ILHAM
Seseorang yang mendapat ”ilham” digerakkan oleh suatu roh yang berasal dari sumber adimanusiawi, dan sesuatu yang ”diilhamkan” atau ”terilham” adalah hasil bimbingan roh tersebut. Apabila sumbernya adalah Yehuwa, hasilnya dapat benar-benar disebut sebagai firman Allah, baik dalam bentuk pernyataan maupun tulisan. Rasul Paulus menyatakan di 2 Timotius 3:16, ”Segenap Tulisan Kudus diilhamkan Allah.” Frasa ”diilhamkan Allah” diterjemahkan dari kata majemuk Yunani the·oʹpneu·stos, yang secara harfiah berarti ”dinapaskan oleh Allah”.
Kata Yunani itu hanya muncul satu kali dalam Alkitab. Penggunaannya di ayat tersebut jelas mengidentifikasi Allah sebagai Sumber dan Penghasil Tulisan-Tulisan Suci, yakni Alkitab. Gagasan bahwa Alkitab ”dinapaskan oleh Allah” sejajar dengan pernyataan dalam Kitab-Kitab Ibrani di Mazmur 33:6, ”Oleh firman Yehuwa langit dibuat, dan oleh roh [atau napas] dari mulutnya seluruh bala tentara langit.”
Hasil Bekerjanya Roh Allah. Sarana atau alat untuk mengilhamkan ”segenap Tulisan Kudus” adalah roh kudus, atau tenaga aktif Allah. (Lihat ROH.) Roh kudus itu bekerja pada atau atas diri pria-pria guna menggerakkan serta membimbing mereka untuk menuliskan pesan-pesan Allah. Oleh karena itu, rasul Petrus mengatakan tentang nubuat Alkitab, ”Kamu pertama-tama mengetahui hal ini, bahwa nubuat dalam Tulisan-Tulisan Kudus tidak muncul dari penafsiran pribadi apa pun. Karena nubuat tidak pernah dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi manusia mengatakan apa yang berasal dari Allah seraya mereka dibimbing oleh roh kudus.” (2Ptr 1:20, 21) Bukti memperlihatkan bahwa roh Allah bekerja atas pikiran dan hati semua penulis Alkitab untuk menuntun mereka kepada tujuan yang dimaksudkan Allah. Raja Daud berkata, ”Roh Yehuwa-lah yang berbicara melalui aku, dan firmannya ada pada lidahku.” (2Sam 23:2) Sewaktu Yesus mengutip Mazmur 110, ia mengatakan bahwa Daud telah menuliskannya ”melalui ilham [harfiah, dalam roh]”. (Mat 22:43) Ayat yang sejajar di Markus 12:36 berbunyi ”melalui roh kudus”.
Sebagaimana roh Yehuwa menggerakkan para pria atau membuat mereka cakap melakukan tugas ilahi lainnya—membuat pakaian imam dan peralatan untuk tabernakel (Kel 28:3; 35:30-35), menjalankan tugas administrasi (Ul 34:9), memimpin pasukan militer (Hak 3:9, 10; 6:33, 34)—roh itu juga membuat para pria sanggup mencatat Tulisan-Tulisan Kudus. Dengan perantaraan roh itu, mereka bisa diberi hikmat, pengertian, pengetahuan, nasihat, dan kekuatan, melebihi apa yang normal dan sesuai dengan kebutuhan khusus mereka. (Yes 11:2; Mi 3:8; 1Kor 12:7, 8) Daud dikatakan menerima rancangan arsitektur bait ”melalui ilham [harfiah, melalui roh]”. (1Taw 28:12) Yesus meyakinkan para rasulnya bahwa roh Allah akan menolong mereka, dengan mengajar, menuntun, serta mengingatkan mereka akan hal-hal yang pernah mereka dengar darinya, dan menyingkapkan kepada mereka hal-hal di masa depan. (Yoh 14:26; 16:13) Hal ini menjamin kebenaran dan kesaksamaan catatan Injil mereka, termasuk banyak kutipan panjang kata-kata Yesus, meskipun catatan Injil Yohanes misalnya ditulis puluhan tahun setelah kematian Yesus.
Dikendalikan oleh ”tangan Yehuwa”. Oleh karena itu, para penulis Alkitab ada di bawah ”tangan” Yehuwa, atau kuasa-Nya yang membimbing dan mengendalikan. (2Raj 3:15, 16; Yeh 3:14, 22) Sebagaimana ”tangan” Yehuwa bisa membuat para hamba-Nya berbicara atau tetap diam pada waktu-waktu yang ditetapkan (Yeh 3:4, 26, 27; 33:22), ”tangan” itu juga bisa menggerakkan penulisan atau menjadi daya penahan, bisa membuat sang penulis mencatat hal-hal tertentu atau tidak memasukkan bahan lain. Hasil akhirnya akan selalu seperti yang Yehuwa inginkan.
Cara para Penulis Menerima Bimbingan Ilahi. Seperti dinyatakan sang rasul, Allah berbicara ”dengan berbagai cara” kepada hamba-hamba-Nya pada masa pra-Kristen. (Ibr 1:1, 2) Setidaknya pada satu kesempatan, sehubungan dengan Sepuluh Perintah, atau Dasatitah, Allah menyediakan informasi dalam bentuk tertulis, yang hanya perlu disalin pada gulungan atau bahan lain yang digunakan oleh Musa. (Kel 31:18; Ul 10:1-5) Pada kesempatan lain, informasi disampaikan dengan didiktekan secara lisan, kata demi kata. Sewaktu memberikan sekumpulan besar hukum dan ketetapan dalam perjanjian Allah dengan Israel, Yehuwa memerintahkan Musa, ”Tuliskanlah firman ini.” (Kel 34:27) Nabi-nabi juga sering diberi pesan spesifik yang harus disampaikan, lalu pesan itu dicatat dan menjadi bagian dari Tulisan-Tulisan Kudus.—1Raj 22:14; Yer 1:7; 2:1; 11:1-5; Yeh 3:4; 11:5.
Metode lain lagi yang digunakan untuk menyampaikan informasi kepada para penulis Alkitab adalah melalui mimpi dan penglihatan. Melalui mimpi, atau yang kadang-kadang disebut penglihatan pada waktu malam, gambaran tentang pesan atau maksud-tujuan Allah tampaknya ditaruh pada pikiran seseorang yang sedang tidur. (Dan 2:19; 7:1) Penglihatan yang diberikan selagi seseorang sadar adalah sarana yang malah lebih sering digunakan untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan ilahi ke dalam pikiran si penulis, penyingkapannya disampaikan dalam bentuk gambar pada pikiran yang sadar. (Yeh 1:1; Dan 8:1; Pny 9:17) Ada penglihatan yang diterima ketika seseorang sedang mengalami trans. Meskipun orang itu sadar, perhatiannya tampaknya begitu terpusat pada penglihatan yang diterima selama trans, sehingga ia sama sekali tidak sadar akan hal-hal lain di sekelilingnya.—Kis 10:9-17; 11:5-10; 22:17-21; lihat PENGLIHATAN.
Malaikat-utusan digunakan dalam banyak kesempatan untuk menyampaikan pesan-pesan ilahi. (Ibr 2:2) Dalam penyampaian informasi, para utusan tersebut memainkan peranan yang lebih besar daripada yang kita kira. Jadi, meskipun dikatakan bahwa Hukum yang diberikan kepada Musa diucapkan oleh Allah, baik Stefanus maupun Paulus memperlihatkan bahwa Allah menggunakan para malaikat-Nya untuk menyampaikan kaidah hukum itu. (Kis 7:53; Gal 3:19) Karena para malaikat itu berbicara dengan nama Yehuwa, pesan yang mereka sampaikan dapat dengan tepat disebut ”firman Yehuwa”.—Kej 22:11, 12, 15-18; Za 1:7, 9.
Tidak soal sarana khusus mana yang digunakan untuk menyampaikan pesan, semua bagian Alkitab mempunyai mutu yang sama, karena semuanya diilhamkan, atau ”dinapaskan oleh Allah”.
Apakah dapat dikatakan bahwa Alkitab diilhamkan Allah meskipun para penulisnya mengekspresikan diri dengan ciri khas mereka?
Bukti menunjukkan bahwa pria-pria yang digunakan Allah untuk mencatat Tulisan-Tulisan Kudus bukan robot, yang sekadar mencatat bahan yang didiktekan. Kita membaca tentang rasul Yohanes bahwa Penyingkapan yang ”dinapaskan oleh Allah” disampaikan kepadanya melalui seorang malaikat ”dengan tanda-tanda” dan juga bahwa Yohanes kemudian ”memberikan kesaksian tentang firman yang Allah berikan dan tentang kesaksian yang Yesus Kristus berikan, yaitu semua hal yang ia lihat”. (Pny 1:1, 2) ”Melalui ilham [harfiah, ”dalam roh”]” Yohanes ”berada pada hari Tuan” dan ia diberi tahu, ”Apa yang engkau lihat, tuliskanlah dalam sebuah gulungan.” (Pny 1:10, 11) Jadi, Allah tampaknya berkenan untuk membiarkan para penulis Alkitab menggunakan kesanggupan mental mereka untuk memilih kata dan ungkapan guna menggambarkan penglihatan yang mereka lihat. (Hab 2:2) Pada waktu yang sama, Ia selalu memberikan pengawasan serta bimbingan yang secukupnya kepada mereka sehingga hasil akhirnya tidak saja akurat dan benar tetapi juga cocok dengan maksud-tujuan Yehuwa. (Ams 30:5, 6) Bahwa ada upaya pribadi di pihak si penulis terlihat dari pernyataan di Pengkhotbah 12:9, 10, yang menyebutkan bahwa ia memikirkan secara mendalam, menyelidiki, dan menyusun hasilnya agar dapat dengan baik menyajikan ’kata-kata yang menyenangkan dan menuliskan kata-kata kebenaran yang tepat’.—Bdk. Luk 1:1-4.
Hal ini tentu menjelaskan alasan adanya berbagai gaya penulisan serta ungkapan-ungkapan yang tampaknya mencerminkan latar belakang setiap penulis. Kecakapan alami para penulis mungkin menjadi faktor Allah memilih mereka untuk tugas khusus mereka; mungkin Ia juga telah mempersiapkan mereka sebelumnya untuk tujuan khusus itu.
Sebagai bukti bahwa para penulis mengekspresikan diri dengan ciri khas mereka, Matius, yang pernah menjadi pemungut pajak, sering kali sangat spesifik sewaktu menyebutkan angka dan harga. (Mat 17:27; 26:15; 27:3) Di pihak lain, Lukas, ’tabib yang dikasihi’ (Kol 4:14), menggunakan istilah-istilah khas yang mencerminkan latar belakang medisnya.—Luk 4:38; 5:12; 16:20.
Bahkan ketika si penulis mengatakan bahwa ia menerima ”firman Yehuwa” atau ”maklumat” tertentu, firman itu bisa jadi tidak disampaikan kata demi kata, tetapi diberikan dalam bentuk gambaran mental tentang maksud-tujuan Allah, yang kemudian diekspresikan oleh si penulis dengan kata-kata. Hal ini mungkin dapat terlihat dari fakta bahwa si penulis kadang-kadang menyatakan bahwa ia ’melihat’ (bukan ’mendengar’) ”maklumat” atau ”firman Yehuwa”.—Yes 13:1; Mi 1:1; Hab 1:1; 2:1, 2.
Oleh karena itu, pria-pria yang digunakan untuk menulis Alkitab bekerja sama dengan roh kudus Yehuwa. Mereka rela dan tunduk kepada bimbingan Allah (Yes 50:4, 5), ingin sekali mengetahui kehendak serta pengarahan Allah. (Yes 26:9) Dalam banyak kasus, mereka telah memiliki tujuan khusus (Luk 1:1-4) atau menanggapi kebutuhan yang nyata (1Kor 1:10, 11; 5:1; 7:1), dan Allah membimbing mereka sehingga apa yang mereka tulis selaras dengan serta memenuhi maksud-tujuan-Nya. (Ams 16:9) Sebagai pria-pria rohani, hati dan pikiran mereka telah disesuaikan dengan kehendak Allah; mereka ”memiliki pikiran Kristus” sehingga tidak menuliskan hikmat manusia semata ataupun ’penglihatan dari hati mereka sendiri’, seperti yang dilakukan para nabi palsu.—1Kor 2:13-16; Yer 23:16; Yeh 13:2, 3, 17.
Jelaslah bahwa roh kudus memang melakukan ”berbagai kegiatan” atas para penulis Alkitab ini. (1Kor 12:6) Sebagian besar informasi bisa diperoleh melalui upaya manusia, yang adakalanya sudah ada dalam bentuk tertulis, misalnya silsilah dan catatan sejarah tertentu. (Luk 1:3; 3:23-38; Bil 21:14, 15; 1Raj 14:19, 29; 2Raj 15:31; 24:5; lihat BUKU.) Dalam hal ini, roh Allah akan bekerja untuk mencegah menyusupnya ketidakakuratan atau kesalahan ke dalam Catatan Ilahi dan juga untuk membimbing pemilihan bahan yang akan dimasukkan. Jelaslah, tidak setiap hal yang dinyatakan oleh orang lain dan kemudian dimasukkan ke dalam Alkitab diilhamkan Allah, tetapi pemilihan bahan yang akan menjadi bagian Alkitab dan pencatatannya yang akurat itulah yang dibimbing roh kudus. (Lihat Kej 3:4, 5; Ayb 42:3; Mat 16:21-23.) Dengan cara inilah Allah telah melestarikan suatu catatan dalam Firman-Nya yang terilham yang memperlihatkan apa hasilnya apabila orang mendengarkan Dia serta berbuat selaras dengan maksud-tujuan-Nya, dan juga apa akibatnya apabila mereka berpikir, berbicara, dan bertindak dengan cara yang tidak menunjukkan hormat kepada Allah atau mengabaikan jalan-jalan-Nya yang adil-benar. Di pihak lain, informasi mengenai sejarah bumi sebelum adanya manusia (Kej 1:1-26), peristiwa serta kegiatan di surga (Ayb 1:6-12 dan ayat-ayat lain), dan nubuat-nubuat, serta penyingkapan maksud-tujuan Allah dan doktrin-doktrin, tidak dapat diperoleh melalui upaya manusia dan harus disampaikan secara adikodrati oleh roh Allah. Sehubungan dengan kata-kata hikmat dan nasihat, meskipun si penulis mungkin telah belajar banyak dari pengalaman hidupnya sendiri dan lebih banyak lagi dari hasil pelajaran dan penerapan bagian-bagian Tulisan Kudus yang telah dicatat, bekerjanya roh Allah tetap dibutuhkan untuk memastikan bahwa informasinya memenuhi syarat untuk menjadi bagian dari Firman Allah yang ”hidup dan mengerahkan kuasa . . . dan dapat menilai pikiran dan niat hati”.—Ibr 4:12.
Hal ini dapat terlihat dari pernyataan rasul Paulus dalam suratnya yang pertama kepada orang Korintus. Ketika memberikan nasihat tentang perkawinan dan kelajangan, ia mengatakan, ”Akan tetapi, kepada orang lain aku, ya, aku, bukan Tuan, mengatakan . . . ” Selanjutnya, ”Sehubungan dengan para perawan aku tidak mendapat perintah dari Tuan, tetapi aku memberikan pendapatku.” Dan akhirnya, sehubungan dengan janda, ia menyatakan, ”Tetapi menurut pendapatku, ia akan lebih berbahagia jika ia tetap berada dalam keadaannya sekarang. Aku berpendapat bahwa aku juga memiliki roh Allah.” (1Kor 7:12, 25, 40) Jelaslah, pernyataan Paulus memaksudkan bahwa mengenai hal-hal tertentu ia tidak dapat mengutip ajaran yang pernah secara langsung diberikan oleh Tuan Yesus. Oleh karena itu, Paulus mengemukakan pendapat pribadinya sebagai rasul yang dipenuhi roh. Akan tetapi, nasihatnya ”dinapaskan oleh Allah” dan karena itu menjadi bagian Tulisan-Tulisan Suci, yang sama berwenangnya dengan bagian-bagian lain Alkitab.
Terdapat perbedaan jelas antara tulisan-tulisan terilham dalam Alkitab dan tulisan-tulisan lain yang, meskipun hingga taraf tertentu mencerminkan pengarahan dan bimbingan roh, tidak dapat dengan tepat dikelompokkan sebagai Tulisan-Tulisan Suci. Sebagaimana telah diperlihatkan, selain Kitab-Kitab Ibrani yang kanonis, ada tulisan-tulisan lain, misalnya catatan resmi sehubungan dengan raja-raja Yehuda dan Israel yang, dalam banyak kasus, bisa jadi disusun oleh pria-pria yang berbakti kepada Allah. Tulisan-tulisan itu bahkan digunakan sebagai bahan riset oleh para penulis yang diilhami untuk menuliskan sebagian Tulisan-Tulisan Suci. Demikian pula halnya pada zaman para rasul. Selain surat-surat yang dimasukkan ke dalam kanon Alkitab, tidak diragukan ada banyak surat lain yang ditulis oleh para rasul dan tua-tua kepada berbagai sidang seraya tahun-tahun berlalu. Meskipun para penulisnya adalah pria-pria yang dibimbing oleh roh, Allah tidak memeteraikan tulisan-tulisan tambahan itu dengan jaminan yang mencirikannya sebagai bagian dari Firman Allah yang bebas kesalahan. Tulisan-tulisan Ibrani yang tidak kanonis mungkin mengandung beberapa kesalahan, dan bahkan tulisan para rasul yang tidak kanonis bisa jadi mencerminkan suatu tingkat pemahaman yang tidak lengkap yang masih ada selama tahun-tahun awal sidang Kristen. (Bdk. Kis 15:1-32; Gal 2:11-14; Ef 4:11-16.) Akan tetapi, sama seperti Allah melalui roh atau tenaga aktif-Nya mengaruniai beberapa orang Kristen ”daya pengamatan akan ucapan-ucapan terilham”, Ia juga dapat membimbing badan pimpinan sidang Kristen untuk mengenali tulisan-tulisan terilham mana yang harus dimasukkan ke dalam kanon Tulisan-Tulisan Suci.—1Kor 12:10; lihat KANON.
Pengakuan bahwa Tulisan-Tulisan Kudus Terilham. Buktinya jelas bahwa semua Tulisan Suci, seraya dengan progresif ditambahkan ke dalam kanon Alkitab, secara konsisten diakui terilham oleh hamba-hamba Allah, termasuk Yesus dan para rasulnya. Yang dimaksud dengan ”ilham” bukanlah sekadar peningkatan kecerdasan dan emosi ke taraf pencapaian atau kepekaan yang lebih tinggi (sebagaimana sering kali dikatakan mengenai para seniman atau penyair sekuler), melainkan dihasilkannya tulisan-tulisan yang bebas kesalahan dan yang sama berwenangnya seperti jika ditulis oleh Allah sendiri. Karena alasan ini, para nabi yang ikut menulis Kitab-Kitab Ibrani tanpa henti menyebutkan bahwa pesan-pesan mereka berasal dari Allah, dengan pernyataan, ”Inilah firman Yehuwa,” lebih dari 300 kali. (Yes 37:33; Yer 2:2; Nah 1:12) Yesus dan para rasulnya dengan yakin mengutip Kitab-Kitab Ibrani sebagai firman Allah sendiri yang diucapkan melalui para penulis yang telah ditetapkan, dan karena itu pasti digenapi dan menjadi wewenang penentu dalam setiap perbantahan. (Mat 4:4-10; 19:3-6; Luk 24:44-48; Yoh 13:18; Kis 13:33-35; 1Kor 15:3, 4; 1Ptr 1:16; 2:6-9) Kitab-Kitab Ibrani berisi ”pernyataan-pernyataan suci Allah”. (Rm 3:1, 2; Ibr 5:12) Setelah menjelaskan di Ibrani 1:1 bahwa Allah berbicara kepada Israel melalui para nabi, Paulus selanjutnya mengutip dari berbagai bagian Kitab-Kitab Ibrani, dan menyajikan ayat-ayatnya sebagai perkataan yang seolah-olah diucapkan oleh Allah Yehuwa sendiri. (Ibr 1:5-13) Bandingkan rujukan-rujukan serupa tentang roh kudus di Kisah 1:16; 28:25; Ibrani 3:7; 10:15-17.
Yesus memperlihatkan keyakinan penuh bahwa Tulisan-Tulisan Suci bebas kesalahan dengan mengatakan, ”Tulisan-Tulisan Kudus tidak dapat dibatalkan,” (Yoh 10:34, 35) dan juga ”Langit dan bumi akan lebih dahulu lenyap daripada satu huruf yang paling kecil atau satu partikel sebuah huruf lenyap dengan cara apa pun dari Hukum dan tidak semua perkara terjadi.” (Mat 5:18) Ia memberi tahu orang Saduki bahwa mereka mempunyai pandangan yang salah tentang kebangkitan karena ”tidak tahu Tulisan-Tulisan Kudus maupun kuasa Allah”. (Mat 22:29-32; Mrk 12:24) Ia rela ditangkap dan dibunuh karena tahu bahwa hal itu menggenapi Firman Allah yang tertulis, Tulisan-Tulisan Suci.—Mat 26:54; Mrk 14:27, 49.
Pernyataan-pernyataan tersebut tentu saja berlaku atas Kitab-Kitab Ibrani pra-Kristen. Dan Kitab-Kitab Yunani Kristen pun jelas dinyatakan dan diakui terilham (1Kor 14:37; Gal 1:8, 11, 12; 1Tes 2:13), sebab rasul Petrus menyebutkan surat-surat Paulus bersama bagian-bagian lain dari Tulisan-Tulisan Kudus. (2Ptr 3:15, 16) Jadi, Tulisan-Tulisan Kudus secara keseluruhan membentuk Firman Allah tertulis yang terpadu dan harmonis.—Ef 6:17.
Wewenang Salinan dan Terjemahan. Oleh karena itu, Firman Allah yang tertulis dapat dikatakan sama sekali bebas kesalahan. Hal itu berlaku untuk tulisan-tulisan asli, yang sudah tidak ada lagi dewasa ini. Salinan tulisan-tulisan asli itu dan terjemahannya ke dalam banyak bahasa tidak dapat dikatakan akurat secara mutlak. Akan tetapi, terdapat bukti kuat dan alasan yang masuk akal untuk percaya bahwa manuskrip Tulisan-Tulisan Suci yang masih ada memang memuat salinan Firman Allah yang tertulis dalam bentuknya yang nyaris sama. Hal-hal yang dipertanyakan hampir tidak mempengaruhi makna pesan yang disampaikan. Maksud-tujuan Allah sendiri dalam menyiapkan Tulisan-Tulisan Suci dan pernyataan terilham bahwa ”perkataan Yehuwa tetap untuk selama-lamanya” memberikan jaminan bahwa Allah Yehuwa telah menjaga agar isi Alkitab tidak berubah seraya abad-abad berlalu.—1Ptr 1:25.
Mengapa ada perbedaan pilihan kata ketika Kitab-Kitab Yunani Kristen mengutip dari Kitab-Kitab Ibrani?
Dalam sejumlah kasus, para penulis Kitab-Kitab Yunani Kristen tampaknya menggunakan terjemahan Septuaginta Yunani sewaktu mengutip dari Kitab-Kitab Ibrani. Adakalanya kata-kata yang diterjemahkan dalam Septuaginta, seperti yang mereka kutip, agak berbeda dengan teks Kitab-Kitab Ibrani yang sekarang dikenal (kebanyakan terjemahan modern didasarkan atas teks Masoret Ibrani yang berasal dari sekitar abad kesepuluh M). Misalnya, kutipan Paulus dari Mazmur 40:6 berisi ungkapan ”tetapi engkau menyiapkan suatu tubuh untukku”, suatu ungkapan yang terdapat dalam Septuaginta. (Ibr 10:5, 6) Sebagai ganti ungkapan itu, manuskrip Ibrani yang masih ada, yang memuat Mazmur 40:6, menyebutkan ”telingaku ini telah engkau buka”. Tidak dapat dinyatakan dengan pasti apakah teks Ibrani aslinya memuat frasa yang terdapat dalam Septuaginta. Bagaimanapun keadaannya, Paulus mengutipnya di bawah bimbingan roh Allah sehingga kata-kata tersebut memiliki otorisasi ilahi. Hal ini tidak berarti bahwa seluruh terjemahan Septuaginta harus dianggap terilham; tetapi bagian-bagian yang dikutip oleh para penulis Kristen yang terilham memang menjadi bagian integral Firman Allah.
Beberapa kutipan yang dibuat Paulus dan penulis-penulis lainnya berbeda dari teks Ibrani maupun teks Yunani yang terdapat dalam manuskrip-manuskrip yang masih ada. Akan tetapi, perbedaannya hanya sepele, dan setelah diperiksa ternyata penyebabnya adalah penyaduran, peringkasan, penggunaan istilah-istilah yang bersinonim, atau penambahan kata atau frasa penjelas. Misalnya, di Kejadian 2:7 dikatakan bahwa ”manusia itu menjadi jiwa yang hidup”, sedangkan Paulus, sewaktu mengutip bagian ini, mengatakan, ”Bahkan ada tertulis begini, ’Manusia pertama, Adam, menjadi jiwa yang hidup.’” (1Kor 15:45) Dengan menambahkan kata ”pertama” dan ”Adam”, ia menandaskan kontras antara Adam dan Kristus. Penyisipan ini sepenuhnya selaras dengan fakta-fakta yang dicatat dalam Alkitab dan sama sekali tidak memutarbalikkan makna atau isi ayat yang dikutip. Orang-orang yang menerima surat Paulus mempunyai salinan (atau terjemahan) Kitab-Kitab Ibrani yang lebih tua daripada yang kita miliki sekarang dan dapat memeriksa kutipannya, serupa dengan yang dilakukan orang Berea. (Kis 17:10, 11) Fakta bahwa sidang Kristen abad pertama memasukkan tulisan-tulisan ini ke dalam kanon Tulisan-Tulisan Suci membuktikan bahwa mereka mengakui kutipan-kutipan itu sebagai bagian dari Firman Allah yang terilham.—Bdk. juga Za 13:7 dengan Mat 26:31.
”Pernyataan-Pernyataan Terilham”—yang Benar dan Salah. Kata Yunani pneuʹma (roh) digunakan secara khusus dalam beberapa tulisan para rasul. Di 2 Tesalonika 2:2, contohnya, rasul Paulus mendesak saudara-saudaranya di Tesalonika agar tidak menjadi bingung atau membiarkan pikiran mereka terguncangkan ”karena pernyataan terilham [harfiah, ”roh”] atau pesan lisan atau surat yang seolah-olah berasal dari kami, yang menyatakan bahwa hari Yehuwa sudah tiba”. Jelaslah bahwa Paulus menggunakan kata pneuʹma (roh) sehubungan dengan sarana komunikasi, seperti ”pesan lisan” atau ”surat”. Oleh karena itu, Commentary on the Holy Scriptures karya Lange (hlm. 126) mengatakan tentang ayat itu, ”Yang sang Rasul maksudkan adalah suatu saran rohani, ramalan yang pura-pura, ucapan seorang nabi.” (Diterjemahkan dan diedit oleh P. Schaff, 1976) Word Studies in the New Testament karya Vincent menyatakan, ”Dengan roh. Dengan kata-kata nubuat yang diucapkan orang-orang di perhimpunan Kristen, yang mengaku memiliki wewenang untuk memberikan penyingkapan ilahi.” (1957, Jil. IV, hlm. 63) Jadi, kendati beberapa terjemahan sekadar mengalihbahasakan pneuʹma dalam ayat itu dan juga dalam kasus-kasus yang serupa menjadi ”roh”, terjemahan-terjemahan lain menyebutkan ”pesan dari Roh” (AT), ”ramalan” (JB), ”ilham roh” (TB), ”pernyataan terilham” (NW).
Kata-kata Paulus menjelaskan bahwa ada ”pernyataan-pernyataan terilham” yang benar dan yang salah. Ia berbicara tentang keduanya di 1 Timotius 4:1 sewaktu mengatakan bahwa ”ucapan yang terilham [dari roh kudus Yehuwa] mengatakan dengan pasti bahwa pada masa-masa yang akan datang akan ada orang-orang yang jatuh dari iman, memberikan perhatian kepada ucapan-ucapan terilham yang menyesatkan dan ajaran hantu-hantu”. Ayat ini mengidentifikasi sumber ’ucapan-ucapan terilham’ yang salah, yaitu hantu-hantu. Hal ini didukung oleh penglihatan yang diberikan kepada rasul Yohanes tentang ”tiga pernyataan terilham yang najis”, yang rupanya seperti katak dan keluar dari mulut naga, mulut binatang buas, dan mulut nabi palsu. Ia secara spesifik mengatakan bahwa pernyataan-pernyataan itu ”diilhami oleh hantu-hantu” dan berfungsi untuk mengumpulkan raja-raja di bumi menuju perang di Har–Magedon.—Pny 16:13-16.
Kalau begitu, sungguh beralasan apabila Yohanes mendesak orang Kristen untuk ’menguji pernyataan-pernyataan terilham itu untuk melihat apakah itu berasal dari Allah’. (1Yoh 4:1-3; bdk. Pny 22:6.) Selanjutnya ia memperlihatkan bahwa pernyataan terilham yang benar dari Allah disalurkan melalui sidang Kristen yang sejati, bukan melalui sumber-sumber duniawi non-Kristen. Tentu saja, pernyataan Yohanes diilhamkan oleh Allah Yehuwa, tetapi sekalipun tidak demikian, surat Yohanes telah memberikan dasar yang kuat untuk membuat pernyataan yang terus terang ini, ”Ia yang memperoleh pengetahuan tentang Allah mendengarkan kita; ia yang tidak berasal dari Allah tidak mendengarkan kita. Beginilah caranya kita mengenali pernyataan terilham yang benar dan pernyataan terilham yang salah.” (1Yoh 4:6) Yohanes sama sekali tidak bermaksud untuk dogmatis, tetapi ia memperlihatkan bahwa ia dan orang Kristen sejati lainnya mempertunjukkan buah-buah roh Allah, terutama kasih, dan membuktikan dengan tingkah laku yang baik dan kata-kata yang benar bahwa mereka memang ”berjalan dalam terang” dalam persatuan dengan Allah.—1Yoh 1:5-7; 2:3-6, 9-11, 15-17, 29; 3:1, 2, 6, 9-18, 23, 24; kontraskan dengan Tit 1:16.