-
SABIT PARUHPemahaman Alkitab, Jilid 2
-
-
Terjemahan dari kata Ibrani ma·ʽatsadhʹ, yang menunjuk ke sebuah alat untuk membentuk kayu, dan bahkan besi. (Yer 10:3; Yes 44:12) Kata Ibrani ini konon diambil dari kata dasar yang dikaitkan dengan kata-kata dalam bahasa-bahasa yang berkerabat dengan bahasa Ibrani yang artinya ”menuai”, ”memotong”. Oleh karena itu, Koehler dan Baumgartner menetapkan bahwa ma·ʽatsadhʹ adalah ”sabit paruh”. (Lexicon in Veteris Testamenti Libros, Leiden, 1958, hlm. 550) Sabit paruh zaman sekarang terdiri dari sebuah tangkai dan sebilah pisau yang ujungnya bengkok. Akan tetapi, ada yang menganggap ma·ʽatsadhʹ adalah semacam kapak, karena itulah arti kata tersebut dalam bahasa Ibrani yang belakangan, dan berpendapat bahwa yang dimaksud kata itu bisa jadi adalah sebuah beliung.
-
-
SABTAPemahaman Alkitab, Jilid 2
-
-
SABTA
Putra Kus dan saudara Nimrod; bapak leluhur salah satu di antara 70 keluarga pasca-Air Bah. (Kej 10:7, 8, 32; 1Taw 1:9, 10) Keturunan Sabta tampaknya menetap di Arab bagian selatan, mungkin di salah satu tempat yang belakangan menyandang nama yang mirip dengan namanya. Menurut perkiraan, tempat itu adalah Sabota, ibu kota Hadhramaut zaman dahulu, dan Ptolemeus menyebutkan sebuah kota bernama Sapta di dekat Tel. Persia, tetapi kita belum dapat memastikan kaitan antara tempat-tempat ini dengan Sabta.
-
-
SABUKPemahaman Alkitab, Jilid 2
-
-
SABUK
Lihat PAKAIAN.
-
-
SADAR (TIDAK MABUK)Pemahaman Alkitab, Jilid 2
-
-
SADAR (TIDAK MABUK)
Kata-kata Yunani neʹfo (verba) dan ne·faʹli·os (adjektiva) pada dasarnya memaksudkan bebas dari pengaruh minuman yang memabukkan. Namun, dalam Alkitab kata-kata itu terutama digunakan dalam arti kiasan dan mengandung gagasan tidak mabuk, bersahaja dalam kebiasaan, bersiap siaga, berwaspada, atau tetap sadar. Kata yang terkait, e·kneʹfo, yang khususnya berarti ”menjadi sadar”, digunakan dalam Septuaginta Yunani di Kejadian 9:24, ”Nuh pulih [bangun] dari mabuk anggur.” Istilah Yunani ini juga digunakan dalam terjemahan yang sama di Yoel 1:5, sewaktu sang nabi menyuruh ”para pemabuk” rohani di Israel untuk ’bangun’, dan di Habakuk 2:19, sewaktu celaka dinubuatkan atas para penyembah berhala yang mengatakan kepada potongan kayu dan batu, ”Bangunlah!”
Ketika menyebutkan satu per satu persyaratan bagi orang-orang yang akan dilantik sebagai pengawas dalam sidang Kristen, rasul Paulus mengatakan bahwa pengawas harus ”bersahaja dalam kebiasaan” (Yn., ne·faʹli·os). Hal itu mencakup bebas dari minum anggur secara berlebihan, karena disebutkan juga bahwa ia bukan ”orang yang suka mabuk”. Kata ne·faʹli·os memperlihatkan bahwa pria tersebut memiliki akal sehat dan bersahaja dalam hal-hal lain, seperti dalam tutur kata dan tingkah laku, selain selalu bersahaja dalam mengkonsumsi minuman beralkohol.—1Tim 3:2, 3.
Kaum wanita di sidang juga diberi nasihat yang serupa, untuk berlaku ”serius, tidak suka memfitnah, bersahaja dalam kebiasaan, setia dalam segala sesuatu”. (1Tim 3:11) Pria dan wanita yang sudah berumur mendapat nasihat yang serupa; para wanita yang lebih tua hendaknya memberi teladan, ”dengan demikian mereka menyadarkan wanita-wanita muda” untuk menjadi istri dan ibu yang baik, tunduk kepada suami mereka.—Tit 2:2-5.
Sewaktu mengoreksi sidang Korintus, yang sudah terpengaruh oleh orang-orang tertentu yang mempropagandakan doktrin yang salah, Paulus berkata, ”Pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang berguna. Bangunlah dan jadilah sadar [bentukan dari e·kneʹfo] sesuai dengan keadilbenaran dan janganlah mempraktekkan dosa, karena beberapa orang tidak memiliki pengetahuan tentang Allah. Aku berbicara supaya kamu merasa malu.” (1Kor 15:33, 34) Mereka harus bangun dari keadaan tidak sadar akibat doktrin yang salah, yang menyesatkan sejumlah orang dan mengakibatkan gangguan kesehatan rohani dan bahkan kematian. (1Kor 11:30) Dengan nada serupa, ia telah menulis surat sebelumnya kepada orang-orang Tesalonika, yang telah diganggu oleh orang-orang yang mempropagandakan hal-hal yang tidak diajarkan para rasul. Ia mengatakan, mengenai ”hari Yehuwa”, bahwa hari itu akan datang secara tiba-tiba tetapi tidak akan menimpa orang-orang Kristen yang sejati dan setia, tidak seperti halnya pencuri. Jadi, mereka tidak boleh mengantuk tetapi harus memastikan bahwa mereka tetap waspada; mereka harus ”tetap bangun dan tetap sadar”.—1Tes 5:2-6, 8.
Paulus juga memperingatkan Timotius tentang kemurtadan yang akan datang, serta bahayanya terhadap integritas orang-orang Kristen yang ingin tetap loyal. Terutama sebagai pengawas, Timotius harus waspada dalam ’menjaga kesadarannya dalam segala hal, menanggung penderitaan, melakukan pekerjaan seorang penginjil, melaksanakan sepenuhnya pelayanannya’. (2Tim 4:3-5) Agar tetap sadar, Timotius harus paham bahwa tidak lama lagi kehidupan Paulus akan berakhir (2Tim 4:6-8), demikian pula kehidupan Timotius sendiri; karena itu, ia harus mempercayakan perkara-perkara yang telah dipelajarinya kepada pria-pria setia yang, pada waktunya, akan cukup cakap untuk mengajar orang-orang lain. (2Tim 2:2) Dengan demikian, sidang akan dibangun sebagai dinding pertahanan terhadap kemurtadan yang akan datang, sebagai ”pilar dan penopang kebenaran”.—1Tim 3:15.
-