Loyalitas—Seberapa Besarkah Harganya?
”Terhadap orang yang loyal Engkau berlaku loyal.”—MAZMUR 18:26, ”NW”.
1, 2. (a) Apa gerangan loyalitas itu, dan bagaimana segi-seginya mempengaruhi kehidupan kita? (b) Mengapa baik untuk berpaling kepada Yehuwa sebagai Teladan kita yang paling bagus?
KESETIAAN, tugas, kasih, kewajiban. Apa yang sama dalam kata-kata ini? Inilah berbagai segi dari loyalitas. Loyalitas adalah sifat ilahi yang berasal dari pengabdian yang tulus. Namun, bagi banyak orang dewasa ini loyalitas tidak penting. Kesetiaan kepada pasangan hidup, kewajiban terhadap anggota-anggota keluarga yang lebih tua, kesetiaan seorang karyawan kepada majikannya—semua tidak dianggap serius dan sering dikompromikan. Dan apa yang terjadi apabila timbul konflik loyalitas? Baru-baru ini, di Inggris, ketika seorang akuntan memberi tahu keadaan keuangan perusahaan yang sebenarnya kepada inspektur pajak, ia kehilangan pekerjaannya.
2 Berbicara tentang loyalitas memang mudah, tetapi loyalitas yang murni harus didukung oleh tindakan yang tidak melibatkan kompromi karena perasaan takut. Sebagai manusia yang tidak sempurna, kita sering gagal dalam hal ini. Maka ada baiknya kita mempertimbangkan teladan dari pribadi yang loyalitasnya sama sekali tidak dapat diragukan, Allah Yehuwa sendiri.
Teladan Loyalitas
3. Bagaimana Yehuwa terbukti loyal kepada maksud-tujuan-Nya yang dinyatakan dalam Kejadian 3:15?
3 Ketika Adam berdosa, Yehuwa dengan jelas menyatakan maksud-tujuan-Nya untuk menebus keluarga manusia yang masih akan dilahirkan. Dasar untuk tindakan ini adalah kasih-Nya terhadap makhluk manusia ciptaan-Nya. (Yohanes 3:16) Pada waktunya, Yesus Kristus, benih atau keturunan yang dijanjikan yang dinubuatkan di Kejadian 3:15, terbukti adalah korban tebusan itu, dan pasti Yehuwa tidak akan mengingkari maksud-tujuan-Nya yang telah Ia nyatakan. Dengan menerima korban Yesus, iman kita tidak akan membawa kepada kekecewaan.—Roma 9:33.
4. Bagaimana Yehuwa terbukti loyal kepada Yesus, dan dengan hasil apa?
4 Loyalitas Yehuwa kepada Yesus sangat menguatkan sang Putra selama ia berada di atas bumi. Yesus mengetahui bahwa ia harus mengalami kematian, dan ia dengan teguh bertekad untuk tetap loyal sampai akhir kepada Allahnya. Pengetahuan yang lebih lengkap tentang keberadaannya sebelum menjadi manusia diungkapkan kepadanya pada waktu ia dibaptis dan diurapi dengan roh kudus. Pada malam ia dikhianati, ia berdoa agar ia dikembalikan kepada Bapanya di surga, kepada ’kemuliaan yang ia miliki di hadirat Yehuwa sebelum dunia ada’. (Yohanes 17:5) Bagaimana hal ini akan terwujud? Hanya dengan cara Yehuwa tidak meninggalkan Putra-Nya yang loyal di dalam kuburan sehingga membusuk atau hancur. Yehuwa membangkitkan dia dari kematian kepada keadaan tidak berkematian, dengan demikian dengan loyal menggenapi janji nubuat yang dicatat dalam Mazmur 16:10 (Klinkert), ”Tiada Engkau akan meninggalkan jiwaku dalam alam barzakh [Sheol].”—Kisah 2:24-31; 13:35; Wahyu 1:18.
5. Tindakan loyal mana lagi ada hubungannya dengan janji Yehuwa kepada Yesus?
5 Setelah kebangkitannya, Yesus juga tahu bahwa ia dapat mengandalkan kata-kata Yehuwa untuk ’membuat musuh-musuhnya menjadi tumpuan kakinya’. (Mazmur 110:1) Saat itu tiba pada tahun 1914, pada akhir ”zaman bangsa-bangsa”, dengan didirikannya Kerajaan di surga. Yesus mulai berkuasa atas musuh-musuhnya setelah Setan beserta hantu-hantunya diusir dari surga. Ini akan mencapai puncaknya pada waktu mereka dicampakkan ke jurang maut untuk seribu tahun dan ”raja-raja di bumi serta tentara-tentara mereka” dibinasakan.—Lukas 21:24; Wahyu 12:7-12; 19:19; 20:1-3.
6. Harapan yang pasti apa Allah ulurkan kepada kita, dan bagaimana kita dapat memperlihatkan penghargaan terhadapnya?
6 Pemazmur mendesak, ”Nantikanlah [Yehuwa] dan tetap ikutilah jalanNya, maka Ia akan mengangkat engkau untuk mewarisi negeri [”bumi”, NW].” (Mazmur 37:34) Kita dapat yakin bahwa Yehuwa akan berpegang teguh kepada kata-kata-Nya, dan terus sampai akhir dunia yang jahat ini, Ia akan menyelamatkan pria, wanita, dan anak-anak yang ’tetap mengikuti jalan-Nya’. Ungkapan itu dalam bahasa Ibrani aslinya mengandung arti kesungguhan maupun kesetiaan dalam melayani Yehuwa. Karena itu, sekarang bukan waktunya untuk menjadi letih atau melepaskan hak-hak istimewa dalam dinas yang diulurkan kepada kita. Sekaranglah waktunya untuk dengan loyal mengerahkan diri dalam dinas kepada Allah kita dan Kerajaan-Nya. (Yesaya 35:3, 4) Ada teladan-teladan yang menganjurkan kita. Marilah kita membahas beberapa di antaranya.
Para Bapa Leluhur Memperlihatkan Loyalitas
7, 8. (a) Pekerjaan apa yang Yehuwa tugaskan kepada Nuh dan keluarganya? (b) Bagaimana seisi rumah Nuh terbukti layak menerima perlindungan Allah selama banjir besar di seluruh bumi?
7 Ketika Yehuwa bermaksud membinasakan suatu masyarakat umat manusia yang jahat dengan air bah, Ia membuat perjanjian dengan kepala keluarga patriarkhat Nuh untuk menyelamatkan keluarganya dan melanjutkan kehidupan di atas bumi ini. (Kejadian 6:18) Nuh bersyukur atas harapan mendapat perlindungan ilahi, tetapi ia dan keluarganya harus membuktikan diri layak menerimanya. Bagaimana? Dengan melakukan apa yang Yehuwa perintahkan. Mereka mula-mula harus menghadapi tugas raksasa membangun bahtera. Apabila bahtera itu selesai, Nuh harus mengisinya dengan semua jenis hewan yang ada dan dengan cukup banyak persediaan makanan untuk jangka waktu yang panjang. Tetapi bukan itu saja. Selama masa persiapan yang panjang, Nuh harus berupaya sebisa-bisanya dalam kegiatan pengabaran yang belum pernah dilakukan sebelumnya, memperingatkan tentang penghukuman ilahi yang akan datang.—Kejadian, pasal 6 dan 7; 2 Petrus 2:5.
8 Alkitab memberi tahu kita bahwa ”Nuh melakukan semuanya itu; tepat seperti yang diperintahkan Allah kepadanya, demikianlah dilakukannya”. (Kejadian 6:22; 7:5) Nuh dan keluarganya terbukti loyal dalam memenuhi penugasan mereka. Semangat rela berkorban yang mereka perlihatkan berarti bahwa mereka menggunakan waktu mereka dengan bermanfaat, namun tugasnya memang berat dan pengabaran sulit. Karena tidak mempunyai keturunan sebelum Air Bah, anak-anak Nuh dan istri mereka dibantu untuk memusatkan diri pada pekerjaan yang harus mereka laksanakan dan mengkoordinasi kegiatan mereka. Air Bah yang membawa bencana itu mengakhiri dunia yang jahat itu sesuai dengan prinsip keadilan. Hanya Nuh, istrinya, dan ketiga anak beserta ketiga menantu mereka selamat. Kita dapat bersukacita bahwa mereka tetap loyal kepada Allah dan petunjuk-Nya, karena kita semua adalah keturunan langsung dari Nuh melalui Sem, Ham ataupun Yafet.—Kejadian 5:32; 1 Petrus 3:20.
9. (a) Bagaimana ujian Yehuwa atas Abraham merupakan ujian atas loyalitasnya? (b) Bagaimana Ishak memperlihatkan loyalitas dalam hal ini?
9 Ketika Abraham bersiap untuk mempersembahkan Ishak sebagai korban, ia bertindak dengan kepatuhan dan kesetiaan kepada perintah Yehuwa. Benar-benar suatu ujian atas loyalitasnya! Namun, Yehuwa menahan tangan Abraham, dengan berkata, ”Telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan [”karena”, NW] engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepadaKu.” Namun, kita sebaiknya merenungkan apa yang terjadi sebelumnya. Selama perjalanan tiga hari menuju Gunung Moria, Abraham pasti mempunyai cukup waktu untuk mempertimbangkan hal itu dan berubah pikiran. Bagaimana dengan Ishak, yang membawa kayu untuk korban dan yang membiarkan dirinya diikat pada tangan dan kaki? Ia tidak goyah dalam kesetiaannya kepada bapaknya, Abraham, juga tidak meragukan peranan yang ia mainkan, meskipun tampaknya haluan loyalitasnya akan berarti ia kehilangan kehidupan.—Kejadian 22:1-18; Ibrani 11:17.
Loyalitas Kristen
10, 11. Umat Kristiani yang mula-mula memberikan teladan apa berkenaan loyalitas?
10 Yehuwa selalu bertindak dalam loyalitas yang sejati. ’Berusahalah mengikuti teladan Allah,’ desak rasul Paulus. (Efesus 5:1, 2, BIS) Karena para bapa leluhur telah berbuat demikian, umat Kristiani dituntut untuk melakukannya juga. Umat Kristiani pada abad pertama memberikan teladan dalam ibadat yang loyal, seperti yang diperlihatkan oleh pengalaman berikut.
11 Kaisar Roma Konstantius I, ayah dari Kaisar Konstantin, rupanya sangat respek terhadap para pengikut Yesus Kristus. Untuk menguji loyalitas umat Kristiani yang bekerja di istananya, ia memberi tahu bahwa mereka dapat tetap bekerja baginya hanya jika mereka setuju memberikan persembahan kepada berhala. Mereka diberi tahu bahwa penolakan akan mengakibatkan mereka dipecat dan mendapat hukuman di tangannya. Melalui muslihat yang sederhana ini, Konstantius ingin tahu siapa yang tidak pernah akan mengkompromikan loyalitasnya. Mereka yang ternyata loyal kepada Allah dan prinsip-prinsip-Nya dipertahankan dalam dinas sang kaisar, beberapa bahkan menjadi penasihat yang dipercaya. Mereka yang tidak loyal kepada perintah Allah dikeluarkan secara memalukan.
12. Bagaimana para pengawas Kristiani harus memperlihatkan loyalitas, dan mengapa ini penting bagi kesejahteraan sidang?
12 Meskipun loyalitas harus menjadi ciri dalam kehidupan semua orang Kristiani, hal itu secara khusus disebutkan di Titus 1:8 (NW) dalam daftar persyaratan yang dituntut dari pria-pria yang memiliki jabatan pengawas Kristiani. William Barclay berkata bahwa hoʹsi·os, kata Yunani yang diterjemahkan di sini sebagai ”loyal” (NW), menggambarkan ”pria yang mematuhi hukum-hukum yang abadi yang, dulu dan sekarang, tetap lebih utama daripada hukum-hukum manapun buatan manusia”. Penting agar para penatua mengambil pendirian yang loyal dan setia kepada hukum-hukum Allah. Teladan ini akan membantu sidang untuk tumbuh dan tetap teguh menghadapi semua pencobaan dan tekanan yang dapat mengancamnya sebagai suatu badan atau anggota-anggotanya secara pribadi. (1 Petrus 5:3) Para penatua yang terlantik memiliki tanggung jawab besar terhadap kawanan untuk tidak pernah mengkompromikan loyalitas mereka kepada Yehuwa, karena sidang dinasihati untuk ’mencontoh iman mereka’.—Ibrani 13:7.
Loyalitas—Berapa Harganya?
13. Apa yang dimaksud dengan aksioma ”Setiap orang mempunyai harga mereka sendiri”, dan contoh-contoh apa kelihatannya membuktikan hal ini?
13 ”Setiap orang mempunyai harga mereka sendiri” adalah sebuah aksioma yang dicetuskan oleh Sir Robert Walpole, seorang perdana menteri Britania abad ke-18. Hal ini dengan tepat menyimpulkan fakta bahwa sepanjang sejarah loyalitas sering kali ditukar demi keuntungan yang bersifat mementingkan diri. Pertimbangkan penerjemah Alkitab William Tyndale, yang salah menyangka bahwa Henry Phillips adalah sahabat yang loyal. Pada tahun 1535 Phillips dengan tidak loyal mengkhianati Tyndale dengan menyerahkan dia kepada musuh-musuhnya. Akibatnya Tyndale langsung dipenjarakan dan akhirnya mati muda. Seorang ahli sejarah mengatakan bahwa Phillips, yang kemungkinan adalah agen dari raja Inggris atau dari orang-orang Katolik di Inggris, ”dibayar mahal untuk pekerjaan Yudasnya”. Ahli sejarah tersebut tentunya memaksudkan Yudas Iskariot, yang menerima 30 keping perak sebagai harga untuk mengkhianati Yesus Kristus. Namun, kita tidak boleh mengambil kesimpulan dari contoh-contoh ini bahwa ”harga” untuk loyalitas seseorang selalu dalam bentuk uang. Tidak demikian halnya.
14. Bagaimana loyalitas Yusuf kepada Yehuwa diuji, dan dengan hasil apa?
14 Ketika istri Potifar membujuk Yusuf untuk ”tidur dengan [dia]”, loyalitasnya kepada Yehuwa diuji. Apa yang akan ia lakukan? Karena mengerti dengan jelas prinsip-prinsip yang tersangkut, Yusuf lari dari rumah itu, dengan tekad bahwa ia tidak pernah akan ”melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah”. Kesempatan untuk mencicipi kenikmatan seksual tidak dapat mengalahkan loyalitas Yusuf kepada Allahnya, Yehuwa.—Kejadian 39:7-9.
15. Bagaimana Absalom memperlihatkan sikap tidak loyal, dan dengan akibat apa?
15 Masih ada lagi bahaya-bahaya lain; ambisi dapat merusak loyalitas. Itulah motivasi di belakang pemberontakan Absalom melawan bapaknya, Raja Daud. Melalui muslihat dan intrik, Absalom berupaya mengambil hati rakyat. Akhirnya, ia menggerakkan tentara untuk melawan para pendukung yang loyal dari bapaknya. Kematian Absalom di tangan Yoab mengakhiri tindakannya yang tidak loyal terhadap bapaknya, Daud, namun alangkah mahal harga yang harus ia bayar karena mencoba menggulingkan penyelenggaraan teokratis!—2 Samuel 15:1-12; 18:6-17.
Loyalitas yang Tidak Dapat Dibeli
16. Apa yang disingkapkan 2 Korintus 11:3 mengenai motif Setan?
16 Meskipun Setan menyatakan bahwa setiap orang akan bersedia menukarkan loyalitasnya, dan ini benar dalam hal Absalom, ternyata itu tidak benar berkenaan Yusuf, dan itu juga tidak pernah benar sehubungan dengan para penyembah yang loyal dari Yehuwa. Meskipun demikian, Setan akan menawarkan apa saja dalam upaya untuk mematahkan loyalitas kita kepada sang Pencipta. Rasul Paulus menyatakan perasaan khawatirnya bahwa ”sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya”, pikiran kita dapat dirusak, sehingga kita mengkompromikan loyalitas kita kepada Yehuwa dan ibadat kita kepada-Nya.—2 Korintus 11:3.
17. Dengan apa beberapa orang telah menukarkan hak-hak istimewa dalam dinas yang tak ternilai?
17 Kita selayaknya bertanya kepada diri sendiri, ’Apakah ada suatu harga yang mau saya terima sebagai ganti hak istimewa saya untuk menyembah sang Pencipta dengan loyal?’ Suatu kenyataan yang menyedihkan ialah bahwa, tidak seperti Yusuf, beberapa orang yang dulunya adalah hamba Yehuwa yang berbakti, meminta sedikit sekali sebagai ganti loyalitasnya. Bahkan beberapa penatua telah menukar hak istimewa mereka yang tak ternilai berupa dinas suci dengan kenikmatan sementara dari kesenangan sensual yang amoral. Tidak soal apakah saudara seorang penatua atau tidak, banyak dari mereka yang melakukan hal ini menderita kerugian yang tidak dapat diperbaiki berupa hilangnya persatuan keluarga, kasih dan respek dari sidang, dan perkenan Yehuwa—Pribadi yang justru dapat memberikan kekuatan untuk mempertahankan loyalitas dan menolak bujukan apapun dari Setan.—Yesaya 12:2; Filipi 4:13.
18. Mengapa penting untuk mengindahkan peringatan di 1 Timotius 6:9, 10?
18 Yang lain-lain, karena tekad yang ambisius untuk mendapatkan sukses dalam mengejar hal-hal duniawi, telah ”menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka”, meskipun peringatan yang jelas dari Alkitab. (1 Timotius 6:9, 10) Demas, seorang Kristiani yang disebut oleh Paulus, gagal oleh karena ini, untuk sementara atau secara permanen. (2 Timotius 4:10) Loyalitas kepada Yehuwa tidak pernah dapat dikompromikan tanpa akibat yang mencelakakan. ”Allah tidak membiarkan diriNya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.”—Galatia 6:7.
19, 20. (a) Apa antara lain bahaya yang berkaitan dengan terlalu banyak menonton televisi? (b) Teladan apa yang diberikan oleh suatu keluarga Saksi?
19 Kadang-kadang harga yang ditawarkan sangat halus bentuknya. Misalnya, sebuah laporan dari Amerika Serikat mengatakan bahwa banyak keluarga menggunakan kira-kira setengah dari waktu tidak tidur mereka selama berada di rumah, untuk menonton televisi, dan anak-anak muda khususnya sudah ketagihan. Jika seorang Kristiani hanya mengisi pikirannya dengan televisi, dengan seks dan kekerasannya, ia bisa segera merusak prinsip-prinsip Kristennya. Akibatnya ia mudah menjadi tidak loyal, jauh dari Yehuwa. Pergaulan buruk demikian benar-benar merusak kebiasaan yang berguna. (1 Korintus 15:33) Kita tidak boleh lupa bahwa Alkitab menasihati kita agar menggunakan waktu untuk belajar dan merenungkan Firman Yehuwa. Apakah waktu yang dapat digunakan untuk memperoleh pengetahuan yang membimbing kepada hidup kekal sebagai penyembah yang loyal dari Yehuwa patut kita tukar dengan banyak waktu santai di depan layar televisi? Banyak orang yang sekarang memiliki pengetahuan tentang kebenaran sebelumnya harus membuat penyesuaian besar dalam cara berpikir mereka sehubungan hal ini.—1 Timotius 4:15, 16; 2 Timotius 2:15.
20 Takashi seorang pengusaha Jepang yang tinggal di Inggris. Dulu ia hampir setiap malam menonton televisi bersama keluarganya selama tiga sampai empat jam. Setelah ia dan istrinya dibaptis tiga tahun yang lalu, ia memutuskan bahwa pelajaran Alkitab secara pribadi dan keluarga harus diprioritaskan. Dengan mengurangi waktu menonton televisi menjadi rata-rata hanya 15 atau 30 menit setiap hari, ia memberikan contoh yang bagus dalam keluarganya. Meskipun Takashi harus belajar dengan dua Alkitab, satu dalam bahasa Inggris dan satu dalam bahasa Jepang, pertumbuhan rohaninya sangat cepat, dan ia sekarang menjadi pelayan sidang di sebuah sidang berbahasa Inggris. Istrinya menjadi perintis ekstra. ”Untuk melindungi kerohanian kedua putra kami yang masih muda,” katanya, ”setiap hari saya juga memantau dengan teliti apa yang istri saya dan saya izinkan untuk mereka tonton di televisi.” Disiplin diri seperti itu membawa manfaat.
21. Apa yang kita ketahui mengenai taktik-taktik Setan, dan bagaimana kita dapat melindungi diri kita?
21 Kita dapat merasa pasti akan hal ini: Setan mengetahui kelemahan kita, mungkin lebih baik daripada yang kita sendiri ketahui. Apapun tidak akan membuat ia berhenti berupaya agar kita berkompromi atau melemahkan kesetiaan kita kepada Yehuwa. (Bandingkan Matius 4:8, 9.) Maka, bagaimana kita dapat melindungi diri kita? Dengan terus meletakkan pembaktian kita di hadapan kita dan dengan mendapatkan sukacita dalam memperkembangkan keterampilan pada waktu kita melayani kebutuhan rohani orang-orang lain. Sebagai hamba yang loyal dari Yehuwa, kita harus terus sibuk dalam dinas-Nya dan sepanjang waktu dibimbing oleh Firman-Nya yang kudus. Hal ini akan membantu kita dalam tekad kita yang teguh bahwa harga apapun yang ditawarkan oleh Setan tidak akan menyimpangkan kita dari loyalitas kepada Allah.—Mazmur 119:14-16.
Bagaimana Saudara Menjawab?
◻ Bagaimana Yehuwa dan Yesus memperlihatkan loyalitas?
◻ Teladan loyalitas lain apa lagi yang terdapat dalam Alkitab?
◻ Setan dapat menawarkan apa kepada kita atau mencoba melakukan apa?
◻ Bagaimana kita dapat memperkuat diri agar tetap loyal dalam ibadat kepada Yehuwa?