Pasal Sebelas
”Janganlah Percaya kepada para Bangsawan”
1, 2. (a) Nasihat terilham apa yang tidak diindahkan orang-orang Yahudi, dan apa akibatnya? (b) Mengapa Yehuwa bertanya, ”Di manakah surat cerai?”
”JANGANLAH percaya kepada para bangsawan, ataupun kepada putra manusia, yang padanya tidak ada keselamatan. . . . Berbahagialah orang yang mempunyai Allah Yakub sebagai penolongnya, yang harapannya pada Yehuwa, Allahnya, Pembuat langit dan bumi.” (Mazmur 146:3-6) Seandainya saja orang-orang Yahudi yang hidup pada zaman Yesaya menerapkan nasihat sang pemazmur! Seandainya saja mereka tidak menaruh keyakinan mereka pada Mesir ataupun bangsa kafir lainnya, melainkan kepada ”Allah Yakub”! Maka, sewaktu musuh-musuh Yehuda datang menyerang, Yehuwa akan bertindak untuk melindunginya. Akan tetapi, Yehuda tidak mau meminta pertolongan Yehuwa. Akibatnya, Yehuwa akan mengizinkan Yerusalem dibinasakan dan penduduk Yehuda ditawan di Babilon.
2 Yehuda tidak dapat menyalahkan orang lain kecuali dirinya sendiri. Ia tidak berhak menyatakan bahwa pembinasaannya terjadi karena Yehuwa telah berlaku tidak setia terhadapnya atau telah mengabaikan perjanjian-Nya dengan bangsa itu. Sang Pencipta bukanlah pelanggar perjanjian. (Yeremia 31:32; Daniel 9:27; Penyingkapan 15:4) Untuk menandaskan fakta ini, Yehuwa bertanya kepada orang-orang Yahudi, ”Di manakah surat cerai ibu kamu sekalian, yang telah kusuruh pergi?” (Yesaya 50:1a) Di bawah Hukum Musa, seorang pria yang menceraikan istrinya harus memberinya surat cerai. Kemudian, wanita itu boleh menjadi milik pria lain. (Ulangan 24:1, 2) Secara kiasan, Yehuwa telah mengeluarkan surat seperti itu kepada kerajaan yang bersaudara dengan Yehuda, Israel, tetapi Ia belum melakukan hal itu kepada Yehuda.a Ia masih menjadi ’pemilik dan suami’-nya. (Yeremia 3:8, 14) Tentunya, Yehuda tidak boleh bersekutu dengan bangsa-bangsa kafir. Hubungan Yehuwa dengannya akan terus berlangsung ”sampai Syilo [Mesias] datang”.—Kejadian 49:10.
3. Mengapa Yehuwa ’menjual’ umat-Nya?
3 Yehuwa juga bertanya kepada Yehuda, ”Kepada yang mana dari antara orang-orang yang mengutangi aku, aku telah menjualmu?” (Yesaya 50:1b) Orang Yahudi tidak akan dikirim ke penawanan Babilon untuk melunasi utang Yehuwa. Yehuwa tidak seperti orang miskin di Israel yang harus menjual anak-anaknya sebagai pembayaran kepada orang yang mengutanginya. (Keluaran 21:7) Sebaliknya, Yehuwa menunjukkan alasan yang sebenarnya mengapa umat-Nya akan diperbudak, ”Lihat! Karena kesalahanmu sendiri kamu telah dijual, dan karena pelanggaranmu, ibumu telah disuruh pergi.” (Yesaya 50:1c) Orang Yahudi-lah yang telah meninggalkan Yehuwa; Ia tidak pernah meninggalkan mereka.
4, 5. Bagaimana Yehuwa memperlihatkan kasih-Nya terhadap umat-Nya, tetapi bagaimana tanggapan Yehuda?
4 Pertanyaan Yehuwa yang berikut dengan jelas menonjolkan kasih-Nya terhadap umat-Nya, ”Mengapa, pada waktu aku datang, tidak ada orang? Pada waktu aku memanggil, tidak ada yang menjawab?” (Yesaya 50:2a) Melalui hamba-hamba-Nya para nabi, Yehuwa seolah-olah telah datang ke rumah umat-Nya untuk memohon agar mereka kembali kepada-Nya dengan segenap hati. Namun, mereka tidak menanggapi-Nya. Orang Yahudi lebih suka mengandalkan bantuan manusia, kadang-kadang bahkan berpaling kepada Mesir.—Yesaya 30:2; 31:1-3; Yeremia 37:5-7.
5 Apakah Mesir penyelamat yang lebih andal daripada Yehuwa? Jelaslah, orang-orang Yahudi yang tidak setia itu sudah melupakan peristiwa-peristiwa menjelang kelahiran bangsa mereka beberapa abad sebelumnya. Yehuwa bertanya kepada mereka, ”Apakah tanganku telah menjadi terlalu pendek sehingga tidak dapat menebus, atau apakah tidak ada kuasa dalam diriku untuk membebaskan? Lihat! Dengan hardikanku, aku mengeringkan laut; aku membuat sungai-sungai menjadi padang belantara. Ikan-ikannya berbau busuk karena tidak ada air, dan semuanya mati kehausan. Aku mengenakan kekelaman pada langit, dan aku membuat kain goni sebagai penutupnya.”—Yesaya 50:2b, 3.
6, 7. Bagaimana Yehuwa memperlihatkan kuasa penyelamatan-Nya sewaktu Mesir mengancam?
6 Pada tahun 1513 SM, Mesir adalah penindas—bukan pembebas yang diharap-harapkan—umat Allah. Orang Israel adalah budak di negeri kafir. Namun, Yehuwa membebaskan mereka, dan sungguh menggetarkan hati pembebasan itu! Pertama, Ia mendatangkan Sepuluh Tulah ke atas negeri itu. Setelah tulah kesepuluh yang sangat menghancurkan, Firaun Mesir mendesak orang Israel untuk meninggalkan negeri itu. (Keluaran 7:14–12:31) Akan tetapi, segera setelah mereka pergi, hati Firaun berubah. Ia mengumpulkan bala tentaranya dan berangkat untuk memaksa orang Israel kembali ke Mesir. (Keluaran 14:5-9) Orang-orang Israel benar-benar terjebak di antara bala tentara Mesir di belakang mereka dan Laut Merah di depan mereka! Akan tetapi, Yehuwa siap bertempur demi mereka.
7 Yehuwa menghentikan orang-orang Mesir dengan menempatkan tiang awan di antara mereka dan orang Israel. Di pihak orang Mesir, awan itu menimbulkan kegelapan; di pihak orang Israel, awan itu memberikan terang. (Keluaran 14:20) Kemudian, sementara bala tentara Mesir tertahan, Yehuwa ”mulai membuat laut berbalik dengan perantaraan angin timur yang bertiup dengan kencang sepanjang malam dan mengubah dasar laut menjadi tanah kering”. (Keluaran 14:21) Setelah laut terbelah, seluruh bangsa itu—pria, wanita, dan anak-anak—dapat menyeberangi Laut Merah menuju tempat yang aman. Setelah umat-Nya hampir tiba di seberang, Yehuwa mengangkat awan itu. Orang-orang Mesir, yang mati-matian mengejar mereka, tanpa pikir panjang lagi bergerak ke dasar laut itu. Sewaktu umat-Nya tiba dengan selamat di tepi laut, Yehuwa melepaskan air itu sehingga menenggelamkan Firaun dan bala tentaranya. Demikianlah Yehuwa bertempur demi umat-Nya. Hal ini benar-benar menguatkan orang Kristen dewasa ini!—Keluaran 14:23-28.
8. Penduduk Yehuda akhirnya pergi ke pembuangan karena mengabaikan peringatan apa?
8 Pada zaman Yesaya, tujuh ratus tahun sudah berlalu sejak kemenangan ilahi itu. Sekarang, Yehuda adalah bangsa yang berdaulat. Kadang-kadang, ia mengadakan negosiasi diplomatik dengan pemerintah negara-negara lain, seperti Asiria dan Mesir. Namun, para pemimpin bangsa-bangsa kafir ini tidak dapat dipercaya. Mereka akan selalu mengutamakan kepentingan pribadi di atas perjanjian apa pun yang mereka buat dengan Yehuda. Atas nama Yehuwa, nabi-nabi memberikan peringatan kepada bangsa tersebut agar mereka tidak mengandalkan orang-orang semacam itu, tetapi kata-kata para nabi itu diabaikan. Akhirnya, orang Yahudi akan dibuang ke Babilon dan diperbudak selama 70 tahun. (Yeremia 25:11) Akan tetapi, Yehuwa tidak akan melupakan umat-Nya, ataupun membuang mereka untuk selamanya. Pada waktu yang sudah ditentukan, Ia akan mengingat mereka, dan Ia akan membuka jalan bagi mereka untuk pulang ke tanah asal dan memulihkan ibadat murni. Dengan tujuan apa? Untuk mempersiapkan kedatangan Syilo, pribadi yang kepadanya semua orang harus taat!
Syilo Datang
9. Siapakah Syilo, dan guru seperti apakah dia?
9 Abad-abad berlalu. ”Kesudahan jangka waktu itu” pun tiba, dan pribadi yang disebut Syilo, Tuan Yesus Kristus, muncul di panggung dunia. (Galatia 4:4; Ibrani 1:1, 2) Fakta bahwa Yehuwa menunjuk sahabat terdekat-Nya sebagai Juru Bicara-Nya kepada orang Yahudi menunjukkan betapa besar kasih Yehuwa kepada umat-Nya. Juru bicara yang bagaimanakah Yesus itu? Juru bicara yang paling istimewa! Yesus bukan hanya seorang juru bicara, ia adalah seorang guru—Guru yang Agung. Hal ini tidaklah mengherankan, karena ia mempunyai Instruktur yang luar biasa—Allah Yehuwa sendiri. (Yohanes 5:30; 6:45; 7:15, 16, 46; 8:26) Hal ini diteguhkan oleh kata-kata Yesus dalam nubuat yang ditulis Yesaya, ”Tuan Yang Berdaulat Yehuwa telah memberi aku lidah seorang murid, agar aku mengetahui caranya menjawab orang yang lelah dengan perkataan. Ia bangun setiap pagi; ia membangunkan telingaku agar mendengar seperti seorang murid.”—Yesaya 50:4.b
10. Bagaimana Yesus mencerminkan kasih Yehuwa kepada umat-Nya, dan tanggapan apa yang Yesus terima?
10 Sebelum datang ke bumi, Yesus bekerja bersisian dengan Bapaknya di surga. Hubungan yang hangat antara Bapak dan Putra ini secara puitis dilukiskan di Amsal 8:30, ”Aku ada di sisi [Yehuwa] sebagai pekerja ahli, . . . bergembira di hadapannya pada segala waktu.” Karena mendengarkan Bapaknya, Yesus memiliki sukacita yang besar. Ia pun memiliki kasih seperti yang dimiliki Bapak-Nya kepada ”putra-putra manusia”. (Amsal 8:31) Pada waktu datang ke bumi, Yesus menjawab ”orang yang lelah dengan perkataan”. Ia memulai pelayanannya dengan membacakan ayat-ayat yang menghibur dari nubuat Yesaya, ”Roh Yehuwa ada padaku, karena ia mengurapi aku untuk menyatakan kabar baik kepada orang miskin, . . . menyuruh orang-orang yang remuk pergi dengan suatu kelepasan.” (Lukas 4:18; Yesaya 61:1) Kabar baik bagi orang miskin! Penyegaran bagi yang lelah! Sungguh pengumuman yang seharusnya membawa sukacita yang sangat besar bagi bangsa itu! Ada yang bersukacita—tetapi, tidak semua. Pada akhirnya, banyak orang tidak mau menerima bukti-bukti bahwa Yesus telah diajar oleh Yehuwa.
11. Siapa yang menanggung kuk bersama Yesus, dan apa yang mereka alami?
11 Akan tetapi, beberapa ingin mendengar lebih banyak. Mereka dengan gembira menanggapi undangan Yesus yang menghangatkan hati, ”Marilah kepadaku, kamu semua yang berjerih lelah dan dibebani tanggungan yang berat, dan aku akan menyegarkan kamu. Ambillah kuk aku atas kamu dan belajarlah padaku, karena aku berwatak lembut dan rendah hati, dan kamu akan menemukan kesegaran bagi jiwamu.” (Matius 11:28, 29) Di antara orang-orang yang mendekati Yesus ada pria-pria yang menjadi rasul-rasulnya. Mereka tahu bahwa menanggung kuk bersama Yesus berarti kerja keras bagi mereka. Pekerjaan ini antara lain mencakup pemberitaan kabar baik Kerajaan sampai ke ujung-ujung bumi. (Matius 24:14) Seraya para rasul dan murid-murid lain aktif dalam pekerjaan ini, mereka mendapati bahwa hal ini memang membawa kesegaran bagi jiwa mereka. Pekerjaan yang sama sedang dilaksanakan orang-orang Kristen yang setia dewasa ini, dan dengan mengambil bagian di dalamnya mereka memperoleh sukacita yang sama.
Ia Tidak Memberontak
12. Bagaimana Yesus memperlihatkan ketaatan kepada Bapak surgawinya?
12 Yesus tidak pernah lupa akan tujuannya datang ke bumi—untuk melakukan kehendak Allah. Pandangannya telah dinubuatkan, ”Tuan Yang Berdaulat Yehuwa membuka telingaku, dan mengenai aku, aku tidak memberontak. Aku tidak berpaling ke arah yang berlawanan.” (Yesaya 50:5) Yesus selalu taat kepada Allah. Ia bahkan mengatakan, ”Putra tidak dapat melakukan satu perkara pun atas prakarsanya sendiri, tetapi ia hanya melakukan apa yang ia lihat dilakukan oleh Bapak.” (Yohanes 5:19) Selama eksistensi pramanusianya, kemungkinan besar Yesus bekerja berdampingan dengan Bapaknya selama jutaan, bahkan miliaran tahun. Setelah berada di bumi, ia terus mengikuti instruksi-instruksi Yehuwa. Terlebih penting lagi bagi kita, sebagai pengikut Kristus yang tidak sempurna, untuk tidak mengabaikan pengarahan Yehuwa!
13. Apa yang akan Yesus hadapi, tetapi bagaimana ia menunjukkan keberaniannya?
13 Beberapa orang yang menolak Putra satu-satunya yang diperanakkan Yehuwa telah menganiaya dia, dan hal ini pun telah dinubuatkan, ”Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada mereka yang mencabuti rambut. Mukaku tidak aku sembunyikan ketika direndahkan dan diludahi.” (Yesaya 50:6) Menurut nubuat ini, Mesias akan mengalami penderitaan dan penghinaan di tangan para penentangnya. Yesus mengetahuinya. Dan, ia mengetahui sejauh mana penganiayaan ini akan berlangsung. Sekalipun demikian, ketika waktunya di bumi hampir berakhir, ia tidak menunjukkan rasa takut. Dengan tekad sekeras batu api ia berangkat menuju Yerusalem, tempat hidupnya sebagai manusia akan berakhir. Dalam perjalanan ke sana, Yesus memberi tahu murid-muridnya, ”Sekarang kita sedang menuju Yerusalem, dan Putra manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan penulis-penulis, dan mereka akan menghukum mati dia dan akan menyerahkan dia kepada orang-orang dari bangsa-bangsa, dan mereka akan mengolok-olok dia, meludahi dia, menyesah dia, dan membunuh dia, tetapi tiga hari kemudian dia akan bangkit.” (Markus 10:33, 34) Semua penganiayaan keji ini akan terjadi atas hasutan orang-orang yang seharusnya mengetahui nubuat-nubuat mengenai Mesias—imam-imam kepala dan para penulis.
14, 15. Bagaimana kata-kata Yesaya bahwa Yesus akan dipukul dan dihina tergenap?
14 Pada malam 14 Nisan 33 M, Yesus berada di Taman Getsemani bersama beberapa pengikutnya. Ia sedang berdoa. Tiba-tiba, segerombolan orang muncul dan menangkap dia. Namun, ia tidak gentar. Ia tahu bahwa Yehuwa menyertai dia. Yesus meyakinkan rasul-rasulnya yang ketakutan bahwa jika ia mau, ia dapat memohon kepada Bapaknya untuk mengirimkan lebih dari dua belas legiun malaikat untuk menyelamatkan dia, tetapi ia menambahkan, ”Jika demikian, bagaimana Tulisan-Tulisan Kudus akan digenapi?”—Matius 26:36, 47, 53, 54.
15 Segala sesuatu yang dinubuatkan tentang pencobaan dan kematian Mesias tergenap. Setelah pengadilan yang direkayasa di hadapan Sanhedrin, Yesus diperiksa oleh Pontius Pilatus, yang menyuruh agar ia dicambuk. Prajurit-prajurit Romawi ”memukul kepalanya dengan sebatang buluh dan meludahi dia”. Dengan demikian, tergenaplah kata-kata Yesaya. (Markus 14:65; 15:19; Matius 26:67, 68) Sekalipun Alkitab tidak menyatakan bahwa janggutnya secara harfiah dicabuti—suatu perlakuan yang sangat menghina—hal ini pasti terjadi, sebagaimana telah dinubuatkan Yesaya.c—Nehemia 13:25.
16. Di bawah tekanan yang sangat berat, bagaimana sikap Yesus, dan mengapa ia tidak merasa malu?
16 Pada waktu Yesus berdiri di hadapan Pilatus, ia tidak mengemis agar nyawanya diluputkan melainkan ia tetap tenang, karena tahu bahwa ia harus mati agar Tulisan-Tulisan Kudus tergenap. Ketika gubernur Romawi itu menyatakan bahwa ia memiliki kuasa untuk menghukum mati atau untuk melepaskan dia, Yesus dengan berani menjawab, ”Engkau sama sekali tidak mempunyai wewenang atas diriku kecuali itu dikaruniakan kepadamu dari atas.” (Yohanes 19:11) Prajurit-prajurit Pilatus memperlakukan Yesus secara tidak manusiawi, tetapi mereka tidak dapat mempermalukan dia. Mengapa ia harus malu? Ia tidak dihukum secara adil karena melakukan pelanggaran. Sebaliknya, ia dianiaya demi keadilbenaran. Dalam hal ini, kata-kata nubuat Yesaya yang selanjutnya digenapi, ”Tuan Yang Berdaulat Yehuwa akan menolongku. Itulah sebabnya aku tidak perlu merasa direndahkan. Itulah sebabnya aku telah membuat mukaku bagaikan batu api, dan aku tahu bahwa aku tidak akan merasa malu.”—Yesaya 50:7.
17. Bagaimana Yehuwa mendampingi Yesus selama pelayanannya?
17 Keberanian Yesus didasarkan atas keyakinan yang penuh kepada Yehuwa. Cara ia membawakan diri menunjukkan bahwa ia sepenuhnya selaras dengan kata-kata Yesaya, ”Pribadi yang menyatakan aku adil-benar ada di dekatku. Siapa yang dapat berbantah denganku? Mari kita berdiri bersama-sama. Siapakah lawanku di pengadilan? Biarlah ia menghampiri aku. Lihat! Tuan Yang Berdaulat Yehuwa akan menolongku. Siapa yang dapat menyatakan aku fasik? Lihat! Mereka semua, seperti pakaian, akan menjadi usang. Ngengat akan memakannya.” (Yesaya 50:8, 9) Pada hari Yesus dibaptis, Yehuwa menyatakan dia adil-benar sebagai putra rohani Allah. Sesungguhnya, suara Allah sendiri terdengar pada kesempatan itu, demikian, ”Inilah Putraku, yang kukasihi, kepadanyalah aku berkenan.” (Matius 3:17) Menjelang akhir hidupnya di bumi, sewaktu Yesus berlutut dan berdoa di Taman Getsemani, ”seorang malaikat dari langit muncul kepadanya dan menguatkannya”. (Lukas 22:41-43) Jadi, Yesus tahu bahwa Bapaknya berkenan akan haluan hidupnya. Putra Allah yang sempurna ini tidak pernah berbuat dosa. (1 Petrus 2:22) Musuh-musuhnya melancarkan tuduhan palsu bahwa ia pelanggar hari Sabat, pemabuk, dan dirasuki hantu, tetapi Yesus tidak direndahkan karena dusta mereka itu. Allah menyertai dia, maka siapa yang dapat menentang dia?—Lukas 7:34; Yohanes 5:18; 7:20; Roma 8:31; Ibrani 12:3.
18, 19. Apa saja pengalaman orang Kristen terurap yang mirip dengan pengalaman Yesus?
18 Yesus memperingatkan murid-muridnya, ”Jika mereka telah menganiaya aku, mereka akan menganiaya kamu juga.” (Yohanes 15:20) Peristiwa-peristiwa selanjutnya segera membuktikan kebenaran hal ini. Pada Pentakosta tahun 33 M, roh kudus turun ke atas murid-murid Yesus yang setia, dan lahirlah sidang Kristen. Tidak lama setelah itu, para pemimpin agama berupaya menghambat pekerjaan pengabaran yang dilakukan para pria dan wanita setia ini yang kini bergabung dengan Yesus sebagai bagian dari ”benih Abraham” dan diangkat sebagai putra-putra rohani Allah. (Galatia 3:26, 29; 4:5, 6) Dari abad pertama sampai sekarang, orang-orang Kristen terurap, seraya dengan teguh berpihak kepada keadilbenaran, harus menghadapi propaganda dusta dan penganiayaan yang sengit dari musuh-musuh Yesus.
19 Namun, mereka mengingat kata-kata Yesus yang membina, ”Berbahagialah kamu apabila orang mencela kamu dan menganiaya kamu dan dengan berdusta mengatakan segala macam hal yang fasik mengenai kamu demi aku. Bergembiralah dan melompatlah karena sukacita, mengingat upahmu besar di surga.” (Matius 5:11, 12) Oleh karena itu, bahkan di bawah serangan-serangan yang paling dahsyat, orang Kristen terurap tetap dapat mengangkat kepala mereka. Apa pun yang dikatakan musuh mereka, mereka tahu bahwa mereka telah dinyatakan adil-benar oleh Allah. Di mata-Nya, mereka ”tidak bercacat, dan bebas dari tuduhan”.—Kolose 1:21, 22.
20. (a) Siapa yang mendukung orang-orang Kristen terurap, dan apa yang mereka alami? (b) Bagaimana orang-orang Kristen terurap dan ”domba-domba lain” bisa memiliki lidah seorang murid?
20 Pada zaman modern, orang Kristen terurap didukung oleh ”kumpulan besar” dari ”domba-domba lain”. Mereka juga berpihak kepada keadilbenaran. Akibatnya, mereka menderita bersama saudara-saudara terurap mereka dan telah ”mencuci jubah mereka dan membuatnya putih dalam darah Anak Domba”. Yehuwa telah menyatakan mereka adil-benar dengan prospek untuk diselamatkan dari ”kesengsaraan besar”. (Penyingkapan 7:9, 14, 15; Yohanes 10:16; Yakobus 2:23) Sekalipun sekarang ini musuh-musuh mereka tampak kuat, nubuat Yesaya mengatakan bahwa pada waktu yang Allah tentukan, musuh-musuh itu akan menjadi seperti pakaian yang dimakan ngengat, yang hanya pantas dibuang. Sementara itu, orang-orang Kristen terurap dan ”domba-domba lain” tetap kuat karena berdoa secara tetap tentu, belajar Firman Allah, dan menghadiri pertemuan-pertemuan ibadat. Dengan demikian, mereka diajar Yehuwa dan belajar untuk berbicara dengan lidah seorang murid.
Percayalah kepada Nama Yehuwa
21. (a) Siapa orang-orang yang berjalan dalam terang, dan hasil apa yang mereka peroleh? (b) Apa yang terjadi dengan orang-orang yang berjalan dalam kegelapan?
21 Sekarang, perhatikan suatu kontras yang mencolok, ”Siapakah di antara kamu sekalian yang takut akan Yehuwa, mendengarkan perkataan hambanya, yang senantiasa berjalan dalam kegelapan dan yang baginya tidak ada terang? Biarlah ia percaya kepada nama Yehuwa dan bersandar kepada Allahnya.” (Yesaya 50:10) Orang-orang yang mendengarkan suara Hamba Allah, Yesus Kristus, berjalan dalam terang. (Yohanes 3:21) Mereka tidak hanya menggunakan nama ilahi, Yehuwa, tetapi juga percaya kepada pribadi yang mempunyai nama itu. Sekalipun dahulu mereka berjalan dalam kegelapan, sekarang mereka tidak takut akan manusia. Mereka bersandar pada Allah. Sebaliknya, orang-orang yang terus berjalan dalam kegelapan dicengkeram rasa takut akan manusia. Demikianlah yang terjadi dengan Pontius Pilatus. Meskipun ia tahu bahwa Yesus tidak bersalah atas tuduhan-tuduhan palsu yang dilontarkan kepadanya, pejabat Romawi itu tidak melepaskan Yesus karena ia merasa takut. Para prajurit Romawi membunuh Putra Allah, tetapi Yehuwa membangkitkan dia dan memahkotai dia dengan kemuliaan dan kehormatan. Bagaimana dengan Pilatus? Menurut sejarawan Yahudi, Flavius Yosefus, hanya empat tahun setelah kematian Yesus, Pilatus diturunkan dari jabatannya sebagai gubernur Romawi dan disuruh pulang ke Roma untuk mempertanggungjawabkan tuduhan perbuatan salah yang serius terhadap dirinya. Bagaimana dengan orang-orang Yahudi yang menyebabkan kematian Yesus? Kurang dari empat dasawarsa kemudian, bala tentara Romawi menghancurkan Yerusalem dan menyebabkan penduduknya dibantai atau dibawa sebagai budak. Tidak ada hasil yang menyenangkan bagi orang-orang yang memilih kegelapan!—Yohanes 3:19.
22. Mengapa mengandalkan manusia untuk memperoleh keselamatan adalah kebodohan yang paling besar?
22 Mengandalkan manusia untuk memperoleh keselamatan adalah kebodohan yang paling besar. Nubuat Yesaya menjelaskan alasannya, ”Lihat! Kamu semua yang menyulut api, menimbulkan bunga api, berjalanlah dalam terang dari apimu, di tengah-tengah bunga api yang kamu kobarkan. Dari tanganku kamu pasti akan mendapat hal ini: Kamu akan berbaring dengan rasa sakit yang hebat.” (Yesaya 50:11) Para pemimpin manusia datang dan pergi. Pribadi yang berkarisma mungkin memikat imajinasi orang-orang untuk sementara. Tetapi, orang yang paling tulus pun terbatas kesanggupannya. Sebaliknya dari menyalakan api yang besar, sebagaimana yang diharapkan para pendukungnya, ia mungkin hanya berhasil menyulut ”bunga api” yang mungkin memberikan sedikit terang dan panas tetapi segera padam. Di pihak lain, orang-orang yang mengandalkan Syilo, Mesias yang Allah janjikan, tidak akan pernah dikecewakan.
[Catatan Kaki]
a Dalam tiga ayat pertama di Yesaya pasal 50, Yehuwa menggambarkan bangsa Yehuda secara kolektif sebagai istri-Nya dan penduduknya secara perorangan sebagai anak-anaknya.
b Dari ayat 4 sampai ke akhir pasal, tampaknya sang penulis berbicara mengenai dirinya sendiri. Yesaya bisa jadi mengalami beberapa pencobaan yang ia sebutkan dalam ayat-ayat ini. Namun dalam arti sepenuhnya, nubuat ini digenapi dalam diri Yesus Kristus.
c Yang menarik, dalam Septuaginta, Yesaya 50:6 berbunyi, ”Aku memberi punggungku untuk dicambuk, dan pipiku untuk ditampari.”
[Gambar di hlm. 155]
Orang Yahudi lebih mengandalkan para pemimpin manusia daripada Yehuwa
[Gambar di hlm. 156, 157]
Di Laut Merah, Yehuwa melindungi umat-Nya dengan menempatkan tiang awan di antara mereka dan orang Mesir