-
PERANGPemahaman Alkitab, Jilid 2
-
-
Oleh karena itu, Paulus terdorong untuk menulis surat kepada mereka, ”Sesungguhnya aku minta dengan sangat agar apabila aku hadir, jangan sampai aku harus menggunakan keberanian yang disertai dengan keyakinan itu, yang dengannya aku akan mengambil tindakan tegas terhadap beberapa orang yang menyangka seolah-olah kami berjalan menurut keadaan kami dalam daging. Karena walaupun kami berjalan menurut daging, kami tidak berperang menurut keadaan kami dalam daging. Sebab senjata-senjata peperangan kami tidak bersifat daging, tetapi penuh kuasa oleh karena Allah, untuk merobohkan perkara-perkara yang dibentengi dengan kuat. Karena kami merobohkan pertimbangan-pertimbangan dan setiap perkara muluk-muluk yang dibangun untuk menentang pengetahuan tentang Allah; dan kami menawan setiap pikiran untuk membuatnya taat kepada Kristus.”—2Kor 10:2-5.
Paulus menulis surat kepada Timotius, yang ia tinggalkan di Efesus untuk mengurus sidang di sana, ”Mandat ini aku percayakan kepadamu, anakku, Timotius, sesuai dengan ramalan-ramalan yang langsung ditujukan kepadamu, agar dengan ini engkau terus melancarkan peperangan yang baik; berpegang pada iman dan hati nurani yang baik.” (1Tim 1:18, 19) Timotius tidak saja menghadapi konflik-konflik karena daging yang berdosa dan karena tentangan musuh-musuh kebenaran, tetapi ia juga harus berperang melawan penyusupan doktrin-doktrin palsu dan orang-orang yang akan merusak sidang. (1Tim 1:3-7; 4:6, 11-16) Tindakannya akan memperkuat sidang melawan kemurtadan yang Paulus tahu akan terjadi setelah para rasul meninggalkan panggung dunia. (2Tim 4:3-5) Jadi, ada perjuangan nyata yang harus dilakukan Timotius.
Paulus dapat mengatakan kepada Timotius, ”Aku telah berjuang dalam perjuangan yang baik, aku telah berlari di lintasan sampai garis akhir, aku telah menjalankan iman.” (2Tim 4:7) Paulus telah memelihara kesetiaannya kepada Yehuwa dan Yesus Kristus melalui tingkah laku yang benar dan pelayanan di bawah tentangan, penderitaan, dan penganiayaan. (2Kor 11:23-28) Selain itu, ia telah memenuhi tanggung jawab jabatannya sebagai rasul Tuan Yesus Kristus, berperang agar sidang Kristen tetap bersih dan tanpa cela, sebagai perawan yang murni, dan sebagai ”pilar dan penopang kebenaran”.—1Tim 3:15; 1Kor 4:1, 2; 2Kor 11:2, 29; bdk. 2Tim 2:3, 4.
Allah mendukung orang Kristen secara materi. Dalam peperangan Kristen, Allah memandang orang Kristen sebagai prajurit-Nya dan, karena itu, Ia menyediakan kebutuhan materi mereka. Sehubungan dengan hak seseorang yang melayani orang lain sebagai pelayan, sang rasul berargumen, ”Siapakah yang pernah berdinas sebagai prajurit atas biayanya sendiri?”—1Kor 9:7.
Orang Kristen dan Peperangan Bangsa-Bangsa. Orang Kristen selalu memelihara kenetralan yang teguh sehubungan dengan peperangan fisik di antara bangsa-bangsa, kelompok-kelompok, atau faksi-faksi mana pun. (Yoh 18:36; Ef 6:12) Untuk contoh-contoh sikap orang Kristen masa awal sehubungan dengan hal ini, lihat BALA TENTARA (Mereka yang Dikenal sebagai Orang Kristen Masa Awal).
Penggunaan Lainnya. Dalam nyanyian Barak dan Debora, yang dilantunkan setelah kemenangan atas bala tentara Yabin, raja Kanaan, ada suatu keadaan yang dikenang dan yang menetapkan sebuah prinsip, ”Mereka [Israel] kemudian memilih allah-allah baru. Pada waktu itulah ada perang di gerbang-gerbang.” (Hak 5:8) Segera setelah mereka meninggalkan Yehuwa dan berpaling kepada ibadat palsu, kesulitan pun timbul, para musuh mendesak sampai ke gerbang kota-kota mereka. Hal ini selaras dengan pernyataan pemazmur, ”Kalau bukan Yehuwa yang menjaga kota, sia-sialah penjaga tetap sadar.”—Mz 127:1.
Di Pengkhotbah 8:8, Salomo menulis, ”Tidak ada orang yang memiliki kuasa atas roh untuk menahan roh itu; . . . juga tidak ada pembebasan tugas dalam perang.” Pada hari kematian, orang yang sekarat tidak dapat memperpanjang kehidupannya dengan menahan roh, atau daya kehidupan, sehingga tidak kembali kepada Allah, Pemberi dan Sumbernya. Manusia yang menuju kematian tidak dapat mengendalikan hari kematiannya dan mencegah agar itu tidak pernah menimpanya. Dengan upaya apa pun, manusia tidak dapat bebas dari peperangan yang dilancarkan musuh, yakni Kematian, terhadap segenap umat manusia tanpa perkecualian. Manusia berdosa tidak dapat meminta manusia berdosa lainnya menggantikan dia dalam kematian sehingga dia dapat bebas dari kematian. (Mz 49:6-9) Kelegaan dimungkinkan hanya karena kebaikan hati Yehuwa yang tidak selayaknya diperoleh melalui Yesus Kristus. ”Sebagaimana dosa berkuasa sebagai raja bersama kematian, demikian pula kebaikan hati yang tidak selayaknya diperoleh berkuasa sebagai raja melalui keadilbenaran dengan tujuan kehidupan abadi melalui Yesus Kristus, Tuan kita.”—Rm 5:21.
-
-
PERANG YEHUWA, BUKUPemahaman Alkitab, Jilid 2
-
-
PERANG YEHUWA, BUKU
Lihat BUKU.
-
-
PERANGKAPPemahaman Alkitab, Jilid 2
-
-
PERANGKAP
Alat untuk menangkap binatang, biasanya dilengkapi suatu jerat atau pegas yang jika terpicu akan menangkap, mengurung, atau membunuh binatang itu. Pada umumnya, perangkap disembunyikan atau disamarkan sedemikian rupa agar mangsa terkelabui; umpan sering kali digunakan. Beberapa kata Ibrani diterjemahkan secara beragam menjadi ”perangkap”, ”jerat”, dan ”jaring”. (Mz 141:9, 10) Walaupun Alkitab tidak memberikan gambaran yang terperinci tentang jenis-jenis perangkap dan jerat binatang yang digunakan pada zaman dahulu, ayat-ayat seperti Ayub 18:8-10; Mazmur 10:9; 140:5; dan Yeremia 18:22 memberikan gambaran umum tentang cara penggunaan beberapa alat ini. Untuk keterangan mengenai model dan penggunaan alat-alat ini, lihat BERBURU DAN MENANGKAP IKAN; PENANGKAP BURUNG.
Sebagai Kiasan atau Ilustrasi. Karena binatang yang tertangkap di dalamnya akan terkurung, terluka, atau mati, jerat dan perangkap dapat menggambarkan berbagai penyebab hilangnya kebebasan, atau malapetaka, kehancuran, atau kematian. Maka, setelah Musa menyatakan datangnya tulah belalang yang hebat atas Mesir, hamba-hamba Firaun bertanya, ”Berapa lama pria ini akan menjadi jerat bagi kita?” (Kel 10:7) Tulah-tulah terdahulu datang setelah Musa menyatakannya, karena itu, ia telah menjadi suatu jerat, yaitu penyebab malapetaka atau kebinasaan bagi orang Mesir. Supaya orang Israel tidak jatuh ke dalam perangkap penyembahan berhala, Yehuwa berkali-kali memperingatkan mereka agar tidak membiarkan orang Kanaan tinggal di Tanah Perjanjian. (Kel 23:32, 33; 34:12; Ul 7:16, 25; Yos 23:13) Penyembahan berhala merupakan suatu perangkap, atau sesuatu yang dengan licik dapat menyebabkan malapetaka, bagi orang Israel karena akan mengakibatkan hilangnya perkenan dan perlindungan Yehuwa serta mengarah kepada penindasan dan penawanan di tangan musuh-musuh mereka. Penyembahan berhala juga bersifat menipu, umpannya adalah iming-iming keuntungan dan kesenangan. (Hak 2:2, 3, 11-16; 8:27) Dengan cara serupa, Raja Saul menggunakan putrinya, Mikhal, dalam suatu muslihat, dengan mengatakan, ”Aku akan memberikan Mikhal kepada Daud agar ia menjadi jerat baginya.” (1Sam 18:21) Saul diam-diam berharap bahwa Daud akan kehilangan nyawanya dalam tindakan penuh risiko yang diperlukan untuk mendapatkan seratus kulit khitan orang Filistin guna diberikan kepada raja sebagai ganti ”uang nikah”.—1Sam 18:25.
-