Pasal 10
Bertumbuh dalam Pengetahuan yang Saksama tentang Kebenaran
SAKSI-SAKSI YEHUWA tidak bermaksud memperkenalkan doktrin-doktrin baru, suatu cara beribadat yang baru, atau agama baru. Sebaliknya, sejarah zaman modern mereka menunjukkan upaya yang sungguh-sungguh untuk mengajarkan apa yang terdapat dalam Alkitab, Firman Allah yang terilham. Mereka menunjuk kepada Alkitab sebagai dasar bagi semua kepercayaan dan jalan hidup mereka. Sebaliknya daripada memperkembangkan kepercayaan yang mencerminkan kecenderungan dunia modern yang serba boleh, mereka senantiasa berupaya menyelaraskan diri dengan ajaran-ajaran Alkitab dan praktek-praktek kekristenan abad pertama.
Pada awal tahun 1870-an, Charles Taze Russell dan rekan-rekannya mengadakan penelitian Alkitab yang sungguh-sungguh. Menjadi jelas bagi mereka bahwa Susunan Kristen telah jauh menyimpang dari ajaran-ajaran dan praktek-praktek kekristenan masa awal. Saudara Russell tidak mengaku sebagai orang yang pertama kali mengamati hal ini, dan terus terang ia mengakui bahwa ia merasa berutang budi kepada orang-orang lain atas bantuan yang mereka berikan selama tahun-tahun pertama ia meneliti Alkitab. Ia berbicara dengan penuh penghargaan mengenai pekerjaan baik yang dilakukan oleh berbagai gerakan Reformasi, yang bertujuan membuat cahaya kebenaran bersinar lebih terang. Ia menyebut nama beberapa pria yang lebih tua seperti Jonas Wendell, George Stetson, George Storrs, dan Nelson Barbour, yang secara pribadi menyumbang kepada pengertiannya akan Firman Allah melalui berbagai cara.a
Ia juga menyatakan, ”Berbagai doktrin yang kami pegang dan yang tampaknya begitu baru dan segar serta berbeda sudah dianut dalam bentuk tertentu lama berselang: seperti misalnya—Pemilihan, Karunia Bebas, Restitusi, Pembenaran, Penyucian, Pemuliaan, Kebangkitan.” Akan tetapi, sering terjadi bahwa satu kelompok agama dibedakan oleh pengertiannya yang lebih jelas akan satu kebenaran Alkitab tertentu; kelompok lain oleh kebenaran yang lain lagi. Kemajuan mereka selanjutnya sering kali terhambat karena mereka terbelenggu pada doktrin-doktrin dan kredo-kredo yang mencakup kepercayaan yang telah lama berkembang di Babel dan Mesir purba atau pinjaman dari para filsuf Yunani.
Namun, kelompok manakah yang dengan bantuan roh Allah, yang secara bertahap akan berpegang kembali kepada seluruh ”contoh ajaran sehat” yang sangat dihargai oleh umat Kristen abad pertama? (2 Tim. 1:13) Bagi siapakah akan terbukti benar bahwa jalan mereka adalah ”seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari”? (Ams. 4:18) Siapakah yang akan benar-benar melakukan apa yang Yesus perintahkan ketika ia berkata, ”Kamu akan menjadi saksiKu . . . sampai ke ujung bumi”? Siapakah yang tidak hanya menjadikan murid tetapi juga ’mengajar mereka melakukan segala sesuatu’ yang telah Yesus perintahkan? (Kis. 1:8; Mat. 28:19, 20) Sesungguhnya, apakah waktunya sudah dekat manakala Tuhan akan membuat perbedaan yang jelas antara umat Kristen sejati yang ia samakan dengan gandum dan tiruannya yang ia sebut sebagai lalang (sebenarnya, jenis lalang yang sangat menyerupai gandum sampai mereka matang)?b (Mat. 13:24-30, 36-43) Siapakah yang akan terbukti sebagai ”hamba yang setia dan bijaksana” yang, oleh Majikannya, Yesus Kristus, pada masa kehadirannya dalam kuasa Kerajaan, akan dipercayakan tanggung jawab yang lebih besar sehubungan dengan pekerjaan yang dinubuatkan akan terjadi pada akhir sistem segala perkara?—Mat. 24:3, 45-47.
Membuat Terang Bersinar
Yesus memerintahkan murid-muridnya untuk membagikan kepada orang-orang lain kebenaran ilahi yang telah mereka terima darinya. ”Kamu adalah terang dunia,” katanya. ”Hendaknya terangmu bercahaya di depan orang.” (Mat. 5:14-16; Kis. 13:47) Charles Taze Russell dan rekan-rekannya menyadari bahwa mereka memiliki kewajiban untuk melakukan hal itu.
Apakah mereka percaya bahwa mereka mempunyai semua jawaban, terang kebenaran yang penuh? Saudara Russell dengan jelas menjawab pertanyaan itu, ”Sama sekali tidak; kita juga tidak akan memilikinya sampai ’siang yang sempurna’.” (Ams. 4:18, Klinkert) Berkali-kali mereka menunjuk kepercayaan Alkitab mereka sebagai ”kebenaran yang sekarang”—bukan dengan gagasan apa pun bahwa kebenaran itu sendiri akan berubah namun dengan pemikiran bahwa pengertian mereka akan kebenaran itu bersifat progresif.
Siswa-siswa Alkitab yang tekun ini tidak mengelak dari gagasan tentang adanya suatu yang disebut kebenaran dalam perkara-perkara agama. Mereka mengakui Yehuwa sebagai ”Allah kebenaran” dan Alkitab sebagai Firman kebenaran-Nya. (Mzm. 31:5, NW; Yos. 21:45; Yoh. 17:17) Mereka menyadari bahwa masih ada banyak hal yang tidak mereka ketahui, tetapi mereka tidak menahan diri untuk menyatakan dengan penuh keyakinan apa yang telah mereka pelajari dari Alkitab. Dan apabila ada doktrin dan praktek agama tradisional yang bertentangan dengan apa yang mereka temukan tercantum dengan jelas dalam Firman Allah yang terilham, maka, dalam meniru Yesus Kristus, mereka membeberkan kesalahan itu, walaupun hal ini membuat mereka dicemooh dan dibenci oleh kaum pemimpin agama.—Mat. 15:3-9.
Untuk mencapai dan memberi makanan kepada orang-orang lain secara rohani, C. T. Russell mulai menerbitkan majalah Zion’s Watch Tower and Herald of Christ’s Presence, pada bulan Juli 1879.
Alkitab—Benar-Benar Firman Allah
Keyakinan Charles Taze Russell akan Alkitab bukan sekadar soal menerima pandangan tradisional yang sedang populer pada waktu itu. Malahan sebaliknya, apa yang sedang populer di antara banyak orang waktu itu adalah kecaman pedas. Orang-orang yang mendukungnya menantang keandalan catatan Alkitab.
Sebagai seorang pemuda, Russell bergabung dengan Gereja Kongregasional dan aktif dalam pekerjaannya, namun dogma-dogma tradisionalnya yang tidak masuk akal membuat Russell bersikap skeptis. Ia mendapati bahwa apa yang telah diajarkan kepadanya tidak dapat dibela secara memuaskan dalam Alkitab. Maka ia meninggalkan dogma-dogma dari kredo gereja dan, demikian pula halnya, Alkitab. Kemudian, ia menyelidiki agama-agama Timur yang utama, tetapi itu juga terbukti tidak memuaskan. Lalu ia mulai berpikir bahwa mungkin Alkitab telah disalahtafsirkan oleh kredo-kredo Susunan Kristen. Karena terbina oleh apa yang ia dengar pada suatu sore dalam suatu pertemuan orang-orang Adven, ia mulai mempelajari Alkitab secara sistematis. Apa yang tersingkap di hadapannya benar-benar Firman Allah yang terilham.
Ia sangat terkesan oleh keselarasan Alkitab dan oleh kepribadian dari Pribadi yang diperkenalkan sebagai Pengarang Ilahinya. Untuk membantu orang lain mengambil manfaat dari hal ini, belakangan ia menulis buku The Divine Plan of the Ages yang ia terbitkan pada tahun 1886. Dalam buku tersebut, ia memasukkan suatu pembahasan utama mengenai ”Alkitab Sebagai Penyingkapan Ilahi Dipandang dari Sudut yang Masuk Akal”. Menjelang akhir pasal itu, ia menyatakan tanpa ragu, ”Kedalaman dan kuasa dan hikmat dan jangkauan kesaksian Alkitab meyakinkan kita bahwa bukan manusia, melainkan Allah yang Mahakuasa, adalah pengarang dari rencana-rencana dan penyingkapannya.”
Keyakinan akan seluruh Alkitab sebagai Firman Allah terus menjadi batu penjuru kepercayaan Saksi-Saksi Yehuwa zaman modern. Di seluruh dunia, mereka memiliki alat-alat bantu pelajaran yang memungkinkan mereka secara pribadi memeriksa bukti bahwa Alkitab terilham. Aspek-aspek dari pokok ini berulang kali dibahas dalam majalah-majalah mereka. Pada tahun 1969 mereka menerbitkan buku Apakah Alkitab Benar-Benar Firman Allah? (bahasa Inggris). Dua puluh tahun kemudian, buku Alkitab—Firman dari Allah atau dari Manusia? memuat peninjauan yang segar berkenaan pokok tentang autentisitas Alkitab, menarik perhatian kepada bukti-bukti tambahan, dan tiba kepada kesimpulan yang sama: Alkitab, benar-benar, Firman Allah yang terilham. Sebuah buku lain, yang dicetak pertama kali pada tahun 1963 dan diperbarui pada tahun 1990, adalah ”Segenap Alkitab Diilhamkan Allah dan Bermanfaat”. Perincian lebih jauh dapat ditemukan dalam ensiklopedia Alkitab mereka, Insight on the Scriptures, diterbitkan pada tahun 1988.
Dari pelajaran pribadi dan bersama sidang, mereka diyakinkan bahwa walaupun ada kira-kira 40 manusia yang digunakan untuk mencatat apa yang terdapat dalam ke-66 buku Alkitab selama periode 16 abad lebih, Allah sendiri secara aktif membimbing penulisannya melalui roh-Nya. Rasul Paulus mengatakan, ’Segala tulisan diilhamkan Allah’. (2 Tim. 3:16; 2 Ptr. 1:20, 21) Keyakinan ini adalah faktor yang kuat dalam kehidupan Saksi-Saksi Yehuwa. Ketika berkomentar tentang hal ini, sebuah surat kabar di Inggris mengatakan, ”Semua hal yang seorang Saksi lakukan mempunyai alasan Alkitab. Memang benar, satu-satunya prinsip dasar mereka adalah pengakuan bahwa Alkitab adalah . . . benar.”
Mengenal Allah yang Benar
Seraya Saudara Russell dan rekan-rekannya mempelajari Alkitab, tidak makan waktu yang lama bagi mereka untuk melihat bahwa Allah yang digambarkan dalam Alkitab bukanlah allah Susunan Kristen. Ini adalah suatu perkara yang penting sebab, seperti Yesus Kristus katakan, prospek manusia untuk hidup kekal bergantung kepada pengenalan mereka akan satu-satunya Allah yang benar dan pribadi yang Ia utus ke bumi, Wakil Utama-Nya untuk keselamatan. (Yoh. 17:3; Ibr. 2:10) C. T. Russell dan kelompok yang ikut mempelajari Alkitab bersamanya memahami bahwa keadilan Allah secara sempurna seimbang dengan hikmat, kasih, dan kuasa ilahi, dan bahwa sifat-sifat ini dipertunjukkan dalam seluruh pekerjaan-Nya. Berdasarkan pengetahuan yang kemudian mereka miliki mengenai maksud-tujuan Allah, mereka mempersiapkan pembahasan tentang mengapa kejahatan diizinkan dan memasukkan pokok ini ke dalam salah satu publikasi mereka yang paling awal dan paling banyak disebarluaskan, buku 162 halaman berjudul Food for Thinking Christians, mula-mula diterbitkan sebagai edisi istimewa dari Zion’s Watch Tower pada bulan September 1881.
Penelitian mereka akan Firman Allah membantu mereka menyadari bahwa sang Pencipta memiliki nama pribadi dan bahwa Ia memungkinkan makhluk-makhluk ciptaan-Nya yang cerdas mengenal Dia dan menikmati hubungan yang akrab dengan-Nya. (1 Taw. 28:9; Yes. 55:6; Yak. 4:8) Majalah Watch Tower terbitan Oktober-November 1881 menjelaskan, ”YEHUWA adalah nama yang dikenakan hanya kepada Pribadi Yang Mahakuasa—Bapa kita, dan Dia yang Yesus sebut sebagai Bapa dan Allah.”—Mzm. 83:19, Klinkert; Yoh. 20:17.
Pada tahun berikutnya, sebagai jawaban atas pertanyaan, ”Apakah saudara mengatakan bahwa Alkitab tidak mengajarkan adanya tiga pribadi dalam satu Allah?” jawaban yang diberikan adalah, ”Ya: Sebaliknya, Alkitab memang memberi tahu kita bahwa hanya ada satu Allah dan Bapa dari Tuhan kita Yesus Kristus yang darinya berasal segala sesuatu (atau yang menciptakan segala sesuatu). Maka kami percaya kepada Satu Allah dan Bapa, dan juga kepada satu Tuhan Yesus Kristus . . . Namun mereka adalah dua dan bukan satu pribadi. Mereka satu hanya dalam arti bahwa mereka selaras. Kami juga mempercayai suatu roh Allah . . . Namun itu bukan suatu pribadi sebagaimana halnya roh setan dan roh Dunia ini dan roh Anti-Kristus.”—Zion’s Watch Tower, Juni 1882; Yoh. 17:20-22.
Penghargaan yang Bertambah Akan Nama Allah
Secara bertahap, Siswa-Siswa Alkitab tersebut semakin menyadari bahwa Alkitab terilham memberikan tempat penting bagi nama pribadi Allah. Nama itu telah dikaburkan dalam bahasa Inggris oleh edisi Alkitab Katolik Roma Douay dan edisi Protestan King James, sebagaimana belakangan juga oleh kebanyakan terjemahan dalam banyak bahasa di abad ke-20. Akan tetapi, berbagai terjemahan maupun karya-karya referensi Alkitab membuktikan bahwa nama Yehuwa muncul dalam teks bahasa aslinya sebanyak ribuan kali—sebenarnya, jauh lebih banyak daripada nama-nama lain mana pun, dan lebih banyak daripada jumlah gabungan pemunculan gelar-gelar seperti Allah dan Tuhan. Sebagai ”suatu umat . . . bagi namaNya”, penghargaan mereka sendiri akan nama ilahi bertumbuh. (Kis. 15:14) Dalam The Watch Tower 1 Januari 1926, mereka mengemukakan apa yang mereka akui sebagai suatu persoalan yang harus dihadapi oleh setiap pribadi, yaitu ”Siapa yang Akan Menghormati Yehuwa?”
Penandasan yang mereka berikan kepada nama Allah bukan sekadar suatu pengetahuan agama. Sebagaimana dijelaskan dalam buku Prophecy (diterbitkan tahun 1929), sengketa terpenting yang dihadapi semua makhluk ciptaan yang cerdas mencakup nama dan firman dari Allah Yehuwa. Saksi-Saksi Yehuwa menandaskan bahwa Alkitab memperlihatkan bahwa setiap orang harus mengetahui nama Allah dan memperlakukannya sebagai sesuatu yang suci. (Mat. 6:9; Yeh. 39:7) Nama itu harus dibersihkan dari semua celaan yang telah ditimpakan ke atasnya, bukan hanya oleh mereka yang secara terang-terangan menentang Yehuwa, tetapi juga oleh mereka yang menyalahgambarkan Dia melalui doktrin-doktrin dan perbuatan mereka. (Yeh. 38:23; Rm. 2:24) Atas dasar Alkitab, Saksi-Saksi mengakui bahwa kesejahteraan seluruh alam dan penghuninya bergantung atas penyucian nama Yehuwa.
Mereka menyadari bahwa sebelum Yehuwa mengambil tindakan untuk membinasakan orang-orang jahat, adalah tugas dan hak istimewa bagi saksi-saksi-Nya untuk memberitahukan kebenaran mengenai Dia kepada orang-orang lain. Saksi-Saksi Yehuwa telah dan sedang melakukan hal itu di seluruh dunia. Mereka begitu bergairah dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut sehingga, secara internasional, siapa pun yang menggunakan nama Yehuwa dengan bebas, segera dikenali sebagai salah seorang dari Saksi-Saksi Yehuwa.
Membeberkan Tritunggal
Sebagai saksi-saksi dari Yehuwa, C. T. Russell dan rekan-rekannya benar-benar merasa bertanggung jawab untuk membeberkan ajaran-ajaran yang menyalahgambarkan Allah, untuk membantu para pencinta kebenaran menyadari bahwa itu semua tidak berdasarkan Alkitab. Mereka bukan orang pertama yang mengakui bahwa Tritunggal tidak berdasarkan Alkitab,c tetapi mereka memang mengakui bahwa jika mereka ingin menjadi hamba-hamba Allah yang setia, mereka memiliki tanggung jawab untuk memberi tahu kebenaran sehubungan dengan hal ini. Dengan berani, demi kepentingan semua pencinta kebenaran, mereka menyingkapkan akar kekafiran dari doktrin utama Susunan Kristen ini.
Watch Tower Juni 1882 menyatakan, ”Banyak filsuf kafir mendapati bahwa adalah suatu kebijaksanaan untuk menggabungkan dengan kedudukan agama yang sedang berkembang [bentuk kemurtadan dari kekristenan yang disahkan oleh kaisar-kaisar Romawi pada abad keempat M], mulai membuka jalan yang mudah ke arah itu dengan mencoba menemukan persamaan-persamaan antara Kekristenan dan Kekafiran, dan dengan demikian mencampurkan keduanya. Mereka berhasil hampir tanpa rintangan. . . . Karena teologi kuno memiliki sejumlah dewa-dewa utama, dengan banyak titisan dewa-dewi, Kristen-kafir ini (jika kita boleh mencipta sebuah kata) mulai menyusun kembali daftar untuk teologi yang baru. Maka, pada waktu itulah, doktrin mengenai tiga Allah diciptakan—Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus.”
Beberapa pemimpin agama berupaya memberikan bumbu Alkitab kepada ajaran mereka dengan mengutip ayat seperti 1 Yohanes 5:7, tetapi Saudara Russell mengajukan bukti yang memperlihatkan bahwa sudah sangat dikenal oleh para sarjana bahwa sebagian dari ayat itu adalah suatu interpolasi, suatu sisipan palsu yang dibuat oleh seorang penyalin untuk mendukung ajaran yang tidak ditemukan dalam Alkitab. Para pembela lain untuk Tritunggal menarik perhatian kepada Yohanes 1:1, tetapi Watch Tower menganalisis ayat tersebut berdasarkan isi dan ikatan kalimatnya untuk menunjukkan bahwa ini sama sekali tidak mendukung kepercayaan akan Tritunggal. Selaras dengan ini, dalam terbitan Juli 1883, Watch Tower mengatakan, ”Dengan mempelajari Alkitab lebih banyak sebaliknya daripada teologi buku-buku himne, akan membuat pokok itu lebih jelas bagi semua orang. Doktrin tritunggal sama sekali bertentangan dengan Alkitab.”
Saudara Russell terang-terangan membeberkan kebodohan dari mengaku percaya Alkitab padahal pada waktu yang sama mengajarkan doktrin seperti Tritunggal, yang berlawanan dengan apa yang Alkitab katakan. Jadi ia menulis, ”Mereka yang mengatakan bahwa Yesus dan Bapa adalah satu Allah, benar-benar mendapati diri mereka dalam kontradiksi dan kebingungan yang bercampur baur! Ini akan mencakup gagasan bahwa Tuhan kita Yesus adalah seorang munafik ketika berada di bumi dan hanya berpura-pura menyapa Allah dalam doa, kalau Dia sendiri adalah Allah yang sama. . . . Satu lagi, Bapa selalu tidak berkematian, dan karena itu tidak dapat mati. Maka, bagaimana mungkin Yesus mati? Para Rasul adalah saksi-saksi palsu pada waktu mengumumkan kematian dan kebangkitan Yesus jika Dia tidak mati. Akan tetapi, Alkitab menyatakan bahwa Dia benar-benar mati.”d
Maka, pada awal sejarah zaman modern mereka, Saksi-Saksi Yehuwa dengan tegas menolak dogma Tritunggal dari Susunan Kristen demi mendukung ajaran Alkitab yang masuk akal dan menghangatkan hati.e Pekerjaan yang telah mereka lakukan untuk menyiarkan kebenaran-kebenaran ini dan memberikan kesempatan kepada orang-orang di mana-mana untuk mendengar kepada mereka, telah mencapai tingkat yang tidak pernah dicapai oleh pribadi atau kelompok mana pun, dulu maupun sekarang.
Bagaimana Keadaan Orang Mati?
Apa yang akan terjadi di masa depan atas orang-orang yang tidak menerima persediaan Allah untuk keselamatan merupakan hal yang sangat memprihatinkan bagi C. T. Russell sejak ia masih muda. Ketika masih remaja, ia mempercayai apa yang dikatakan para pemimpin agama mengenai api neraka; ia mengira bahwa mereka memberitakan Firman Allah. Ia pergi pada waktu malam dan menuliskan ayat-ayat Alkitab dengan kapur di tempat-tempat yang mencolok agar para pekerja yang lewat di sana dapat diperingatkan dan diselamatkan dari malapetaka yang mengerikan dalam siksaan kekal.
Belakangan, setelah ia melihat sendiri apa yang sebenarnya Alkitab ajarkan, seorang rekannya mengutip kata-katanya, ”Jika Alkitab memang mengajarkan bahwa siksaan kekal adalah nasib yang akan dialami semua orang kecuali orang-orang suci, hal itu harus diberitakan—ya, dipekikkan dari bubungan-bubungan rumah setiap minggu, hari, dan jam; jika Alkitab tidak mengajarkan hal itu, fakta itu harus diumumkan, dan noda kotor yang tidak menghormati nama Allah yang suci dihapuskan.”
Sejak awal penelitiannya akan Alkitab, C. T. Russell mengerti dengan jelas bahwa neraka bukan suatu tempat siksaan bagi jiwa-jiwa setelah kematian. Ia kemungkinan besar dibantu oleh George Storrs dalam hal ini, redaktur dari Bible Examiner, yang Saudara Russell sebutkan dengan penghargaan yang hangat dalam tulisan-tulisannya dan Storrs sendiri telah banyak menulis mengenai apa yang ia pahami dari Alkitab tentang keadaan orang mati.
Akan tetapi, bagaimana dengan jiwa? Apakah Siswa-Siswa Alkitab mendukung kepercayaan bahwa jiwa adalah bagian halus dari manusia, sesuatu yang terus hidup setelah tubuh mati? Sebaliknya, pada tahun 1903 Watch Tower menyatakan, ”Perlu kita perhatikan dengan baik bahwa ajarannya adalah bukan bahwa manusia mempunyai jiwa, namun manusia adalah jiwa, atau pribadi. Mari kita lihat sebuah ilustrasi dari alam—udara yang kita hirup: udara terdiri dari oksigen dan nitrogen, yang masing-masing bukanlah atmosfer, atau udara; tetapi jika keduanya digabungkan, sebagaimana itu terjadi dalam proporsi kimia yang tepat, hasilnya adalah atmosfer. Demikian juga dengan jiwa. Allah berbicara kepada kita dari sudut pandangan ini, kita masing-masing sebagai suatu jiwa. Ia tidak memanggil tubuh kita atau nafas kehidupan kita, tetapi Ia memang memanggil kita sebagai makhluk-makhluk, atau jiwa-jiwa, yang cerdas. Ketika memberitahukan hukuman jika hukum-Nya dilanggar, Ia tidak menyebutkannya kepada tubuh Adam secara khusus, tetapi manusia, jiwa, makhluk yang cerdas itu, ’Engkau!’ ’Pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati.’ ’Orang [”Jiwa”, ”NW”] yang berbuat dosa, itu yang harus mati.’—Kej. 2:17; Yeh. 18:20.” Ini selaras dengan apa yang Watch Tower telah katakan sejak April 1881.f
Maka, bagaimana kepercayaan akan jiwa manusia yang tidak berkematian berkembang? Siapakah pencetusnya? Setelah meneliti sejarah Alkitab maupun agama dengan saksama, Saudara Russell menulis dalam Watch Tower 15 April 1894, ”Jelas sekali, ini tidak datang dari Alkitab . . . Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa manusia berkematian, bahwa kematian dapat menimpanya. . . . Setelah meneliti halaman-halaman sejarah, kami mendapati bahwa, walaupun doktrin manusia yang tidak berkematian tidak diajarkan oleh saksi-saksi yang diilhami Allah, hal itu adalah unsur penting dalam semua agama kafir. . . . Oleh sebab itu, tidaklah benar, bahwa Socrates dan Plato yang pertama mengajarkan doktrin itu: ada guru yang lebih awal dari mereka, dan oknum yang bahkan lebih mampu. . . . Catatan pertama dari ajaran palsu ini ditemukan dalam sejarah tertua yang diketahui manusia—Alkitab. Guru palsunya adalah Setan.”g
Mengarahkan ”Pipa Air” ke Neraka
Selaras dengan keinginan Saudara Russell yang kuat untuk menghapuskan noda kotor dari nama Allah yang diakibatkan oleh ajaran api neraka siksaan kekal, ia menulis sebuah risalah yang menonjolkan pokok, ”Apakah Alkitab Mengajarkan Bahwa Siksaan Kekal adalah Upah Dosa?” (The Old Theology, 1889) Di dalamnya ia berkata,
”Teori siksaan kekal mempunyai asal usul kafir, walaupun yang dianut oleh orang-orang kafir semula bukanlah doktrin yang tidak berbelas kasihan sebagaimana itu jadinya di kemudian hari, yaitu ketika doktrin itu secara bertahap mulai melekatkan diri pada kekristenan yang nominal (dalam nama saja) selama perpaduannya dengan filsafat-filsafat kafir pada abad kedua. Kemurtadan besar hanya perlu menambahkan pada filsafat kafir rincian-rincian yang mengerikan yang sekarang begitu umum dipercayai, untuk dilukiskan pada dinding-dinding gereja, seperti yang terjadi di Eropa, untuk dituliskan pada kredo-kredo dan himne mereka, dan sedemikian diselewengkannya Firman Allah sehingga tampaknya memberikan dukungan ilahi kepada hujah yang sangat tidak menghormati Allah. Karena itu, orang-orang yang asal percaya zaman sekarang, menerimanya sebagai peninggalan, bukan dari Tuhan, atau para rasul, atau para nabi, tetapi dari semangat yang suka berkompromi yang mengorbankan kebenaran dan nalar, dan secara memalukan menyelewengkan doktrin-doktrin kekristenan, dengan ambisi yang memalukan dan upaya mengejar kekuasaan dan kekayaan dan jumlah pengikut. Siksaan kekal sebagai hukuman dosa tidak dikenal oleh para datuk di zaman purba; hal itu tidak dikenal oleh para nabi selama zaman Yahudi; dan tidak dikenal oleh Tuhan dan rasul-rasul; tetapi telah menjadi doktrin utama bagi Kekristenan Nominal sejak kemurtadan besar—momok yang membuat orang-orang yang mudah percaya, yang kurang pengetahuan dan percaya kepada takhayul dari dunia ini telah dibelenggu sehingga harus tunduk secara membabi buta kepada kekuasaan yang sewenang-wenang. Siksaan kekal ditujukan kepada semua orang yang menentang atau menolak wewenang Gereja Roma, dan penderitaan siksaan kekalnya dalam kehidupan sekarang telah mulai, sudah sejak ia memiliki kekuasaan.”
Saudara Russell benar-benar menyadari bahwa kebanyakan orang yang berpikiran sehat tidak sungguh-sungguh mempercayai doktrin api neraka. Namun, seperti yang ia tandaskan, pada tahun 1896, dalam buku kecil What Say the Scriptures About Hell?, ”karena mereka mengira bahwa Alkitab yang mengajarkannya, setiap langkah maju yang mereka lakukan dalam kecerdasan yang nyata dan kebaikan persaudaraan . . . dalam kebanyakan kasus adalah selangkah menjauh dari Firman Allah, yang secara keliru mereka tuduh sebagai sumber ajaran ini.”
Untuk menarik orang-orang yang berpikiran demikian kembali kepada Firman Allah, ia menyajikan dalam buku kecil ini, setiap ayat dalam King James Version yang memuat kata neraka, sehingga para pembaca dapat melihat sendiri apa yang ayat-ayat tersebut katakan, dan kemudian ia menyatakan, ”Syukur kepada Allah, kita tidak menemukan tempat siksaan kekal sebagaimana secara keliru diajarkan kredo-kredo, dan buku-buku himne, dan banyak pengkhotbah. Namun kita menemukan suatu ’neraka’, syeol, hades, tempat semua ras kita dihukum karena dosa Adam, dan dari tempat itulah semua orang ditebus oleh kematian Tuhan kita; dan ’neraka’ adalah kuburan—keadaan pada saat mati. Kita juga menemukan ’neraka’ lain (gehena—kematian kedua—pembinasaan sama sekali) dibawa kepada perhatian kita sebagai hukuman terakhir bagi semua orang yang, setelah ditebus dan mendapat pengetahuan yang lengkap akan kebenaran, dan kemampuan yang penuh untuk menaatinya, namun kemudian memilih kematian dengan memilih haluan yang menentang Allah dan keadilbenaran. Kemudian hati kita berkata, Amin. Adil dan benar segala jalanMu, ya Raja segala bangsa! Siapakah yang tidak takut, ya Tuhan, dan yang tidak memuliakan namaMu? Sebab Engkau saja yang kudus; karena semua bangsa akan datang dan sujud menyembah Engkau, sebab telah nyata kebenaran segala penghakimanMu.”—Why. 15:3, 4.
Apa yang ia ajarkan menjadi sumber sakit hati dan malu bagi para pemimpin agama Susunan Kristen. Pada tahun 1903, ia ditantang untuk mengadakan debat umum. Keadaan orang mati adalah salah satu pokok persoalan yang menghasilkan rangkaian debat antara C. T. Russell dan Dr. E. L. Eaton, yang bertindak sebagai juru bicara dari suatu gabungan tidak resmi rohaniwan Protestan di bagian barat Pennsylvania.
Selama rangkaian debat tersebut, Saudara Russell dengan tegas mempertahankan soal bahwa ”kematian adalah kematian, dan bahwa orang-orang yang kita kasihi, ketika mereka meninggalkan kita, benar-benar mati, bahwa mereka tidak hidup bersama para malaikat ataupun bersama hantu-hantu di tempat yang tanpa harapan.” Untuk mendukung hal ini, ia mengacu kepada ayat-ayat seperti Pengkhotbah 9:5, 10; Roma 5:12; 6:23; dan Kejadian 2:17. Ia juga berkata, ”Ayat-ayat ini sepenuhnya selaras dengan apa yang Anda dan saya dan semua orang yang waras, berpikiran sehat di dunia akan akui sebagai sifat yang masuk akal dan pantas dari Allah kita. Apa yang dinyatakan mengenai Bapa surgawi kita? Bahwa Ia adil, bahwa Ia bijaksana, bahwa Ia pengasih, bahwa Ia berkuasa. Seluruh umat Kristen akan mengakui bahwa sifat-sifat ini adalah karakter ilahi. Jika memang demikian, dapatkah kita menemukan arti dari istilah itu dan memahami bahwa Allah itu adil namun menghukum makhluk ciptaan-Nya sendiri untuk kekal selama-lamanya, tidak soal apa dosanya? Saya bukan seorang yang membela dosa; saya sendiri tidak hidup dalam dosa, dan saya tidak pernah memberitakan dosa. . . . Namun saya memberi tahu Anda bahwa semua orang yang berada di sini yang saudara kita [Dr. Eaton] katakan sedang membicarakan hal-hal yang tidak sopan dengan hujahan mereka terhadap Allah dan nama kudus Yesus Kristus adalah semua orang yang telah diajar doktrin siksaan kekal ini. Juga semua pembunuh, pencuri dan pembuat kejahatan yang ada dalam penjara, semua diajar mengenai doktrin ini. . . . Doktrin-doktrin ini buruk; itu telah merusak dunia ini sejak lama; itu sama sekali bukan bagian dari ajaran Tuhan, dan saudara yang kita kasihi belum juga menghapus asap abad kegelapan dari matanya.”
Dilaporkan bahwa setelah debat ini, seorang pemimpin agama yang hadir menghampiri Russell dan berkata, ”Saya senang sekali Saudara dapat mengarahkan pipa air ke neraka dan memadamkan apinya.”
Agar kebenaran mengenai keadaan orang mati diberitakan lebih luas lagi, Saudara Russell mengadakan serangkaian kebaktian satu hari yang menjangkau daerah yang luas dari tahun 1905 sampai 1907, yang dalam acaranya ia menonjolkan khotbah umum ”Ke Neraka dan Kembali! Siapa yang Berada di Sana? Harapan untuk Kembali Bagi Banyak Orang”. Judul ini membangkitkan rasa ingin tahu, dan sangat menarik perhatian. Hadirin memenuhi balai-balai kebaktian di kota-kota besar dan kecil di Amerika Serikat dan Kanada untuk mendengarkan khotbah tersebut.
Di antara mereka yang sungguh-sungguh tergerak oleh apa yang Alkitab katakan tentang keadaan orang mati adalah seorang mahasiswa universitas di Cincinnati, Ohio, yang tengah mempersiapkan diri untuk menjadi rohaniwan Presbiterian. Pada tahun 1913, ia menerima dari saudara kandungnya buku kecil Where Are the Dead?, yang ditulis oleh John Edgar, seorang Siswa Alkitab yang juga seorang dokter medis di Skotlandia. Mahasiswa yang menerima buku kecil itu adalah Frederick Franz. Setelah membacanya dengan teliti, ia dengan tegas menyatakan, ”Inilah kebenaran.” Tanpa ragu, ia mengubah cita-cita dalam hidupnya dan memasuki pelayanan sepenuh waktu sebagai penginjil kolportir. Pada tahun 1920, ia menjadi anggota staf kantor pusat Lembaga Menara Pengawal. Bertahun-tahun sesudahnya ia menjadi seorang anggota Badan Pimpinan dari Saksi-Saksi Yehuwa dan, belakangan, menjadi presiden Lembaga Menara Pengawal.
Korban Tebusan Yesus Kristus
Pada tahun 1872, sehubungan dengan penelitian Alkitabnya, Saudara Russell dan rekan-rekannya mengadakan peninjauan yang baru mengenai pokok restitusi, dari sudut tebusan yang Yesus Kristus berikan. (Kis. 3:21) Ia merasa tergetar ketika melihat di Ibrani 2:9 bahwa ’Yesus oleh kasih karunia Allah mengalami maut bagi semua manusia’. Hal itu tidak membimbingnya untuk mempercayai keselamatan universal, karena ia mengetahui bahwa Alkitab juga mengatakan bahwa untuk diselamatkan seseorang harus mempraktekkan iman kepada Yesus Kristus. (Kis. 4:12; 16:31) Namun, ia mulai mengerti—walaupun tidak seketika itu juga—betapa menakjubkan kesempatan yang dimungkinkan oleh korban tebusan Yesus Kristus bagi umat manusia. Hal itu membuka jalan bagi mereka untuk mendapatkan apa yang Adam hilangkan, prospek kehidupan kekal sebagai manusia sempurna. Saudara Russell tidak bersikap pasif mengenai perkara ini; ia memahami betapa pentingnya tebusan dan dengan penuh semangat menjunjungnya, bahkan pada waktu beberapa rekan dekatnya membiarkan pikiran mereka dirusak oleh pandangan-pandangan filsafat.
Pada pertengahan tahun 1878, Saudara Russell, selama satu setengah tahun, telah menjadi asisten redaktur majalah Herald of the Morning, dan N. H. Barbour sebagai redaktur utamanya. Namun, ketika Barbour, dalam terbitan majalah mereka bulan Agustus 1878, meremehkan ajaran Alkitab mengenai tebusan, Russell menanggapinya dengan penuh semangat membela kebenaran Alkitab yang penting itu.
Di bawah judul ”Pendamaian”, Barbour menggambarkan perasaannya terhadap ajaran ini dengan berkata, ”Saya mengatakan kepada anak saya, atau kepada salah seorang pembantu, jika James menggigit saudara perempuannya, tangkaplah seekor lalat, tusukkan jarum di badannya dan pakukan lalat itu di dinding, maka saya akan mengampuni James. Hal ini menggambarkan doktrin substitusi.” Walaupun mengaku percaya akan tebusan, Barbour menunjuk gagasan bahwa Kristus yang kematiannya membayar hukuman dosa bagi keturunan Adam adalah hal yang ”tidak berdasarkan Alkitab, dan tidak menyenangkan bagi seluruh gagasan keadilan kita.”h
Langsung pada terbitan Herald of the Morning berikutnya (September 1878), Saudara Russell menyatakan ketidaksetujuannya atas apa yang Barbour tulis. Russell menganalisis apa yang sebenarnya Alkitab katakan dan konsistensi mereka dengan ”kesempurnaan keadilan [Allah], dan akhirnya belas kasihan dan kasih-Nya” sebagaimana ditunjukkan melalui persediaan tebusan. (1 Kor. 15:3; 2 Kor. 5:18, 19; 1 Ptr. 2:24; 3:18; 1 Yoh. 2:2) Pada musim semi berikutnya, setelah berulang kali berupaya membantu Barbour memandang persoalannya secara Alkitab, Russell menarik dukungannya dari majalah Herald; dan mulai terbitan bulan Juni 1879, namanya tidak lagi muncul sebagai asisten redaktur dari publikasi itu. Pendiriannya yang berani dan tidak mau berkompromi mengenai ajaran utama Alkitab ini mempunyai pengaruh yang jauh jangkauannya
Selama sejarah zaman modern mereka, Saksi-Saksi Yehuwa secara konsisten selalu memperjuangkan ajaran Alkitab mengenai tebusan. Terbitan Zion’s Watch Tower yang paling pertama (Juli 1879) menandaskan bahwa ”mendapatkan kebaikan Allah bergantung atas . . . korban Kristus yang sempurna”. Pada tahun 1919, pada suatu kebaktian yang disponsori oleh Perkumpulan Siswa-Siswa Alkitab Internasional di Cedar Point, Ohio, kata-kata ”Selamat Datang! Semua yang Percaya Akan Korban Tebusan yang Hebat”, tercetak dengan mencolok pada jadwal acaranya. Di balik sampul depan majalah The Watch Tower perhatian kita terus ditarik kepada tebusan, dengan mengatakan tentang tujuan dari majalah itu, ”Majalah ini menganjurkan iman kepada Yesus Kristus, Raja yang sudah bertakhta dari Allah, yang dengan darahnya yang tercurah membuka jalan bagi umat manusia untuk mendapatkan kehidupan kekal.”
Progresif, Tidak Terbelenggu oleh Kredo
Pengertian yang jelas tentang Firman Allah tidak datang sekaligus. Dalam banyak kasus, Siswa-Siswa Alkitab dapat menangkap satu perincian pola kebenaran tetapi belum melihat gambar yang lengkap. Meskipun demikian, mereka rela belajar. Mereka tidak terbelenggu oleh kredo; mereka progresif. Mereka membagikan apa yang mereka pelajari. Mereka tidak mencari pujian dari apa yang mereka ajarkan; mereka berupaya untuk ”diajar oleh Yehuwa”. (Yoh. 6:45, NW) Dan mereka menghargai bahwa Yehuwa akan membuat pengertian dari perincian maksud-tujuan-Nya dalam waktu-Nya sendiri dan dengan cara-Nya sendiri.—Dan. 12:9; bandingkan Yohanes 16:12, 13.
Mempelajari hal-hal baru menuntut penyesuaian dalam pandangan. Jika kesalahan perlu diakui atau perubahan yang membawa manfaat harus dilakukan, kerendahan hati dibutuhkan. Sifat ini dan buah-buahnya amat berkenan bagi Yehuwa, dan haluan yang demikian sangat menarik bagi para pencinta kebenaran. (Zef. 3:12) Namun hal ini dicemoohkan oleh mereka yang memuliakan kredo-kredo yang tetap tidak berubah selama berabad-abad, walaupun kredo-kredo ini dirumuskan oleh orang-orang yang tidak sempurna.
Cara Kembalinya Tuhan
Pada pertengahan tahun 1870-an, Saudara Russell dan mereka yang dengan rajin memeriksa Alkitab bersamanya mengerti bahwa pada waktu Tuhan kembali, ia tidak akan kelihatan oleh mata manusia.—Yoh. 14:3, 19.
Saudara Russell belakangan berkata, ”Kami merasa sangat sedih melihat kekeliruan orang-orang Adven Kedua, yang mengharapkan kedatangan Kristus secara jasmani, dan mengajarkan bahwa dunia ini dan segala yang ada di dalamnya akan dibakar habis kecuali orang-orang Adven Kedua, setidaknya tahun 1873 atau 1874, yang memiliki penetapan waktu dan kekecewaan dan gagasan perkiraan yang pada umumnya mengenai tujuan dan cara kedatangannya sedikit banyak membawa celaan atas kita dan atas semua yang rindu dan yang mengumumkan kedatangan Kerajaannya. Pandangan keliru yang secara umum dianut mengenai tujuan dan cara kembalinya Tuhan ini mendorong saya menulis sebuah pamflet—’The Object and Manner of Our Lord’s Return’.” Pamflet ini diterbitkan pada tahun 1877. Saudara Russell mencetak kira-kira 50.000 eksemplar dan membagikannya.
Dalam pamflet itu, ia menulis, ”Kami percaya Alkitab mengajarkan bahwa pada saat kedatangan-Nya dan beberapa waktu sesudah Ia datang, Ia tetap tidak akan kelihatan; setelah itu menyatakan atau memperlihatkan Dirinya dalam penghakiman dan berbagai bentuk, sehingga ’setiap mata akan melihat Dia’.” Untuk mendukung hal ini, ia membahas ayat-ayat seperti Kisah 1:11 (’Dia akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke surga’—yaitu, tidak dilihat oleh dunia ini) dan Yohanes 14:19 (”Tinggal sesaat lagi dan dunia tidak akan melihat Aku”). Saudara Russell juga mengacu pada kenyataan bahwa The Emphatic Diaglott, yang pertama kali diterbitkan dalam bentuk lengkap pada tahun 1864 dengan terjemahan kata demi kata ke dalam bahasa Inggris, memberikan bukti bahwa istilah Yunani pa·rou·siʹa berarti ”kehadiran”. Ketika menganalisis penggunaan istilah itu dalam Alkitab, Russell menjelaskan dalam pamflet ini, ”Kata Yunani itu umumnya digunakan untuk mengacu kepada kedatangan kedua—Parousia, sering kali diterjemahkan kedatangan—selalu menandakan kehadiran pribadi, yaitu sudah datang, tiba dan tidak pernah menandakan sedang berada dalam perjalanan, sebagaimana kita menggunakan kata kedatangan.”
Ketika membahas maksud-tujuan kehadiran Kristus, Russell menjelaskan bahwa hal ini bukanlah sesuatu yang akan dilaksanakan dalam suatu peristiwa tunggal yang mengguncangkan dunia. ”Kedatangan yang kedua, seperti yang pertama,” tulisnya, ”mencakup suatu jangka waktu, dan bukan suatu peristiwa yang terjadi dalam sekejap.” Selama waktu itu, tulisnya, ”kawanan kecil” akan diberikan pahala mereka bersama Tuhan sebagai sesama ahli waris dalam Kerajaannya; orang-orang lain, mungkin berjuta-juta, akan diberi kesempatan untuk kehidupan sempurna di bumi yang sudah dipulihkan seperti taman Eden yang indah.—Luk. 12:32.
Hanya dalam waktu beberapa tahun, berdasarkan penelitian Alkitab yang lebih jauh, Russell menyadari bahwa Kristus tidak hanya akan kembali secara tidak kelihatan tetapi juga tetap tidak kelihatan, bahkan ketika menyatakan kehadirannya dengan penghakiman atas orang-orang jahat.
Pada tahun 1876, ketika Russell pertama kali menerima sebuah terbitan Herald of the Morning, ia mengetahui bahwa ada kelompok lain yang ketika itu percaya bahwa kembalinya Kristus tidak akan kelihatan dan yang menghubungkan hal tersebut dengan berkat-berkat bagi seluruh keluarga di bumi. Dari Tn. Barbour, redaktur publikasi tersebut, Russell juga mulai yakin bahwa kehadiran Kristus yang tidak kelihatan telah dimulai pada tahun 1874.i Belakangan perhatian ditarik kepada hal ini dengan judul kecil ”Mengumumkan Kehadiran Kristus”, yang muncul pada sampul majalah Zion’s Watch Tower.
Mengakui kehadiran Kristus sebagai sesuatu yang tidak kelihatan menjadi fondasi penting yang di atasnya pengertian dari banyak nubuat Alkitab akan dibangun. Siswa-Siswa Alkitab yang mula-mula tersebut menyadari bahwa kehadiran Tuhan seharusnya menjadi perhatian utama semua orang Kristen sejati. (Mrk. 13:33-37) Mereka benar-benar berminat akan kembalinya Sang Majikan dan tanggap akan kenyataan bahwa mereka mempunyai tanggung jawab untuk mengumumkannya, namun mereka belum mengerti dengan jelas seluruh perinciannya. Akan tetapi, apa yang roh Allah mungkinkan untuk mereka mengerti pada waktu yang sangat dini benar-benar luar biasa. Salah satu dari kebenaran-kebenaran ini menyangkut tanggal yang sangat penting yang ditandai oleh nubuat Alkitab.
Akhir dari Zaman Orang Kafir
Masalah kronologi Alkitab telah lama menarik minat para siswa Alkitab. Para komentator telah mengajukan berbagai pandangan tentang nubuat Yesus berkenaan ”zaman orang Kafir” dan catatan nabi Daniel tentang mimpi Nebukadnezar berkenaan tunggul pohon yang diikat selama ”tujuh masa”.—Luk. 21:24, Bode; Dan. 4:10-17.
Baru pada tahun 1823, John A. Brown, yang karyanya diterbitkan di London, Inggris, menghitung ke ”tujuh masa” dari Daniel pasal 4 yang panjangnya sama dengan 2.520 tahun. Namun ia tidak mengerti dengan jelas tanggal mulainya jangka waktu nubuat itu atau kapan berakhirnya. Akan tetapi, ia memang menghubungkan ”tujuh masa” ini dengan Zaman Orang Kafir di Lukas 21:24, ”Bode”. Pada tahun 1844, E. B. Elliott, seorang pemimpin agama berkebangsaan Inggris, menarik perhatian kepada tahun 1914 sebagai tanggal yang mungkin untuk berakhirnya ”tujuh masa” dari kitab Daniel, namun ia juga mengajukan pandangan tambahan yang menunjuk kepada zaman Revolusi Prancis. Robert Seeley, dari London, pada tahun 1849 menangani hal ini dengan cara serupa. Setidaknya pada tahun 1870, sebuah publikasi yang diedit oleh Joseph Seiss dan rekan-rekannya dan dicetak di Philadelphia, Pennsylvania, mengajukan perhitungan yang menunjuk ke tahun 1914 sebagai tanggal yang penting, walaupun penalaran yang ada di dalamnya didasarkan atas kronologi yang belakangan ditolak oleh C. T. Russell.
Kemudian, dalam terbitan Herald of the Morning bulan Agustus, September, dan Oktober 1875, N. H. Barbour membantu menyelaraskan perincian yang telah ditunjuk oleh orang-orang lain. Dengan menggunakan kronologi yang disusun oleh Christopher Bowen, seorang pemimpin agama di Inggris, dan diterbitkan oleh E. B. Elliott, Barbour menunjukkan permulaan Zaman Orang Kafir dengan digulingkannya Raja Zedekia sebagaimana dinubuatkan dalam Yehezkiel 21:25, 26, dan ia menunjuk ke tahun 1914 sebagai tanda berakhirnya Zaman Orang Kafir.
Pada awal tahun 1876, C. T. Russell menerima sebuah terbitan Herald of the Morning. Ia langsung menulis kepada Barbour dan kemudian menggunakan waktu bersamanya selama musim panas di Philadelphia, antara lain berdiskusi mengenai jangka waktu nubuat. Tidak lama kemudian, dalam artikel yang berjudul ”Zaman Orang Kafir: Kapan Berakhir?”, Russell juga membahas hal ini dari Alkitab dan menyatakan bahwa bukti memperlihatkan bahwa ”tujuh masa akan berakhir pada tahun 1914 M”. Artikel ini dicetak dalam terbitan Bible Examiner bulan Oktober 1876.j Buku Three Worlds, and the Harvest of This World, diterbitkan pada tahun 1877 oleh N. H. Barbour, bekerja sama dengan C. T. Russell, menunjuk kepada kesimpulan yang sama. Sesudah itu, terbitan-terbitan pertama dari Watch Tower, seperti terbitan Desember 1879 dan Juli 1880, mengarahkan perhatian kepada tahun 1914 M sebagai tahun yang sangat penting dari sudut nubuat Alkitab. Pada tahun 1889 seluruh pasal empat Jilid II dari Millennial Dawn (belakangan disebut Studies in the Scriptures) khusus membahas tentang ”Zaman Orang Kafir”. Namun, apa arti berakhirnya Zaman Orang Kafir?
Siswa-Siswa Alkitab tidak sepenuhnya yakin apa yang akan terjadi. Mereka percaya bahwa ini tidak akan berakhir dengan terbakarnya bumi dan hancurnya kehidupan manusia. Sebaliknya, mereka mengetahui bahwa itu akan menandai titik penting sehubungan dengan kekuasaan ilahi. Pada mulanya, mereka mengira bahwa pada tahun itu Kerajaan Allah sudah akan memperoleh kekuasaan penuh dan universal. Ketika hal itu tidak terjadi, keyakinan mereka akan nubuat-nubuat Alkitab yang menandai tanggal itu tidak goyah. Sebaliknya, mereka menyimpulkan bahwa tanggal itu hanya menandai titik mulainya kekuasaan Kerajaan.
Dengan cara yang sama, pada mulanya mereka mengira bahwa kesulitan sedunia yang memuncak dalam anarki (yang mereka pahami akan berkaitan dengan perang ”pada hari besar, yaitu hari Allah Yang Mahakuasa”) akan mendahului tanggal itu. (Why. 16:14) Namun kemudian, sepuluh tahun sebelum 1914, Watch Tower memberi tahu bahwa kesusahan sedunia yang akan berakhir dengan pemusnahan lembaga-lembaga manusia akan datang langsung sesudah berakhirnya Zaman Orang Kafir. Mereka mengharapkan tahun 1914 akan menandai titik balik yang penting untuk Yerusalem, karena nubuat tersebut berkata bahwa ’Yerusalem akan diinjak-injak’ sampai genap Zaman Orang Kafir. Ketika mereka mengamati tahun 1914 kian mendekat padahal mereka belum juga mati sebagai manusia dan ’diangkat dalam awan’ untuk menjumpai Tuhan—selaras dengan hal-hal yang mereka nantikan sebelumnya—mereka sungguh-sungguh berharap bahwa mereka akan diubah pada akhir Zaman Orang Kafir.—1 Tes. 4:17.
Seraya tahun-tahun berlalu dan mereka memeriksa dan memeriksa ulang Alkitab, iman mereka akan nubuat-nubuat tetap kuat, dan mereka tidak berhenti menyatakan apa yang mereka nantikan akan terjadi. Dengan berbagai tingkat keberhasilan, mereka berupaya untuk tidak menjadi dogmatik berkenaan perincian yang tidak disebutkan secara langsung dalam Alkitab.
Apakah ”Beker” Itu Berbunyi Terlalu Cepat?
Banyak kesulitan memang menimpa dunia pada tahun 1914 dengan meletusnya Perang Dunia I, yang selama bertahun-tahun hanya disebut Perang Besar, tetapi itu tidak segera berakhir dengan dijatuhkannya seluruh kekuasaan manusia yang ada. Seraya peristiwa-peristiwa berkenaan dengan Palestina berkembang setelah tahun 1914, Siswa-Siswa Alkitab mengira mereka akan melihat bukti tentang perubahan-perubahan penting untuk Israel. Namun bulan-bulan dan kemudian tahun-tahun berlalu, dan Siswa-Siswa Alkitab tidak menerima pahala surgawi mereka seperti yang mereka harapkan. Bagaimana reaksi mereka terhadap hal ini?
The Watch Tower 1 Februari 1916, secara spesifik menarik perhatian kepada 1 Oktober 1914, dan kemudian berkata, ”Ini adalah titik terakhir dari waktu yang ditunjuk oleh kronologi Alkitab kepada kita yang berkaitan dengan hal-hal yang akan dialami Gereja. Apakah Tuhan memberi tahu kita bahwa kita akan dibawa ke [surga] sana? Tidak. Apa yang Ia katakan? Firman-Nya dan penggenapan-penggenapan nubuat tampaknya tidak salah lagi menunjukkan bahwa tanggal ini menandai berakhirnya Zaman Orang Kafir. Kita menyimpulkan dari hal ini bahwa ’perubahan’ Gereja akan terjadi pada atau sebelum tanggal itu. Akan tetapi, Allah tidak memberi tahu kita bahwa halnya akan demikian. Ia mengizinkan kita menarik kesimpulan itu; dan kita yakin bahwa hal itu terbukti menjadi ujian yang perlu bagi orang-orang kudus yang Allah kasihi di mana-mana.” Namun, apakah perkembangan ini membuktikan bahwa harapan mereka yang mulia itu sia-sia belaka? Tidak. Itu hanya mengartikan bahwa tidak semua hal terjadi secepat yang mereka harapkan.
Beberapa tahun sebelum 1914, Russell telah menulis, ”Kronologi (waktu nubuat secara umum) jelas tidak dimaksudkan untuk memberi umat Allah keterangan kronologi yang akurat sepanjang seluruh perjalanan waktu. Ternyata itu lebih dimaksudkan untuk berfungsi sebagai beker (jam yang dilengkapi dengan alat yang dapat berdering pada waktu yang dikehendaki) untuk membangunkan dan memberikan semangat kepada umat Tuhan pada waktu yang tepat. . . . Namun, coba kita bayangkan, misalnya bahwa Oktober 1914 itu berlalu dan bahwa kejatuhan yang serius dari kekuasaan Kafir tidak terjadi. Apa yang akan dibuktikan atau disangkal oleh hal ini? Ini tidak akan menyangkal corak mana pun dari Rencana Ilahi Sepanjang Zaman. Harga tebusan yang diselesaikan di Bukit Kalvari akan terus menjadi jaminan penggenapan terakhir dari Program Ilahi untuk restitusi manusia. ’Panggilan ke surga’ bagi Gereja untuk menderita bersama sang Penebus dan untuk dimuliakan bersamanya sebagai anggota-anggotanya atau sebagai Pengantin Perempuannya akan tetap sama. . . . Satu-satunya hal yang dipengaruhi oleh kronologi adalah waktu terwujudnya harapan yang mulia ini bagi Gereja dan bagi dunia. . . . Dan apabila tanggal itu berlalu, hal itu hanya akan membuktikan bahwa kronologi kita, ’beker’ kita, berbunyi sedikit lebih dini sebelum waktunya. Apakah kita akan menganggap sebagai malapetaka besar jika beker kita membangunkan kita beberapa saat lebih dini di pagi hari untuk suatu hari besar yang dipenuhi sukacita dan kesenangan? Tentu tidak!”
Akan tetapi, ”beker” tersebut tidak berbunyi terlalu cepat. Sebenarnya, ketika ”jam” tadi membangunkan mereka, mereka hanya tidak mengalami hal-hal yang persis seperti yang mereka nantikan.
Beberapa tahun kemudian, ketika cahaya telah bertambah terang, mereka mengakui, ”Banyak di antara orang-orang kudus yang kami kasihi mengira bahwa semua pekerjaan telah dilaksanakan. . . . Mereka bersukacita karena bukti yang jelas bahwa dunia telah berakhir, bahwa kerajaan surga sudah di ambang pintu, dan bahwa hari pembebasan mereka kian mendekat. Namun, mereka telah melupakan hal lain yang harus dikerjakan. Kabar baik yang telah mereka terima harus diberitahukan kepada orang-orang lain; karena Yesus telah memerintahkan, ’Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.’ (Matius 24:14)”—The Watch Tower, 1 Mei 1925.
Seraya peristiwa-peristiwa setelah tahun 1914 mulai tersingkap dan Siswa-Siswa Alkitab membandingkan ini dengan apa yang Majikan mereka telah nubuatkan, mereka secara bertahap mulai menghargai bahwa mereka sedang hidup di hari-hari terakhir dari sistem tua ini dan bahwa halnya demikian sejak tahun 1914. Mereka juga mulai mengerti bahwa pada tahun 1914, kehadiran Kristus yang tidak kelihatan telah dimulai, dan ini bukan dengan kembalinya dia secara pribadi (bahkan secara tidak kelihatan) ke daerah lingkungan bumi, tetapi dengan mengalihkan perhatiannya ke bumi sebagai Raja yang memerintah. Mereka mengerti dan menerima tanggung jawab mereka yang penting untuk mengumumkan ”Injil Kerajaan ini” menjadi kesaksian bagi segala bangsa selama masa kritis dari sejarah manusia ini.—Mat. 24:3-14.
Apa sebenarnya berita mengenai Kerajaan yang harus mereka kabarkan? Apakah ada bedanya dengan berita dari orang-orang Kristen abad pertama?
Kerajaan Allah, Satu-Satunya Harapan Umat Manusia
Sebagai hasil penyelidikan yang saksama dari Firman Allah, Siswa-Siswa Alkitab yang tergabung dengan Saudara Russell mengerti bahwa Kerajaan Allah adalah pemerintahan yang telah Yehuwa janjikan akan Ia dirikan dengan perantaraan Putra-Nya untuk memberkati umat manusia. Tergabung dengan Yesus Kristus di surga, akan ada rekan-rekan penguasa; suatu ”kawanan kecil” yang dipilih oleh Allah dari antara umat manusia. Mereka mengerti bahwa pemerintahan ini akan diwakili oleh pria-pria setia zaman dahulu yang akan melayani sebagai pangeran-pangeran di seluruh bumi. Mereka ini disebut sebagai ”orang-orang yang berjasa zaman dahulu”.—Luk. 12:32; Dan. 7:27; Why. 20:6; Mzm. 45:17.
Susunan Kristen telah lama mengajarkan ’hak ilahi raja-raja’, sebagai cara untuk membuat orang-orang tunduk. Namun, Siswa-Siswa Alkitab ini mengerti dari Alkitab bahwa pemerintahan-pemerintahan manusia di masa mendatang tidak dilindungi oleh jaminan ilahi apa pun. Selaras dengan apa yang sedang mereka pelajari, Watch Tower bulan Desember 1881 menyatakan, ”Didirikannya kerajaan ini tentu akan menyebabkan digulingkannya seluruh kerajaan di bumi, karena mereka semua—bahkan yang terbaik sekalipun—didirikan atas ketidakadilan serta hak-hak yang tidak sama dan penindasan bagi kebanyakan orang dan kesenangan bagi segelintir orang—karena kita membaca, ’Kerajaan itu akan meremukkan segala kerajaan dan menghabisinya, tetapi kerajaan itu sendiri akan tetap untuk selama-lamanya.’”—Dan. 2:44.
Berkenaan dengan cara kerajaan-kerajaan yang menindas itu akan dipatahkan, Siswa-Siswa Alkitab masih harus banyak belajar. Mereka belum mengerti dengan jelas bagaimana berkat-berkat dari Kerajaan Allah akan menyebar ke seluruh umat manusia. Namun mereka tidak mengacaukan Kerajaan Allah dengan perasaan yang samar-samar dalam hati seseorang atau dengan suatu hierarki agama yang menggunakan pemerintahan Negara sebagai kaki-tangannya.
Menjelang tahun 1914, hamba-hamba pra-Kristen yang setia dari Allah belum dibangkitkan di bumi sebagai wakil-wakil kerajaan dari Raja Mesias, sebagaimana dinantikan sebelumnya, demikian pula mereka yang masih tinggal sebagai ”kawanan kecil” belum lagi dipersatukan dengan Kristus dalam Kerajaan surgawi pada tahun itu. Akan tetapi, The Watch Tower 15 Februari 1915, dengan yakin menyatakan bahwa tahun 1914 adalah waktu yang tepat ”bagi Tuhan kita untuk mengambil kekuasaan-Nya yang besar dan bertakhta”, dan dengan demikian mengakhiri milenium-milenium dari dominasi Kafir yang berkesinambungan. Dalam terbitannya tanggal 1 Juli 1920, The Watch Tower meneguhkan kembali kedudukan itu dan menghubungkannya dengan kabar baik yang telah Yesus nubuatkan akan diumumkan di seluas bumi sebelum akhir itu. (Mat. 24:14) Pada kebaktian Siswa-Siswa Alkitab di Cedar Point, Ohio, tahun 1922, pengertian ini dinyatakan kembali dalam suatu resolusi umum, dan Saudara Rutherford mendesak para peserta kebaktian, ”Umumkan, umumkan, umumkan, Raja dan kerajaannya.”
Akan tetapi, pada waktu itu Siswa-Siswa Alkitab merasa bahwa didirikannya Kerajaan itu, pembentukannya yang lengkap di surga, tidak akan terjadi sampai anggota terakhir dari pengantin perempuan Kristus dimuliakan. Maka, suatu tonggak sejarah yang nyata dicapai ketika pada tahun 1925 The Watch Tower terbitan 1 Maret menonjolkan artikel ”Kelahiran Suatu Bangsa”. Artikel itu mempersembahkan penelitian yang membuka mata tentang Wahyu pasal 12. Artikel tersebut menyajikan bukti bahwa Kerajaan Mesias telah dilahirkan—didirikan—pada tahun 1914, bahwa Kristus ketika itu telah mulai memerintah di atas takhta surgawinya, dan bahwa setelah itu Setan dicampakkan dari surga ke daerah sekitar bumi. Inilah kabar baik yang harus diberitakan, kabar bahwa Kerajaan Allah sudah beroperasi. Pengertian yang semakin jelas ini benar-benar telah mendorong para pemberita Kerajaan untuk mengabar sampai ke pelosok-pelosok bumi!
Melalui segala sarana yang cocok, umat Yehuwa memberi kesaksian bahwa hanya Kerajaan Allah yang dapat membawa kelegaan kekal dan mengatasi problem-problem yang sangat berat yang mempengaruhi umat manusia. Pada tahun 1931 berita ini ditonjolkan melalui siaran radio oleh J. F. Rutherford dengan jaringan internasional yang paling luas yang pernah mengudara. Teks siaran itu juga dicetak dalam banyak bahasa dalam buku kecil The Kingdom, the Hope of the World—jutaan eksemplar disebarkan hanya dalam beberapa bulan. Selain penyebaran secara luas kepada umum, upaya istimewa juga dikerahkan untuk menyampaikan buku-buku ini kepada para politikus, pengusaha terkemuka, dan pemimpin agama.
Antara lain, buku kecil itu mengatakan, ”Pemerintahan-pemerintahan dunia sekarang yang tidak adil tidak dapat mengulurkan harapan apa pun kepada rakyat. Penghakiman Allah terhadap mereka menyatakan bahwa mereka harus dihancurkan. Karena itu, harapan bagi dunia, dan satu-satunya harapan, adalah kerajaan atau pemerintahan yang adil-benar dari Allah dengan Kristus Yesus sebagai Penguasanya yang tidak kelihatan.” Mereka menyadari bahwa Kerajaan tersebut akan membawa perdamaian dan keamanan sejati bagi umat manusia. Di bawah pemerintahannya, bumi akan menjadi firdaus yang nyata, dan penyakit serta kematian tidak akan ada lagi.—Why. 21:4, 5.
Kabar baik mengenai Kerajaan Allah terus menjadi kepercayaan yang penting bagi Saksi-Saksi Yehuwa. Sejak terbitan 1 Maret 1939, majalah utama mereka, yang sekarang diterbitkan dalam lebih dari 110 bahasa, telah mencantumkan judul Menara Pengawal Memberitakan Kerajaan Yehuwa.
Namun sebelum kekuasaan Kerajaan mengubah bumi menjadi firdaus, sistem yang jahat sekarang harus dilenyapkan. Bagaimana hal ini akan dilaksanakan?
Perang pada Hari Besar Allah Yang Mahakuasa
Perang dunia yang dimulai pada tahun 1914 mengguncangkan sistem perkara yang ada sampai ke dasarnya. Untuk sementara waktu tampaknya kejadian-kejadian akan berkembang sesuai dengan apa yang dinantikan Siswa-Siswa Alkitab.
Sebelumnya pada bulan Agustus 1880, Saudara Russell telah menulis, ”Kita mengerti bahwa sebelum keluarga manusia dipulihkan atau bahkan mulai diberkati, kerajaan-kerajaan yang ada sekarang di bumi yang kini mengikat dan menindas umat manusia semuanya akan digulingkan dan bahwa kerajaan Allah akan mengambil alih kekuasaan dan bahwa berkat dan pemulihan itu akan datang melalui kerajaan yang baru tersebut.” Bagaimana ’penggulingan kerajaan-kerajaan’ itu akan terjadi? Berdasarkan situasi yang berkembang di dunia yang ia lihat pada waktu itu, Russell yakin bahwa selama perang Armagedon, Allah akan menggunakan faksi umat manusia yang saling bersaing untuk menggulingkan lembaga-lembaga yang ada. Ia berkata, ”Pekerjaan pembinasaan imperium manusia sedang dimulai. Kuasa yang akan menggulingkan mereka sekarang sedang bekerja. Orang-orang sudah mengorganisasi kekuatan-kekuatan mereka di bawah nama Komunis, Sosialis, Nihilis, dll.”
Buku The Day of Vengeance (belakangan disebut The Battle of Armageddon), diterbitkan pada tahun 1897, selanjutnya memperluas cara Siswa-Siswa Alkitab pada waktu itu memahami persoalannya, dengan mengatakan, ”Tuhan, dengan kuasa mutlak-Nya, akan mengawasi secara umum bala tentara besar yang tidak puas ini—para patriot, para reformis, kaum sosialis, kaum moralis, para anarkis, orang-orang bodoh dan putus asa—serta menggunakan harapan, kecemasan, kebodohan dan pementingan diri mereka, sesuai dengan hikmat ilahi-Nya, untuk melaksanakan maksud-tujuan-Nya yang agung dalam menggulingkan lembaga-lembaga yang ada sekarang, dan untuk mempersiapkan manusia bagi Kerajaan Keadilbenaran.” Maka, pengertian mereka adalah bahwa perang Armagedon akan disertai revolusi sosial yang hebat.
Namun, apakah Armagedon sekadar suatu perebutan kekuasaan antar faksi umat manusia yang saling bersaing, suatu revolusi sosial yang digunakan Allah untuk menggulingkan lembaga-lembaga yang ada? Seraya perhatian lebih jauh diberikan kepada ayat-ayat Alkitab yang memuat persoalan ini, The Watch Tower 15 Juli 1925, menarik perhatian kita kepada Zakharia 14:1-3 dan mengatakan, ”Dengan ini kita akan mengerti bahwa seluruh bangsa di bumi, di bawah bimbingan Setan, akan dikumpulkan untuk berperang melawan kelompok Yerusalem, yaitu, mereka yang berpihak kepada Tuhan . . . Wahyu 16:14, 16.”
Tahun berikutnya, dalam buku Deliverance, perhatian dipusatkan pada maksud sesungguhnya dari perang ini, dengan mengatakan, ”Kini Yehuwa, sesuai dengan Firman-Nya, akan mempertunjukkan kekuasaan-Nya dengan begitu jelas dan tegas sehingga orang-orang dapat diyakinkan akan haluan mereka yang tidak saleh dan dapat mengerti bahwa Yehuwa adalah Allah. Itulah alasannya mengapa Allah mendatangkan banjir besar, meruntuhkan Menara Babel, menghancurkan pasukan Sanherib raja Asyur, dan menelan orang-orang Mesir di Laut Merah; dan itu juga alasannya mengapa Ia sekarang akan mendatangkan kesusahan besar yang lain ke atas bumi. Bencana-bencana terdahulu hanyalah bayangan dari apa yang kini akan datang. Pengumpulan itu menuju hari besar Allah Yang Mahakuasa. Hari itu adalah ’hari TUHAN yang hebat dan dahsyat’ (Yl. 2:31), pada waktu Allah membuat nama-Nya termasyhur. Dalam pertempuran besar dan terakhir ini, orang-orang dari segala bangsa, suku, dan bahasa akan mengetahui bahwa Yehuwa adalah Allah yang mahakuat, mahabijaksana, dan adil.” Namun hamba-hamba Yehuwa di bumi diperingatkan, ”Dalam perang besar ini tidak ada orang Kristen yang akan melancarkan serangan. Alasan mereka tidak melakukannya karena Yehuwa telah berkata, ’Bukan kamu yang berperang, melainkan Allah’.” Perang yang dibahas di sini jelas bukan perang yang diperjuangkan di antara bangsa-bangsa mulai tahun 1914. Perang ini masih akan datang.
Masih ada pertanyaan-pertanyaan lain yang harus diselesaikan berdasarkan Alkitab. Salah satunya menyangkut identitas Yerusalem yang akan diinjak-injak sampai akhir Zaman Orang Kafir, sebagaimana dinyatakan di Lukas 21:24; dan yang berkaitan dengan hal ini adalah identitas Israel yang diacu dalam begitu banyak nubuat mengenai pemulihan.
Apakah Allah Akan Memulihkan Orang-Orang Yahudi ke Palestina?
Siswa-Siswa Alkitab mengetahui benar tentang banyak nubuat mengenai pemulihan yang disampaikan kepada Israel purba oleh nabi-nabi Allah. (Yer. 30:18; 31:8-10; Am. 9:14, 15; Rm. 11:25, 26) Terus sampai tahun 1932, mereka mengerti bahwa nubuat-nubuat ini diterapkan khususnya kepada orang-orang Yahudi jasmani. Maka, mereka percaya bahwa Allah akan memperlihatkan lagi perkenan-Nya kepada Israel, secara bertahap memulihkan orang-orang Yahudi ke Palestina, membuka mata mereka kepada kebenaran berkenaan Yesus sebagai Penebus dan Raja Mesias, dan menggunakan mereka sebagai saluran untuk mencurahkan berkat-berkat kepada semua bangsa. Dengan pengertian ini, Saudara Russell berbicara kepada sejumlah besar hadirin yang terdiri dari orang-orang Yahudi di New York juga di Eropa mengenai pokok ”Zionisme Dalam Nubuat”, dan Saudara Rutherford pada tahun 1925, menulis buku Comfort for the Jews.
Namun, secara bertahap menjadi jelas bahwa apa yang terjadi di Palestina sehubungan dengan orang-orang Yahudi bukanlah penggenapan dari nubuat-nubuat pemulihan yang agung dari Yehuwa. Kehancuran menimpa Yerusalem abad pertama karena orang-orang Yahudi telah menolak Putra Allah, sang Mesias, pribadi yang diutus dalam nama Yehuwa. (Dan. 9:25-27; Mat. 23:38, 39) Halnya menjadi semakin jelas bahwa sebagai suatu umat mereka belum mengubah sikap mereka. Tidak ada pertobatan terhadap tindakan salah yang dilakukan oleh nenek moyang mereka. Kembalinya beberapa orang ke Palestina tidak dimotivasi sedikit pun oleh kasih akan Allah atau keinginan agar nama-Nya diagungkan dengan penggenapan Firman-Nya. Hal ini dengan jelas diterangkan dalam jilid kedua buku Vindication, yang diterbitkan oleh Watch Tower Bible and Tract Society pada tahun 1932.k Bahwa sikap ini benar dikukuhkan pada tahun 1949, pada waktu Negara Israel, yang ketika itu baru terbentuk sebagai suatu bangsa dan sebagai tanah air bangsa Yahudi, menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, dengan demikian memperlihatkan bahwa andalan mereka bukan Yehuwa tetapi bangsa-bangsa politik di dunia.
Apa yang sedang terjadi sehubungan penggenapan nubuat-nubuat pemulihan itu menunjuk ke arah lain. Hamba-hamba Yehuwa mulai menyadari bahwa itu adalah Israel rohani, ”Israel milik Allah”, yang terdiri dari orang-orang Kristen yang diurapi roh, yang, dalam penggenapan maksud-tujuan Allah, menikmati perdamaian dengan Allah melalui Yesus Kristus. (Gal. 6:16) Kini mata mereka terbuka untuk melihat cara Allah berurusan dengan orang-orang Kristen sejati, penggenapan rohani yang luar biasa mengenai janji-janji pemulihan itu. Pada waktunya, mereka juga menyadari bahwa Yerusalem yang ditinggikan pada akhir Zaman Orang Kafir bukanlah sekadar suatu kota di bumi, atau bahkan bukan suatu umat di bumi yang digambarkan oleh kota itu, namun sebaliknya ”Yerusalem sorgawi”, tempat Yehuwa menempatkan Putra-Nya, Yesus Kristus, dengan wewenang pemerintahan pada tahun 1914.—Ibr. 12:22.
Dengan jelasnya perkara-perkara ini, Saksi-Saksi Yehuwa berada pada posisi yang lebih baik untuk memenuhi, tanpa sikap pandang bulu terhadap golongan mana pun, tugas memberitakan kabar baik Kerajaan ”di seluruh dunia [yang berpenduduk, NW] menjadi kesaksian bagi semua bangsa”.—Mat. 24:14.
Siapa yang harus dipuji atas semua penjelasan dari Alkitab yang telah muncul dalam publikasi-publikasi Menara Pengawal ini?
Sarana yang Digunakan untuk Mengajar Hamba-Hamba Yehuwa
Yesus Kristus menubuatkan bahwa setelah ia kembali ke surga, ia akan mengirim roh kudus kepada murid-muridnya. Ini akan berfungsi sebagai penolong, membimbing mereka ”ke dalam seluruh kebenaran”. (Yoh. 14:26; 16:7, 13) Yesus juga berkata bahwa sebagai Tuan atau Majikan dari orang-orang Kristen sejati, ia akan memiliki ”hamba yang setia dan bijaksana”, ”pengurus rumah yang setia”, yang akan memberikan ”makanan” rohani ”pada waktunya” kepada para pelayan, pekerja-pekerja dalam rumah tangga iman. (Mat. 24:45-47; Luk. 12:42) Siapakah hamba yang setia dan bijaksana ini?
Terbitan yang pertama sekali dari Watch Tower mengutip Matius 24:45-47 ketika menyatakan bahwa tujuan penerbit majalah itu adalah untuk waspada terhadap peristiwa-peristiwa yang ada hubungannya dengan kehadiran Kristus dan untuk memberikan ”daging” rohani ”pada musimnya yang tepat” kepada rumah tangga iman. Akan tetapi, redaktur majalah itu tidak mengaku dirinya sebagai budak yang setia dan bijaksana, atau ”hamba yang setia dan bijaksana” (menurut terjemahan dari King James Version).
Maka, dalam terbitan majalah ini pada bulan Oktober-November 1881, C. T. Russell menyatakan, ”Kami percaya bahwa setiap anggota dari tubuh Kristus sibuk dalam pekerjaan yang diberkati, secara langsung atau tidak langsung, untuk memberikan daging pada musimnya yang tepat kepada rumah tangga iman. ’Kalau begitu, siapakah hamba yang setia dan bijaksana itu, yang diangkat Tuannya untuk mengurus rumah tangganya’, untuk memberikan kepada mereka daging pada musimnya yang tepat? Bukankah ia adalah ’kawanan kecil’ dari hamba-hamba yang mengabdi yang dengan setia melaksanakan sumpah pengabdian mereka—tubuh Kristus—dan bukankah seluruh tubuh itu secara pribadi atau kolektif, sedang memberikan daging pada musimnya yang tepat kepada rumah tangga iman—kumpulan besar orang-orang percaya? Diberkatilah pelayan itu (seluruh tubuh Kristus) yang ketika Tuannya itu datang (Yn. elthon) akan mendapatinya sedang melakukannya. ’Aku berkata kepadamu; Sesungguhnya tuannya itu akan mengangkat dia menjadi pengawas segala miliknya’.”
Akan tetapi, lebih dari satu dekade setelah itu, istri Saudara Russell menyampaikan gagasan di hadapan umum bahwa Russell sendiri adalah hamba yang setia dan bijaksana itu.l Pandangan yang ia kemukakan sehubungan dengan identitas ’hamba yang setia’ ini secara umum dianut oleh Siswa-Siswa Alkitab selama kira-kira 30 tahun. Saudara Russell tidak menolak pandangan mereka, tetapi ia secara pribadi menghindari penerapan ayat itu dengan cara demikian, yang menandaskan bahwa ia menentang gagasan mengenai para pemimpin agama yang ditugaskan untuk mengajar Firman Allah sebagai kebalikan dari kaum awam yang tidak mendapat penugasan tersebut. Pengertian yang diungkapkan oleh Saudara Russell pada tahun 1881 bahwa hamba yang setia dan bijaksana sesungguhnya adalah hamba secara kolektif, terdiri dari semua anggota tubuh Kristus yang diurapi dengan roh di bumi, diteguhkan kembali dalam The Watch Tower 15 Februari 1927.—Bandingkan Yesaya 43:10.
Bagaimana Saudara Russell memandang peranannya sendiri? Apakah ia mengaku memiliki penyingkapan khusus dari Allah? Dalam Watch Tower 15 Juli 1906 (halaman 229), Russell dengan rendah hati menjawab, ”Tidak, teman-teman yang saya kasihi, saya tidak mengaku memiliki kelebihan, ataupun kekuatan, wibawa, atau wewenang supernatural; juga saya tidak bercita-cita untuk meninggikan diri dalam pandangan saudara-saudara saya dalam rumah tangga iman, kecuali dalam arti yang Majikan kita anjurkan, dengan mengatakan, ’Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.’ (Mat. 20:27.) . . . Kebenaran yang saya sampaikan, sebagai juru bicara Allah, tidak disingkapkan melalui penglihatan atau mimpi, juga tidak dengan suara Allah yang dapat terdengar, juga tidak semuanya sekaligus, tetapi secara bertahap . . . Penyingkapan kebenaran yang jelas ini juga tidak disebabkan oleh kecerdasan atau ketajaman persepsi manusia mana pun, tetapi karena fakta sederhana bahwa waktu yang Allah tentukan sudah tiba; dan jika saya tidak berbicara, dan tidak ada wakil lain yang dapat ditemukan, batu-batu pun akan berteriak.”
Para pembaca Watch Tower dianjurkan untuk melihat kepada Yehuwa sebagai Instruktur Agung mereka, sama seperti dianjurkan bagi semua Saksi-Saksi Yehuwa zaman sekarang. (Yes. 30:20) Hal ini ditekankan dengan kuat dalam The Watchtower 1 November 1931, dalam artikel ”Diajar Oleh Allah”, yang menyatakan, ”The Watchtower mengakui kebenaran sebagai milik Yehuwa, dan bukan milik makhluk mana pun. The Watchtower bukan alat dari manusia atau kelompok manusia mana pun, dan juga tidak diterbitkan menurut tindakan manusia. . . . Allah Yehuwa adalah Guru besar dari anak-anak-Nya. Tentu saja, publikasi dari kebenaran-kebenaran ini disajikan oleh orang-orang yang tidak sempurna, dan karena alasan ini kebenaran-kebenaran itu tidak mutlak sempurna bentuknya; tetapi itu disajikan dalam bentuk yang sedemikian rupa sehingga mencerminkan kebenaran Allah yang Ia ajarkan kepada anak-anak-Nya.”
Pada abad pertama, ketika pertanyaan-pertanyaan timbul mengenai doktrin atau tata cara, ini semua diserahkan kepada badan pimpinan pusat yang terdiri atas pria-pria yang tua secara rohani. Keputusan-keputusan diambil setelah mempertimbangkan apa yang dikatakan oleh Kitab-Kitab yang terilham maupun bukti kegiatan yang selaras dengan ayat-ayat Kitab-Kitab tersebut dan yang berkembang sebagai hasil bekerjanya roh kudus. Keputusan-keputusan ini disampaikan secara tertulis kepada sidang-sidang. (Kis. 15:1–16:5) Prosedur yang sama dijalankan di antara Saksi-Saksi Yehuwa dewasa ini.
Instruksi rohani disediakan melalui artikel-artikel majalah, buku-buku, acara-acara kebaktian, dan rangka-rangka untuk khotbah di sidang—semuanya dipersiapkan di bawah pengawasan Badan Pimpinan dari budak yang setia dan bijaksana. Isinya dengan jelas menunjukkan bahwa nubuat Yesus adalah benar dewasa ini—bahwa ia sesungguhnya memiliki suatu golongan budak yang setia dan bijaksana yang dengan loyal mengajarkan ’segala sesuatu yang telah ia perintahkan’; bahwa wakil ini sedang ’berjaga-jaga’, waspada terhadap peristiwa-peristiwa yang menggenapi nubuat Alkitab dan khususnya yang berhubungan dengan kehadiran Kristus; yang membantu umat yang takut akan Allah mengerti apa yang tersangkut dalam ”melakukan” hal-hal yang diperintahkan Yesus dan dengan demikian membuktikan bahwa mereka benar-benar murid-muridnya.—Mat. 24:42; 28:20; Yoh. 8:31, 32.
Secara progresif, selama bertahun-tahun, praktek-praktek yang dapat menarik perhatian yang tidak semestinya kepada manusia-manusia tertentu sehubungan dengan persiapan makanan rohani telah dihilangkan. Sampai kematian C. T. Russell, namanya sebagai redaktur tercantum dalam hampir setiap terbitan Watch Tower. Nama-nama atau inisial dari orang-orang lain yang menyumbangkan bahan sering kali muncul pada akhir dari artikel yang mereka persiapkan. Kemudian, mulai terbitan 1 Desember 1916, sebaliknya daripada memperlihatkan nama seseorang sebagai redaktur, The Watch Tower mencantumkan nama-nama anggota panitia editorial. Pada terbitan 15 Oktober 1931, bahkan daftar ini juga dihapus, dan Yesaya 54:13 menggantikan tempatnya. Sebagaimana dikutip dari terjemahan American Standard Version, ayat itu berbunyi, ”Dan semua anak-anakmu akan diajar oleh Yehuwa; dan besarlah perdamaian anak-anakmu.” Sejak tahun 1942, telah menjadi peraturan umum bahwa lektur yang diterbitkan oleh Lembaga Menara Pengawal tidak menarik perhatian kepada pribadi mana pun sebagai penulisnya.a Di bawah pengawasan Badan Pimpinan, orang-orang Kristen yang berbakti di Amerika Utara dan Selatan, Eropa, Afrika, Asia, dan pulau-pulau di lautan telah mempunyai bagian dalam mempersiapkan bahan demikian untuk digunakan oleh sidang-sidang Saksi-Saksi Yehuwa di seluruh dunia. Namun, seluruh kehormatan diberikan kepada Allah Yehuwa.
Terang yang Semakin Bersinar
Sebagaimana tercermin dalam sejarah zaman modern mereka, apa yang dialami Saksi-Saksi Yehuwa serupa dengan apa yang digambarkan dalam Amsal 4:18, ”Jalan orang benar itu seperti cahaya fajar, yang kian bertambah terang sampai rembang tengah hari.” Bersinarnya terang itu terjadi secara progresif, sama seperti terang pada dini hari diikuti oleh terbitnya matahari dan terang yang penuh dari hari yang baru. Seraya memandang perkara-perkara dalam terang yang tersedia, mereka kadang-kadang memiliki konsep-konsep yang tidak lengkap, bahkan tidak akurat. Tidak soal seberapa kuat upaya mereka, mereka memang tidak dapat mengerti nubuat-nubuat tertentu sampai semua itu mulai mengalami penggenapan. Karena Yehuwa telah mencurahkan lebih banyak terang atas Firman-Nya melalui roh-Nya, hamba-hamba-Nya dengan rendah hati rela membuat penyesuaian-penyesuaian yang dibutuhkan.
Pengertian yang progresif demikian tidak dibatasi pada masa awal sejarah zaman modern mereka. Itu terus berlangsung sampai sekarang. Sebagai contoh, pada tahun 1962, dibuat penyesuaian mengenai pengertian ”kalangan berwenang yang lebih tinggi” dari Roma 13:1-7, NW.
Selama bertahun-tahun, Siswa-Siswa Alkitab telah mengajarkan bahwa ”kekuasaan yang lebih tinggi” (KJ) itu adalah Allah Yehuwa dan Yesus Kristus. Mengapa? The Watch Tower terbitan 1 Juni dan 15 Juni 1929 mengutip berbagai hukum duniawi, dan memperlihatkan bahwa apa yang diizinkan di satu negeri dilarang di negeri yang lain. Perhatian juga ditarik kepada hukum-hukum duniawi yang menuntut rakyatnya melakukan larangan Allah atau yang melarang apa yang Allah perintahkan agar hamba-hamba-Nya lakukan. Karena mereka dengan sungguh-sungguh ingin menaruh respek kepada wewenang tertinggi dari Allah, maka tampak bagi Siswa-Siswa Alkitab bahwa ”kekuasaan yang lebih tinggi” itu adalah Allah Yehuwa dan Yesus Kristus. Mereka tetap menaati hukum duniawi, tetapi mendahulukan ketaatan kepada Allah lebih ditekankan. Itu merupakan pelajaran penting yang membentengi mereka selama tahun-tahun kekacauan dunia yang menyusul setelah itu. Namun, mereka tidak mengerti dengan jelas apa yang dikatakan Roma 13:1-7.
Pada tahun-tahun berikutnya, ayat-ayat tersebut kembali dianalisis dengan teliti, bersama ikatan kalimatnya dan maknanya menurut pandangan seluruh bagian lain dari Alkitab. Sebagai hasilnya, pada tahun 1962 diakui bahwa ”kalangan berwenang yang lebih tinggi” itu adalah para penguasa duniawi, tetapi dengan bantuan New World Translation, prinsip ketundukan relatif dipahami dengan jelas.b Ini tidak menuntut perubahan yang besar dalam sikap Saksi-Saksi Yehuwa terhadap pemerintahan dunia, namun hal ini memang memperbaiki pengertian mereka tentang suatu bagian penting dari Alkitab. Dalam prosesnya, ada kesempatan bagi Saksi-Saksi secara pribadi untuk mempertimbangkan dengan saksama apakah mereka hidup sesuai dengan tanggung jawab mereka kepada Allah dan kalangan berwenang duniawi. Pengertian yang jelas mengenai ”kalangan berwenang yang lebih tinggi” (NW) ini telah melindungi Saksi-Saksi Yehuwa, khususnya mereka yang berada di negeri-negeri tempat gelombang nasionalisme dan tuntutan untuk kemerdekaan yang lebih besar telah mengakibatkan meletusnya kekerasan dan pembentukan pemerintahan-pemerintahan baru.
Pada tahun berikutnya, 1963, penerapan yang lebih luas tentang ”Babel Besar” dipersembahkan.c (Why. 17:5) Tinjauan dari sejarah duniawi dan agama menunjuk kepada kesimpulan bahwa pengaruh Babel purba telah merembes bukan saja ke dalam Susunan Kristen tetapi ke dalam setiap bagian bumi. Demikianlah Babel Besar dipahami sebagai seluruh imperium agama palsu sedunia. Kesadaran akan hal ini memungkinkan Saksi-Saksi Yehuwa membantu lebih banyak orang lagi dari berbagai latar belakang untuk menanggapi perintah Alkitab, ”Hai umatKu, pergilah dari padanya”.—Why. 18:4.
Memang, penyingkapan dari peristiwa-peristiwa yang dinubuatkan dalam seluruh kitab Wahyu telah menyediakan penerangan rohani yang limpah. Pada tahun 1917, suatu penelitian tentang Wahyu diterbitkan dalam buku The Finished Mystery. Namun, ”hari Tuhan”, yang ditunjuk dalam Wahyu 1:10, baru saja dimulai ketika itu; banyak dari apa yang dinubuatkan belum terjadi dan tidak dimengerti dengan jelas. Akan tetapi, perkembangan selama tahun-tahun berikutnya memberikan lebih banyak penerangan akan makna bagian Alkitab tersebut, dan peristiwa-peristiwa ini memiliki pengaruh yang luar biasa atas penelitian yang memberikan terang dari kitab Wahyu yang diterbitkan pada tahun 1930 dalam dua jilid buku yang berjudul Light. Selama tahun 1960-an pembaharuan lebih jauh muncul dalam buku-buku ”Babylon the Great Has Fallen!” God’s Kingdom Rules! dan ”Then Is Finished the Mystery of God”. Dua dekade sesudahnya, penelitian lain yang mendalam diadakan untuk bagian Alkitab tersebut. Bahasa lambang dari kitab Wahyu dianalisis secara teliti dengan mempertimbangkan istilah-istilah yang serupa di bagian lain dalam Alkitab. (1 Kor. 2:10-13) Peristiwa-peristiwa abad kedua puluh yang menggenapi nubuat-nubuat ditinjau. Hasilnya diterbitkan pada tahun 1988 dalam buku yang menggetarkan Wahyu—Klimaksnya yang Menakjubkan Sudah Dekat!
Selama tahun-tahun awal dari sejarah zaman modern mereka, fondasi diletakkan. Banyak makanan rohani yang berharga disediakan. Pada tahun-tahun belakangan, bahan-bahan penelitian Alkitab yang lebih beraneka ragam telah disediakan untuk memuaskan kebutuhan orang-orang Kristen yang matang maupun siswa-siswa baru dari berbagai latar belakang. Penelitian Alkitab yang terus-menerus, bersamaan dengan penggenapan nubuat ilahi, dalam banyak hal telah memungkinkan untuk mengungkapkan ajaran-ajaran Alkitab dengan lebih jelas. Karena penelitian mereka mengenai Firman Allah bersifat progresif, Saksi-Saksi Yehuwa memiliki makanan rohani yang limpah, sama seperti yang telah Alkitab nubuatkan akan demikian halnya bagi hamba-hamba Allah. (Yes. 65:13, 14) Penyesuaian-penyesuaian dalam pandangan tidak pernah dibuat dengan maksud untuk dapat lebih diterima oleh dunia dengan menyetujui nilai-nilai moralnya yang merosot. Sebaliknya, sejarah Saksi-Saksi Yehuwa memperlihatkan bahwa perubahan-perubahan dibuat dengan maksud untuk berpaut lebih erat lagi pada Alkitab, menjadi lebih serupa dengan orang-orang Kristen yang setia pada abad pertama, dan karena itu lebih diperkenan oleh Allah.
Maka, pengalaman mereka selaras dengan doa rasul Paulus, yang menulis kepada sesama orang Kristen, ”Kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna [”dipenuhi dengan pengetahuan yang saksama”, NW], sehingga hidupmu layak di hadapanNya serta berkenan kepadaNya dalam segala hal, dan kamu memberi buah dalam segala pekerjaan yang baik dan bertumbuh dalam pengetahuan yang benar [”saksama”, NW] tentang Allah.”—Kol. 1:9, 10.
Pertambahan pengetahuan yang saksama tentang Allah itu juga memberi pengaruh atas nama mereka—Saksi-Saksi Yehuwa.
[Catatan Kaki]
a Zion’s Watch Tower and Herald of Christ’s Presence, 15 Juli 1906, hlm. 229-31.
b Lihat Insight on the Scriptures, diterbitkan pada tahun 1988 oleh Watchtower Bible and Tract Society of New York, Inc., Jilid 2, halaman 1176.
c Sebagai contoh: (1) Pada abad ke-16, gerakan-gerakan anti tritunggal kuat di Eropa. Sebagai contoh, Ferenc Dávid (1510-79), seorang Hungaria, mengetahui dan mengajarkan bahwa dogma Tritunggal tidak berdasarkan Alkitab. Karena kepercayaannya, ia meninggal di penjara. (2) Gereja Reformasi Kecil, yang berkembang di Polandia sepanjang kira-kira seratus tahun selama abad ke-16 dan ke-17, juga menolak Tritunggal, dan para pengikut gereja itu menyebarkan bacaan ke seluruh Eropa, sampai kaum Yesuit berhasil mengenyahkan mereka dari Polandia. (3) Sir Isaac Newton (1642-1727), di Inggris, menolak doktrin Tritunggal dan menulis alasan-alasan sejarah dan Alkitab yang terperinci untuk tindakannya ini, tetapi ia tidak menerbitkannya selama masa hidupnya, kelihatannya karena takut akan konsekuensinya. (4) Di antara banyak orang di Amerika, Henry Grew membeberkan Tritunggal sebagai sesuatu yang tidak berdasarkan Alkitab. Pada tahun 1824, ia membahas persoalan ini secara panjang lebar dalam An Examination of the Divine Testimony Concerning the Character of the Son of God.
d Lihat juga Studies in the Scriptures, Jilid V, halaman 41-82.
e Pembahasan yang saksama mengenai bukti-bukti sejarah dan Alkitab tentang pokok ini telah diterbitkan oleh Watch Tower Bible and Tract Society pada berbagai waktu. Lihat ”Kalam”—Siapakah Gerangan Dia? Menurut Yahya (1962, dalam bahasa Inggris), ”Things in Which It Is Impossible for God to Lie” (1965), Bertukar Pikiran Mengenai Ayat-Ayat Alkitab (1985), dan Haruskah Anda Percaya Kepada Tritunggal? (1989).
f Apa yang Alkitab katakan mengenai jiwa diketahui oleh sarjana-sarjana Yahudi dan juga oleh mereka dari Susunan Kristen, namun hal itu sangat jarang diajarkan di tempat-tempat ibadat mereka. Lihat New Catholic Encyclopedia (1967), Jilid XIII, halaman 449-50; The Eerdmans Bible Dictionary (1987), halaman 964-5; The Interpreter’s Dictionary of the Bible, diedit oleh G. Buttrick (1962), Jilid 1, halaman 802; The Jewish Encyclopedia (1910), Jilid VI, halaman 564.
g Dalam suatu pembahasan yang lebih mendalam tentang pokok ini, pada tahun 1955, buku kecil What Do the Scriptures Say About ”Survival After Death”? menunjukkan bahwa catatan Alkitab memperlihatkan bahwa Setan sebenarnya menganjurkan Hawa untuk percaya bahwa ia tidak akan mati secara jasmani sebagai akibat melanggar larangan Allah mengenai makan buah dari ”pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat”. (Kej. 2:16, 17; 3:4) Pada waktunya, hal itu terbukti salah, namun ada perkembangan lebih jauh yang berakar pada dusta pertama tersebut. Orang-orang menganut pandangan bahwa suatu bagian manusia yang tidak kelihatan akan terus hidup. Setelah Air Bah pada zaman Nuh, hal ini diperkuat oleh praktek-praktek spiritisme bersifat hantu yang berasal dari Babel.—Yes. 47:1, 12; Ul. 18:10, 11.
h Barbour mengaku percaya kepada tebusan, bahwa Kristus mati untuk kita. Yang ia tolak adalah gagasan ”substitusi” (nilai yang sepadan untuk tebusan)—bahwa Kristus mati menggantikan kita, bahwa dengan kematiannya Kristus membayar hukuman dosa bagi keturunan Adam.
i Hal ini dipengaruhi oleh kepercayaan bahwa milenium ketujuh dari sejarah manusia telah dimulai pada tahun 1873 dan bahwa jangka waktu tanpa perkenan ilahi (yang panjangnya sama dengan jangka waktu sebelumnya yang dianggap sebagai jangka waktu perkenan) bagi Israel jasmani akan berakhir pada tahun 1878. Kronologi ini mempunyai cacat karena bersandar pada terjemahan yang tidak akurat dari Kisah 13:20 dalam King James Version, kepercayaan bahwa ada kesalahan penulisan di 1 Raja 6:1, dan kegagalan untuk mempertimbangkan keselarasan Alkitab dalam penentuan masa pemerintahan raja-raja Yehuda dan Israel. Pengertian yang lebih jelas tentang kronologi Alkitab diterbitkan pada tahun 1943, dalam buku ”The Truth Shall Make You Free”, dan kemudian diperbaiki pada tahun berikutnya dalam buku ”The Kingdom Is at Hand”, maupun dalam publikasi-publikasi setelah itu.
j Majalah yang diterbitkan oleh George Storrs, Brooklyn, New York.
k Pada tahun 1978, ketika diminta memberikan pernyataan kepada pers mengenai kedudukan Saksi-Saksi Yehuwa berkenaan Zionisme, Badan Pimpinan mengatakan, ”Saksi-Saksi Yehuwa tetap berpendirian sesuai Alkitab dengan bersikap netral terhadap semua gerakan politik dan pemerintahan. Mereka yakin bahwa tidak ada gerakan manusia mana pun yang akan mencapai apa yang hanya dapat dilaksanakan oleh kerajaan surgawi Allah.”
l Menyedihkan sekali, tidak lama kemudian ia berpisah dari Russell karena keinginannya sendiri untuk menonjol.
a Akan tetapi, di negeri-negeri yang hukumnya menuntut hal itu, seorang wakil setempat dapat dicantumkan namanya sebagai orang yang bertanggung jawab atas apa yang diterbitkan.
b The Watchtower, 1 November, 15 November, dan 1 Desember 1962.
c The Watchtower, 15 November dan 1 Desember 1963.
[Blurb di hlm. 120]
C. T. Russell terus terang mengakui bantuan yang datang dari orang-orang lain selama tahun-tahun pertama penelitian Alkitabnya
[Blurb di hlm. 122]
Mereka secara pribadi telah memeriksa bukti bahwa Alkitab benar-benar Firman Allah
[Blurb di hlm. 123]
Siswa-Siswa Alkitab memahami bahwa keadilan Allah secara sempurna seimbang dengan hikmat, kasih, dan kuasa-Nya
[Blurb di hlm. 127]
Russell mengerti dengan jelas bahwa neraka bukan tempat siksaan setelah kematian
[Blurb di hlm. 129]
Kebanyakan orang yang berpikiran sehat tidak mempercayai doktrin api neraka
[Blurb di hlm. 132]
Pendirian Russell yang teguh akan tebusan mempunyai pengaruh yang jauh jangkauannya
[Blurb di hlm. 134]
Mereka dapat mengerti bahwa tahun 1914 ditandai dengan jelas oleh nubuat Alkitab
[Blurb di hlm. 136]
Tidak semua hal terjadi secepat yang mereka harapkan
[Blurb di hlm. 139]
Kabar baik untuk diberitakan: Kerajaan Allah sudah beroperasi!
[Blurb di hlm. 140]
Apakah Armagedon sekadar suatu revolusi sosial?
[Blurb di hlm. 141]
Akhirnya, pada tahun 1932, ”Israel milik Allah” yang sesungguhnya dikenali
[Blurb di hlm. 143]
”Budak yang setia dan bijaksana”—satu orang atau satu kelompok?
[Blurb di hlm. 146]
Secara progresif, praktek-praktek yang dapat menarik perhatian yang tidak semestinya kepada manusia-manusia tertentu telah dihilangkan
[Blurb di hlm. 148]
Perubahan-perubahan dibuat dengan maksud untuk berpaut lebih erat lagi kepada Firman Allah
[Kotak di hlm. 124]
Memberitahukan Nama Allah
◆ Sejak tahun 1931, nama Saksi-Saksi Yehuwa digunakan untuk menandai mereka yang menyembah dan melayani Yehuwa sebagai satu-satunya Allah yang benar.
◆ Sejak 15 Oktober 1931, nama pribadi Allah, yakni Yehuwa, muncul pada sampul depan dari setiap terbitan majalah ”Watchtower”.
◆ Pada waktu manakala nama pribadi Allah dihilangkan dari kebanyakan terjemahan modern Alkitab, Saksi-Saksi Yehuwa mulai menerbitkan, pada tahun 1950, ”New World Translation”, yang memulihkan nama Allah ke tempat sebenarnya.
◆ Selain Alkitab itu sendiri, banyak bacaan lain telah diterbitkan oleh Watch Tower Bible and Tract Society untuk memusatkan perhatian khusus kepada nama ilahi—sebagai contoh, buku-buku ”Jehovah” (1934), ”Let Your Name Be Sanctified” (1961), dan ”’The Nations Shall Know That I Am Jehovah’—How?” (1971), juga brosur ”Nama Ilahi yang Akan Kekal Selama-lamanya” (1984).
[Kotak di hlm. 126]
’Apakah Kami Akan Menentang Kristus Sendiri?’
Setelah membeberkan bahwa doktrin Tritunggal itu tidak berdasarkan Alkitab dan tidak masuk akal, C. T. Russell menyatakan perasaan tidak senang yang patut ketika ia bertanya, ”Apakah kami dengan demikian akan menentang Para Rasul dan Para Nabi dan Yesus Sendiri, dan mengabaikan nalar dan akal sehat, agar dapat menganut suatu dogma yang diberikan kepada kita dari masa lalu yang gelap dan mistik, oleh Gereja murtad yang rusak? Tidak! ’Demi Hukum dan Demi kesaksian! Jika mereka berbicara tidak selaras dengan Firman ini, itu adalah karena tidak ada terang pada mereka.’”—”The Watch Tower”, 15 Agustus 1915.
[Kotak di hlm. 133]
Kebenaran yang Progresif
Pada tahun 1882, C. T. Russell menulis, ”Alkitab adalah satu-satunya standar kita, dan ajaran-ajarannya adalah satu-satunya kredo kita, dan dengan mengakui bahwa penyingkapan kebenaran Alkitab bersifat progresif, kita siap untuk menambahkan atau menyesuaikan kredo kita (iman—kepercayaan) seraya kita mendapatkan lebih banyak terang dari Standar kita.” ”Watch Tower” April 1882, hlm. 7.
[Kotak di hlm. 144, 145]
Kepercayaan Saksi-Saksi Yehuwa
◆ Alkitab adalah Firman Allah yang terilham. (2 Tim. 3:16, 17)
Isinya bukan sekadar sejarah atau pendapat manusia tetapi firman Allah, yang dicatat demi manfaat kita. (2 Ptr. 1:21; Rm. 15:4; 1 Kor. 10:11)
◆ Yehuwa adalah satu-satunya Allah yang benar. (Mzm. 83:19; Ul. 4:39)
Yehuwa adalah Pencipta segala sesuatu, dan karena itu, hanya Dia yang layak disembah. (Why. 4:11; Luk. 4:8)
Yehuwa adalah Penguasa Universal, pribadi yang harus kita taati sepenuhnya. (Kis. 4:24; Dan. 4:17; Kis. 5:29)
◆ Yesus Kristus adalah Putra tunggal Allah, satu-satunya yang diciptakan langsung oleh Allah sendiri. (1 Yoh. 4:9; Kol. 1:13-16)
Yesus adalah yang pertama dari ciptaan-ciptaan Allah; karena itu, sebelum ia dikandung dan dilahirkan sebagai manusia, Yesus hidup di surga. (Why. 3:14; Yoh. 8:23, 58)
Yesus menyembah Bapanya sebagai satu-satunya Allah yang benar; Yesus tidak pernah mengaku dirinya sama dengan Allah. (Yoh. 17:3; 20:17; 14:28)
Yesus memberikan kehidupan manusia sempurnanya sebagai tebusan bagi umat manusia. Pengorbanannya memungkinkan semua orang yang mempraktekkan iman di dalamnya untuk mendapat kehidupan kekal. (Mrk. 10:45; Yoh. 3:16, 36)
Yesus dibangkitkan dari kematian sebagai pribadi roh yang tak berkematian. (1 Ptr. 3:18; Rm. 6:9)
Yesus telah kembali (dengan mengalihkan perhatiannya sebagai Raja ke bumi) dan sekarang hadir sebagai roh yang mulia. (Mat. 24:3, 23-27; 25:31-33; Yoh. 14:19)
◆ Setan adalah ”penguasa dunia ini” yang tidak kelihatan. (Yoh. 12:31; 1 Yoh. 5:19)
Semula, ia adalah anak Allah yang sempurna, tetapi ia membiarkan perasaan-perasaan menganggap diri penting berkembang dalam hatinya, mengidamkan penyembahan yang seharusnya hanya diberikan kepada Yehuwa, dan menggoda Adam dan Hawa untuk menaati dia sebaliknya daripada mendengarkan Allah. Dengan demikian ia menjadikan dirinya Setan, yang berarti ”Penentang”. (Yoh. 8:44; Kej. 3:1-5; bandingkan Ulangan 32:4, 5; Yakobus 1:14, 15; Lukas 4:5-7.)
Setan ”menyesatkan seluruh dunia”; ia dan hantu-hantunya bertanggung jawab atas meningkatnya kesusahan di bumi di akhir zaman ini. (Why. 12:7-9, 12)
Pada waktu yang ditentukan Allah, Setan dan hantu-hantunya akan dibinasakan selama-lamanya. (Why. 20:10; 21:8)
◆ Kerajaan Allah di bawah Kristus akan menggantikan seluruh pemerintahan manusia dan akan menjadi satu pemerintahan untuk seluruh umat manusia. (Dan. 7:13, 14)
Sistem segala perkara yang jahat yang ada sekarang akan dihancurkan sepenuhnya. (Dan. 2:44; Why. 16:14, 16; Yes. 34:2)
Kerajaan Allah akan memerintah dengan keadilbenaran dan akan membawa perdamaian yang sejati kepada rakyatnya. (Yes. 9:5, 6; 11:1-5; 32:17; Mzm. 85:11-13)
Orang-orang jahat akan disingkirkan selamanya, dan para penyembah Yehuwa akan menikmati keamanan kekal. (Ams. 2:21, 22; Mzm. 37:9-11; Mat. 25:41-46; 2 Tes. 1:6-9; Mi. 4:3-5)
◆ Kita sekarang, sejak tahun 1914d, sedang hidup di ”akhir zaman” dari dunia yang jahat ini. (Mat. 24:3-14; 2 Tim. 3:1-5; Dan. 12:4)
Selama jangka waktu ini, kesaksian diberikan kepada segala bangsa; setelah itu akan datang kesudahan, bukan dari bola bumi, tetapi dari sistem jahat dan orang-orang yang tidak saleh. (Mat. 24:3, 14; 2 Ptr. 3:7; Pkh. 1:4)
◆ Hanya ada satu jalan menuju kehidupan; tidak semua agama atau semua praktek agama diperkenan oleh Allah. (Mat. 7:13, 14; Yoh. 4:23, 24; Ef. 4:4, 5)
Ibadat sejati tidak menekankan upacara atau pamer ke luar tetapi kasih yang murni akan Allah, diperlihatkan melalui ketaatan terhadap perintah-perintah-Nya dan kasih akan sesama. (Mat. 15:8, 9; 1 Yoh. 5:3; 3:10-18; 4:21; Yoh. 13:34, 35)
Orang-orang dari segala bangsa, ras, dan golongan bahasa dapat melayani Yehuwa dan mendapatkan perkenan-Nya. (Kis. 10:34, 35; Why. 7:9-17)
Doa harus ditujukan hanya kepada Yehuwa melalui Yesus; patung-patung tidak boleh digunakan sebagai objek penyembahan ataupun sebagai alat bantu dalam penyembahan. (Mat. 6:9; Yoh. 14:6, 13, 14; 1 Yoh. 5:21; 2 Kor. 5:7; 6:16; Yes. 42:8)
Praktek-praktek spiritisme harus dijauhi. (Gal. 5:19-21; Ul. 18:10-12; Why. 21:8)
Tidak ada perbedaan antara golongan pemimpin agama dan golongan awam di antara orang-orang Kristen yang sejati. (Mat. 20:25-27; 23:8-12)
Kekristenan yang sejati tidak termasuk memelihara sabat mingguan atau memenuhi tuntutan lain dari Hukum Taurat agar diselamatkan; melakukan hal itu berarti menolak Kristus, yang telah menggenapi Taurat. (Gal. 5:4; Rm. 10:4; Kol. 2:13-17)
Mereka yang mempraktekkan ibadat sejati tidak ikut serta dalam agama paduan. (2 Kor. 6:14-17; Why. 18:4)
Semua yang adalah murid-murid Yesus yang sejati dibaptis dengan dibenamkan seluruhnya ke dalam air. (Mat. 28:19, 20; Mrk. 1:9, 10; Kis. 8:36-38)
Semua yang mengikuti teladan Yesus dan menaati perintah-perintahnya memberi kesaksian kepada orang-orang lain tentang Kerajaan Allah. (Luk. 4:43; 8:1; Mat. 10:7; 24:14)
◆ Kematian adalah akibat warisan dosa dari Adam. (Rm. 5:12; 6:23)
Pada saat kematian, jiwa itu juga mati. (Yeh. 18:4, ”Klinkert”)
Orang-orang mati sama sekali tidak sadar. (Mzm. 146:4; Pkh. 9:5, 10)
Neraka (Syeol, Hades) adalah kuburan umum umat manusia. (Ayb. 14:13, ”Dy”; Why. 20:13, 14, ”KJ”, margin)
”Lautan api”, tempat pembuangan orang-orang jahat yang tidak dapat lagi diperbaiki mengartikan, seperti Alkitab sendiri katakan, ”kematian kedua”, kematian selama-lamanya. (Why. 21:8)
Kebangkitan adalah harapan bagi orang-orang mati dan bagi mereka yang telah kehilangan orang-orang yang dicintai dalam kematian. (1 Kor. 15:20-22; Yoh. 5:28, 29; bandingkan Yohanes 11:25, 26, 38-44; Mrk. 5:35-42.)
Kematian akibat dosa Adam tidak akan ada lagi. (1 Kor. 15:26; Yes. 25:8; Why. 21:4)
◆ Suatu ”kawanan kecil”, hanya 144.000 orang, pergi ke surga. (Luk. 12:32; Why. 14:1, 3)
Mereka adalah orang-orang yang ”dilahirkan kembali” sebagai putra-putra rohani Allah. (Yoh. 3:3; 1 Ptr. 1:3, 4)
Allah memilih dari antara segala suku dan bangsa untuk memerintah sebagai raja-raja bersama Kristus dalam Kerajaan. (Why. 5:9, 10; 20:6)
◆ Orang-orang lain yang diperkenan Allah akan hidup kekal di bumi. (Mzm. 37:29; Mat. 5:5; 2 Ptr. 3:13)
Bumi tidak akan pernah dihancurkan atau dikosongkan. (Mzm. 104:5; Yes. 45:18)
Selaras dengan maksud-tujuan Allah yang semula, seluruh bumi akan menjadi firdaus. (Kej. 1:27, 28; 2:8, 9; Luk. 23:42, 43)
Akan ada rumah-rumah yang layak dan kelimpahan makanan untuk dinikmati oleh semua orang. (Yes. 65:21-23; Mzm. 72:16)
Penyakit, segala macam cacat, dan bahkan kematian itu sendiri akan berlalu. (Why. 21:3, 4; Yes. 35:5, 6)
◆ Kalangan berwenang duniawi harus diperlakukan dengan respek yang sepatutnya. (Rm. 13:1-7; Tit. 3:1, 2)
Umat Kristen sejati tidak ikut dalam pemberontakan melawan wewenang pemerintahan. (Ams. 24:21, 22; Rm. 13:1)
Mereka mematuhi semua hukum yang tidak bertentangan dengan hukum Allah, tetapi ketaatan kepada Allah diutamakan. (Kis. 5:29)
Mereka meniru Yesus dengan tetap netral dalam urusan-urusan politik dunia. (Mat. 22:15-21; Yoh. 6:15)
◆ Umat Kristen harus menyelaraskan diri dengan standar-standar Alkitab berkenaan darah dan juga moralitas seksual. (Kis. 15:28, 29)
Memasukkan darah ke dalam tubuh melalui mulut atau pembuluh darah melanggar hukum Allah. (Kej. 9:3-6; Kis. 15:19, 20)
Umat Kristen harus bersih secara moral; percabulan, perzinaan, dan homoseksualitas tidak ada dalam kehidupan mereka, demikian pula halnya dengan pemabukan dan penyalahgunaan obat bius. (1 Kor. 6:9-11; 2 Kor. 7:1)
◆ Kejujuran dan kesetiaan sehubungan tanggung jawab perkawinan dan keluarga adalah hal-hal penting bagi umat Kristen. (1 Tim. 5:8; Kol. 3:18-21; Ibr. 13:4)
Ketidakjujuran dalam kata-kata atau dalam bisnis, dan juga berlaku munafik, tidak cocok bagi seorang Kristen. (Ams. 6:16-19; Ef. 4:25; Mat. 6:5; Mzm. 26:4)
◆ Ibadat yang diperkenan oleh Yehuwa menuntut kita mengasihi Dia di atas segala-galanya. (Luk. 10:27; Ul. 5:9)
Melakukan kehendak Yehuwa, dengan demikian membawa kehormatan bagi nama-Nya, adalah hal yang paling penting dalam kehidupan seorang Kristen sejati. (Yoh. 4:34; Kol. 3:23; 1 Ptr. 2:12)
Seraya berbuat baik kepada semua orang sebisa-bisanya, umat Kristen mengetahui kewajiban khusus mereka terhadap sesama hamba Allah; maka bantuan yang sewaktu-waktu mereka berikan terutama ditujukan kepada orang-orang ini. (Gal. 6:10; 1 Yoh. 3:16-18)
Kasih akan Allah menuntut umat Kristen bukan saja bahwa mereka menaati perintah-Nya untuk mengasihi sesama mereka tetapi juga bahwa mereka tidak dapat mengasihi cara hidup yang amoral dan materialistis dari dunia ini. Orang-orang Kristen sejati bukan bagian dari dunia dan dengan demikian menjauhkan diri dari kegiatan-kegiatan yang dapat membuat mereka digolongkan dengan orang-orang yang mempunyai semangat dunia. (Rm. 13:8, 9; 1 Yoh. 2:15-17; Yoh. 15:19; Yak. 4:4)
[Catatan Kaki]
d Untuk perinciannya, lihat buku ”Datanglah Kerajaanmu”.
[Gambar di hlm. 121]
C. T. Russell mulai menerbitkan ”Zion’s Watch Tower” pada tahun 1879, ketika ia berusia 27 tahun
[Gambar di hlm. 125]
Sir Isaac Newton dan Henry Grew di antara orang-orang yang telah lebih dahulu menolak Tritunggal karena tidak sesuai dengan Alkitab
[Gambar di hlm. 128]
Dalam debat di depan umum, Russell memperlihatkan bahwa orang mati benar-benar mati, tidak hidup bersama para malaikat atau bersama hantu-hantu di suatu tempat tanpa harapan
Carnegie Hall, Allegheny, Pennsylvania—tempat debat tersebut diadakan
[Gambar di hlm. 130]
Russell mengadakan perjalanan ke kota-kota besar dan kecil untuk memberitahukan kebenaran mengenai neraka
[Gambar di hlm. 131]
Ketika Frederick Franz, seorang mahasiswa universitas, belajar kebenaran tentang keadaan orang mati, ia sama sekali mengubah cita-cita dalam hidupnya
[Gambar di hlm. 135]
1914 sebagai akhir Zaman Orang Kafir diberitakan dengan luas oleh Siswa-Siswa Alkitab, seperti dalam risalah dari I.B.S.A. ini yang disebarkan selama 1914
[Gambar di hlm. 137]
Pada tahun 1931, dengan menggunakan jaringan siaran radio yang paling luas yang pernah mengudara, J. F. Rutherford memperlihatkan bahwa hanya Kerajaan Allah yang dapat mendatangkan kelegaan kekal kepada umat manusia
Khotbah ”Kerajaan, Harapan Dunia Ini”, disiarkan oleh 163 stasiun radio secara serentak dan belakangan diulang oleh 340 stasiun radio yang lain
[Gambar di hlm. 142]
A. H. Macmillan diutus dengan kapal ke Palestina pada tahun 1925 karena minat istimewa mengenai peranan orang-orang Yahudi berkenaan dengan nubuat Alkitab