BANGSAWAN; PANGERAN; PEMBESAR; PEMIMPIN
Beberapa kata Ibrani dapat diterjemahkan secara beragam menjadi ”bangsawan”, ”pangeran”, ”pembesar”, dan ”pemimpin”. Kata-kata yang paling sering muncul adalah sebagai berikut:
Na·dhivʹ, yang artinya ”bangsawan”, ”orang yang rela”, ”orang yang murah hati”, disejajarkan dengan istilah ”pembesar” di Bilangan 21:18, dan digunakan untuk orang-orang Israel yang rela menggali sebuah sumur di padang belantara. Kata itu juga menggambarkan orang-orang yang memberikan sumbangan sukarela untuk pembangunan tabernakel. (Kel 35:5) Di Ayub 12:21, kata ini digunakan untuk menunjukkan kedudukan yang terkemuka dan penuh kuasa.—Lihat juga Mz 83:9-11.
Kata Ibrani kho·rimʹ, yang artinya ”bangsawan”, digunakan untuk beberapa orang yang berpengaruh di sebuah kota di kerajaan Israel sepuluh suku (1Raj 21:8, 11) dan untuk orang-orang Yahudi yang berwenang di bawah Imperium Persia. (Neh 5:7; 13:17) Banyak bangsawan di Yehuda dan Yerusalem, termasuk Daniel dan rekan-rekannya, dibawa ke pembuangan di Babilon oleh Raja Nebukhadnezar pada tahun 617 SM, dan yang lain-lain dibunuh olehnya pada tahun 607 SM.—Yer 27:20; 39:6; Dan 1:3, 6.
Sar, yang artinya ”pangeran”, ”pembesar”, ”kepala”, berasal dari kata kerja yang artinya ”menjalankan kekuasaan”. (Hak 9:22, Rbi8, ctk.; bdk. TB.) Apabila diterjemahkan menjadi ”pangeran”, kata ini tidak selalu berlaku untuk putra atau keluarga raja dalam setiap pemunculannya. Seorang panglima atau kepala pasukan militer dapat disebut sebagai seorang sar. (Neh 2:9) Di Daniel 8:11, 25, Yehuwa disebut ”Pangeran bala tentara” dan ”Pangeran atas segala pangeran”. Penghulu malaikat Mikhael adalah ”pangeran besar yang sedang berdiri demi kepentingan putra-putra bangsa [Daniel]”. (Dan 12:1) Daniel 10:13, 20 menyebutkan tentang para hantu-pangeran yang tidak kelihatan yang mengendalikan kuasa dunia Persia dan Yunani. (Bdk. Ef 6:12.) Sedangkan para kepala suku Israel disebut ”pembesar”. (1Taw 27:22) Orang-orang yang memegang jabatan tinggi di bawah Firaun Mesir dan Raja Nebukhadnezar dari Babilon juga mendapat gelar ”pembesar”.—Kej 12:15; Yer 38:17, 18, 22; Est 3:12.
Mazmur 45, ayat 6 dan 7, yang oleh rasul Paulus diterapkan kepada Kristus Yesus (Ibr 1:8, 9), memuat pernyataan, ”Sebagai ganti bapak-bapak leluhurmu kelak adalah putra-putramu, yang akan engkau tetapkan sebagai para pembesar di seluruh bumi.” (Mz 45:16) Mengenai Abraham, Ishak, dan Yakub, pria-pria dalam garis keturunan nenek moyang Kristus, ada tertulis, ”Dalam iman, mereka semua mati walaupun tidak mengalami penggenapan janji itu, tetapi mereka melihatnya dari kejauhan dan menyambutnya.” (Ibr 11:8-10, 13) Dalam pemerintahannya, Kristus tidak hanya mempunyai raja-raja dan imam-imam bawahan di surga (Pny 20:6) tetapi juga ”para pembesar” yang akan menjadi wakil-wakil di bumi untuk melaksanakan perintah sang raja. (Bdk. Ibr 2:5, 8.) Yesaya 32:1, 2 jelas merupakan bagian dari nubuat tentang Mesias dan menguraikan tentang hal-hal baik yang akan diberikan oleh ”para pembesar” ini di bawah pemerintahan Kerajaan.—Lihat KEPALA (Kedudukan yang Utama); KUASA, PENGUASA.
Na·ghidhʹ, yang artinya ”pemimpin”, digunakan untuk Saul dan Daud karena mereka ditetapkan sebagai raja atas Israel, dan untuk Hizkia, sebagai raja Yehuda; mereka bertanggung jawab untuk menggembalakan umat Yehuwa. (1Sam 9:16; 25:30; 2Sam 5:2; 2Raj 20:5) Suku Yehuda dipilih oleh Yehuwa untuk menjadi pemimpin atas ke-12 suku Israel, dan dinasti Daud berasal dari suku Yehuda.—1Taw 28:4; Kej 49:10; Hak 1:2.
Yesus disebut sebagai ”Mesias, sang Pemimpin”, serta sebagai ”pemimpin dan komandan, kepada kelompok-kelompok bangsa”, di Daniel 9:25 dan Yesaya 55:4. Ia menasihati murid-muridnya, ”Jangan disebut ’pemimpin’, karena Pemimpin [ka·the·ge·tesʹ]-mu satu, Kristus.” (Mat 23:10) Mengenai sidang Kristen, hanya Yesus Kristus yang layak menyandang gelar ”Pemimpin”, karena tidak ada manusia tak sempurna yang menjadi pemimpin atas orang-orang Kristen sejati; mereka semua mengikuti Kristus. Walaupun ada orang-orang yang ”mengambil pimpinan” dalam dinas kepada Allah, mereka tidak bergelar ”pemimpin” atau disapa demikian, dan mereka dapat menjadi anutan hanya karena mereka meniru Kristus.—1Kor 11:1; Ibr 13:7.
Na·siʼʹ dialihbahasakan secara beragam oleh para penerjemah Alkitab menjadi ”pangeran”, ”pemimpin”, ”penguasa”. Dalam Terjemahan Dunia Baru, kata ini diterjemahkan menjadi ”pemimpin”, dalam arti suatu kedudukan yang diteruskan secara turun-temurun, yaitu sebagai kepala sebuah suku atau keluarga pihak bapak. Kepala 12 keluarga pihak bapak atau suku Israel disebut ”pemimpin”. (Bil 1:16; Yos 22:14) Kata ini juga berlaku untuk kepala 12 kaum keturunan Ismael. (Kej 17:20; 25:16) Gelar ini digunakan untuk Raja Salomo dan Raja Zedekia selaku penguasa. (1Raj 11:34; Yeh 21:25) Orang Het sangat menghormati Abraham dan hal ini ditunjukkan melalui sapaan yang mereka gunakan untuknya, yaitu ”seorang pemimpin dari Allah”, atau pemimpin yang perkasa.—Kej 23:6, Rbi8, ctk.
Pada zaman Musa, para pemimpin menjalankan kepemimpinan dalam ibadat dan bertindak sebagai wakil-wakil bangsa itu di hadapan Musa, para imam, dan Yehuwa. Musa memilih seorang pemimpin dari setiap suku (kecuali suku Lewi) untuk memata-matai Tanah Perjanjian. Laporan buruk dari sepuluh mata-mata yang tidak setia sangat mempengaruhi bangsa tersebut. (Bil 13:2-16, 25-33) Dua ratus lima puluh pemimpin putra-putra Israel terlibat dalam pemberontakan yang dikepalai oleh Korah untuk merebut keimaman dari keluarga Harun. (Bil 16:2, 10, 17, 35) Para pemimpin turut berperan sewaktu perjanjian dibuat antara Israel dengan orang Gibeon. (Yos 9:15, 18) Setelah Yosua memimpin Israel masuk ke Kanaan dan mengalahkan bangsa-bangsa di sana, para pemimpin memainkan peranan penting dalam pembagian tanah tersebut. (Bil 34:18; Yos 14:1) Eleazar, putra Harun, dilantik sebagai pemimpin atas para kepala dari keluarga pihak bapak suku Lewi, dengan demikian menjadi ”pemimpin dari para pemimpin”. (Bil 3:32) Raja Salomo mengumpulkan semua pemimpin suku di Yerusalem pada waktu ia memerintahkan agar tabut perjanjian dibawa masuk ke bait yang baru dibangun.—1Raj 8:1.
Orang Israel harus memberikan hormat yang sepatutnya kepada seorang pemimpin, dan tidak boleh mencaci makinya. (Kel 22:28) Ketika rasul Paulus diadili di hadapan Sanhedrin, Imam Besar Ananias memerintahkan orang-orang yang berdiri di dekat Paulus untuk menampar mulutnya. Kemudian Paulus mengatakan kepadanya, ”Allah akan memukulmu, hai, engkau tembok berlabur putih,” tanpa tahu bahwa lawan bicaranya adalah seorang imam besar. Ketika hal ini diberitahukan kepadanya, Paulus berkata, ”Saudara-saudara, aku tidak tahu ia adalah imam besar. Karena ada tertulis, ’Jangan menjelek-jelekkan penguasa bangsamu.’”—Kis 23:1-5.
Walaupun para pemimpin harus direspek, mereka tetap harus menaati hukum Allah. Apabila mereka berbuat dosa dengan melanggar Hukum, mereka dituntut untuk memenuhi peraturan Hukum sehubungan dengan dosa-dosa tersebut. Mengingat kedudukan mereka sebagai pengemban tanggung jawab dan dampak dari tindakan, contoh, serta pengaruh mereka atas orang-orang lain, ada perbedaan sehubungan dengan persembahan dosa pribadi yang harus mereka berikan apabila mereka tanpa sengaja melanggar perintah Allah. Imam besar dituntut untuk mempersembahkan seekor lembu jantan muda, seorang pemimpin harus mempersembahkan seekor anak kambing jantan, dan selebihnya dari bangsa itu seekor anak kambing betina atau anak domba betina.—Im 4:3, 22, 23, 27, 28, 32.
Penglihatan Yehezkiel. Dalam nubuatnya, Yehezkiel menyebutkan tentang seorang pemimpin di buku Yehezkiel pasal 44 sampai 48. Dalam penglihatan itu, ia menggambarkan sebidang tanah administratif yang membentang dari perbatasan sebelah timur di tepi S. Yordan dan L. Mati sampai ke laut sebelah barat, atau L. Tengah. Di sebelah utara dan selatan bidang tanah itu dan sejajar dengannya terdapat bagian-bagian tanah yang ditetapkan untuk suku-suku Israel. Di dalam bidang tanah itu terdapat suatu bagian seluas 25.000 hasta × 25.000 hasta (13 km × 13 km), yang disebut sumbangan dan terbagi menjadi tiga bagian: Bagian utara ditetapkan bagi orang-orang Lewi non-imam, di bagian tengah terdapat tempat suci Yehuwa, dan kota terdapat di bagian paling selatan. (Lihat HASTA; SUMBANGAN KUDUS.) Penguasa pemerintah kota itu tampaknya adalah sang ”pemimpin”.
Patut diperhatikan bahwa dalam penglihatan ini kota itu terpisah dari bait, atau tempat suci. Selain itu, sang ”pemimpin” bukan seorang imam, karena diperlihatkan bahwa para imam mempersembahkan bagi pemimpin itu ”persembahan bakaran utuhnya dan korban persekutuannya”. (Yeh 46:2) Maka dalam penggenapan penglihatan Yehezkiel, kota dalam penglihatan itu tampaknya tidak menggambarkan pemerintahan surgawi Yesus Kristus dan para raja-imam yang menjadi rekannya. Sebaliknya, kota itu tampaknya menggambarkan pusat pemerintahan yang kelihatan di bumi, di bawah pengarahan Kerajaan surgawi. Dengan demikian, ”pemimpin” ini menggambarkan orang-orang yang dilantik sebagai wakil-wakil yang kelihatan, ”pembesar”, dari pemerintah surgawi.—Mz 45:16; Yes 32:1, 2.