-
TAKHTAPemahaman Alkitab, Jilid 2
-
-
Selain identitas-Nya sebagai raja erat kaitannya dengan dinasti raja-raja Yehuda, Yehuwa juga bertakhta di Israel dalam pengertian yang lain. Sebagaimana diungkapkan Yeremia, ”Ada takhta yang mulia di tempat yang tinggi sejak awal mula; di situlah tempat suci kita.” (Yer 17:12) Yehuwa dikatakan ”duduk di atas kerub-kerub” yang ada di atas tutup pendamaian pada tabut kesaksian di dalam tempat suci. (Kel 25:22; 1Sam 4:4) Kehadiran Allah dilambangkan oleh awan yang menurut laporan menghasilkan cahaya mukjizat yang belakangan disebut cahaya Syekhi·nahʹ oleh para penulis Yahudi. (Im 16:2) Meskipun Yeremia menubuatkan bahwa pada waktu Israel dipulihkan dari Babilon tabut perjanjian sudah tidak akan ada lagi, tidak berarti Yehuwa tidak lagi berniat untuk bertakhta di pusat ibadat-Nya. Sebab Ia berfirman, ”Pada waktu itu mereka akan menyebut Yerusalem takhta Yehuwa.” (Yer 3:16, 17) Nubuat-nubuat Yehezkiel tentang pemulihan juga selaras dengan hal ini, sebab dalam penglihatannya tentang bait Yehuwa sewaktu tabut perjanjian tidak terlihat ada di dalamnya, Yehezkiel diberi tahu, ”Putra manusia, inilah [bait] tempat takhtaku.”—Yeh 43:7.
Yehuwa mengadakan perjanjian bahwa takhta benih Daud ”akan bertahan sampai waktu yang tidak tertentu”. (1Taw 17:11-14) Sewaktu mengumumkan penggenapan janji itu, malaikat Gabriel mengatakan kepada Maria, ”Allah Yehuwa akan memberikan kepada [Yesus] takhta Daud, bapaknya, dan ia akan berkuasa sebagai raja atas keturunan Yakub selama-lamanya, dan kerajaannya tidak akan berakhir.” (Luk 1:32, 33) Yesus tidak hanya akan mempunyai milik pusaka berupa kekuasaan di bumi tetapi ia juga akan ikut duduk di atas takhta Yehuwa, yang bersifat universal. (Pny 3:21; Yes 66:1) Selanjutnya, Yesus berjanji untuk berbagi takhtanya berupa wewenang kerajaan ini dengan semua orang yang, seperti rasul-rasulnya yang setia, berada dalam perjanjian baru dengan Bapaknya, dan yang akan menaklukkan dunia sebagaimana yang telah Yesus lakukan. Takhta ini akan dikaruniakan kepada mereka pada waktu ”penciptaan kembali”, yaitu selama masa kehadiran Yesus.—Mat 19:28; Luk 22:20, 28-30; Pny 3:21.
Melalui Zakharia, Yehuwa bernubuat bahwa seorang pria bernama ”Tunas” akan membangun bait bagi Yehuwa di kemudian hari, dan dia ”pasti menjadi imam di atas takhtanya”. Selaras dengan nubuat itu, Paulus mencatat tentang Yesus, ”Kita mempunyai imam besar seperti [Melkhizedek, seorang raja-imam], dan ia duduk di sebelah kanan takhta Yang Agung di surga.” (Za 6:11-13; Ibr 8:1) Selain Kristus Yesus, Yohanes melihat seluruh rumah rohani atau tempat suci Allah, yakni sidang jemaat Kristen yang setia, bertakhta sebagai raja-imam untuk memerintah selama seribu tahun.—Pny 20:4, 6; 1Ptr 2:5.
Sebagaimana dinubuatkan dalam Mazmur 45:6, dan yang dikutip oleh Paulus dalam Ibrani 1:8, takhta Yesus, yakni jabatan atau wewenangnya sebagai pribadi yang berdaulat, bersumber dari Yehuwa, ”Allah adalah takhtamu, kekal selama-lamanya”. Di pihak lain, si Iblis pun membubuh dasar atau memberikan wewenang kepada organisasi-organisasinya untuk memerintah, sebagaimana ditandaskan dalam Penyingkapan 13:1, 2 sehubungan dengan ’binatang buas yang keluar dari laut’, ”naga itu memberikan kepada binatang itu kuasanya dan takhtanya dan wewenang yang besar”. Ketika Setan menawarkan kekuasaan dan wewenang yang serupa kepada Yesus Kristus, ia memberi tahu harganya, ”Jika engkau melakukan suatu tindakan penyembahan di hadapanku, itu semua akan menjadi milikmu.” (Luk 4:5-7) Sesuai dengan itu, pemberian berupa takhta atau wewenang kepada ”binatang buas” itu pasti disertai syarat bahwa binatang itu harus melayani Setan.
Sewaktu membahas kedudukan Yesus sebagai Pekerja Ahli Allah, Paulus menyebutkan bahwa melalui Kristus ”takhta” diciptakan. Tampaknya kata itu menunjuk kepada posisi kewenangan, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan, di dalam penyelenggaraan administratif Allah.—Kol 1:16.
-
-
TAKUTPemahaman Alkitab, Jilid 2
-
-
TAKUT
Dalam penggunaan umum, kata takut memaksudkan perasaan bahwa celaka atau kesakitan bakal terjadi; biasanya emosi yang meresahkan bercirikan kengerian, kegentaran, dan kegelisahan. Akan tetapi, takut juga dapat berarti bahwa seseorang dengan tenang menyadari atau membuat pertimbangan tentang sesuatu yang dapat mencelakakan atau merugikannya, dan kesadaran itu mendorongnya untuk secara masuk akal berhati-hati dan secara intelektual berpikir ke depan.
Apa artinya takut akan Yehuwa yang harus kita miliki?
Alkitab memperlihatkan bahwa ada rasa takut yang patut dan yang tidak patut. Jadi, ada rasa takut yang sehat yang menyebabkan orang melangkah dengan hati-hati sewaktu menghadapi bahaya, dengan demikian menghindari bencana, tetapi ada juga rasa takut yang mencekam, menghancurkan harapan dan melemahkan stamina saraf seseorang, yang bahkan dapat berakibat kematian. Takut akan Allah adalah takut yang sehat; itu adalah perasaan takjub dan hormat yang dalam kepada sang Pencipta serta rasa takut yang sehat untuk tidak menyenangkan Dia. Takut mendapatkan ketidaksenangan-Nya itu merupakan hasil dari penghargaan akan kebaikan hati-Nya yang penuh kasih serta kebaikan-Nya ditambah kesadaran bahwa Ia adalah Hakim Tertinggi dan Pribadi Yang Mahakuasa, yang berkuasa untuk menimpakan hukuman atau kematian atas siapa pun yang tidak menaati Dia.—Lihat GENTAR, KEGENTARAN; HORMAT DAN TAKUT.
-