HIDUP, KEHIDUPAN
Hakikat kehidupan atau keadaan hidup; eksistensi atau masa eksistensi seseorang. Mengenai kehidupan jasmani di bumi, apa pun yang hidup pada umumnya mempunyai kemampuan untuk bertumbuh, bermetabolisme, menanggapi rangsangan dari luar, dan bereproduksi. Kata Ibrani yang digunakan dalam Alkitab adalah khai·yimʹ, dan kata Yunaninya adalah zo·eʹ. Kata Ibrani neʹfes dan kata Yunani psy·kheʹ, yang keduanya berarti ”jiwa”, juga digunakan untuk memaksudkan kehidupan, bukan dalam arti abstrak, melainkan kehidupan sebagai suatu pribadi atau binatang. (Bandingkan kata ”jiwa” dan ”kehidupan”, seperti yang digunakan di Ayb 10:1; Mz 66:9; Ams 3:22.) Tumbuh-tumbuhan memiliki kehidupan, hakikat kehidupan bekerja atasnya, tetapi bukan kehidupan sebagai jiwa. Kehidupan dalam arti paling lengkap, seperti yang berlaku bagi pribadi-pribadi yang cerdas, adalah eksistensi yang sempurna dengan hak untuk hal itu.
Allah Yehuwa Sumbernya. Kehidupan selalu ada, karena Allah Yehuwa adalah Allah yang hidup, Sumber kehidupan, dan eksistensi-Nya tidak mempunyai permulaan atau akhir. (Yer 10:10; Dan 6:20, 26; Yoh 6:57; 2Kor 3:3; 6:16; 1Tes 1:9; 1Tim 1:17; Mz 36:9; Yer 17:13) Ia memberikan kehidupan kepada ciptaan-Nya yang pertama, yaitu Putra satu-satunya yang diperanakkan, Firman. (Yoh 1:1-3; Kol 1:15) Melalui Putra ini diciptakanlah putra-putra Allah lainnya, yaitu para malaikat. (Ayb 38:4-7; Kol 1:16, 17) Belakangan, alam semesta diciptakan (Kej 1:1, 2), dan pada ”hari” ketiga penciptaan di bumi diciptakanlah bentuk-bentuk pertama kehidupan jasmani: rumput, tumbuh-tumbuhan, dan pohon buah-buahan. Pada hari kelima, jiwa-jiwa yang hidup di bumi, binatang laut, dan makhluk terbang yang bersayap diciptakan, dan pada hari keenam, binatang darat, dan akhirnya manusia.—Kej 1:11-13, 20-23, 24-31; Kis 17:25; lihat CIPTAAN; PENCIPTAAN dan HARI.
Jadi, kehidupan ada di bumi tanpa perlu menunggu menyatunya bahan-bahan kimia secara kebetulan di bawah keadaan tertentu yang tepat. Hal seperti itu tidak pernah terbukti dan sebenarnya juga mustahil terjadi. Kehidupan ada di bumi sebagai hasil perintah langsung Allah Yehuwa, sang Sumber kehidupan, dan melalui tindakan langsung Putra-Nya dalam melaksanakan perintah itu. Kehidupan hanya dihasilkan oleh sesuatu yang hidup. Dalam setiap kasus, catatan Alkitab memaparkan kepada kita bahwa sesuatu yang diciptakan menghasilkan keturunan yang serupa, atau ”menurut jenisnya”. (Kej 1:12, 21, 25; 5:3) Para ilmuwan mendapati bahwa memang ada kesenjangan antara ’jenis-jenis’ yang berbeda, dan hal ini merupakan kendala utama teori evolusi, selain persoalan asal mula.—Lihat JENIS.
Daya kehidupan dan napas. Makhluk-makhluk atau ”jiwa-jiwa” di bumi memiliki daya kehidupan yang aktif, atau ”roh” yang membuat mereka hidup, dan napas yang menunjang daya kehidupan itu. Roh (daya kehidupan) maupun napas adalah persediaan dari Allah, dan Ia dapat membinasakan kehidupan dengan mengambil salah satu. (Mz 104:29; Yes 42:5) Pada zaman Air Bah, binatang dan manusia tenggelam; napas mereka terputus dan daya kehidupan mereka padam dan mati. ”Matilah segala yang memiliki napas dan daya kehidupan yang aktif di lubang hidungnya, yakni semua yang ada di tanah yang kering.”—Kej 7:22; bandingkan dengan terjemahan karya Robert Young; lihat ROH.
Organisme. Segala sesuatu yang hidup, baik rohani ataupun jasmani, mempunyai tubuh. Kehidupan itu sendiri tidak berkepribadian, tidak berbentuk, karena hanya merupakan hakikat kehidupan. Sewaktu membahas jenis tubuh yang akan dimiliki orang-orang yang akan dibangkitkan kelak, rasul Paulus menjelaskan bahwa mereka yang diciptakan untuk lingkungan yang berbeda mempunyai tubuh yang berbeda. Mengenai mereka yang hidup di bumi, ia mengatakan, ”Tidak semua daging sama, tetapi ada daging manusia, dan daging ternak, dan daging burung, dan daging ikan.” Ia juga mengatakan bahwa ”ada tubuh surgawi, dan tubuh bumiah; tetapi kemuliaan tubuh surgawi berbeda jenisnya dengan kemuliaan tubuh bumiah”.—1Kor 15:39, 40.
Mengenai perbedaan daging berbagai tubuh di bumi, Encyclopædia Britannica edisi tahun 1942 (Jil. 14, hlm. 42) mengatakan, ”Ciri lain ialah individualitas secara kimiawi yang nyata di mana-mana, sebab setiap jenis organisme tampaknya memiliki proteinnya sendiri yang khas, dan kecepatan atau irama metabolisme tersendiri. Jadi, berkenaan dengan sifat umum, yaitu keteguhan dalam metabolisme yang tidak pernah berhenti, ada tiga serangkai fakta: (1) pembangunan yang mengkompensasi penguraian protein-protein, (2) munculnya protein-protein ini dalam bentuk koloid dan (3) sifat spesifik antarjenis.”—Cetak miring red.
Daya Kehidupan Diteruskan Turun-temurun. Setelah Yehuwa mengaktifkan daya kehidupan pada makhluk pertama dari setiap jenis makhluk (misalnya, pada pasangan manusia pertama), daya tersebut selanjutnya dapat diteruskan kepada keturunannya melalui proses reproduksi. Pada mamalia, sang ibu menyuplai oksigen dan makanan lain sejak pembuahan hingga kelahiran; setelah lahir, sang bayi mulai bernapas melalui lubang hidungnya, menyusu, dan kemudian makan.
Pada waktu Adam diciptakan, Allah membentuk tubuh manusia. Agar tubuh yang baru diciptakan itu hidup dan tetap hidup, diperlukan roh (daya kehidupan) dan pernapasan. Kejadian 2:7 menyatakan bahwa Allah ”mengembuskan ke dalam lubang hidungnya napas [bentuk dari nesya·mahʹ] kehidupan, dan manusia itu menjadi jiwa yang hidup”. ”Napas kehidupan” tentunya bukan sekadar napas atau udara yang masuk ke dalam paru-paru. Allah pasti memberi Adam roh atau pancaran kehidupan dan napas yang dibutuhkan agar ia tetap hidup. Kini Adam mulai hidup sebagai suatu pribadi, memperlihatkan sifat-sifat kepribadiannya, dan melalui tutur kata dan tindakannya ia dapat menunjukkan bahwa ia lebih mulia daripada binatang, bahwa ia adalah ”putra Allah”, diciptakan menurut rupa dan gambar-Nya.—Kej 1:27; Luk 3:38.
Kehidupan manusia dan binatang bergantung pada daya kehidupan, yang mula-mula diaktifkan pada makhluk pertama dari tiap-tiap jenis makhluk, dan juga pada napas untuk menunjang daya kehidupan itu. Ilmu pengetahuan biologi meneguhkan fakta tersebut. Hal ini nyata melalui upaya beberapa pakar untuk mengategorikan berbagai aspek proses kematian: Mati klinis, berhentinya fungsi organ-organ pernapasan dan sirkulasi; mati otak, berhentinya fungsi otak secara total, tanpa dapat dipulihkan lagi; mati somatis, berhentinya fungsi vital semua organ dan jaringan tubuh secara bertahap hingga akhirnya berhenti sama sekali. Jadi, bahkan setelah berhentinya pernapasan, denyut jantung, dan fungsi otak, daya kehidupan masih ada dalam jaringan tubuh untuk beberapa saat.
Penuaan dan Kematian. Semua bentuk kehidupan tumbuh-tumbuhan maupun binatang tidak ada yang abadi. Sebuah pertanyaan yang sudah lama diajukan di kalangan para ilmuwan ialah ”Mengapa manusia menjadi tua dan mati?”
Beberapa ilmuwan mengemukakan gagasan bahwa setiap sel mempunyai jangka hidup yang telah ditentukan secara genetis. Untuk mendukung hal ini, mereka menunjuk ke eksperimen yang memperlihatkan bahwa sel-sel yang dibiakkan dalam lingkungan buatan didapati berhenti membelah diri setelah kira-kira 50 kali. Akan tetapi, para ilmuwan lain membantah bahwa eksperimen demikian tidak memberikan pemahaman mengapa organisme secara keseluruhan menjadi tua. Berbagai penjelasan lain diajukan, termasuk teori bahwa otak melepaskan hormon-hormon yang sangat berperan dalam penuaan dan kematian yang menyusul. Perlunya kehati-hatian dalam menerima satu teori dan menolak teori lain dinyatakan melalui komentar Roy L. Walford, M.D., yang mengatakan, ”Tidak ada alasan untuk merasa khawatir atau bahkan terkejut jika paradigma Hayflick [teori bahwa penuaan tertanam dalam sel-sel secara genetis] mungkin akhirnya terbukti salah, atau digantikan oleh paradigma lain yang lebih baik tetapi yang akhirnya juga salah. Semuanya benar pada saat itu dikemukakan.”—Maximum Life Span, 1983, hlm. 75.
Pada waktu mengulas temuan dan kesimpulan para ilmuwan, patut dipertimbangkan bahwa kebanyakan di antaranya mengabaikan fakta bahwa kehidupan berasal dari seorang Pencipta. Melalui upaya mereka sendiri, mereka berharap akan dapat menemukan rahasia proses penuaan dan kematian dengan tujuan memperpanjang kehidupan manusia untuk waktu yang tidak terhingga. Mereka mengabaikan fakta bahwa sang Pencipta telah menyatakan hukuman mati atas pasangan manusia pertama, lalu melaksanakan hukuman itu dengan cara yang tidak sepenuhnya dipahami oleh manusia; mereka juga mengabaikan fakta bahwa Ia menawarkan hadiah berupa kehidupan abadi kepada orang-orang yang memperlihatkan iman akan Putra-Nya.—Kej 2:16, 17; 3:16-19; Yoh 3:16.
Adam menghilangkan kehidupannya sendiri dan kehidupan keturunannya. Sewaktu Adam diciptakan, Allah menaruh ”pohon kehidupan” di taman Eden. (Kej 2:9) Buah pohon ini jelas tidak memiliki sifat bawaan yang dapat memberikan kehidupan, tetapi pohon ini menggambarkan jaminan Allah bahwa orang yang Ia izinkan untuk makan buahnya akan memperoleh kehidupan ”sampai waktu yang tidak tertentu”. Karena Allah menempatkan pohon itu di sana dengan tujuan tertentu, tidak diragukan bahwa Adam akan diizinkan makan buahnya setelah ia terbukti setia sampai suatu taraf yang Allah anggap memuaskan dan cukup. Pada waktu Adam melakukan pelanggaran, kesempatan untuk memakan buah pohon itu dicabut, sebab Yehuwa berfirman, ”Maka supaya ia tidak mengulurkan tangannya dan sesungguhnya mengambil juga buah dari pohon kehidupan dan makan dan hidup sampai waktu yang tidak tertentu,—.” Kemudian Yehuwa bertindak sesuai dengan kata-kata-Nya. Ia tidak mengizinkan orang yang tidak layak hidup untuk tinggal dalam taman yang Ia buat bagi orang-orang adil-benar dan untuk makan dari pohon kehidupan.—Kej 3:22, 23.
Adam, yang pernah menikmati kehidupan sempurna, dengan syarat ia taat kepada Yehuwa (Kej 2:17; Ul 32:4), kini merasakan bekerjanya dosa dalam dirinya serta akibat dosa, yaitu kematian. Namun, daya tahan tubuhnya kuat. Bahkan dalam keadaannya yang menyedihkan, terasing dari Allah dan kondisi rohani yang ideal, ia hidup selama 930 tahun sampai akhirnya ia mati. Sementara itu, ia dapat meneruskan, bukan kehidupan yang sepenuhnya, melainkan kehidupan dalam taraf tertentu kepada keturunannya, yang banyak di antaranya hidup antara 700 hingga 900 tahun. (Kej 5:3-32) Tetapi proses yang terjadi pada diri Adam digambarkan oleh Yakobus, saudara tiri Yesus, ”Masing-masing dicobai dengan ditarik dan dipikat oleh keinginannya sendiri. Kemudian apabila keinginan itu telah menjadi subur, ia akan melahirkan dosa; selanjutnya apabila dosa telah terlaksana, ia akan menghasilkan kematian.”—Yak 1:14, 15.
Apa yang Dibutuhkan Manusia untuk Hidup. Kebanyakan peneliti ilmiah tidak hanya mengabaikan penyebab kematian pada semua manusia, tetapi yang lebih penting, mereka mengesampingkan faktor utama yang mutlak penting untuk kehidupan abadi. Walaupun tubuh manusia perlu senantiasa diberi makan dan disegarkan dengan bernapas, minum, dan makan, ada sesuatu yang jauh lebih penting untuk dapat tetap hidup. Prinsip ini dinyatakan oleh Yehuwa, ”Bukan dengan roti saja manusia hidup, melainkan dengan setiap pernyataan dari mulut Yehuwa manusia hidup.” (Ul 8:3) Yesus Kristus mengulangi pernyataan ini dan juga mengatakan, ”Makananku adalah melakukan kehendak dia yang mengutus aku dan menyelesaikan pekerjaannya.” (Yoh 4:34; Mat 4:4) Pada kesempatan lain ia menyatakan, ”Sebagaimana Bapak yang hidup mengutus aku dan aku hidup oleh karena Bapak, juga dia yang memakan aku, orang itu akan hidup oleh karena aku.”—Yoh 6:57.
Pada waktu manusia diciptakan, ia dibuat menurut gambar Allah, sesuai dengan rupa Dia. (Kej 1:26, 27) Hal ini tentu tidak berarti gambar atau penampilan fisiknya sama, sebab Allah adalah Roh, dan manusia itu daging. (Kej 6:3; Yoh 4:24) Ini berarti bahwa berbeda dengan ”binatang-binatang yang tidak bernalar” (2Ptr 2:12), manusia mempunyai daya nalar; ia mempunyai sifat-sifat yang Allah miliki, seperti kasih, perasaan keadilan, hikmat, dan kuasa. (Bdk. Kol 3:10.) Ia memiliki kemampuan untuk memahami alasan ia ada dan maksud-tujuan sang Pencipta baginya. Jadi, tidak seperti binatang, ia diberi kemampuan untuk menghargai hal-hal rohani. Ia dapat menghargai dan menyembah Penciptanya. Kemampuan ini menciptakan suatu kebutuhan dalam diri Adam. Ia tidak hanya membutuhkan makanan jasmani tetapi juga makanan rohani; ia harus mengamalkan kerohaniannya demi kesejahteraan mental dan fisiknya.
Oleh karena itu, terlepas dari Allah Yehuwa dan persediaan rohani-Nya, manusia mustahil hidup terus sampai waktu yang tak tertentu. Mengenai hidup selama-lamanya, Yesus mengatakan, ”Ini berarti kehidupan abadi, bahwa mereka terus memperoleh pengetahuan mengenai dirimu, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenai pribadi yang engkau utus, Yesus Kristus.”—Yoh 17:3.
Regenerasi. Demi memulihkan kesempurnaan organisme dan prospek kehidupan kekal manusia, Yehuwa menyediakan kebenaran, ”firman kehidupan”. (Yoh 17:17; Flp 2:16) Dengan mengikuti kebenaran, seseorang akan dituntun kepada pengetahuan tentang persediaan Allah, yaitu Yesus Kristus, yang memberikan dirinya ”sebagai tebusan untuk penukar bagi banyak orang”. (Mat 20:28) Hanya melalui sarana ini manusia dapat dipulihkan sepenuhnya secara rohani maupun jasmani.—Kis 4:12; 1Kor 1:30; 15:23-26; 2Kor 5:21; lihat TEBUSAN.
Oleh karena itu, melalui Yesus Kristus kehidupan ini dapat diregenerasi. Ia disebut ”Adam yang terakhir . . . roh yang memberikan kehidupan”. (1Kor 15:45) Dalam nubuat ia disebut sebagai ”Bapak yang Kekal” (Yes 9:6), dan pribadi yang ”mencurahkan jiwanya ke dalam kematian”, yang jiwanya ’ditetapkan sebagai persembahan kesalahan’. Sebagai ”Bapak” seperti itu, ia dapat meregenerasi umat manusia, dengan demikian memberikan kehidupan kepada orang-orang yang memperlihatkan iman akan persembahan jiwanya dan yang taat.—Yes 53:10-12.
Harapan orang-orang zaman dahulu. Orang-orang yang setia pada zaman dahulu memiliki harapan kehidupan. Rasul Paulus menandaskan fakta ini. Ia menunjuk ke masa lalu kepada keturunan Abraham sebelum Hukum diberikan, dan ia berbicara tentang dirinya sendiri, seorang Ibrani, seolah-olah ia sudah hidup pada masa itu, dalam arti ia berada dalam pinggang bapak-bapak leluhurnya. Ia mengemukakan, ”Aku pernah hidup terpisah dari hukum; tetapi ketika perintah itu tiba, dosa mulai hidup lagi, tetapi aku mati. Dan perintah itu, yang seharusnya membawa kepada kehidupan, aku dapati membawa kepada kematian.” (Rm 7:9, 10; bdk. Ibr 7:9, 10.) Pria-pria seperti Habel, Henokh, Nuh, dan Abraham berharap kepada Allah. Mereka percaya kepada ”benih” yang bakal meremukkan kepala ular, yang akan berarti pembebasan. (Kej 3:15; 22:16-18) Mereka menantikan Kerajaan Allah, ”kota yang mempunyai fondasi yang tetap”. Mereka percaya akan kebangkitan orang mati kepada kehidupan.—Ibr 11:10, 16, 35.
Sewaktu Hukum diberikan, Yehuwa berfirman, ”Kamu harus menjalankan ketetapanku dan keputusan hukumku, apabila seseorang melakukannya, ia juga akan hidup oleh karenanya.” (Im 18:5) Tidak diragukan, orang-orang Israel yang menerima Hukum itu menyambutnya sebagai sesuatu yang menawarkan harapan kehidupan bagi mereka. Hukum itu ”kudus dan adil-benar” dan orang yang dapat hidup sepenuhnya menurut standar-standarnya, akan ditandai sebagai orang yang adil-benar. (Rm 7:12) Akan tetapi, bukannya memberikan kehidupan, Hukum tersebut malah memperlihatkan bahwa semua orang Israel, dan umat manusia pada umumnya, tidak sempurna dan berdosa. Selain itu, Hukum mendatangkan kutuk kematian kepada orang Yahudi. (Gal 3:19; 1Tim 1:8-10) Sesungguhnya, sebagaimana dikatakan Paulus, ”ketika perintah itu tiba, dosa mulai hidup lagi, tetapi aku mati”. Oleh karena itu, kehidupan tidak mungkin diperoleh melalui Hukum.
Sang rasul menyatakan alasannya, ”Jika suatu hukum yang dapat memberikan kehidupan telah diberikan, maka keadilbenaran adalah melalui hukum.” (Gal 3:21) Orang Yahudi tidak saja diperlihatkan sebagai orang berdosa karena mereka adalah keturunan Adam, tetapi mereka juga terkutuk karena melanggar Hukum. Untuk alasan ini, Kristus mati di tiang siksaan, sebagaimana dikatakan Paulus, ”Dengan membeli kita, Kristus melepaskan kita dari kutuk Hukum dengan menjadi orang yang dikutuk menggantikan kita, karena ada tertulis, ’Terkutuklah setiap orang yang digantung pada sebuah tiang’.” (Gal 3:13) Dengan menyingkirkan rintangan ini, yaitu kutuk yang ditimpakan ke atas orang Yahudi karena mereka melanggar Hukum, Yesus Kristus menyingkirkan penghalang kepada kehidupan bagi orang Yahudi, dengan memberi mereka kesempatan untuk memperoleh kehidupan. Jadi, tebusannya dapat memberikan manfaat kepada mereka maupun orang-orang lain.
Kehidupan abadi, upah dari Allah. Dalam seluruh Alkitab jelas terlihat bahwa hamba-hamba Yehuwa berharap untuk menerima kehidupan abadi dari Allah. Harapan ini menganjurkan mereka untuk tetap setia. Dan ini bukan harapan yang bersifat mementingkan diri. Sang rasul menulis, ”Lagi pula, tanpa iman, orang mustahil menyenangkan dia, karena ia yang menghampiri Allah harus percaya bahwa dia ada dan bahwa dia memberikan upah kepada orang yang dengan sungguh-sungguh mencari dia.” (Ibr 11:6) Ia memang Allah yang memberikan upah; itulah salah satu di antara sifat-sifat yang membuat Dia layak mendapatkan pengabdian penuh dari ciptaan-Nya.
Peri tidak berkematian, ketidakfanaan, kehidupan ilahi. Alkitab mengatakan bahwa Yehuwa memiliki peri tidak berkematian dan bahwa Ia tidak fana. (1Tim 1:17) Putra-Nya adalah pribadi pertama yang Ia karuniai sifat-sifat tersebut. Pada waktu rasul Paulus menulis surat kepada Timotius, Kristus-lah satu-satunya pribadi yang diberi peri tidak berkematian. (1Tim 6:16) Tetapi hal itu dijanjikan kepada orang-orang lain, yaitu mereka yang akan menjadi saudara-saudara rohani Kristus. (Rm 2:7; 1Kor 15:53, 54) Selain itu, mereka akan ikut memiliki ”kodrat ilahi”; mereka akan menikmati kemuliaan bersama Kristus. (2Ptr 1:4) Malaikat adalah makhluk roh, tetapi mereka tidak memiliki peri tidak berkematian, sebab malaikat-malaikat yang telah menjadi hantu-hantu fasik akan dibinasakan.—Mat 25:41; Luk 4:33, 34; Pny 20:10, 14; lihat KETIDAKFANAAN; PERI TIDAK BERKEMATIAN.
Kehidupan yang tidak fana di bumi. Bagaimana dengan yang lain-lain di antara umat manusia yang tidak menerima kehidupan surgawi? Rasul Yohanes mengutip kata-kata Yesus, ”Karena Allah begitu mengasihi dunia ini, ia memberikan Putra satu-satunya yang diperanakkan, agar setiap orang yang memperlihatkan iman akan dia tidak akan dibinasakan melainkan memperoleh kehidupan abadi.” (Yoh 3:16) Dalam perumpamaannya tentang domba dan kambing, orang-orang dari bangsa-bangsa yang dipisahkan sebagai domba di sebelah kanan Yesus masuk ”ke dalam kehidupan abadi”. (Mat 25:46) Paulus berbicara tentang ”putra-putra Allah” dan ”sesama ahli waris bersama Kristus” dan mengatakan bahwa ”dengan penantian yang penuh kerinduan ciptaan sedang menunggu disingkapkannya putra-putra Allah”. Lalu ia mengatakan bahwa ”ciptaan itu sendiri juga akan dimerdekakan dari keadaan sebagai budak kefanaan dan akan mendapat kemerdekaan yang mulia sebagai anak-anak Allah”. (Rm 8:14-23) Sewaktu diciptakan sebagai manusia sempurna, Adam adalah ”putra [atau anak] Allah”. (Luk 3:38) Penglihatan yang mengandung nubuat dalam Penyingkapan 21:1-4 menunjuk ke zaman ”langit baru” dan ”bumi baru” dan memberikan janji bahwa pada waktu itu ”kematian tidak akan ada lagi, juga tidak akan ada lagi perkabungan atau jeritan atau rasa sakit”. Karena janji ini tidak diberikan kepada makhluk-makhluk roh, tetapi khusus kepada ”umat manusia”, ada jaminan bahwa masyarakat baru umat manusia di bumi yang bakal hidup di bawah ”langit baru” akan dipulihkan sehingga sehat sepenuhnya dalam pikiran dan tubuh dan memperoleh kehidupan abadi sebagai ”anak-anak Allah” di bumi.
Dalam perintah Allah kepada Adam, tersirat bahwa jika Adam taat, ia tidak akan mati. (Kej 2:17) Demikian halnya kelak dengan umat manusia yang taat. Apabila kematian sebagai musuh terakhir manusia dilenyapkan, dosa tidak akan bekerja dalam tubuh mereka sehingga tidak lagi mendatangkan kematian. Sampai waktu yang tak tertentu mereka tidak perlu mati. (1Kor 15:26) Kematian akan dilenyapkan pada akhir pemerintahan Kristus, yang menurut buku Penyingkapan akan berlangsung selama 1.000 tahun. Tentang mereka yang menjadi raja dan imam bersama Kristus dikatakan bahwa mereka ”hidup kembali dan memerintah sebagai raja bersama Kristus selama seribu tahun”. ”Orang-orang mati yang lain”, yang tidak hidup kembali ”sampai seribu tahun itu berakhir”, pasti adalah mereka yang masih hidup pada akhir seribu tahun, tetapi sebelum Setan dilepaskan dari jurang yang tidak terduga dalamnya dan mendatangkan ujian yang menentukan ke atas umat manusia. Menjelang akhir seribu tahun itu, orang-orang di bumi sudah akan mencapai kesempurnaan manusiawi, berada dalam keadaan yang sama seperti Adam dan Hawa sebelum mereka berdosa. Saat itu mereka benar-benar memiliki kehidupan yang sempurna. Setelah itu, mereka yang lulus ujian sewaktu Setan dilepaskan untuk waktu yang singkat dari jurang yang tidak terduga dalamnya dapat menikmati kehidupan itu untuk selama-lamanya.—Pny 20:4-10.
Jalan Kehidupan. Yehuwa, sang Sumber kehidupan, telah menyingkapkan jalan kehidupan melalui Firman kebenaran-Nya. Tuan Yesus Kristus ”memancarkan terang ke atas kehidupan dan ketidakfanaan melalui kabar baik”. (2Tim 1:10) Ia memberi tahu murid-muridnya, ”Rohlah yang memberikan kehidupan; daging sama sekali tidak berguna. Perkataan yang telah aku katakan kepadamu adalah roh dan kehidupan.” Tidak lama kemudian Yesus bertanya kepada rasul-rasulnya apakah mereka akan meninggalkan dia, seperti yang dilakukan orang-orang lain. Petrus menjawab, ”Tuan, kepada siapa kami akan pergi? Engkau memiliki perkataan kehidupan abadi.” (Yoh 6:63, 66-68) Rasul Yohanes menyebut Yesus ”firman kehidupan”, dan mengatakan, ”Dengan perantaraan dia adalah kehidupan.”—1Yoh 1:1, 2; Yoh 1:4.
Dari perkataan Yesus jelas bahwa sia-sialah upaya manusia untuk memperpanjang kehidupan sampai waktu yang tidak ditentukan, ataupun teori-teori bahwa pola makan atau aturan hidup tertentu akan memberikan kehidupan kepada umat manusia. Semua upaya itu paling-paling hanya akan membuat kesehatan menjadi lebih baik untuk sementara waktu. Satu-satunya jalan menuju kehidupan ialah ketaatan kepada kabar baik, ”firman kehidupan”. (Flp 2:16) Untuk memperoleh kehidupan, seseorang harus tetap memusatkan pikirannya ”pada perkara-perkara yang ada di atas, bukan pada perkara-perkara yang ada di bumi”. (Kol 3:1, 2) Kepada para pendengarnya, Yesus mengatakan, ”Ia yang mendengar perkataanku dan percaya kepada dia yang mengutus aku memiliki kehidupan abadi, dan ia tidak akan dihakimi tetapi telah beralih dari kematian kepada kehidupan.” (Yoh 5:24; 6:40) Mereka bukan lagi pedosa terkutuk yang berada pada jalan kematian. Rasul Paulus menulis, ”Karena itu, mereka yang ada dalam persatuan dengan Kristus Yesus tidak mendapat hukuman. Sebab hukum roh itu, yang memberikan kehidupan dalam persatuan dengan Kristus Yesus, telah memerdekakan kamu dari hukum dosa dan hukum kematian.” (Rm 8:1, 2) Yohanes mengatakan bahwa seorang Kristen tahu bahwa ia telah ”beralih dari kematian kepada kehidupan” jika ia mengasihi saudara-saudaranya.—1Yoh 3:14.
Karena ”tidak ada nama lain di bawah langit yang telah diberikan di antara manusia yang melaluinya kita akan diselamatkan”, orang yang mencari kehidupan harus mengikuti Kristus. (Kis 4:12) Yesus memperlihatkan bahwa seseorang harus sadar akan kebutuhan rohaninya; ia harus lapar dan haus akan keadilbenaran. (Mat 5:3, 6) Ia tidak hanya perlu mendengar kabar baik tetapi ia harus memperlihatkan iman akan Yesus Kristus dan melalui dia berseru kepada nama Yehuwa. (Rm 10:13-15) Ia harus mengikuti teladan Yesus dengan dibaptis dalam air. (Mat 3:13-15; Ef 4:5) Lalu, ia harus terus mencari Kerajaan dan keadilbenaran Yehuwa.—Mat 6:33.
Lindungi Hati. Seseorang yang telah menjadi murid Yesus Kristus harus terus berada di jalan kehidupan. Ia diperingatkan, ”Biarlah ia yang berpikir bahwa ia sedang berdiri, berhati-hati agar ia tidak jatuh.” (1Kor 10:12) Ia dinasihati, ”Lebih daripada semua hal lain yang harus dijaga, jagalah hatimu, karena dari situlah keluar sumber kehidupan.” (Ams 4:23) Yesus memperlihatkan bahwa dari hati keluarlah pikiran yang fasik, perzinaan, pembunuhan, dan sebagainya. Hal-hal ini akan mengarah ke kematian. (Mat 15:19, 20) Kita perlu mewaspadai pertimbangan hati seperti itu dengan membekali hati dengan makanan rohani yang memberikan kehidupan, kebenaran dari Sumber-kehidupan yang murni, agar hati kita tidak menempuh jalan yang salah dan menyebabkan kita keluar dari jalan kehidupan.—Rm 8:6; lihat JANTUNG.
Apabila kita ingin melindungi kehidupan dengan menjaga hati, kita harus mengendalikan lidah. ”Kematian dan kehidupan ada dalam kuasa lidah, dan ia yang mengasihinya akan memakan buahnya.” (Ams 18:21) Alasannya dijelaskan oleh Yesus, ”Hal-hal yang keluar dari mulut keluar dari hati, dan hal-hal itu mencemarkan orang.” (Mat 15:18; Yak 3:5-10) Namun, dengan menggunakan lidah secara sepatutnya untuk memuji Allah dan mengatakan hal-hal yang benar, kita akan tetap berada pada jalan kehidupan.—Mz 34:12-14; 63:3; Ams 15:4.
Kehidupan Sekarang. Setelah mencoba segala sesuatu yang ditawarkan kehidupan ini berupa kekayaan, rumah, kebun, dan berbagai bentuk kesenangan, Raja Salomo sampai pada kesimpulan, ”Aku membenci kehidupan, karena dari sudut pandanganku, pekerjaan yang telah dilakukan di bawah matahari menyebabkan malapetaka, sebab segala sesuatu adalah kesia-siaan dan perjuangan mengejar angin.” (Pkh 2:17) Salomo tidak membenci kehidupan itu sendiri, sebab itu adalah ’pemberian yang baik dan hadiah yang sempurna yang berasal dari atas’. (Yak 1:17) Salomo membenci kehidupan yang sia-sia dan membawa malapetaka, yang dialami orang yang menempuh kehidupan seperti umat manusia di dunia dewasa ini, yang tunduk kepada kesia-siaan. (Rm 8:20) Pada kata penutup bukunya, Salomo memberikan anjuran agar takut akan Allah yang benar dan menjalankan perintah-perintah-Nya, karena itulah jalan menuju kehidupan yang sebenarnya. (Pkh 12:13, 14; 1Tim 6:19) Rasul Paulus berbicara tentang dirinya dan rekan-rekan Kristennya, dan mengatakan bahwa setelah mereka memberitakan dan memberikan kesaksian dengan bergairah tentang Kristus dan kebangkitan seraya menghadapi penganiayaan, ”jika dalam kehidupan ini saja kita berharap kepada Kristus, dari antara semua orang, kitalah yang paling patut dikasihani”. Mengapa? Karena dengan demikian mereka bersandar pada harapan yang salah. ”Tetapi,” Paulus melanjutkan, ”sekarang Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati.” Sebagai akhir kata, ia menyatakan, ”Oleh karena itu, saudara-saudara yang kukasihi, jadilah kokoh, tidak tergoyahkan, selalu mempunyai banyak hal untuk dilakukan dalam pekerjaan Tuan, karena mengetahui bahwa kerja kerasmu tidak sia-sia sehubungan dengan Tuan.”—1Kor 15:19, 20, 58.
Pohon-Pohon Kehidupan. Selain pohon kehidupan di Eden (Kej 2:9), yang telah dibahas di sini, ungkapan ”pohon[-pohon] kehidupan” muncul beberapa kali lagi dalam Alkitab, selalu dalam arti kiasan atau simbolis. Hikmat disebut ”pohon kehidupan bagi mereka yang berpegang padanya”, dalam arti bahwa pohon itu akan memberi mereka apa yang mereka butuhkan, bukan hanya untuk menikmati kehidupan mereka sekarang melainkan juga untuk menerima kehidupan kekal, yaitu pengetahuan akan Allah dan pemahaman serta akal sehat untuk menaati perintah-perintah-Nya.—Ams 3:18; 16:22.
”Buah-buah orang adil-benar adalah pohon kehidupan, dan ia yang memenangkan jiwa adalah berhikmat,” demikian bunyi sebuah peribahasa lain. (Ams 11:30) Orang yang adil-benar memenangkan jiwa melalui ucapan dan teladan, karena mereka yang mendengarkan dia akan memperoleh makanan rohani, dituntun untuk melayani Allah, dan menerima kehidupan yang dimungkinkan oleh Allah. Demikian pula, ”lidah yang tenang adalah pohon kehidupan, tetapi lidah yang menyimpang menghancurkan semangat”. (Ams 15:4) Tutur kata yang tenang dari orang berhikmat membantu dan menyegarkan semangat orang-orang yang mendengarkan dia, memupuk sifat-sifat yang baik dalam diri mereka, membantu mereka di jalan kehidupan, tetapi lidah yang menyimpang adalah seperti buah yang busuk karena mendatangkan kesusahan dan mengecilkan hati, merusak orang-orang yang mendengarkan.
Amsal 13:12 menyatakan, ”Penantian yang ditangguhkan membuat hati sakit, tetapi keinginan yang benar-benar terwujud adalah pohon kehidupan.” Terwujudnya keinginan yang sudah lama ditunggu akan menguatkan dan menyegarkan, memberikan kekuatan baru.
Kepada orang Kristen yang menang Yesus Kristus yang dimuliakan berjanji akan mengizinkan dia makan dari ”pohon kehidupan, yang ada di firdaus Allah”. (Pny 2:7) Sekali lagi, dalam ayat-ayat terakhir buku Penyingkapan, kita membaca, ”Dan jika ada yang mengambil sesuatu dari perkataan yang ada dalam gulungan nubuat ini, Allah akan mengambil bagiannya dari pohon-pohon kehidupan itu dan dari kota kudus itu, perkara-perkara yang tertulis dalam gulungan ini.” (Pny 22:19) Dalam konteks kedua ayat Alkitab ini, Kristus Yesus berbicara kepada orang-orang yang menang, yang tidak akan ”mengalami celaka karena kematian yang kedua” (Pny 2:11), yang akan diberi ”wewenang atas bangsa-bangsa” (Pny 2:26), yang akan dijadikan ”pilar di bait Allahku” (Pny 3:12), dan yang akan duduk bersama Kristus di takhta surgawinya. (Pny 3:21) Oleh karena itu, pohon atau pohon-pohon itu tidak mungkin harfiah, sebab para pemenang yang makan darinya adalah mereka yang ambil bagian dalam panggilan surgawi (Ibr 3:1), dan bagi mereka disediakan tempat di surga. (Yoh 14:2, 3; 2Ptr 1:3, 4) Oleh karena itu, pohon(-pohon) tersebut melambangkan persediaan Allah untuk kehidupan yang akan berlangsung terus, dalam hal ini, kehidupan tak berkematian di surga, yang diberikan kepada mereka yang setia sebagai pemenang bersama Kristus.
Penyingkapan 22:1, 2 menyebutkan tentang ”pohon-pohon kehidupan” dalam konteks yang berbeda. Di sini bangsa-bangsa dikatakan makan dari daun pohon-pohon tersebut untuk memperoleh kesembuhan. Pohon-pohon itu berada di sepanjang sungai yang mengalir keluar dari istana-bait Allah, tempat takhta-Nya berada. Gambaran itu muncul setelah penglihatan tentang terbentuknya langit baru dan bumi baru dan pernyataan bahwa ”kemah Allah ada di tengah-tengah umat manusia”. (Pny 21:1-3, 22, 24) Jadi, pohon-pohon ini melambangkan persediaan yang menunjang kehidupan dan bersifat menyembuhkan bagi umat manusia agar mereka akhirnya memperoleh kehidupan abadi. Sumber persediaan tersebut ialah takhta kerajaan Allah dan takhta Anak Domba, Yesus Kristus.
Beberapa kali kita membaca ungkapan ”gulungan kehidupan” atau ”buku” Allah. Rupanya, gulungan itu berisi nama semua orang yang, karena iman mereka, bakal menerima karunia kehidupan abadi di surga atau di bumi. Gulungan itu berisi nama hamba-hamba Yehuwa ”sejak dunia dijadikan”, yaitu dunia umat manusia yang dapat ditebus. Jadi, nama Habel yang adil-benar jelaslah yang pertama ditulis dalam ”gulungan” itu.—Pny 17:8; Mat 23:35; Luk 11:50, 51.
Apa artinya nama seseorang tertulis dalam ”buku” Allah atau ”gulungan kehidupan”?
Tercantumnya nama seseorang dalam ”buku kehidupan” tidak berarti bahwa ia telah ditentukan akan menerima hidup kekal. Apakah namanya akan tetap berada di sana bergantung pada ketaatannya. Karena itu, Musa memohon kepada Yehuwa demi Israel, ”Sekarang, kiranya engkau mau mengampuni dosa mereka,—dan jika tidak, hapuslah kiranya aku, dari bukumu yang telah kautulis.” Yehuwa menjawab, ”Barang siapa berbuat dosa terhadapku, aku akan menghapus dia dari bukuku.” (Kel 32:32, 33) Hal ini menunjukkan bahwa daftar nama dalam ”buku” itu akan berubah karena ketidaktaatan di pihak orang-orang; nama mereka akan ’dihapus’ dari ”buku” tersebut.—Pny 3:5.
Dalam latar tentang penghakiman di Penyingkapan 20:11-15, pada masa Pemerintahan Milenium Kristus terlihat bahwa ”gulungan kehidupan” dibuka karena ada nama-nama yang akan ditambahkan; gulungan-gulungan instruksi juga dibuka. Dengan demikian, kesempatan terbuka bagi mereka yang kembali pada waktu ’kebangkitan untuk orang-orang yang tidak adil-benar’ agar nama mereka tertulis pada ”gulungan kehidupan”, asalkan mereka dengan taat melakukan perbuatan yang selaras dengan gulungan-gulungan instruksi itu. (Kis 24:15) Tentu, nama hamba-hamba Allah yang setia yang kembali pada waktu ’kebangkitan orang-orang adil-benar’ sudah ada dalam ”gulungan kehidupan”. Jika mereka dengan loyal terus taat kepada instruksi ilahi, nama mereka akan tetap ada dalam gulungan tersebut.
Bagaimana seseorang dapat menjaga agar namanya secara permanen ada dalam ”buku kehidupan”? Bagi mereka yang akan menerima kehidupan surgawi, mereka harus ”menang”, atau ’mengalahkan’ dunia ini melalui iman, membuktikan diri ”setia bahkan sampai mati”. (Pny 2:10; 3:5) Bagi mereka yang akan menerima kehidupan di bumi, mereka harus terbukti loyal kepada Yehuwa melalui suatu ujian akhir yang menentukan pada akhir Pemerintahan Milenium Kristus. (Pny 20:7, 8) Bagi mereka yang mempertahankan integritas melalui ujian akhir itu, Allah akan tetap mencantumkan nama mereka secara permanen dalam ”buku kehidupan”. Dengan demikian, Yehuwa mengakui bahwa mereka adil-benar dalam arti lengkap dan layak memperoleh hak untuk hidup abadi di bumi.—Rm 8:33.
’Gulungan Anak Domba.’ ”Gulungan kehidupan dari Anak Domba” adalah sebuah gulungan terpisah, yang rupanya hanya mencantumkan nama orang-orang yang memerintah bersama Anak Domba, Yesus Kristus, dalam Kerajaannya, termasuk mereka yang masih ada di bumi yang akan menerima kehidupan surgawi. (Pny 13:8; bdk. Pny 14:1, 4.) Dikatakan bahwa orang-orang yang terdaftar dalam ’gulungan Anak Domba’ memasuki kota kudus, Yerusalem Baru, dengan demikian menjadi bagian dari Kerajaan Mesianik surgawi. (Pny 21:2, 22-27) Nama mereka tertulis dalam ’gulungan Anak Domba’ maupun dalam gulungan lainnya, yaitu ”buku kehidupan” Allah.—Flp 4:3; Pny 3:5.
Sungai Air Kehidupan. Dalam penglihatannya di buku Penyingkapan, Yohanes melihat ”sebuah sungai air kehidupan, yang jernih bagaikan kristal, yang mengalir keluar dari takhta Allah dan takhta Anak Domba itu” ke tengah-tengah jalan yang lebar di kota kudus, Yerusalem Baru. (Pny 22:1, 2; 21:2) Air sangat penting untuk kehidupan. Penglihatan itu mulai digenapi selama ”hari Tuan”, tidak lama setelah Kerajaan Allah berdiri. (Pny 1:10) Ini adalah saat manakala anggota-anggota golongan pengantin perempuan masih berada di bumi untuk mengulurkan undangan kepada ”siapa pun yang haus” untuk minum air kehidupan secara cuma-cuma. (Pny 22:17) Setelah kehancuran sistem ini, sungai itu masih akan terus mengalir, dan terus bertambah deras, dalam dunia baru. Menurut penglihatan itu, ada pohon-pohon yang menghasilkan buah di sepanjang sungai, dan daun-daun untuk penyembuhan bangsa-bangsa. Jadi, air yang memberikan kehidupan itu adalah persediaan untuk kehidupan yang Yehuwa berikan melalui Anak Domba, Yesus Kristus, bagi semua orang di bumi yang akan menerima kehidupan.
”Titik-Titik Air Kehidupanku.” Di Mazmur 32:1-5, Daud memperlihatkan kebahagiaan yang dialami setelah memperoleh pengampunan, walaupun ia juga mengungkapkan kepedihan yang dialami sebelum mengakui pelanggarannya kepada Yehuwa dan mendapat pengampunan Allah. Sebelum membuat pengakuan dan sewaktu mencoba menyembunyikan kesalahannya, hati nurani sang pemazmur terganggu; ia mengatakan, ”Titik-titik air kehidupanku telah berubah seperti di panas terik pada musim panas.” Upaya untuk menekan hati nurani yang bersalah melelahkan dia dan penderitaan mengurangi kekuatannya seperti sebuah pohon bisa kehilangan titik-titik air yang memberikan kehidupan pada musim kering atau sewaktu panas terik pada musim panas. Perkataan Daud tampaknya menunjukkan bahwa ia mengalami akibat buruk secara mental maupun fisik, atau sedikitnya ia kehilangan sebagian besar sukacitanya dalam kehidupan, karena tidak mengakui dosanya. Pengampunan dan kelegaan dapat diperoleh hanya dengan mengakui dosa kepada Yehuwa.—Ams 28:13.
”Kantong Kehidupan.” Sewaktu Abigail memohon kepada Daud agar berbalik dari misi balas dendamnya terhadap Nabal, dengan demikian menahan dia agar tidak berutang darah, dia mengatakan, ”Jika sekiranya ada orang yang bangkit mengejarmu dan mencari jiwamu, jiwa tuanku pasti akan terbungkus dalam kantong kehidupan pada Yehuwa, Allahmu; tetapi, mengenai jiwa musuh-musuhmu, ia akan mengumbankannya dari dalam salang pengumban.” (1Sam 25:29-33) Seperti seseorang membungkus sesuatu yang berharga untuk melindungi dan menyimpannya, demikian pula kehidupan Daud sebagai suatu pribadi ada di tangan Allah yang hidup, dan Ia akan melindungi kehidupan Daud dari musuh-musuhnya, selama Daud tidak berupaya menyelamatkan diri dengan caranya sendiri, tetapi menantikan Yehuwa. Akan tetapi, Allah akan membuang jiwa musuh-musuh Daud.