Pasal Sepuluh
Janji tentang Pangeran Perdamaian
1. Apa yang telah dialami umat manusia sejak zaman Kain?
SEKITAR enam ribu tahun yang lalu, lahirlah bayi manusia yang pertama. Namanya Kain, dan kelahirannya sangat istimewa. Orang-tuanya, para malaikat, bahkan sang Pencipta belum pernah melihat bayi manusia sebelumnya. Bayi yang baru lahir ini sebenarnya bisa membawa harapan bagi ras manusia yang terkutuk. Namun, sungguh mengecewakan, ketika sudah dewasa, ia menjadi seorang pembunuh! (1 Yohanes 3:12) Sejak saat itu, umat manusia telah menyaksikan banyak pembunuhan lain. Manusia, yang cenderung berbuat jahat, tidak berdamai satu dengan yang lain, maupun dengan Allah.—Kejadian 6:5; Yesaya 48:22.
2, 3. Prospek-prospek apa yang terbuka karena Yesus Kristus, dan apa yang harus kita lakukan untuk menerima berkat-berkat itu?
2 Kira-kira empat milenium setelah kelahiran Kain, seorang bayi lain lahir. Namanya Yesus, dan kelahirannya juga sangat istimewa. Melalui roh kudus, ia dilahirkan oleh seorang perawan —satu-satunya kelahiran semacam itu dalam sejarah. Pada waktu ia lahir, sejumlah besar malaikat yang bersukacita menyanyikan puji-pujian kepada Allah, demikian, ”Kemuliaan bagi Allah di tempat tertinggi di atas, dan damai di bumi di antara orang-orang yang mendapat perkenan.” (Lukas 2:13, 14) Yesus bukanlah seorang pembunuh, sebaliknya ia membuka jalan agar manusia dapat berdamai dengan Allah dan memperoleh kehidupan abadi.—Yohanes 3:16; 1 Korintus 15:55.
3 Yesaya menubuatkan bahwa Yesus akan disebut ”Pangeran Perdamaian”. (Yesaya 9:6) Ia akan menyerahkan kehidupannya sendiri demi umat manusia, dengan demikian dosa dapat diampuni. (Yesaya 53:11) Dewasa ini, perdamaian dengan Allah dan pengampunan dosa dapat diperoleh atas dasar iman kepada Yesus Kristus. Namun berkat seperti itu tidak datang secara otomatis. (Kolose 1:21-23) Mereka yang menginginkannya harus belajar menaati Allah Yehuwa. (1 Petrus 3:11; bandingkan Ibrani 5:8, 9.) Pada zaman Yesaya, Israel dan Yehuda justru melakukan hal yang sebaliknya.
Berpaling kepada Hantu-Hantu
4, 5. Bagaimana keadaan pada zaman Yesaya, dan kepada siapa orang-orang berpaling?
4 Karena ketidaktaatan mereka, orang-orang yang sezaman dengan Yesaya berada dalam keadaan moral yang mengenaskan, seolah-olah dalam jurang kegelapan rohani. Bahkan di kerajaan Yehuda di selatan, tempat bait Allah berada, tidak ada damai. Sebagai akibat ketidaksetiaan mereka, bangsa Yehuda terancam serangan orang Asiria, dan masa yang sulit pun menanti. Kepada siapa mereka berpaling untuk meminta pertolongan? Sungguh menyedihkan, banyak yang berpaling kepada Setan, bukan kepada Yehuwa. Mereka memang tidak memohon langsung kepada Setan. Tetapi, seperti Raja Saul pada zaman dahulu, mereka melibatkan diri dalam spiritisme, mencari jalan keluar bagi problem-problem mereka dengan berupaya berkomunikasi dengan orang-orang mati.—1 Samuel 28:1-20.
5 Bahkan ada yang menganjurkan praktek ini. Yesaya merujuk kepada kemurtadan tersebut sewaktu ia berkata, ”Jika mereka mengatakan kepada kamu sekalian, ’Bertanyalah kepada para cenayang atau kepada orang-orang yang mempunyai roh peramal yang menciap-ciap dan mengeluarkan ucapan dengan nada rendah’, bukankah kepada Allahnya suatu bangsa harus bertanya? Haruskah orang bertanya kepada orang mati demi kepentingan orang yang hidup?” (Yesaya 8:19) Cenayang dapat mengelabui orang, ”menciap-ciap dan mengeluarkan ucapan dengan nada rendah”. Efek suara seperti itu, yang katanya berasal dari roh-roh orang mati, dapat dihasilkan dari teknik suara perut (ventriloquism) oleh seorang medium yang hidup. Namun kadang-kadang, hantu-hantu dapat terlibat langsung dan berpura-pura menjadi orang yang sebenarnya sudah mati, sebagaimana yang tampaknya terjadi ketika Saul meminta keterangan dari tukang sihir di Endor.—1 Samuel 28:8-19.
6. Mengapa orang Israel yang mengandalkan spiritisme memang patut dipersalahkan?
6 Semua ini berlangsung di Yehuda sekalipun Yehuwa telah melarang praktek spiritisme. Di bawah Hukum Musa, hal ini merupakan pelanggaran yang dapat dikenai hukuman mati. (Imamat 19:31; 20:6, 27; Ulangan 18:9-12) Mengapa bangsa yang merupakan milik istimewa Yehuwa melakukan pelanggaran separah itu? Karena mereka membelakangi Hukum serta nasihat Yehuwa dan mereka telah ”dikeraskan oleh tipu daya dosa”. (Ibrani 3:13) ”Hati mereka sudah tidak berperasaan seperti lemak”, dan mereka telah terasing dari Allah mereka.—Mazmur 119:70.a
7. Bagaimana banyak orang dewasa ini meniru orang Israel pada zaman Yesaya, dan apa yang akan menimpa orang-orang ini jika mereka tidak bertobat?
7 Mungkin mereka bernalar, ’Apa gunanya Hukum Yehuwa sewaktu kita sedang terancam serangan orang Asiria?’ Mereka menginginkan jalan keluar yang cepat dan mudah dari keadaan mereka yang genting dan tidak bersedia menunggu Yehuwa melaksanakan kehendak-Nya. Pada zaman kita juga, banyak orang mengabaikan hukum Yehuwa dan mengunjungi cenayang, mencari keterangan dari horoskop, dan mengandalkan bentuk-bentuk lain dari ilmu gaib untuk mengatasi problem mereka. Tetapi, alangkah bodohnya jika orang hidup mencari jalan keluar dari orang mati, baik dewasa ini ataupun pada masa lampau. Orang-orang yang terus mempraktekkan hal-hal seperti itu dan tidak bertobat akan mengalami nasib yang sama dengan para ”pembunuh, orang yang melakukan percabulan, . . . penyembah berhala, dan semua pendusta”. Mereka tidak mempunyai prospek kehidupan di kemudian hari.—Penyingkapan 21:8.
’Hukum dan Pengesahan’ Allah
8. Kepada ”hukum” dan ”pengesahan” apa kita hendaknya berpaling untuk mendapatkan bimbingan dewasa ini?
8 Tidaklah sulit bagi orang Yehuda untuk mengetahui hukum Yehuwa yang melarang spiritisme serta perintah-perintah-Nya yang lain. Hukum itu dilestarikan dalam bentuk tulisan. Dewasa ini, Firman-Nya sudah tersedia lengkap secara tertulis. Itu adalah Alkitab, yang bukan hanya terdiri dari kumpulan hukum dan peraturan ilahi, tetapi juga suatu catatan tentang cara Allah berurusan dengan umat-Nya. Catatan Alkitab tentang urusan-urusan Yehuwa ini menjadi suatu pengesahan, atau bukti, yang mengajar kita tentang kepribadian Yehuwa dan sifat-sifat-Nya. Sebaliknya dari meminta nasihat kepada orang mati, ke mana seharusnya orang Israel berpaling untuk mencari bimbingan? Yesaya menjawab, ”Kepada hukum dan kepada pengesahan!” (Yesaya 8:20a) Ya, mereka yang mencari penerangan sejati harus berpaling kepada Firman Allah yang tertulis.
9. Apakah ada gunanya jika para pedosa yang tidak bertobat sekali-sekali mencuplik Alkitab?
9 Orang-orang Israel yang mencoba-coba spiritisme mungkin mengaku merespek Firman Allah yang tertulis. Tetapi, itu pengakuan yang semu dan munafik. Yesaya mengatakan, ”Pasti mereka akan terus mengatakan apa yang sesuai dengan pernyataan ini yang tidak mempunyai cahaya fajar.” (Yesaya 8:20b) Pernyataan apa yang Yesaya maksudkan di sini? Mungkin pernyataan, ”Kepada hukum dan kepada pengesahan!” Mungkin saja orang Israel yang murtad mengacu kepada Firman Allah, sebagaimana orang murtad dewasa ini mungkin mencuplik Alkitab. Tetapi, ini kata-kata belaka. Dengan mencuplik Alkitab, seseorang tidak akan dibimbing kepada ”cahaya fajar”, atau penerangan dari Yehuwa, jika ia tidak melakukan kehendak Yehuwa dan menjauhi praktek-praktek yang tidak bersih.b
”Bala Kelaparan, Bukan akan Roti”
10. Bagaimana orang-orang Yehuda menderita karena menolak Yehuwa?
10 Ketidaktaatan kepada Yehuwa mengakibatkan kegelapan mental. (Efesus 4:17, 18) Secara rohani, bangsa Yehuda telah menjadi buta, tanpa pengertian. (1 Korintus 2:14) Yesaya menggambarkan keadaan mereka, ”Masing-masing akan berjalan melintasi negeri dengan sangat tertekan dan lapar.” (Yesaya 8:21a) Karena ketidaksetiaan bangsa itu—terutama selama pemerintahan Raja Ahaz—keberadaan Yehuda sebagai kerajaan independen terancam. Bangsa itu dikelilingi oleh banyak musuh. Tentara Asiria menyerang kota-kota Yehuda satu per satu. Musuh menelantarkan tanah yang produktif, sehingga makanan sulit didapat. Banyak orang ”sangat tertekan dan lapar”. Tetapi kelaparan jenis lain juga melanda negeri itu. Beberapa puluh tahun sebelumnya, Amos bernubuat, ”’Lihat! Akan datang masanya,’ demikian ucapan Tuan Yang Berdaulat Yehuwa, ’bahwa aku akan mengirimkan bala kelaparan ke negeri itu, bala kelaparan, bukan akan roti, dan rasa haus, bukan akan air, tetapi untuk mendengar firman Yehuwa.’” (Amos 8:11) Sekarang, kelaparan rohani seperti itulah yang sedang melanda Yehuda!
11. Apakah Yehuda akan belajar dari disiplin yang ia terima?
11 Apakah Yehuda akan belajar dari pengalamannya dan kembali kepada Yehuwa? Apakah rakyatnya akan berpaling dari spiritisme serta penyembahan berhala dan kembali ”kepada hukum dan kepada pengesahan”? Yehuwa meramalkan reaksi mereka, ”Pasti terjadi bahwa karena ia lapar dan telah membuat dirinya merasa marah, ia pasti akan menyumpahi rajanya dan Allahnya dan akan memandang ke atas.” (Yesaya 8:21b) Ya, banyak orang akan menyalahkan raja manusia mereka karena telah membawa mereka ke dalam situasi ini. Bahkan akan ada yang dengan bodoh mempersalahkan Yehuwa atas malapetaka yang menimpa mereka! (Bandingkan Yeremia 44:15-18.) Dewasa ini, banyak orang memberikan tanggapan dengan cara yang sama, yaitu mempersalahkan Allah atas tragedi yang disebabkan oleh kefasikan manusia.
12. (a) Apa yang dialami Yehuda karena berpaling dari Allah? (b) Apa sajakah pertanyaan penting yang diajukan?
12 Apakah penduduk Yehuda akan memperoleh damai dengan menyumpahi Allah? Tidak. Yesaya menubuatkan, ”Ke bumi ia akan melihat, dan, wai! penderitaan dan kegelapan, kekelaman, masa yang sukar dan kesuraman tanpa terang.” (Yesaya 8:22) Setelah melayangkan pandangan mereka ke langit untuk menyalahkan Allah, mereka kembali melihat ke bumi, kepada keadaan mereka yang tanpa harapan. Malapetaka datang karena mereka berpaling dari Allah. (Amsal 19:3) Namun bagaimana dengan janji-janji yang Allah adakan dengan Abraham, Ishak, dan Yakub? (Kejadian 22:15-18; 28:14, 15) Apakah Yehuwa akan ingkar janji? Apakah orang Asiria atau kekuatan militer lainnya akan mengakhiri dinasti yang dijanjikan kepada Yehuda dan Daud? (Kejadian 49:8-10; 2 Samuel 7:11-16) Apakah orang Israel akan selamanya terhukum dalam kegelapan?
Negeri yang ’Diperlakukan dengan Hina’
13. Apa yang dimaksud dengan ”Galilea bangsa-bangsa”, dan bagaimana wilayah ini ’diperlakukan dengan hina’?
13 Sekarang Yesaya menyinggung salah satu bencana terburuk yang menimpa keturunan Abraham, ”Kekelaman itu tidak akan sama seperti ketika negeri itu mengalami tekanan, sebagaimana dahulu ketika orang memperlakukan tanah Zebulon dan tanah Naftali dengan hina dan ketika setelah itu orang menyebabkan itu dihormati—jalan di tepi laut, di wilayah Sungai Yordan, Galilea bangsa-bangsa.” (Yesaya 9:1) Galilea adalah suatu daerah di kerajaan Israel di utara. Dalam nubuat Yesaya, daerahnya mencakup ”tanah Zebulon dan tanah Naftali” serta ”jalan di tepi laut”, yakni jalan pada zaman dahulu di tepi Laut Galilea dan menuju ke Laut Tengah. Pada zaman Yesaya, wilayah itu disebut ”Galilea bangsa-bangsa”, mungkin karena banyak di antara kota-kotanya ditinggali oleh orang-orang non-Israel.c Bagaimana dapat dikatakan bahwa negeri ini ’diperlakukan dengan hina’? Orang Asiria yang kafir menaklukkannya, membawa orang Israel ke pembuangan, dan memenuhi wilayah itu dengan orang kafir, yang bukan keturunan Abraham. Demikianlah kerajaan sepuluh suku di utara lenyap dari sejarah sebagai suatu bangsa!—2 Raja 17:5, 6, 18, 23, 24.
14. Dalam arti apa ”kekelaman” Yehuda tidak akan seburuk yang dialami kerajaan sepuluh suku?
14 Yehuda juga mendapat tekanan dari Asiria. Apakah ia akan tenggelam ke dalam ”kekelaman” untuk selamanya, seperti halnya kerajaan sepuluh suku yang diwakili Zebulon dan Naftali? Tidak. Pada suatu waktu ”setelah itu”, Yehuwa akan mendatangkan berkat ke atas wilayah kerajaan Yehuda di selatan dan bahkan ke atas negeri yang sebelumnya dikuasai oleh kerajaan utara. Dengan cara bagaimana?
15, 16. (a) Apa yang dimaksud dengan waktu ”setelah itu” ketika keadaan akan berubah bagi ”tanah Zebulon dan tanah Naftali”? (b) Bagaimana negeri yang diperlakukan dengan hina ini kemudian dihormati?
15 Rasul Matius menjawab pertanyaan ini dalam catatannya yang terilham mengenai pelayanan Yesus di bumi. Pada waktu menggambarkan masa awal dari pelayanan itu, Matius mengatakan, ”Setelah meninggalkan Nazaret, [Yesus] datang dan diam di Kapernaum di tepi laut di distrik Zebulon dan distrik Naftali, agar tergenap apa yang diucapkan melalui nabi Yesaya, yang bunyinya, ’Oh, tanah Zebulon dan tanah Naftali, di sepanjang jalan di tepi laut, di seberang Sungai Yordan, Galilea bangsa-bangsa! orang-orang yang duduk dalam kegelapan melihat terang yang besar, sedangkan mengenai mereka yang duduk di daerah bayangan kematian, terang terbit ke atas mereka.’”—Matius 4:13-16.
16 Ya, masa ”setelah itu” yang dinubuatkan Yesaya memaksudkan masa pelayanan Kristus di bumi. Sebagian besar dari kehidupan Yesus sewaktu di bumi dilewatkan di Galilea. Di distrik Galilea-lah ia memulai pelayanannya dan mulai mengumumkan, ”Kerajaan surga sudah dekat.” (Matius 4:17) Di Galilea, ia menyampaikan khotbahnya yang terkenal di atas gunung, memilih rasul-rasulnya, mengadakan mukjizatnya yang pertama, dan muncul di hadapan 500 pengikutnya setelah ia dibangkitkan. (Matius 5:1–7:27; 28:16-20; Markus 3:13, 14; Yohanes 2:8-11; 1 Korintus 15:6) Dengan demikian, Yesus menggenapi nubuat Yesaya dengan menghormati ”tanah Zebulon dan tanah Naftali”. Tentu saja Yesus tidak membatasi pelayanannya kepada orang-orang Galilea. Dengan memberitakan kabar baik ke seluruh negeri, Yesus menyebabkan seluruh bangsa Israel, termasuk Yehuda, ’dihormati’.
”Terang yang Besar”
17. Bagaimana ”terang yang besar” bersinar di Galilea?
17 Namun, apa maksudnya ”terang yang besar” di Galilea yang disebutkan oleh Matius? Ini pun kutipan dari nubuat Yesaya. Yesaya menulis, ”Orang-orang yang berjalan dalam kegelapan telah melihat terang yang besar. Mengenai mereka yang tinggal di negeri yang tertutup bayang-bayang yang kelam, terang telah bersinar ke atas mereka.” (Yesaya 9:2) Sampai abad yang pertama M, terang kebenaran tertutupi kepalsuan ajaran-ajaran kafir. Para pemimpin agama Yahudi telah memperbesar problem yang ada dengan berpegang pada tradisi agama yang membuat ”firman Allah tidak berlaku”. (Matius 15:6) Orang-orang yang rendah hati merasa tertekan dan bingung, karena mengikuti ”penuntun-penuntun buta”. (Matius 23:2-4, 16) Sewaktu Yesus sang Mesias muncul, mata orang-orang yang rendah hati terbuka secara menakjubkan. (Yohanes 1:9, 12) Pekerjaan Yesus sewaktu berada di bumi dan berkat-berkat yang dihasilkan oleh pengorbanannya dengan tepat digambarkan sebagai ”terang yang besar” dalam nubuat Yesaya.—Yohanes 8:12.
18, 19. Alasan apa dimiliki orang-orang yang menyambut terang itu untuk bersukacita?
18 Orang-orang yang menyambut terang itu memiliki banyak alasan untuk bersukacita. Selanjutnya Yesaya mengatakan, ”Engkau telah membuat bangsa itu banyak penduduknya; untuknya engkau telah membuat sukacita besar. Mereka bersukacita di hadapanmu seperti sukacita pada waktu panen, seperti mereka yang bergembira pada waktu membagi-bagi jarahan.” (Yesaya 9:3) Sebagai hasil dari kegiatan pengabaran Yesus dan para pengikutnya, terkumpullah orang-orang yang berhati jujur, yang memperlihatkan keinginan untuk beribadat kepada Yehuwa dengan roh dan kebenaran. (Yohanes 4:24) Dalam waktu kurang dari empat tahun, sejumlah besar orang memeluk Kekristenan. Tiga ribu orang dibaptis pada hari Pentakosta tahun 33 M. Tidak lama setelah itu, ”jumlah mereka menjadi kira-kira lima ribu pria”. (Kisah 2:41; 4:4) Seraya para murid dengan bergairah memantulkan terang itu, ”jumlah murid semakin berlipat ganda secara luar biasa di Yerusalem; dan sekumpulan besar imam mulai taat kepada iman itu”.—Kisah 6:7.
19 Seperti orang-orang yang bersukacita atas panenan yang limpah atau bergembira karena mendapat bagian jarahan yang berharga setelah kemenangan besar dalam peperangan, para pengikut Yesus pun bersukacita atas pertambahan ini. (Kisah 2:46, 47) Pada waktunya, Yehuwa membuat terang itu bersinar di antara bangsa-bangsa. (Kisah 14:27) Maka, orang-orang dari segala suku bangsa bersukacita karena jalan untuk mendekati Yehuwa telah terbuka bagi mereka.—Kisah 13:48.
”Seperti pada Hari Midian”
20. (a) Dengan cara apa sajakah orang Midian menjadi musuh orang Israel, dan bagaimana Yehuwa mengakhiri ancaman mereka? (b) Pada ”hari Midian” kelak, bagaimana Yesus akan mengakhiri ancaman musuh-musuh umat Allah?
20 Kegiatan sang Mesias membawa pengaruh yang permanen, sebagaimana kita lihat dari perkataan Yesaya berikutnya, ”Kuk tanggungan mereka dan tongkat di bahu mereka, tongkat orang yang menekan mereka untuk bekerja, telah kauhancurkan seperti pada hari Midian.” (Yesaya 9:4) Berabad-abad sebelum zaman Yesaya, orang Midian berkomplot dengan orang Moab untuk memikat Israel kepada dosa. (Bilangan 25:1-9, 14-18; 31:15, 16) Kemudian, orang Midian meneror orang Israel dengan menyergap dan menjarah desa-desa serta ladang-ladang mereka selama tujuh tahun. (Hakim 6:1-6) Namun kemudian, Yehuwa, melalui hamba-Nya, Gideon, mengacaubalaukan tentara Midian. Setelah ”hari Midian” itu, tidak ada bukti bahwa umat Yehuwa pernah menderita lagi di tangan orang Midian. (Hakim 6:7-16; 8:28) Dalam waktu dekat, Yesus Kristus, Gideon yang lebih besar, akan memberikan pukulan maut kepada musuh-musuh umat Yehuwa di zaman modern. (Penyingkapan 17:14; 19:11-21) Pada waktu itu, ”seperti pada hari Midian”, kemenangan yang tuntas akan diperoleh, bukan karena ketangguhan manusia, melainkan karena kuasa Yehuwa. (Hakim 7:2-22) Umat Allah tidak akan pernah lagi menderita di bawah kuk penindasan!
21. Apa yang dinyatakan nubuat Yesaya sehubungan dengan nasib peperangan?
21 Pertunjukan kuasa ilahi tidak berarti pengagungan peperangan. Yesus yang sudah dibangkitkan adalah Pangeran Perdamaian, dan dengan membinasakan musuh-musuhnya, ia akan mendatangkan perdamaian abadi. Sekarang Yesaya berbicara tentang perlengkapan tentara yang sama sekali dimusnahkan api, ”Setiap sepatu bot dari orang yang menjejakkan kaki dengan getaran dan mantel yang bergulingan dalam darah akan dibakar sebagai makanan api.” (Yesaya 9:5) Orang tidak akan lagi merasakan getaran akibat entakan sepatu bot tentara yang sedang berbaris. Seragam yang berlumuran darah dari para pejuang yang telah dikeraskan oleh pertempuran tidak akan terlihat lagi. Peperangan tidak akan ada lagi!—Mazmur 46:9.
”Penasihat yang Menakjubkan”
22. Apa nama majemuk yang bersifat nubuat yang diberikan kepada Yesus dalam buku Yesaya?
22 Pada waktu kelahirannya yang ajaib, pribadi yang lahir untuk menjadi Mesias dinamai Yesus, yang berarti ”Yehuwa Adalah Keselamatan”. Tetapi, ia mempunyai nama-nama lain yang bersifat nubuat dan yang menggambarkan peran utamanya serta kedudukannya yang ditinggikan. Salah satunya adalah Imanuel, artinya ”Beserta Kitalah Allah”. (Yesaya 7:14, catatan kaki NW Ref.) Yesaya sekarang menguraikan nama lain lagi yang bersifat nubuat, ”Seorang anak telah lahir bagi kita, seorang putra telah diberikan kepada kita; dan kekuasaan sebagai pangeran akan ada di atas bahunya. Ia akan dinamai Penasihat yang Menakjubkan, Allah yang Perkasa, Bapak yang Kekal, Pangeran Perdamaian.” (Yesaya 9:6) Perhatikan nama majemuk yang bersifat nubuat dan kaya makna ini.
23, 24. (a) Mengapa Yesus disebut sebagai ”Penasihat yang Menakjubkan”? (b) Bagaimana para penasihat Kristen dewasa ini dapat meniru teladan Yesus?
23 Penasihat adalah seseorang yang memberikan nasihat, atau petuah. Sewaktu berada di bumi, Yesus Kristus memberikan nasihat yang menakjubkan. Dalam Alkitab, kita membaca bahwa ”kumpulan orang itu terpukau oleh cara ia mengajar”. (Matius 7:28) Ia adalah Penasihat yang bijaksana dan berempati, yang sangat mengerti watak manusia. Nasihatnya tidak hanya dalam bentuk teguran yang keras atau kecaman. Lebih sering, itu disampaikan dalam bentuk pengajaran dan petunjuk yang pengasih. Nasihat Yesus menakjubkan karena selalu bijaksana, sempurna, dan tidak pernah salah. Jika diikuti, nasihatnya membimbing kepada kehidupan abadi.—Yohanes 6:68.
24 Nasihat Yesus bukanlah sekadar hasil pemikirannya yang cemerlang. Sebaliknya, ia mengatakan, ”Apa yang aku ajarkan bukanlah milikku, melainkan milik dia yang telah mengutus aku.” (Yohanes 7:16) Seperti pada kasus Salomo, Allah Yehuwa adalah Sumber hikmat Yesus. (1 Raja 3:7-14; Matius 12:42) Teladan Yesus hendaknya memotivasi para guru dan penasihat dalam sidang Kristen untuk selalu menggunakan Firman Allah sebagai dasar pengajaran mereka.—Amsal 21:30.
”Allah yang Perkasa” dan ”Bapak yang Kekal”
25. Dari nama ”Allah yang Perkasa”, apa yang dapat kita simpulkan mengenai Yesus yang sudah berada di surga?
25 Yesus juga disebut ”Allah yang Perkasa” dan ”Bapak yang Kekal”. Ini tidak berarti bahwa ia merebut wewenang dan kedudukan Yehuwa, yang adalah ”Allah, Bapak kita”. (2 Korintus 1:2) Ia ”tidak pernah mempertimbangkan untuk merebut kedudukan, yakni agar ia setara dengan Allah”. (Filipi 2:6) Ia disebut Allah yang Perkasa, bukan Allah yang Mahakuasa. Yesus tidak pernah menganggap dirinya Allah yang Mahakuasa, karena ia berbicara mengenai Bapaknya sebagai ”satu-satunya Allah yang benar”, yaitu satu-satunya Allah yang harus disembah. (Yohanes 17:3; Penyingkapan 4:11) Dalam Alkitab, kata ”allah” dapat berarti ”yang perkasa” atau ”yang kuat”. (Keluaran 12:12; Mazmur 8:5; 2 Korintus 4:4) Sebelum Yesus datang ke bumi, ia adalah ”suatu allah”, ”ada dalam wujud Allah”. Setelah kebangkitannya, ia kembali untuk memegang kedudukan yang bahkan lebih tinggi di surga. (Yohanes 1:1; Filipi 2:6-11) Selanjutnya, gelar ”allah” mengandung implikasi tambahan. Para hakim di Israel disebut ”allah-allah”, bahkan Yesus pernah menyebut mereka demikian. (Mazmur 82:6; Yohanes 10:35) Yesus adalah Hakim yang ditunjuk Yehuwa, ”ditentukan untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati”. (2 Timotius 4:1; Yohanes 5:30) Jelaslah, ia cocok disebut Allah yang Perkasa.
26. Mengapa Yesus dapat disebut sebagai ”Bapak yang Kekal”?
26 Gelar ”Bapak yang Kekal” menunjukkan kuasa dan wewenang sang Raja Mesias untuk memberi manusia prospek kehidupan abadi di bumi. (Yohanes 11:25, 26) Warisan dari orang-tua kita yang pertama, Adam, adalah kematian. Yesus, Adam yang terakhir, ”menjadi roh yang memberikan kehidupan”. (1 Korintus 15:22, 45; Roma 5:12, 18) Sebagaimana Yesus, Bapak yang Kekal, akan hidup selamanya, demikian juga umat manusia yang taat akan menikmati untuk selamanya manfaat-manfaat dari kedudukannya sebagai bapak.—Roma 6:9.
”Pangeran Perdamaian”
27, 28. Apa manfaat luar biasa yang dinikmati rakyat ”Pangeran Perdamaian” sekarang dan di masa yang akan datang?
27 Selain kehidupan abadi, manusia juga membutuhkan perdamaian, baik dengan Allah maupun dengan sesamanya. Bahkan dewasa ini, mereka yang tunduk kepada peraturan ”Pangeran Perdamaian” telah ”menempa pedang-pedang mereka menjadi mata bajak dan tombak-tombak mereka menjadi pisau pemangkas”. (Yesaya 2:2-4) Mereka tidak menyimpan kebencian karena perbedaan politik, teritorial, rasial, atau ekonomi. Mereka bersatu dalam ibadat kepada satu-satunya Allah yang benar, Yehuwa, dan mereka berupaya memelihara hubungan damai dengan orang lain, baik yang di dalam maupun di luar sidang Kristen.—Galatia 6:10; Efesus 4:2, 3; 2 Timotius 2:24.
28 Pada waktu yang ditentukan Allah, Kristus akan mewujudkan perdamaian global di atas bumi, mengokohkannya secara permanen. (Kisah 1:7) ”Kekuasaannya yang sangat besar sebagai pangeran, dan perdamaian tidak akan ada akhirnya, atas takhta Daud dan atas kerajaannya agar itu ditetapkan dengan kokoh dan ditunjang dengan keadilan dan dengan keadilbenaran, dari sekarang sampai waktu yang tidak tertentu.” (Yesaya 9:7a) Dalam menjalankan wewenangnya sebagai Pangeran Perdamaian, Yesus tidak akan menggunakan cara-cara yang lalim. Kebebasan memilih tidak akan dirampas dari rakyatnya; dan mereka tidak akan ditaklukkan secara paksa. Sebaliknya, ia akan melaksanakan segalanya ”dengan keadilan dan dengan keadilbenaran”. Suatu perubahan yang sungguh menyegarkan!
29. Apa yang hendaknya kita lakukan jika kita ingin menikmati berkat perdamaian abadi?
29 Mengingat hal-hal menakjubkan yang terkait dalam nama Yesus yang bersifat nubuat, kata-kata penutup Yesaya untuk bagian nubuat ini sungguh menggetarkan. Ia menulis, ”Gairah Yehuwa yang berbala tentara akan melakukan hal ini.” (Yesaya 9:7b) Ya, Yehuwa bertindak dengan bergairah. Tidak ada yang Dia kerjakan dengan setengah hati. Kita bisa yakin bahwa apa pun yang Dia janjikan akan Dia penuhi seluruhnya. Maka, jika ada yang mendambakan perdamaian yang abadi, hendaknya ia melayani Yehuwa dengan segenap hati. Seperti Allah Yehuwa dan Yesus, sang Pangeran Perdamaian, semoga semua hamba Allah ”bergairah untuk pekerjaan yang baik”.—Titus 2:14.
[Catatan Kaki]
a Banyak orang berpendapat bahwa Mazmur 119 ditulis oleh Hizkia sebelum ia menjadi raja. Jika benar demikian, mungkin Mazmur ini ditulis pada masa Yesaya bernubuat.
b Frase ”pernyataan ini” di Yesaya 8:20 mungkin memaksudkan pernyataan mengenai spiritisme, yang dikutip di Yesaya 8:19. Jika memang demikian, maksud kata-kata Yesaya adalah orang-orang yang menganjurkan spiritisme di Yehuda akan terus mendorong orang-orang lain untuk memohon kepada para cenayang sehingga mereka tidak akan menerima penerangan dari Yehuwa.
c Ada yang berpendapat bahwa ke-20 kota di Galilea yang diserahkan Raja Salomo kepada Hiram, raja Tirus, mungkin didiami oleh orang-orang non-Israel.—1 Raja 9:10-13.
[Peta/Gambar di hlm. 122]
(Untuk keterangan lengkap, lihat publikasinya)
Khorazin
Betsaida
Kapernaum
Dataran Genesaret
Laut Galilea
Magadan
Tiberias
Sungai Yordan
GADARA
Gadara
[Gambar di hlm. 119]
Kelahiran Kain dan Yesus sama-sama istimewa. Hanya kelahiran Yesus-lah yang akhirnya menghasilkan kebahagiaan
[Gambar di hlm. 121]
Akan ada bala kelaparan yang jauh lebih buruk daripada kelaparan akan roti dan haus akan air
[Gambar di hlm. 127]
Yesus adalah terang di negeri itu