 4.
Petrus juga melukiskan bahwa harapan yang dimiliki orang-orang semacam itu ”berharga dan sangat menakjubkan . . . agar melalui semua itu kamu dapat bersama-sama menerima kodrat ilahi”. (2Ptr 1:4) Mereka harus mengalami perubahan kodrat, melepaskan kodrat manusia untuk memperoleh kodrat ”ilahi”, dengan demikian ikut bersama Kristus dalam kemuliaannya. Mereka harus mengalami kematian seperti yang Kristus alami—mempertahankan integritas dan menyerahkan kehidupan manusia untuk selama-lamanya—kemudian mereka menerima tubuh yang tak berkematian dan tidak fana seperti tubuh Kristus melalui kebangkitan. (Rm 6:3-5; 1Kor 15:50-57; 2Kor 5:1-3) Untuk menjelaskan bahwa bukan tubuh yang dibangkitkan, rasul Paulus menyamakan pengalaman mereka dengan penanaman dan pertunasan sebuah benih, dalam pengertian bahwa ”Allah memberinya suatu tubuh sebagaimana yang ia kehendaki”. (1Kor 15:35-40) Yang dibangkitkan adalah jiwanya, orang itu sendiri, dengan tubuh yang cocok dengan lingkungan tempat Allah membangkitkan dia.
Dalam kasus Yesus Kristus, ia menyerahkan kehidupan manusianya sebagai korban tebusan demi manfaat umat manusia. Penulis terilham buku Ibrani menerapkan Mazmur ke-40 atas diri Yesus dan melukiskan bahwa sewaktu ”datang ke dunia” sebagai Mesias Allah, ia mengatakan, ”Korban dan persembahan tidak kauinginkan, tetapi engkau menyiapkan suatu tubuh bagiku.” (Ibr 10:5) Yesus sendiri mengatakan, ”Sesungguhnya, roti yang akan kuberikan adalah dagingku demi kehidupan dunia.” (Yoh 6:51) Selaras dengan itu, Kristus tidak dapat mengambil kembali tubuhnya sewaktu dibangkitkan, yang berarti mengambil kembali korban yang dipersembahkan kepada Allah bagi umat manusia. Selain itu, Kristus tidak akan tinggal di bumi lagi. ”Rumah”-nya ada di surga bersama Bapaknya, yang adalah roh, bukan daging. (Yoh 14:3; 4:24) Oleh karena itu, Yesus Kristus menerima suatu tubuh yang mulia, tidak berkematian, dan tidak fana, karena ”dia adalah cerminan kemuliaan [Yehuwa] dan gambaran yang tepat dari pribadinya, dan dengan firmannya yang penuh kuasa dia mendukung segala perkara; dan setelah melakukan pemurnian karena dosa-dosa kita, dia duduk di sebelah kanan Yang Agung di tempat-tempat yang mulia. Dengan demikian dia menjadi lebih baik daripada malaikat-malaikat [yang adalah pribadi-pribadi roh yang perkasa], sesuai dengan nama yang telah diwarisinya, yang lebih unggul daripada nama mereka”.—Ibr 1:3, 4; 10:12, 13.
Saudara-saudara Kristus yang setia, yang bergabung dengannya di surga, menyerahkan kehidupan manusia. Rasul Paulus memperlihatkan bahwa mereka harus memiliki tubuh baru yang kembali dibentuk, atau diubah, untuk lingkungan baru mereka, ”Mengenai kita, kewarganegaraan kita ada di surga; dengan penuh kerinduan kita menantikan seorang juru selamat dari tempat itu, yaitu Tuan Yesus Kristus, yang akan mengubah tubuh kita yang hina agar menjadi seperti tubuhnya yang mulia menurut bekerjanya kuasa yang ia miliki.”—Flp 3:20, 21.
Saat terjadinya kebangkitan surgawi. Kebangkitan surgawi sesama ahli waris bersama Kristus dimulai setelah Yesus Kristus kembali dalam kemuliaan surgawi, untuk memberi perhatian pertama kepada saudara-saudara rohaninya. Kristus sendiri disebut ”buah sulung dari antara orang-orang yang telah tidur dalam kematian”. Kemudian, Paulus mengatakan bahwa masing-masing akan dibangkitkan menurut urutannya, ”Kristus sebagai buah sulung, setelah itu mereka yang menjadi milik Kristus, selama kehadirannya.” (1Kor 15:20, 23) Orang-orang ini, sebagai ”rumah Allah”, telah dihakimi selama haluan hidup mereka sebagai orang Kristen, dimulai dengan para anggota pertama kelompok mereka pada Pentakosta. (1Ptr 4:17) Mereka adalah ”buah sulung tertentu [harfiah, beberapa]”. (Yak 1:18, Int; Pny 14:4) Yesus Kristus dapat disamakan dengan buah sulung barli yang dipersembahkan oleh orang Israel pada tanggal 16 Nisan (”Kristus sebagai buah sulung”), dan saudara-saudara rohaninya sebagai ”buah sulung” (”buah sulung tertentu”) dapat disamakan dengan buah sulung gandum yang dipersembahkan pada hari Pentakosta, hari ke-50 setelah tanggal 16 Nisan.—Im 23:4-12, 15-20.
Mereka ini telah dihakimi, sehingga ketika Kristus kembali, tiba saatnya untuk mengupahi mereka, kaum terurap yang setia, sebagaimana yang ia janjikan kepada ke-11 rasulnya yang setia pada malam sebelum kematiannya, ”Aku akan pergi untuk menyiapkan tempat bagimu. Juga, . . . aku akan datang kembali dan membawa kamu ke rumahku, agar di mana aku berada, kamu pun berada.”—Yoh 14:2, 3; Luk 19:12-23; bdk. 2Tim 4:1, 8; Pny 11:17, 18.
”Pernikahan Anak Domba.” Sebagai suatu kelompok, mereka ini disebut (calon) ”pengantin perempuan”-nya (Pny 21:9); mereka telah dipertunangkan kepadanya, dan mereka harus dibangkitkan ke surga untuk ambil bagian dalam ”pernikahan Anak Domba”. (2Kor 11:2; Pny 19:7, 8) Rasul Paulus menanti-nantikan kebangkitan surgawinya. (2Tim 4:8) Sewaktu ”kehadiran” Kristus berlangsung, ada beberapa saudara rohaninya yang masih hidup di bumi, ”yang diundang ke perjamuan malam pernikahan Anak Domba”, tetapi sejumlah orang di antara mereka yang telah mati diberi perhatian pertama melalui kebangkitan. (Pny 19:9) Hal ini dijelaskan di 1 Tesalonika 4:15, 16, ”Sebab inilah yang kami beri tahukan kepadamu melalui firman Yehuwa, bahwa kita yang hidup, yang masih akan hidup sampai kehadiran Tuan, tidak akan mendahului mereka yang telah tidur dalam kematian; karena Tuan sendiri akan turun dari surga dengan seruan yang kuat, dengan suara penghulu malaikat dan dengan terompet Allah, dan mereka yang sudah mati dalam persatuan dengan Kristus akan bangkit lebih dahulu.”
Paulus kemudian menambahkan, ”Setelah itu kita yang hidup, yang masih tetap hidup, akan dibawa pergi dalam awan-awan bersama mereka untuk menemui Tuan di udara; dengan demikian kita akan selalu bersama Tuan.” (1Tes 4:17) Jadi, pada saat kaum sisa yang mendapat undangan ke ”perjamuan malam pernikahan Anak Domba” menyelesaikan kehidupan mereka di bumi dengan setia dalam kematian, mereka langsung dibangkitkan untuk bergabung dengan sesama anggota golongan pengantin perempuan di surga. Mereka tidak ”tidur dalam kematian” dalam pengertian menunggu untuk waktu yang lama dalam tidur, seperti halnya para rasul tetapi, ketika mati, mereka ”diubah, dalam sesaat, dalam sekejap mata, pada waktu terompet terakhir dibunyikan. Karena terompet akan berbunyi, dan orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan tidak fana, dan kita akan diubah”. (1Kor 15:51, 52) Namun, tampaknya ”pernikahan Anak Domba” baru akan berlangsung setelah penghakiman atas ”Babilon Besar” dilaksanakan. (Pny 18) Setelah melukiskan pembinasaan ”sundal besar” ini, Penyingkapan 19:7 mengatakan, ”Marilah kita bersukacita dan meluap dengan sukacita, dan marilah kita memuliakan dia, karena telah tiba saat pernikahan Anak Domba itu dan istrinya telah mempersiapkan diri.” Apabila ke-144.000 akhirnya telah diperkenan dan ”dimeteraikan” sebagai orang-orang yang setia dan telah dibangkitkan ke surga, pernikahan itu dapat berlangsung.
Kebangkitan pertama. Dalam Penyingkapan 20:5, 6, kebangkitan orang-orang yang akan memerintah bersama Kristus disebut sebagai ”kebangkitan pertama”. Rasul Paulus juga berbicara tentang kebangkitan pertama ini sebagai ”kebangkitan yang lebih awal, dari antara orang mati [harfiah, kebangkitan ke luar, keluarnya (orang-orang) mati]”. (Flp 3:11, NW, Ro, Int) Mengenai ungkapan yang Paulus gunakan di ayat ini, Word Pictures in the New Testament karya Robertson (1931, Jil. IV, hlm. 454) mengatakan, ”Tampaknya Paulus semata-mata sedang memikirkan kebangkitan orang-orang percaya dari antara orang mati, sehingga digunakan ex [keluar] ganda (ten exanastasin ten ek nekron). Dengan ungkapan ini, Paulus bukannya menyangkal kebangkitan secara umum, melainkan menandaskan kebangkitan orang-orang percaya.” Commentaries karya Charles Ellicott (1865, Jil. II, hlm. 87) mengomentari Filipi 3:11, ”’Kebangkitan dari antara orang mati’; yakni, seperti diperlihatkan oleh konteksnya, kebangkitan pertama (Pny. xx. 5), manakala, pada kedatangan Tuan, orang yang mati di dalam Dia akan bangkit lebih dahulu (1 Tesalon. iv. 16), dan yang hidup akan dibawa untuk menemui Dia dalam awan-awan (1 Tes. iv. 17); bdk. Lukas xx. 35. Kebangkitan pertama hanya akan mencakup orang-orang percaya yang sejati, dan dari segi waktu tampaknya akan mendahului yang kedua, yakni [kebangkitan] orang-orang yang tidak percaya dan tidak mau percaya. . . Sama sekali tidak ada rujukan apa pun di sini tentang kebangkitan yang bersifat etis (Cocceius).” Salah satu arti dasar kata e·xa·naʹsta·sis adalah bangun dari tempat tidur pada pagi hari; dengan demikian, kata itu dapat dengan tepat menggambarkan kebangkitan yang terjadi pada awal, yang juga disebut ”kebangkitan pertama”. Terjemahan Rotherham untuk Filipi 3:11 berbunyi, ”Jika dengan satu atau lain cara aku dapat memperoleh kebangkitan yang lebih awal, yakni dari antara orang mati.”
Kebangkitan di Bumi. Sewaktu Yesus tergantung di tiang, salah seorang penjahat di samping dia, yang mengamati bahwa Yesus tidak pantas dihukum, meminta, ”Yesus, ingatlah aku apabila engkau masuk ke dalam kerajaanmu.” Yesus menjawab, ”Dengan sungguh-sungguh aku mengatakan kepadamu hari ini: Engkau akan bersamaku di Firdaus.” (Luk 23:42, 43) Pada dasarnya, Yesus mengatakan, ’Pada hari yang suram ini, manakala pengakuanku tentang suatu kerajaan tampaknya sangat mustahil, engkau menyatakan iman. Sesungguhnya, sewaktu aku benar-benar masuk ke dalam kerajaanku, aku akan mengingat engkau.’ (Lihat FIRDAUS.) Hal ini berarti penjahat itu perlu dibangkitkan. Pria ini bukan pengikut setia Yesus Kristus. Ia telah melakukan perbuatan salah, pelanggaran hukum yang pantas dijatuhi hukuman mati. (Luk 23:40, 41) Oleh karena itu, ia tidak dapat berharap untuk termasuk di antara orang-orang yang menerima kebangkitan pertama. Selain itu, ia mati 40 hari sebelum Yesus naik ke surga dan oleh karena itu sebelum Pentakosta, yang terjadi 10 hari setelah kenaikan itu, manakala Allah melalui Yesus mengurapi para anggota pertama orang-orang yang akan menerima kebangkitan surgawi.—Kis 1:3; 2:1-4, 33.
Menurut Yesus, penjahat itu akan berada di Firdaus. Kata itu berarti ”suatu taman atau tempat kesenangan”. Septuaginta menerjemahkan kata Ibrani untuk ”kebun” (gan), seperti di Kejadian 2:8, dengan kata Yunani pa·raʹdei·sos. Firdaus tempat penjahat itu akan berada bukanlah ”firdaus Allah” yang di Penyingkapan 2:7 dijanjikan kepada ”dia yang menang”, karena penjahat itu bukan penakluk dunia bersama Yesus Kristus. (Yoh 16:33) Oleh karena itu, penjahat tersebut tidak akan menjadi anggota Kerajaan surgawi (Luk 22:28-30), tetapi akan menjadi rakyat Kerajaan itu manakala orang-orang yang mengalami ”kebangkitan pertama” akan, sebagai raja-raja milik Allah dan Kristus, duduk di atas takhta-takhta untuk memerintah bersama Kristus selama seribu tahun.—Pny 20:4, 6.
’Orang-orang yang adil-benar dan yang tidak adil-benar.’ Rasul Paulus mengatakan kepada sekelompok orang Yahudi yang juga memiliki harapan kebangkitan bahwa ”akan ada kebangkitan untuk orang-orang yang adil-benar maupun yang tidak adil-benar”.—Kis 24:15.
Alkitab menjelaskan siapa ”orang-orang yang adil-benar” itu. Pertama-tama, orang-orang yang akan menerima kebangkitan surgawi dinyatakan adil-benar.—Rm 8:28-30.
Lalu, Alkitab menyebut adil-benar pria-pria setia pada zaman dahulu seperti Abraham. (Kej 15:6; Yak 2:21) Banyak di antara pria-pria ini disebutkan namanya di Ibrani pasal 11, dan tentang mereka sang penulis berkata, ”Padahal semua orang ini tidak mengalami penggenapan janji itu, walaupun mereka menerima kesaksian mengenai diri mereka melalui iman mereka, sebab Allah sebelumnya telah melihat sesuatu yang lebih baik bagi kita [orang Kristen terurap yang diperanakkan roh, seperti Paulus], agar tanpa kita, mereka tidak menjadi sempurna.” (Ibr 11:39, 40) Jadi, mereka akan disempurnakan setelah orang-orang yang memiliki bagian dalam ”kebangkitan pertama” disempurnakan.
Kemudian, ada ”kumpulan besar” yang dilukiskan dalam Penyingkapan pasal 7, yang bukan anggota ke-144.000 orang ”yang dimeteraikan” dan karena itu tidak memiliki ”tanda” berupa roh sebagai pribadi yang diperanakkan roh. (Ef 1:13, 14; 2Kor 5:5) Mereka digambarkan keluar ”dari kesengsaraan besar” sebagai orang-orang yang selamat darinya; hal ini tampaknya menunjukkan bahwa pengumpulan kelompok ini terjadi pada hari-hari terakhir, tidak lama sebelum kesengsaraan itu. Mereka ini adil-benar melalui iman, mengenakan jubah putih yang dicuci dalam darah Anak Domba. (Pny 7:1, 9-17) Secara kelompok, mereka tidak akan perlu dibangkitkan, tetapi orang-orang yang setia dalam kelompok itu yang mati sebelum kesengsaraan besar akan dibangkitkan pada waktu yang telah Allah tentukan.
Selain itu, ada banyak orang ”yang tidak adil-benar” yang dikubur dalam Syeol (Hades), kuburan umum umat manusia, atau dalam ”laut”, kuburan di laut. Penghakiman orang-orang ini bersama ’orang-orang adil-benar’ yang dibangkitkan di bumi dilukiskan dalam Penyingkapan 20:12, 13, ”Dan aku melihat orang mati, yang besar dan yang kecil, berdiri di hadapan takhta itu, dan gulungan-gulungan dibuka. Tetapi gulungan lain dibuka; itu adalah gulungan kehidupan. Dan orang mati dihakimi menurut perkara-perkara yang tertulis dalam gulungan-gulungan itu sesuai dengan perbuatan mereka. Dan laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan kematian dan Hades menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi secara perorangan sesuai dengan perbuatan mereka.”
Saat terjadinya kebangkitan di bumi. Kita memperhatikan bahwa dalam Alkitab, penghakiman ini ditempatkan dalam catatan peristiwa-peristiwa yang terjadi selama Pemerintahan Seribu Tahun Kristus bersama rekan-rekan raja dan imamnya. Mereka ini, kata rasul Paulus, ”akan menghakimi dunia”. (1Kor 6:2) ”Yang besar dan yang kecil”, orang-orang dari segala status kehidupan, akan ada di sana, untuk dihakimi tanpa berat sebelah. Mereka ”dihakimi menurut perkara-perkara yang tertulis dalam gulungan-gulungan” yang akan dibuka pada waktu itu. Hal ini tidak mungkin memaksudkan catatan tentang kehidupan mereka pada masa lalu atau sekelompok aturan yang menghakimi mereka berdasarkan kehidupan mereka pada masa lalu. Karena ”upah yang dibayarkan oleh dosa adalah kematian”, orang-orang ini melalui kematiannya telah menerima upah dosa mereka pada masa lalu. (Rm 6:7, 23) Kini mereka dibangkitkan agar dapat mempertunjukkan sikap mereka terhadap Allah dan apakah mereka ingin menggenggam korban tebusan Yesus Kristus yang diserahkan bagi semua orang. (Mat 20:28; Yoh 3:16) Meskipun tidak dituntut untuk mempertanggungjawabkan dosa-dosa masa lalu, mereka membutuhkan tebusan untuk mengangkat mereka ke kesempurnaan. Mereka harus mengubah cara berpikir mereka dari jalan hidup dan cara berpikir mereka sebelumnya agar selaras dengan kehendak Allah dan peraturan bagi bumi serta penduduknya. Jadi, ”gulungan-gulungan itu” tampaknya menguraikan kehendak dan hukum Allah bagi mereka selama Hari Penghakiman itu; iman dan ketaatan mereka kepada hal-hal ini menjadi dasar untuk penghakiman dan akhirnya, untuk penulisan nama mereka secara permanen dalam ”gulungan kehidupan”.
Kebangkitan untuk Kehidupan dan untuk Penghakiman. Yesus memberikan jaminan yang menghibur kepada umat manusia, ”Jamnya akan tiba, dan itu adalah sekarang, ketika orang mati akan mendengar suara Putra Allah dan mereka yang memberikan perhatian akan hidup. . . . Janganlah heran akan hal ini, karena jamnya akan tiba ketika semua orang yang di dalam makam peringatan akan mendengar suaranya lalu keluar, mereka yang melakukan perkara-perkara baik kepada kebangkitan kehidupan, mereka yang mempraktekkan perkara-perkara keji kepada kebangkitan penghakiman.”—Yoh 5:25-29.
Vonis penghukuman. Dalam kata-kata Yesus tersebut, kata ”penghakiman” merupakan terjemahan dari kata Yunani kriʹsis. Menurut Parkhurst, kata ini memiliki arti-arti berikut dalam Kitab-Kitab Yunani Kristen, ”I. Penghakiman. . . . II. Penghakiman, keadilan. Mat. xxiii. 23. Bdk. xii. 20. . . . III. Vonis penghukuman, penghukuman, kutukan. Mrk. iii. 29. Yoh. v. 24, 29. . . . IV. Penyebab atau dasar untuk penghukuman. Yoh. iii. 19. V. Pengadilan tertentu di antara orang-orang Yahudi, . . . Mat. v. 21, 22.”—A Greek and English Lexicon to the New Testament, London, 1845, hlm. 342.
Jika Yesus, sewaktu berbicara tentang penghakiman, memaksudkan pengadilan yang hasilnya bisa jadi adalah kehidupan, tidak akan ada kontras antara hal ini dan ”kebangkitan kehidupan”. Oleh karena itu, konteksnya menunjukkan bahwa dengan kata ”penghakiman”, Yesus memaksudkan vonis penghukuman.
”Orang-orang mati” yang mendengar Yesus berbicara di bumi. Apabila kita memperhatikan kata-kata Yesus, kita mengamati bahwa sewaktu Yesus berbicara, beberapa di antara ”orang-orang mati” mendengar suaranya. Petrus menggunakan ungkapan yang mirip sewaktu ia mengatakan, ”Sebenarnya, untuk tujuan ini kabar baik diberitakan juga kepada orang-orang mati, agar mereka dihakimi menurut daging dari sudut pandangan manusia tetapi hidup menurut roh dari sudut pandangan Allah.” (1Ptr 4:6) Alasannya adalah, sebelum mendengar Kristus, orang-orang ’telah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa’ tetapi mulai ”hidup” secara rohani karena iman akan kabar baik.—Ef 2:1; bdk. Mat 8:22; 1Tim 5:6.
Yohanes 5:29 memaksudkan akhir periode penghakiman. Tetapi hal yang sangat penting untuk diperhatikan, yang membantu menentukan segi waktu dari kata-kata Yesus mengenai ’kebangkitan kehidupan dan kebangkitan penghakiman’, adalah apa yang ia katakan sebelumnya dalam konteks yang sama, sewaktu berbicara tentang orang-orang yang hidup pada waktu itu tetapi mati secara rohani (sebagaimana yang dijelaskan di bawah subjudul ”Beralih dari Kematian kepada Kehidupan”), ”Jamnya akan tiba, dan itu adalah sekarang, ketika orang mati akan mendengar suara Putra Allah dan mereka yang memberikan perhatian [harfiah, kata per kata, ”(orang-orang) yang telah mendengar”] akan hidup.” (Yoh 5:25, Int) Hal ini menunjukkan bahwa ia tidak sekadar berbicara tentang seseorang yang mendengar suaranya secara harfiah, tetapi sebaliknya, tentang orang-orang yang ”telah mendengar”, yakni orang-orang yang, setelah mendengar, menerima apa yang mereka dengar sebagai hal yang benar. Kata ”mendengar” dan ”mendengarkan” sangat sering digunakan dalam Alkitab untuk mengartikan ”memberikan perhatian” atau ”menaati”. (Lihat TAAT, KETAATAN.) Orang-orang yang terbukti taat akan hidup. (Bandingkan penggunaan kata Yunani yang sama [a·kouʹo], ”mendengar” atau ”mendengarkan”, di Yoh 6:60; 8:43, 47; 10:3, 27.) Mereka dihakimi bukan berdasarkan apa yang mereka lakukan sebelum mendengar suaranya, melainkan berdasarkan apa yang mereka lakukan setelah mendengarnya.
Jadi, Yesus tampaknya memaksudkan waktu yang sama ketika ia berbicara tentang ”mereka yang melakukan perkara-perkara baik” dan ”mereka yang mempraktekkan perkara-perkara keji”, yakni waktu pada akhir periode penghakiman, seolah-olah melihat ke belakang untuk mengkaji atau meninjau kembali kegiatan orang-orang yang dibangkitkan ini setelah mereka mendapat kesempatan untuk menaati atau tidak menaati ”perkara-perkara yang tertulis dalam gulungan-gulungan itu”. Baru pada akhir periode penghakiman itu terlihat siapa yang telah melakukan apa yang baik atau yang buruk. Hasil akhir bagi ”mereka yang melakukan perkara-perkara baik” (selaras dengan ”perkara-perkara yang tertulis dalam gulungan-gulungan itu”) adalah upah berupa kehidupan; sedangkan bagi ”mereka yang mempraktekkan perkara-perkara keji”, vonis penghukuman. Kebangkitan itu pun akan terbukti sebagai kebangkitan untuk kehidupan atau untuk penghukuman.
Dalam Alkitab, sudah merupakan praktek umum untuk menyatakan hal-hal sebagaimana terlihat dari sudut pandangan hasil akhirnya, atau menyatakannya seolah-olah sudah tercapai, membahasnya sebagai pengkajian kembali. Karena Allah adalah ”Pribadi yang sejak awal memberitahukan kesudahannya, dan dari masa lampau, hal-hal yang belum terlaksana”. (Yes 46:10) Yudas menggunakan sudut pandangan yang sama ini sewaktu ia berbicara tentang orang-orang bejat yang menyusup ke dalam sidang, dengan mengatakan tentang mereka, ”Sungguh celaka bagi mereka, karena mereka telah menempuh jalan Kain, dan bergegas menuju haluan yang salah dari Bileam demi upah, dan binasa [harfiah, mereka membinasakan diri sendiri] karena perkataan yang bersifat memberontak sebagaimana halnya Korah!” (Yud 11) Beberapa nubuat menggunakan ungkapan yang mirip.—Bdk. Yes 40:1, 2; 46:1; Yer 48:1-4.
Oleh karena itu, sudut pandangan di Yohanes 5:29 tidak identik dengan sudut pandangan di Kisah 24:15; di ayat itu Paulus berbicara tentang kebangkitan ”orang-orang yang adil-benar maupun yang tidak adil-benar”. Paulus dengan jelas memaksudkan orang-orang yang telah memiliki kedudukan yang adil-benar atau tidak adil-benar di hadapan Allah pada masa hidup ini, dan yang akan dibangkitkan. Mereka adalah ”orang yang di dalam makam peringatan”. (Yoh 5:28; lihat MAKAM PERINGATAN.) Di Yohanes 5:29, Yesus melihat orang-orang semacam itu setelah keluarnya mereka dari makam peringatan dan setelah mereka, melalui haluan tindakan mereka selama pemerintahan Yesus Kristus dan rekan-rekan raja dan imamnya, telah membuktikan diri sebagai orang yang taat, dengan ”kehidupan” abadi sebagai upah mereka, atau orang yang tidak taat, sehingga pantas mendapat ”penghakiman [penghukuman]” dari Allah.
Jiwa Didapatkan Kembali dari Syeol. Raja Daud dari Israel menulis, ”Aku selalu melihat Tuan di depan mukaku; karena ia ada di tangan kananku, agar aku tidak goyah . . . selain itu juga, tubuhku akan beristirahat dalam harapan: karena engkau tidak akan meninggalkan jiwaku dalam neraka [Syeol], juga tidak akan layu atau menderita atau Orang Kudus-mu melihat kefanaan.” (Mz 15:8-10, LXX, Bagster [16:8-11, NW]) Pada hari Pentakosta 33 M, rasul Petrus menerapkan mazmur ini kepada Yesus Kristus, sewaktu menyatakan kepada orang Yahudi kebenaran tentang kebangkitan Kristus. (Kis 2:25-31) Dengan demikian, Tulisan-Tulisan Kudus, baik Ibrani maupun Yunani, memperlihatkan bahwa ”jiwa” Yesus Kristus-lah yang dibangkitkan. Yesus Kristus ”dibunuh sebagai manusia, tetapi dihidupkan sebagai roh”. (1Ptr 3:18) ”Daging dan darah tidak dapat mewarisi kerajaan Allah,” kata rasul Paulus. (1Kor 15:50) Hal yang sama juga berlaku bagi daging dan tulang. Daging dan tulang tidak memiliki kehidupan kecuali ada darahnya, karena darah mengandung ”jiwa” atau adalah sesuatu yang penting untuk kehidupan makhluk jasmani.—Kej 9:4.
Di seluruh Alkitab, tampak jelas bahwa tidak ada ”jiwa yang tidak kelihatan” yang terlepas dan terpisah dari tubuh. Jiwa mati sewaktu tubuh mati. Malah mengenai Yesus Kristus tertulis bahwa ”dia telah mencurahkan jiwanya ke dalam kematian”. Jiwanya ada di dalam Syeol. Ia tidak memiliki eksistensi sebagai jiwa atau pribadi pada waktu itu. (Yes 53:12; Kis 2:27; bdk. Yeh 18:4; lihat JIWA.) Oleh karena itu, dalam kebangkitan, tidak ada penggabungan kembali jiwa dan tubuh. Namun, entah roh atau jasmani, seseorang harus memiliki tubuh atau organisme, karena semua pribadi, di surga atau di bumi, memiliki tubuh. Agar kembali menjadi suatu pribadi, orang yang telah mati harus memiliki tubuh, entah tubuh jasmani entah tubuh rohani. Alkitab mengatakan, ”Jika ada tubuh jasmani, ada juga tubuh rohani.”—1Kor 15:44.
Tetapi apakah tubuh yang lama disusun kembali dalam kebangkitan? atau apakah itu adalah replika yang persis dari tubuh sebelumnya, yang dibuat persis sama seperti ketika orang itu mati? Alkitab menjawab ”tidak” sewaktu membicarakan kebangkitan saudara-saudara terurap Kristus ke kehidupan di surga, ”Meskipun demikian, seseorang akan mengatakan, ’Bagaimana orang mati dibangkitkan? Ya, dengan tubuh macam apakah mereka akan datang kembali?’ Hai, orang yang bersikap tidak masuk akal! Apa yang engkau tabur tidak akan hidup jika itu tidak mati terlebih dahulu; dan berkenaan dengan apa yang engkau tabur, engkau tidak menabur tubuh yang akan dihasilkannya, tetapi sebuah biji yang tidak berkulit, bisa jadi biji gandum atau biji apa saja; namun Allah memberinya suatu tubuh sebagaimana yang ia kehendaki, dan kepada masing-masing benih, tubuhnya sendiri.”—1Kor 15:35-38.
Orang-orang yang pergi ke surga menerima tubuh rohani, karena Allah menghendaki agar mereka mendapatkan tubuh yang cocok dengan lingkungan mereka di surga. Tetapi mengenai orang-orang yang Yehuwa kehendaki untuk dibangkitkan di bumi, tubuh apa yang Ia berikan kepada mereka? Tidak mungkin tubuh yang sama, dengan atom-atom yang persis sama. Jika seseorang mati dan dikuburkan, tubuhnya diubah, melalui proses pembusukan, menjadi unsur-unsur kimia yang dapat diserap oleh tumbuhan. Orang-orang mungkin menyantap tumbuh-tumbuhan itu. Elemen-elemen, atom-atom dari orang yang semula itu, kini ada dalam banyak orang. Dalam kebangkitan, jelaslah bahwa atom-atom yang sama tidak dapat berada dalam orang yang semula dan dalam semua orang lain pada saat bersamaan.
Tubuh yang dibangkitkan juga tidak harus dibuat persis sama dengan tubuhnya pada saat mati. Jika tubuh seseorang dipotong-potong sebelum ia mati, apakah ia akan kembali dalam keadaan yang sama? Hal itu tidak masuk akal, karena kondisinya tidak akan memungkinkan dia untuk bahkan mendengar dan melakukan ”perkara-perkara yang tertulis dalam gulungan-gulungan itu”. (Pny 20:12) Andaikan seseorang mati karena darahnya terkuras dari tubuhnya. Apakah ia akan dibangkitkan tanpa darah? Tidak, karena ia tidak dapat hidup dalam tubuh jasmani tanpa darah. (Im 17:11, 14) Sebaliknya, ia akan diberi suatu tubuh sebagaimana yang Allah kehendaki. Karena Allah senang dan menghendaki agar orang yang dibangkitkan itu menaati ”perkara-perkara yang tertulis dalam gulungan-gulungan itu”, tubuh orang tersebut haruslah sehat, dengan semua kesanggupannya. (Meskipun sebagian tubuh Lazarus sudah membusuk, Yesus membangkitkan Lazarus dalam tubuh yang lengkap dan sehat. [Yoh 11:39]) Dengan demikian, orang itu dapat dengan layak dan adil dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan-perbuatannya selama periode penghakiman. Namun, orang itu tidak akan sempurna sewaktu dibangkitkan, karena ia harus memperlihatkan iman akan tebusan Kristus dan harus mendapat pelayanan keimaman Kristus dan ”keimaman kerajaan”-nya.—1Ptr 2:9; Pny 5:10; 20:6.
”Beralih dari Kematian kepada Kehidupan.” Yesus berbicara tentang orang-orang yang ”memiliki kehidupan abadi” karena mereka mendengar kata-katanya dengan iman dan ketaatan, lalu mempercayai Bapak yang mengutus dia. Ia mengatakan tentang mereka masing-masing, ”Ia tidak akan dihakimi tetapi telah beralih dari kematian kepada kehidupan. Sesungguh-sungguhnya aku mengatakan kepadamu: Jamnya akan tiba, dan itu adalah sekarang, ketika orang mati akan mendengar suara Putra Allah dan mereka yang memberikan perhatian akan hidup.”—Yoh 5:24, 25.
Orang-orang yang telah ’beralih dari kematian kepada kehidupan sekarang’ tentulah bukan orang-orang yang telah mati secara harfiah dan berada dalam kuburan. Pada waktu Yesus mengatakan hal itu, segenap umat manusia berada di bawah kutuk kematian di hadapan Allah, Hakim atas semua makhluk. Jadi, orang-orang yang Yesus maksudkan tampaknya adalah orang-orang di bumi yang telah mati dalam arti rohani. Yesus pastilah memaksudkan orang-orang semacam itu yang mati secara rohani sewaktu ia mengatakan kepada putra seorang Yahudi yang ingin pulang dahulu untuk menguburkan bapaknya, ”Teruslah ikuti aku, dan biarlah orang mati mengubur orang matinya.”—Mat 8:21, 22.
Orang-orang yang menjadi orang Kristen dengan kepercayaan yang benar pernah termasuk di antara orang-orang di dunia ini yang mati secara rohani. Rasul Paulus mengingatkan sidang jemaat tentang fakta ini, dengan mengatakan, ”Kamulah yang Allah hidupkan walaupun kamu telah mati karena pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosamu; di dalamnyalah kamu pada suatu waktu berjalan mengikuti sistem dunia ini . . . Namun Allah, yang kaya dengan belas kasihan, karena kasihnya yang besar yang ia limpahkan kepada kita, telah menghidupkan kita bersama Kristus, bahkan pada waktu kita mati karena pelanggaran-pelanggaran—oleh kebaikan hati yang tidak selayaknya diperoleh, kamu diselamatkan—dan ia membangkitkan kita bersama dan mendudukkan kita bersama di tempat-tempat surgawi dalam persatuan dengan Kristus Yesus.”—Ef 2:1, 2, 4-6.
Dengan demikian, karena mereka tidak lagi berjalan dalam pelanggaran dan dosa melawan Allah, dan karena iman mereka akan Kristus, Yehuwa mengangkat kutuk-Nya dari mereka. Ia membangkitkan mereka dari kematian rohani dan memberi mereka harapan kehidupan abadi. (1Ptr 4:3-6) Rasul Yohanes melukiskan perpindahan dari kematian dalam pelanggaran dan dosa ini kepada kehidupan rohani dengan kata-kata berikut, ”Saudara-saudara, jangan heran bahwa dunia membenci kamu. Kita tahu bahwa kita telah beralih dari kematian kepada kehidupan, karena kita mengasihi saudara-saudara.”—1Yoh 3:13, 14.
Kebaikan Hati Allah yang Tidak Selayaknya Diperoleh. Persediaan kebangkitan bagi umat manusia benar-benar merupakan kebaikan hati Allah Yehuwa yang tidak selayaknya diperoleh, karena Ia tidak wajib menyediakan kebangkitan. Kasih akan dunia umat manusia menggugah Dia untuk memberikan Putra satu-satunya yang Ia peranakkan sehingga jutaan, ya, bahkan miliaran orang yang telah mati tanpa pengetahuan yang sejati tentang Allah dapat memiliki harapan untuk mengenal dan mengasihi Dia, dan agar orang-orang yang mengasihi dan melayani Dia dapat memiliki harapan dan anjuran ini untuk bertekun dengan setia, bahkan hingga mati. (Yoh 3:16) Rasul Paulus menghibur rekan-rekan Kristen dengan harapan kebangkitan, menulis surat kepada sidang jemaat di Tesalonika tentang orang-orang di sidang itu yang telah mati dan yang memiliki harapan berupa kebangkitan surgawi, ”Lagi pula, saudara-saudara, kami tidak ingin kamu kurang pengetahuan tentang orang-orang yang tidur dalam kematian; agar kamu tidak berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai harapan. Sebab jika kita beriman bahwa Yesus telah mati dan bangkit kembali, maka orang-orang yang telah tidur dalam kematian melalui Yesus juga akan dibawa oleh Allah bersama dia.”—1Tes 4:13, 14.
Demikian pula, bagi orang-orang yang setia kepada Allah yang meninggal dengan harapan untuk hidup di bumi di bawah Kerajaan Mesianik Allah, dan juga bagi orang-orang lain yang belum mengenal Allah, orang-orang Kristen hendaknya tidak berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak memiliki harapan. Sewaktu Syeol (Hades) dibuka, orang-orang di dalamnya akan keluar. Alkitab menyebutkan banyak orang yang telah pergi ke sana, termasuk orang-orang Mesir, Asiria, Elam, Mesyekh, Tubal, Edom, dan Sidon pada zaman dahulu. (Yeh 32:18-31) Yesus menunjukkan bahwa setidak-tidaknya beberapa orang yang dahulu tidak bertobat dari Betsaida, Khorazin, dan Kapernaum akan termasuk di antara orang-orang yang ada pada Hari Penghakiman. Sekalipun sikap mereka dahulu akan membuat mereka sangat sulit untuk bertobat, mereka akan diberi kesempatan untuk melakukannya.—Mat 11:20-24; Luk 10:13-15.
Tebusan diterapkan bagi semua orang yang diberi. Keagungan dan kebesaran kasih dan kebaikan hati Allah yang tidak selayaknya diperoleh dalam memberikan Putra-Nya agar ’siapa pun yang percaya akan dia dapat memperoleh kehidupan’ tidak akan membatasi penerapan tebusan hanya bagi orang-orang yang Allah pilih untuk menerima panggilan surgawi. (Yoh 3:16) Sebenarnya, korban tebusan Yesus Kristus tidak akan sepenuhnya diterapkan jika hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang menjadi anggota Kerajaan surga. Hal itu akan membuat maksud-tujuan Allah dalam menyediakan tebusan tidak tercapai secara lengkap, karena maksud-tujuan Allah adalah agar Kerajaan itu memiliki rakyat di bumi. Yesus Kristus bukan hanya Imam Besar atas imam-imam bawahan bersamanya, melainkan juga atas dunia umat manusia yang akan hidup sewaktu rekan-rekannya juga memerintah sebagai raja dan imam bersamanya. (Pny 20:4, 6) Ia telah ”diuji dalam segala hal seperti kita sendiri [saudara-saudara rohaninya], namun tanpa dosa”. Oleh karena itu, ia dapat bersimpati terhadap berbagai kelemahan orang-orang yang dengan sungguh-sungguh berupaya melayani Allah; dan rekan-rekan raja dan imamnya telah diuji dalam cara yang sama. (Ibr 4:15, 16; 1Ptr 4:12, 13) Untuk kepentingan siapa mereka dapat menjadi imam kalau bukan untuk kepentingan umat manusia, termasuk orang-orang yang dibangkitkan, selama Pemerintahan Seribu Tahun dan periode penghakiman?
Hamba-hamba Allah telah sangat menanti-nantikan hari manakala kebangkitan akan terlaksana sepenuhnya. Dalam mewujudkan maksud-tujuan-Nya, Allah telah menetapkan secara persis waktu yang tepat untuk itu, manakala hikmat dan kepanjangsabaran-Nya akan dibenarkan sepenuhnya. (Pkh 3:1-8) Ia dan Putra-Nya, yang sanggup dan sekaligus bersedia mengadakan kebangkitan, akan menyelesaikannya pada waktu yang ditetapkan itu.
Yehuwa dengan bersukacita mengantisipasi kebangkitan. Yehuwa dan Putra-Nya pastilah mengantisipasi pelaksanaan pekerjaan itu secara sepenuhnya dengan sukacita yang besar. Yesus memperlihatkan kesediaan dan hasratnya sewaktu seorang penderita kusta memohon kepadanya, ”’Kalau engkau mau, engkau dapat membuat aku tahir.’ Maka [Yesus] tergerak oleh rasa kasihan, dan ia mengulurkan tangannya dan menyentuh dia, serta mengatakan kepadanya, ’Aku mau. Jadilah tahir.’ Dan saat itu juga kustanya lenyap, dan dia menjadi tahir.” Insiden penyentuhan yang mempertunjukkan kebaikan hati Kristus yang penuh kasih terhadap umat manusia ini dicatat oleh tiga penulis Injil. (Mrk 1:40-42; Mat 8:2, 3; Luk 5:12, 13) Dan sehubungan dengan kasih dan kesediaan Yehuwa untuk membantu umat manusia, kita mengingat kata-kata Ayub yang setia, ”Jika laki-laki mati dapatkah ia hidup lagi? . . . Engkau akan memanggil, dan aku akan menjawab. Kepada karya tanganmu engkau akan rindu.”—Ayb 14:14, 15.
Ada yang Tidak Dibangkitkan. Meskipun benar bahwa korban tebusan Kristus diserahkan bagi umat manusia secara umum, Yesus menunjukkan bahwa penerapannya secara aktual akan terbatas sewaktu ia mengatakan, ”Sama seperti Putra manusia datang, bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani dan memberikan jiwanya sebagai tebusan untuk penukar bagi banyak orang.” (Mat 20:28) Allah Yehuwa memiliki hak untuk tidak mau menerima tebusan bagi siapa pun yang Ia anggap tidak layak. Tebusan Kristus menutupi dosa-dosa yang seseorang miliki karena menjadi anak Adam yang berdosa, tetapi seseorang dapat menambah dosanya dengan haluan dosanya sendiri secara sadar dan disengaja, dan dengan demikian ia dapat mati karena dosa semacam itu yang ada di luar jangkauan tebusan.
Dosa terhadap roh kudus. Yesus Kristus mengatakan bahwa orang yang berdosa melawan roh kudus tidak akan diampuni, baik dalam sistem ini maupun dalam sistem yang akan datang. (Mat 12:31, 32) Dengan demikian, seseorang yang Allah hakimi telah berdosa terhadap roh kudus dalam sistem ini tidak akan memperoleh manfaat dari kebangkitan, karena dosa-dosanya tidak akan pernah diampuni, sehingga kebangkitan tidak berguna baginya. Yesus memvonis Yudas Iskariot dengan memanggilnya ”putra kebinasaan”. Tebusan tidak akan diterapkan untuknya, dan karena kebinasaannya sudah merupakan vonis yang ditetapkan melalui pengadilan, ia tidak akan dibangkitkan.—Yoh 17:12.
Kepada para penentangnya, para pemimpin agama Yahudi, Yesus mengatakan, ”Bagaimana kamu akan melarikan diri dari penghakiman Gehena [simbol kebinasaan abadi]?” (Mat 23:33; lihat GEHENA.) Kata-katanya menunjukkan bahwa orang-orang ini, jika mereka tidak bertindak untuk berpaling kepada Allah sebelum mereka mati, akan mendapatkan vonis penghukuman final. Jika demikian, kebangkitan tidak akan ada gunanya bagi mereka. Hal ini tampaknya juga berlaku bagi ”manusia pelanggar hukum”.—2Tes 2:3, 8; lihat MANUSIA PELANGGAR HUKUM.
Mengenai orang-orang yang telah mengenal kebenaran, telah mengambil bagian dari roh kudus, dan kemudian jatuh, Paulus mengatakan bahwa mereka jatuh ke dalam kondisi yang mustahil ”untuk memulihkan mereka kembali kepada pertobatan, karena mereka memantek lagi Putra Allah bagi diri mereka dan mempermalukan dia di depan umum”. Tebusan tidak dapat lagi membantu mereka; dengan demikian, mereka tidak akan menerima kebangkitan. Sang rasul selanjutnya menyamakan orang-orang semacam itu dengan ladang yang hanya menghasilkan tanaman berduri dan rumput duri sehingga ditolak dan akhirnya dibakar. Hal ini mengilustrasikan masa depan mereka: pemusnahan total.—Ibr 6:4-8.
Sekali lagi, Paulus mengatakan tentang orang-orang yang ”mempraktekkan dosa dengan sengaja setelah menerima pengetahuan yang saksama tentang kebenaran, [bahwa] tidak akan ada lagi korban bagi dosa, melainkan penantian akan penghakiman yang disertai rasa takut, dan kecemburuan yang bernyala-nyala yang akan memakan habis orang-orang yang menentang”. Ia kemudian mengilustrasikan, ”Siapa pun yang telah mengabaikan hukum Musa, mati tanpa ada keibaan hati, atas kesaksian dua atau tiga orang. Menurut kamu, seberapa lebih keraskah hukuman yang dianggap patut bagi orang yang telah menginjak-injak Putra Allah dan yang menganggap darah perjanjian yang telah menyucikannya bernilai biasa, dan yang secara terang-terangan menghina roh kebaikan hati yang tidak selayaknya diperoleh? . . . Betapa menakutkan untuk jatuh ke tangan Allah yang hidup.” Penghakiman itu lebih keras dalam arti orang-orang semacam itu tidak hanya dibunuh dan dikubur di Syeol, seperti halnya para pelanggar Hukum Musa. Mereka itu pergi ke Gehena, yang darinya tidak ada kebangkitan.—Ibr 10:26-31.
Petrus menulis surat kepada saudara-saudaranya, menunjukkan bahwa mereka, sebagai ”rumah Allah”, ada di bawah penghakiman, dan ia kemudian mengutip dari Amsal 11:31 (LXX) memperingatkan mereka akan bahaya ketidaktaatan. Di ayat itu ia menyiratkan bahwa penghakiman mereka sekarang dapat berakhir dengan penghukuman berupa kebinasaan abadi bagi mereka, sebagaimana yang telah Paulus tulis.—1Ptr 4:17, 18.
Rasul Paulus juga mengatakan tentang beberapa orang yang akan ”menjalani hukuman pengadilan berupa kebinasaan abadi, dijauhkan dari hadapan Tuan dan dari kemuliaan kekuatannya, pada waktu ia datang untuk dimuliakan sehubungan dengan orang-orang kudusnya”. (2Tes 1:9, 10) Oleh karena itu, orang-orang ini tidak akan selamat memasuki Pemerintahan Seribu Tahun Kristus, dan karena kebinasaan mereka bersifat ”abadi”, mereka tidak akan menerima kebangkitan.
Kebangkitan selama 1.000 Tahun. Berapa persisnya jumlah manusia yang pernah hidup tidak diketahui. Namun, sebagai ilustrasi, seandainya Yehuwa membangkitkan 20 miliar orang (20.000.000.000), tidak akan ada masalah sehubungan dengan tempat tinggal dan makanan bagi mereka. Permukaan tanah di bumi saat ini luasnya sekitar 148.000.000 km2, atau sekitar 14.800.000.000 ha. Sekalipun setengah dari luas tanah itu disisihkan untuk penggunaan lain, masih tersedia lebih dari sepertiga hektar untuk setiap orang. Sehubungan dengan potensi bumi untuk menghasilkan makanan, sepertiga hektar sebenarnya dapat menyediakan lebih dari cukup makanan untuk satu orang, apalagi bila, sebagaimana yang telah Allah pertunjukkan dalam kasus bangsa Israel, ada berlimpah makanan sebagai hasil berkat Allah.—1Raj 4:20; Yeh 34:27.
Mengenai pertanyaan tentang kesanggupan bumi untuk menghasilkan makanan, Organisasi Pangan dan Pertanian PBB menyatakan bahwa, cukup dengan sedikit perbaikan terhadap metode pertanian, bahkan di daerah yang berkembang, bumi dapat dengan mudah memberi makan hingga sembilan kali lipat populasi pada tahun 2000 menurut perkiraan para ilmuwan.—Land, Food and People, Roma, 1984, hlm. 16, 17.
Namun, bagaimana miliaran orang dapat diurus dengan memadai, mengingat fakta bahwa pada masa lalu, kebanyakan di antara mereka tidak mengenal Allah dan harus belajar untuk menyesuaikan diri dengan hukum-hukum-Nya bagi mereka? Pertama, Alkitab menyatakan bahwa kerajaan dunia menjadi ”kerajaan Tuan kita dan Kristusnya, dan ia . . . memerintah sebagai raja, kekal selama-lamanya”. (Pny 11:15) Dan prinsip Alkitab adalah bahwa ”pada waktu ada penghakiman darimu [Yehuwa] bagi bumi, penduduk tanah yang produktif akan belajar keadilbenaran”. (Yes 26:9) Pada waktu yang Ia tentukan, ketika perlu untuk memberi tahu hamba-hamba-Nya, Allah akan menyingkapkan bagaimana maksud-tujuan-Nya untuk melaksanakan pekerjaan ini.—Am 3:7.
Bagaimana mungkin miliaran orang yang sekarang di dalam kuburan akan dibangkitkan dan dididik dalam waktu 1.000 tahun?
Sebuah ilustrasi menyingkapkan betapa sederhana dan praktisnya kehendak Yehuwa bagi umat manusia. Bukan sebagai nubuat, melainkan sekadar untuk ilustrasi, kita dapat mengandaikan bahwa orang-orang yang membentuk ”kumpulan besar” orang adil-benar yang ”keluar dari kesengsaraan besar” dalam sistem ini hidup-hidup (Pny 7:9, 14) berjumlah sekitar 6.000.000 (sekitar 1⁄1000 populasi bumi saat ini). Kemudian, jika, katakanlah, setelah diberi waktu 100 tahun untuk pelatihan mereka dan untuk ’menaklukkan’ sebagian bumi (Kej 1:28), Allah bermaksud untuk menghidupkan tiga persen dari jumlah ini, hal ini berarti bahwa setiap orang yang baru tiba akan diurus oleh 33 orang yang terlatih. Karena pertambahan tahunan sebesar tiga persen, jika digabungkan, akan melipatgandakan jumlah itu kira-kira setiap 24 tahun, ke-20 miliar (20.000.000.000) orang itu seluruhnya dapat dibangkitkan sebelum 400 tahun Pemerintahan Seribu Tahun Kristus berlalu, dengan cukup waktu untuk melatih dan menghakimi orang-orang yang dibangkitkan itu tanpa merusak keharmonisan dan ketertiban di bumi. Jadi, dengan kemahakuasaan dan hikmat-Nya, Allah sanggup mewujudkan maksud-tujuan-Nya hingga akhir yang gemilang sepenuhnya dalam kerangka hukum dan pengaturan yang telah Ia buat bagi umat manusia sejak awal, dengan tambahan kebaikan hati yang penuh kasih berupa kebangkitan.—Rm 11:33-36.