PERTANDA
1. Apa pun yang dipandang memberikan suatu petunjuk mengenai masa depan; keadaan atau kejadian yang dianggap sebagai petunjuk akan terjadinya kebaikan atau malapetaka. (Kej 30:27; Bil 24:1) Hukum Allah secara spesifik melarang Israel untuk mencari pertanda, yang merupakan suatu bentuk tenung. (Im 19:26; Ul 18:10) Tetapi orang-orang murtad seperti Manasye, raja Yehuda, malah mencari pertanda. (2Raj 17:17; 21:6) Mengingat praktek ini dikutuk dalam Tulisan-Tulisan Kudus, tampaknya komentar Yusuf yang setia tentang menggunakan cawan peraknya untuk membaca pertanda hanyalah bagian dari suatu siasat. (Kej 44:5, 15) Dengan membuat komentar tersebut, Yusuf menyatakan dirinya, bukan sebagai orang yang beriman kepada Yehuwa, melainkan sebagai administrator suatu negeri tempat ibadat palsu dipraktekkan. Dengan demikian, ia tidak memberikan petunjuk bahwa ia memiliki persamaan apa pun dengan saudara-saudaranya dan identitasnya yang sebenarnya tetap tersembunyi.—Lihat TENUNG.
2. Ada juga kata ”pertanda” yang diterjemahkan dari bahasa Ibrani moh·fethʹ yang umumnya mengandung gagasan tentang suatu ”mukjizat”, seperti mukjizat yang dilakukan melalui Musa dan Harun di Mesir. Namun, kadang-kadang, kata itu dengan jelas digunakan dalam pengertian ”pertanda”, seperti dalam hal nabi atau orang yang mendapat mimpi yang memberikan suatu tanda atau pertanda (yang akan terjadi di masa depan) untuk mendukung nubuatnya.—Ul 13:1-3.
Pertanda (moh·fethʹ) bisa berupa mukjizat yang mempertunjukkan kuasa ilahi, seperti sewaktu mezbah Yeroboam dibelah oleh Allah, menandakan apa yang akan terjadi di masa depan dalam skala yang lebih besar, yakni pelaksanaan penghukuman terhadap mezbah itu dan orang-orang yang melayani di sana. (1Raj 13:1-5; bandingkan dengan penggenapannya kira-kira 300 tahun kemudian di 2Raj 23:16-20.) Atau hal itu bisa merupakan suatu tindakan yang tidak lazim dilakukan seseorang, seperti sewaktu Yesaya berjalan dengan telanjang dan kaki telanjang sebagai pertanda keadaan yang akan menimpa Mesir dan Etiopia di tangan raja Asiria (Yes 20:3-6), atau sewaktu Yehezkiel membuat lubang pada tembok (mungkin tembok kediamannya) dan mengeluarkan barang-barangnya melalui lubang itu sebagai pertanda pembuangan Yehuda.—Yeh 12:5-11; bdk. 24:18-27.
Karena pertanda adalah tanda yang menunjukkan hal atau keadaan di masa depan, seorang penulis bisa menggunakan kata moh·fethʹ (pertanda, atau mukjizat) sementara penulis lain menggunakan ʼohth (tanda) untuk melukiskan hal yang sama. (Bdk. 2Taw 32:24 dengan 2Raj 20:8, 9.) Sebuah ”tanda” bisa menjadi pembimbing atau petunjuk untuk masa sekarang, maupun masa depan, sedangkan ”pertanda” khususnya berkaitan dengan masa depan. Sesuatu disebut sebagai ”tanda” untuk menandaskan bahwa hal itu memiliki makna penting, entah untuk sekarang atau masa depan. Sesuatu disebut sebagai ”pertanda” untuk menandaskan makna pentingnya sehubungan dengan masa depan.—lihat KUASA; PEKERJAAN PENUH KUASA; dan MUKJIZAT; serta TANDA No. 3.