Pasal Tiga
Diuji—Namun Loyal kepada Yehuwa!
1, 2. Peristiwa-peristiwa penting apa menjadi pengantar kisah Daniel?
BABAK pertama buku nubuat Daniel dimulai pada saat terjadinya perubahan penting di panggung internasional. Ibu kota Asiria, Niniwe, baru saja ditaklukkan. Kekuasaan Mesir dibatasi sehingga hanya menduduki wilayah yang tidak berarti di sebelah selatan tanah Yehuda. Dan, Babilon sedang berkembang pesat sebagai kekuatan utama dalam persaingan untuk menguasai dunia.
2 Pada tahun 625 SM, Firaun Mesir, Nekho, membuat upaya terakhir untuk menghalangi ekspansi Babilonia ke selatan. Untuk tujuan itu, ia memimpin pasukannya ke Karkhemis, yang berlokasi di tepi hulu Sungai Efrat. Apa yang akhirnya disebut pertempuran Karkhemis ini adalah peristiwa yang menentukan dan bersejarah. Bala tentara Babilonia, yang dipimpin oleh Putra Mahkota Nebukhadnezar, menghancurkan pasukan Firaun Nekho. (Yeremia 46:2) Memanfaatkan momentum kemenangannya ini, Nebukhadnezar menyapu bersih Siria dan Palestina, dan otomatis mengakhiri dominasi Mesir di wilayah tersebut. Kampanye militer yang dilakukannya hanya terhenti sejenak pada saat kematian bapaknya, Nabopolasar.
3. Apa hasil dari kampanye militer pertama Nebukhadnezar terhadap Yerusalem?
3 Pada tahun berikutnya, Nebukhadnezar—yang kini telah ditakhtakan sebagai raja Babilon—sekali lagi mengarahkan perhatian pada kampanye militernya di Siria dan Palestina. Pada waktu itulah ia datang ke Yerusalem untuk pertama kalinya. Alkitab melaporkan, ”Pada zaman Yehoyakim, Nebukhadnezar, raja Babilon, maju menyerangnya dan Yehoyakim pun menjadi hambanya selama tiga tahun. Akan tetapi, Yehoyakim berbalik dan memberontak terhadapnya.”—2 Raja 24:1.
NEBUKHADNEZAR DI YERUSALEM
4. Apa pengertian ungkapan ”pada tahun ketiga pemerintahan Yehoyakim” di Daniel 1:1?
4 Ungkapan ”selama tiga tahun” khususnya menarik bagi kita, karena kata-kata pembukaan Daniel berbunyi, ”Pada tahun ketiga pemerintahan Yehoyakim, raja Yehuda, datanglah Nebukhadnezar, raja Babilon, ke Yerusalem dan mengepungnya.” (Daniel 1:1) Yehoyakim memerintah dari tahun 628 SM sampai 618 SM. Jadi, pada tahun ketiga Yehoyakim berkuasa penuh sebagai raja, Nebukhadnezar belum menjadi ”raja Babilon” tetapi adalah putra mahkota. Pada tahun 620 SM, Nebukhadnezar memaksa Yehoyakim untuk membayar upeti. Tetapi, setelah kira-kira tiga tahun, Yehoyakim memberontak. Jadi, pada tahun 618 SM, atau pada tahun ketiga Yehoyakim berkuasa sebagai raja bawahan Babilon, Raja Nebukhadnezar datang ke Yerusalem kedua kalinya, untuk menghukum Yehoyakim yang memberontak.
5. Apa hasil dari kampanye militer Nebukhadnezar yang kedua terhadap Yerusalem?
5 Sebagai hasil pengepungan ini, ”Yehuwa menyerahkan Yehoyakim, raja Yehuda, dan sebagian perkakas rumah Allah yang benar ke tangan Nebukhadnezar”. (Daniel 1:2) Yehoyakim kemungkinan mati pada tahap-tahap awal pengepungan tersebut, bisa jadi karena dibunuh atau karena suatu pemberontakan. (Yeremia 22:18, 19) Pada tahun 618 SM, putranya yang berusia 18 tahun, Yehoyakhin, menggantikannya sebagai raja. Tetapi, kekuasaan Yehoyakhin hanya bertahan tiga bulan sepuluh hari, dan ia menyerah pada tahun 617 SM.—Bandingkan 2 Raja 24:10-15.
6. Apa yang dilakukan Nebukhadnezar dengan perkakas-perkakas suci dari bait di Yerusalem?
6 Nebukhadnezar mengambil perkakas-perkakas suci dari bait di Yerusalem sebagai jarahan dan ”membawa semuanya itu ke tanah Syinar ke rumah allahnya; dan perkakas-perkakas itu ia bawa ke rumah perbendaharaan allahnya”, Marduk, atau Merodakh dalam bahasa Ibrani. (Daniel 1:2; Yeremia 50:2) Sebuah inskripsi Babilonia yang ditemukan menunjukkan bahwa Nebukhadnezar mengatakan tentang kuil Marduk, ”Di dalamnya aku menyimpan perak dan emas dan batu-batu berharga . . . dan menaruh rumah perbendaharaan kerajaanku di sana.” Kita akan membaca tentang perkakas-perkakas suci ini sekali lagi pada masa Raja Belsyazar.—Daniel 5:1-4.
KAUM ELITE DI KALANGAN ANAK-ANAK MUDA YERUSALEM
7, 8. Dari Daniel 1:3, 4, dan 6, apa yang dapat kita simpulkan mengenai latar belakang Daniel dan ketiga temannya?
7 Bukan hanya perbendaharaan bait Yehuwa yang dibawa ke Babilon. Kisah tersebut menyatakan, ”Lalu raja menyuruh Aspenaz, kepala pejabat istananya, untuk mendatangkan beberapa dari antara putra-putra Israel dan dari antara keturunan raja dan dari antara para bangsawan, yaitu anak-anak yang sama sekali tidak bercacat, tetapi yang tampan parasnya dan memiliki pemahaman tentang segala hikmat dan berpengetahuan, serta memiliki daya pengamatan tentang apa yang diketahui, yang juga memiliki kesanggupan untuk melayani di istana raja.”—Daniel 1:3, 4.
8 Siapa yang terpilih? Kita diberi tahu, ”Di antara mereka, ada beberapa putra Yehuda, yakni Daniel, Hanania, Misyael dan Azaria.” (Daniel 1:6) Keterangan ini sedikit menyingkapkan tentang latar belakang Daniel dan teman-temannya yang memang tidak terlalu diketahui. Sebagai contoh, kita memperhatikan bahwa mereka adalah ”putra Yehuda”, suku raja-raja. Tidak soal mereka berasal dari garis keturunan raja atau bukan, masuk akal untuk menganggap bahwa mereka setidak-tidaknya berasal dari keluarga yang cukup penting dan berpengaruh. Selain memiliki pikiran dan tubuh yang sehat, mereka memiliki pemahaman, hikmat, pengetahuan, dan daya pengamatan—semua ini mereka miliki meskipun usia mereka masih muda sehingga dapat disebut ”anak-anak”, kemungkinan pada awal usia belasan tahun. Daniel dan teman-temannya pastilah sangat menonjol—kaum elite—di kalangan anak-anak muda di Yerusalem.
9. Mengapa tampaknya pasti bahwa Daniel dan ketiga temannya memiliki orang-tua yang takut akan Allah?
9 Kisah tersebut tidak memberi tahu kita siapa orang-tua anak-anak muda ini. Meskipun demikian, kelihatannya mereka adalah orang-orang saleh yang menganggap serius tanggung jawab mereka sebagai orang-tua. Mengingat kemerosotan moral dan rohani yang merajalela di Yerusalem pada waktu itu, khususnya di antara ’keturunan raja dan para bangsawan’, jelaslah sifat-sifat luhur yang dimiliki oleh Daniel dan ketiga temannya tidak dihasilkan secara kebetulan. Tidak diragukan, para orang-tua tersebut sangat sedih melihat putra-putra mereka dibawa ke negeri yang jauh. Namun, seandainya mereka mengetahui hasil akhirnya, mereka tentu akan merasa bangga! Alangkah pentingnya bagi para orang-tua untuk membesarkan anak-anak mereka ”dengan disiplin dan pengaturan-mental dari Yehuwa”!—Efesus 6:4.
PERTEMPURAN UNTUK MENGUASAI PIKIRAN
10. Apa yang diajarkan kepada para pemuda Ibrani ini, dan apa tujuannya?
10 Segera setelah itu, dimulailah pertempuran untuk menguasai pikiran orang-orang buangan yang masih muda ini. Untuk memastikan agar para remaja Ibrani tersebut terbentuk sesuai dengan sistem Babilonia, Nebukhadnezar menitahkan supaya para pejabatnya ’mengajar mereka tentang tulisan dan bahasa orang Khaldea’. (Daniel 1:4) Ini bukanlah pendidikan biasa. The International Standard Bible Encyclopedia menjelaskan bahwa pendidikan itu ”terdiri dari pelajaran bahasa Sumeria, Akadia, Aram . . . , dan bahasa-bahasa lainnya, juga berbagai bahan bacaan dalam bahasa-bahasa tersebut”. ”Berbagai bahan bacaan” itu terdiri dari sejarah, matematika, astronomi, dan lain-lain. Akan tetapi, ”materi pelajaran agama yang terkait, baik ilmu yang mempelajari pertanda maupun astrologi . . . , besar peranannya”.
11. Langkah-langkah apa yang diambil untuk memastikan agar para pemuda Ibrani ini berasimilasi dengan kehidupan istana Babilonia?
11 Agar para pemuda Ibrani ini sepenuhnya mengadopsi kebiasaan dan kebudayaan yang ada dalam kehidupan istana Babilonia, ”raja menetapkan bagi mereka jatah harian dari makanan raja yang enak-enak dan anggur yang menjadi minumannya, bahkan mendidik mereka selama tiga tahun, agar setelah itu, mereka dapat melayani di hadapan raja”. (Daniel 1:5) Selain itu, ”kepala pejabat istana memberikan nama-nama untuk mereka. Maka Daniel dinamainya Beltesyazar; Hanania dinamainya Syadrakh; Misyael dinamainya Mesyakh; dan Azaria dinamainya Abednego”. (Daniel 1:7) Pada zaman Alkitab, adalah lazim untuk memberikan nama baru kepada seseorang guna menandai peristiwa penting dalam kehidupannya. Misalnya, Yehuwa mengubah nama Abram dan Sarai menjadi Abraham dan Sara. (Kejadian 17:5, 15, 16) Pengubahan nama oleh seseorang adalah bukti yang jelas bahwa si pengubah memiliki wewenang dan kekuasaan. Sewaktu Yusuf menjadi administrator urusan pangan di Mesir, Firaun menamai dia Zafenat-paneah.—Kejadian 41:44, 45; bandingkan 2 Raja 23:34; 24:17.
12, 13. Mengapa dapat dikatakan bahwa perubahan nama para pemuda Ibrani tersebut merupakan upaya untuk menghancurkan iman mereka?
12 Dalam kasus Daniel dan ketiga teman Ibraninya, pengubahan nama ini sangat berarti. Nama-nama yang diberikan oleh orang-tua mereka selaras dengan ibadat kepada Yehuwa. ”Daniel” berarti ”Hakimku Adalah Allah”. Arti ”Hanania” adalah ”Yehuwa Telah Memperlihatkan Perkenan”. ”Misyael” kemungkinan berarti ”Siapa Seperti Allah?” ”Azaria” berarti ”Yehuwa Telah Menolong”. Pastilah orang-tua mereka sungguh-sungguh berharap agar putra-putra mereka bertumbuh di bawah bimbingan Allah Yehuwa sehingga menjadi hamba-hamba-Nya yang setia dan loyal.
13 Akan tetapi, nama-nama baru yang diberikan kepada keempat orang Ibrani ini semuanya berhubungan erat dengan nama-nama allah palsu, menimbulkan kesan bahwa Allah yang benar telah ditaklukkan oleh para dewa itu. Benar-benar suatu upaya yang licik untuk menghancurkan iman anak-anak muda ini!
14. Apa arti nama-nama baru yang diberikan kepada Daniel dan ketiga temannya?
14 Nama Daniel diubah menjadi Beltesyazar, yang berarti ”Lindungi Nyawa Raja”. Tampaknya ini adalah singkatan dari permohonan kepada Bel, atau Marduk, allah utama Babilon. Tidak soal Nebukhadnezar campur tangan dalam pemilihan nama ini untuk Daniel atau tidak, yang pasti, ia dengan bangga mengakui bahwa nama itu adalah ”menurut nama allah[nya]”. (Daniel 4:8) Hanania dinamai Syadrakh, yang dipercayai oleh beberapa sumber berwenang sebagai nama majemuk yang berarti ”Perintah Aku”. Menarik, Aku adalah nama allah Sumeria. Misyael dinamai Mesyakh (kemungkinan, Misyaaku), tampaknya pelesetan yang cerdik dari ”Siapa Seperti Allah?” menjadi ”Siapa Seperti Aku?” Nama Babilonia bagi Azaria adalah Abednego, kemungkinan berarti ”Hamba Nego”. Dan, ”Nego” adalah variasi dari ”Nebo”, nama dewa yang juga dijadikan nama sejumlah penguasa Babilonia.
BERTEKAD UNTUK TETAP LOYAL KEPADA YEHUWA
15, 16. Bahaya apa yang sekarang dihadapkan kepada Daniel dan teman-temannya, dan bagaimana tanggapan mereka?
15 Nama-nama Babilonia, program pendidikan ulang, dan menu khusus—semuanya ini bukan saja upaya agar Daniel serta ketiga pemuda Ibrani tersebut berasimilasi dengan cara hidup Babilonia melainkan juga agar mereka terasing dari Allah mereka, Yehuwa, dan dari pelatihan serta latar belakang agama mereka. Dihadapkan dengan semua tekanan dan godaan ini, apa yang akan dilakukan oleh anak-anak muda tersebut?
16 Kisah terilham tersebut menyatakan, ”Daniel bertekad dalam hatinya untuk tidak mencemari dirinya dengan makanan raja yang enak-enak dan dengan anggur yang menjadi minumannya.” (Daniel 1:8a) Meskipun hanya nama Daniel yang disebutkan, apa yang terjadi selanjutnya membuktikan bahwa ketiga temannya mendukung keputusan Daniel. Kata ”bertekad dalam hatinya” memperlihatkan bahwa pengajaran yang diberikan oleh orang-tua Daniel dan orang-orang lain di rumahnya telah mencapai hati Daniel. Pelatihan yang serupa pasti juga menuntun ketiga pemuda Ibrani lainnya dalam mengambil keputusan. Hal ini banyak memberikan gambaran tentang pentingnya mengajar anak-anak kita, bahkan pada saat mereka tampaknya masih terlalu muda untuk mengerti.—Amsal 22:6; 2 Timotius 3:14, 15.
17. Mengapa Daniel dan teman-temannya hanya menolak makanan harian raja dan tidak menolak pengaturan lainnya?
17 Mengapa para pemuda Ibrani itu hanya menolak makanan yang enak-enak dan anggur tetapi tidak menolak pengaturan lainnya? Penalaran Daniel dengan jelas menunjukkan alasannya: ”Ia tidak mau mencemari dirinya.” Mempelajari ”tulisan dan bahasa orang Khaldea” dan memperoleh nama Babilonia, meskipun mungkin tidak bisa diterima, tidak secara otomatis mencemari seseorang. Pertimbangkan contoh Musa, yang terjadi hampir 1.000 tahun sebelumnya. Meskipun dia ”diajar tentang segala hikmat orang Mesir”, dia tetap loyal kepada Yehuwa. Apa yang diajarkan orang-tua kandungnya semasa dia kecil memberi dia dasar yang kukuh. Maka, ”karena beriman, setelah dewasa Musa menolak untuk disebut sebagai putra dari putri Firaun, dan memilih untuk diperlakukan dengan kejam bersama umat Allah sebaliknya daripada mendapatkan kenikmatan sementara dari dosa”.—Kisah 7:22; Ibrani 11:24, 25.
18. Dengan cara bagaimana makanan raja itu bisa mencemari para pemuda Ibrani tersebut?
18 Dengan cara bagaimana makanan yang disediakan oleh raja Babilonia bisa mencemari anak-anak muda tersebut? Pertama, makanan yang enak-enak itu mungkin mencakup makanan yang dilarang oleh Hukum Musa. Sebagai contoh, orang Babilonia memakan binatang-binatang yang najis, yang menurut Hukum terlarang bagi orang Israel. (Imamat 11:1-31; 20:24-26; Ulangan 14:3-20) Kedua, orang Babilonia tidak biasa mencurahkan darah binatang yang disembelih sebelum memakan dagingnya. Makan daging yang belum dicurahkan darahnya adalah pelanggaran langsung terhadap hukum Yehuwa sehubungan dengan darah. (Kejadian 9:1, 3, 4; Imamat 17:10-12; Ulangan 12:23-25) Ketiga, para penyembah allah-allah palsu biasanya mempersembahkan makanan mereka kepada berhala-berhala sebelum memakannya bersama-sama. Hamba-hamba Yehuwa pasti tidak mau ambil bagian! (Bandingkan 1 Korintus 10:20-22.) Alasan terakhir, memuaskan nafsu untuk makanan berlemak dan minuman keras setiap hari sama sekali tidak menyehatkan bagi siapa pun, berapa pun usianya, apalagi bagi anak-anak muda.
19. Dalih apa yang bisa saja dikemukakan para pemuda Ibrani tersebut, tetapi apa yang membantu mereka mengambil keputusan yang benar?
19 Mengetahui apa yang harus dilakukan tidaklah sama dengan memiliki keberanian untuk melakukannya sewaktu berada di bawah tekanan atau godaan. Daniel dan ketiga temannya bisa saja bernalar bahwa mereka jauh dari orang-tua dan teman-teman mereka, maka tidak ada yang mengetahui apa yang mereka lakukan. Mereka juga dapat berdalih bahwa apa yang mereka lakukan adalah perintah raja dan tampaknya tidak ada alternatif lain. Selain itu, anak-anak muda lain tentunya langsung menerima pengaturan tersebut dan menganggapnya sebagai hak istimewa apabila mereka ambil bagian dan bukan sebagai penderitaan. Tetapi, pemikiran salah demikian dapat dengan mudah mengarah pada jerat berupa dosa tersembunyi, yang merupakan perangkap bagi banyak anak muda. Para pemuda Ibrani tersebut tahu bahwa ”mata Yehuwa ada di segala tempat” dan bahwa ”Allah yang benar akan membawa segala perbuatan kepada penghakiman sehubungan dengan segala sesuatu yang tersembunyi, apakah itu baik atau buruk”. (Amsal 15:3; Pengkhotbah 12:14) Marilah kita semua menarik pelajaran dari haluan yang diambil oleh anak-anak muda yang setia ini.
KEBERANIAN DAN KEGIGIHAN MENDATANGKAN BERKAT
20, 21. Tindakan apa yang diambil Daniel, dan apa hasilnya?
20 Setelah bertekad dalam hatinya untuk melawan pengaruh-pengaruh yang bejat, Daniel pun bertindak selaras dengan keputusannya. ”Ia terus memohon kepada kepala pejabat istana agar ia tidak mencemari dirinya.” (Daniel 1:8b) ”Terus memohon”—adalah ungkapan yang patut diperhatikan. Sering kali, upaya yang gigih diperlukan jika kita berharap untuk berhasil dalam melawan godaan atau mengatasi kelemahan tertentu.—Galatia 6:9.
21 Dalam kasus Daniel, kegigihannya mendatangkan hasil. ”Maka Allah yang benar membuat Daniel mendapat kebaikan hati yang penuh kasih dan belas kasihan di hadapan kepala pejabat istana.” (Daniel 1:9) Ketampanan dan kecerdasan Daniel serta teman-temannya bukanlah faktor yang akhirnya membuat segala sesuatunya berjalan baik bagi mereka. Sebaliknya, penyebabnya adalah berkat Yehuwa. Daniel pasti ingat amsal Ibrani yang berbunyi, ”Percayalah kepada Yehuwa dengan segenap hatimu dan jangan bersandar pada pengertianmu sendiri. Dalam segala jalanmu, berikanlah perhatian kepadanya, dan ia akan meluruskan jalan-jalanmu.” (Amsal 3:5, 6) Mengikuti nasihat tersebut benar-benar mendatangkan berkat.
22. Keberatan yang tidak dibuat-buat apa yang diajukan oleh pejabat istana?
22 Pada mulanya, kepala pejabat istana berkeberatan, ”Aku takut kepada tuanku raja, yang telah menetapkan makanan dan minumanmu. Jadi, mengapa ia harus melihat muka kalian kelihatan murung dibandingkan dengan anak-anak yang seumur kalian, dan mengapa kamu harus menimpakan kesalahan ke atas kepalaku di hadapan raja?” (Daniel 1:10) Kata-katanya ini bukan keberatan dan ketakutan yang dibuat-buat. Raja Nebukhadnezar adalah orang yang tidak bisa ditolak perintahnya, dan pejabat itu sadar bahwa ’kepalanya’ akan terancam bahaya jika dia melawan instruksi raja. Apa yang dapat Daniel lakukan?
23. Melalui haluan yang diambilnya, bagaimana Daniel memperlihatkan pemahaman dan hikmat?
23 Di sinilah pemahaman dan hikmat berperan. Daniel muda kemungkinan mengingat amsal, ”Jawaban yang lemah lembut menjauhkan kemurkaan, tetapi perkataan yang memedihkan hati menimbulkan kemarahan.” (Amsal 15:1) Sebaliknya daripada dengan keras kepala menuntut agar permohonannya dikabulkan, sehingga mungkin membuat orang lain berkorban karena dia, Daniel menangguhkan masalahnya. Pada waktu yang tepat, dia mendekati ”penjaga”, yang mungkin lebih bersedia memberikan sedikit keleluasaan karena ia tidak langsung bertanggung jawab kepada raja.—Daniel 1:11.
UJIAN SELAMA SEPULUH HARI DIUSULKAN
24. Ujian apa yang diusulkan Daniel?
24 Kepada sang penjaga, Daniel mengusulkan suatu ujian, dengan mengatakan, ”Silakan uji hamba-hambamu selama sepuluh hari, biarlah diberikan kepada kami sayur-sayuran untuk dimakan dan air untuk diminum; dan biarlah kaulihat rupa kami dan rupa anak-anak yang makan makanan raja yang enak-enak, kemudian lakukanlah kepada hamba-hambamu sesuai dengan apa yang kaulihat.”—Daniel 1:12, 13.
25. Apa yang mungkin termasuk dalam ”sayur-sayuran” yang dihidangkan kepada Daniel dan ketiga temannya?
25 Sepuluh hari dengan menu ’sayur-sayuran dan air’—apakah ini akan membuat mereka ”kelihatan murung” dibandingkan dengan yang lain-lain? ”Sayur-sayuran” diterjemahkan dari kata Ibrani yang pada dasarnya berarti ”biji-bijian”. Terjemahan-terjemahan Alkitab tertentu menyatakannya sebagai ”polong-polongan”, yang didefinisikan sebagai ”biji-bijian yang dapat dimakan yang berasal dari berbagai jenis tanaman kacang-kacangan (seperti kacang polong, kacang babi, atau miju)”. Beberapa sarjana merasa bahwa ikatan kalimatnya menunjukkan menu makanan yang disajikan tidak sekadar mencakup biji-bijian yang dapat dimakan. Sebuah karya referensi menyatakan, ”Yang diminta oleh Daniel dan teman-temannya adalah berbagai jenis sayuran biasa yang dimakan orang pada umumnya, sebaliknya daripada menu makanan yang berlemak dan berbumbu dari meja raja.” Jadi, sayur-sayuran dapat mencakup hidangan bergizi yang dipersiapkan dari kacang babi, mentimun, bawang putih, bawang perai, miju, melon, dan bawang merah serta roti yang terbuat dari berbagai jenis biji-bijian. Tentu ini tidak bisa dianggap sebagai menu makanan yang menyebabkan kelaparan. Tampaknya sang penjaga mengerti inti persoalannya. ”Akhirnya ia mendengarkan mereka sehubungan dengan perkara ini dan menguji mereka selama sepuluh hari.” (Daniel 1:14) Apa hasilnya?
26. Apa hasil ujian setelah jangka waktu sepuluh hari itu, dan mengapa hasilnya demikian?
26 ”Setelah sepuluh hari, rupa mereka tampak lebih baik dan lebih gemuk daripada semua anak yang makan makanan raja yang enak-enak.” (Daniel 1:15) Hal ini tidak dapat dijadikan bukti bahwa menu makanan vegetaris lebih unggul daripada menu makanan yang berlemak dan berbumbu. Waktu sepuluh hari terlalu singkat untuk menunjukkan hasil nyata dari suatu menu makanan, tetapi bagi Yehuwa jangka waktu tersebut tidak terlalu singkat untuk mencapai maksud-tujuan-Nya. ”Berkat Yehuwa—itulah yang membuat kaya, dan ia tidak menambahkan kepedihan hati bersamanya,” kata Firman-Nya. (Amsal 10:22) Keempat pemuda Ibrani tersebut beriman dan percaya kepada Yehuwa, dan Ia tidak meninggalkan mereka. Berabad-abad kemudian, Yesus Kristus dapat bertahan hidup tanpa makanan selama 40 hari. Berkenaan dengan hal itu, ia mengutip kata-kata yang terdapat di Ulangan 8:3, yang berbunyi, ”Bukan dengan roti saja manusia hidup, melainkan dengan setiap pernyataan dari mulut Yehuwa manusia hidup.” Pengalaman Daniel dan teman-temannya membuktikan kebenaran pernyataan tersebut.
PEMAHAMAN DAN HIKMAT SEBAGAI GANTI MAKANAN YANG ENAK-ENAK DAN ANGGUR
27, 28. Dengan cara bagaimana aturan hidup yang diikuti oleh Daniel dan ketiga temannya merupakan persiapan untuk menghadapi perkara-perkara lebih besar di kemudian hari?
27 Sepuluh hari tersebut memang hanya suatu ujian, tetapi hasilnya sangat meyakinkan. ”Maka penjaga itu selalu mengambil makanan yang enak-enak dan anggur yang menjadi minuman mereka lalu memberi mereka sayur-sayuran.” (Daniel 1:16) Tidak sulit membayangkan apa yang dipikirkan anak-anak muda lain yang mengikuti program pelatihan tersebut tentang Daniel dan teman-temannya. Karena menolak jamuan raja demi sayur-sayuran setiap hari, mereka pasti dianggap sangat bodoh. Tetapi, ujian dan pencobaan yang hebat sedang menanti mereka, dan ini menuntut agar para pemuda Ibrani tersebut mengerahkan segenap kewaspadaan dan keseriusan. Yang terutama, iman dan kepercayaan kepada Yehuwa sajalah yang dapat membantu mereka lolos dari ujian iman mereka.—Bandingkan Yosua 1:7.
28 Bukti bahwa Yehuwa menyertai anak-anak muda ini terlihat dari apa yang selanjutnya diceritakan, ”Kepada anak-anak ini, mereka berempat, Allah yang benar memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang segala tulisan dan hikmat; dan Daniel memiliki pengertian tentang segala macam penglihatan dan mimpi.” (Daniel 1:17) Untuk menanggulangi masa-masa sulit yang ada di hadapan, mereka membutuhkan lebih daripada kekuatan fisik dan kesehatan yang baik. ”Bila hikmat masuk ke dalam hatimu dan pengetahuan menyenangkan jiwamu, kesanggupan berpikir akan terus menjaga engkau, daya pengamatan akan melindungi engkau, agar engkau terlepas dari jalan yang jahat.” (Amsal 2:10-12) Itulah tepatnya yang Yehuwa berikan kepada keempat anak muda yang setia itu, dengan demikian memperlengkapi mereka untuk menghadapi apa yang terbentang di hadapan mereka.
29. Mengapa Daniel sanggup ’mengerti segala macam penglihatan dan mimpi’?
29 Dikatakan bahwa Daniel ”memiliki pengertian tentang segala macam penglihatan dan mimpi”. Hal ini tidak memaksudkan bahwa ia menjadi semacam paranormal. Menarik, meskipun Daniel dianggap sebagai salah seorang nabi Ibrani yang hebat, ia tidak pernah diilhami untuk mengucapkan pernyataan seperti ”inilah firman Tuan Yang Berdaulat Yehuwa” atau ”inilah firman Yehuwa yang berbala tentara”. (Yesaya 28:16; Yeremia 6:9) Namun, di bawah bimbingan roh kudus Allah sajalah Daniel sanggup mengerti dan menafsirkan penglihatan dan mimpi yang menyingkapkan maksud-tujuan Yehuwa.
AKHIRNYA, UJIAN YANG MENENTUKAN
30, 31. Bagaimana haluan yang dipilih oleh Daniel dan teman-temannya terbukti bermanfaat bagi mereka?
30 Tiga tahun masa persiapan dan pendidikan ulang pun berakhir. Berikutnya adalah ujian yang menentukan—wawancara pribadi dengan raja. ”Pada akhir hari-hari itu, raja menyuruh agar mereka dibawa menghadap, dan kepala pejabat istana pun membawa mereka menghadap Nebukhadnezar.” (Daniel 1:18) Waktunya tiba bagi keempat anak muda tersebut untuk memberikan pertanggungjawaban. Apakah berpaut pada hukum-hukum Yehuwa terbukti lebih bermanfaat daripada menyerah pada cara-cara Babilonia?
31 ”Raja mulai berbicara kepada mereka, dan dari antara mereka semua, tidak ada yang didapati seperti Daniel, Hanania, Misyael, dan Azaria; dan mereka selanjutnya melayani di hadapan raja.” (Daniel 1:19) Ini sungguh menjadi pembenaran total untuk haluan yang mereka jalani selama tiga tahun sebelumnya! Mereka bukanlah orang bodoh karena telah berpaut pada suatu aturan hidup hasil desakan iman dan hati nurani mereka. Dengan setia dalam apa yang mungkin kelihatannya sepele, Daniel dan teman-temannya diberkati dengan perkara-perkara yang besar. Hak istimewa untuk ”melayani di hadapan raja” merupakan tujuan yang dikejar oleh semua anak muda yang mengikuti program pelatihan tersebut. Apakah hanya keempat pemuda Ibrani tersebut yang terpilih, tidak disebutkan oleh Alkitab. Apa pun keadaannya, haluan mereka yang setia benar-benar mendatangkan ”upah yang besar” bagi mereka.—Mazmur 19:11.
32. Mengapa dapat dikatakan bahwa Daniel, Hanania, Misyael, dan Azaria menikmati hak-hak istimewa yang lebih besar dibandingkan menjadi anggota dewan penasihat raja?
32 ”Pernahkah engkau melihat orang yang terampil dalam pekerjaannya? Di hadapan raja-raja ia akan menempatkan diri,” kata Alkitab. (Amsal 22:29) Jadi, Daniel, Hanania, Misyael, dan Azaria dipilih oleh Nebukhadnezar untuk melayani di hadapan raja, yaitu untuk menjadi anggota dewan penasihat kerajaan. Dari semua ini, kita dapat melihat tangan Yehuwa memanuver keadaan sehingga melalui anak-anak muda ini—khususnya melalui Daniel—aspek-aspek penting dari maksud-tujuan ilahi dapat diberitahukan. Meskipun terpilih menjadi anggota dewan penasihat raja Nebukhadnezar merupakan suatu kehormatan, adalah kehormatan yang jauh lebih besar untuk digunakan dengan cara yang demikian menakjubkan oleh Raja Universal, Yehuwa.
33, 34. (a) Mengapa raja terkesan oleh para pemuda Ibrani tersebut? (b) Pelajaran apa yang bisa kita peroleh dari pengalaman keempat orang Ibrani itu?
33 Nebukhadnezar segera mendapati bahwa hikmat dan pemahaman yang dikaruniakan Yehuwa kepada keempat pemuda Ibrani tersebut jauh lebih unggul daripada yang dimiliki semua penasihat dan orang berhikmat di istananya. ”Mengenai setiap persoalan yang memerlukan hikmat dan pengertian yang ditanyakan raja kepada mereka, ia mendapati mereka sepuluh kali lebih baik daripada semua imam yang mempraktekkan ilmu gaib dan dukun yang ada di seluruh wilayah kerajaannya.” (Daniel 1:20) Bagaimana ini mungkin? ’Para imam yang mempraktekkan ilmu gaib’ dan ’dukun-dukun’ mengandalkan pengajaran Babilon yang berasal dari manusia dan bersifat takhayul, sedangkan Daniel dan teman-temannya percaya pada hikmat dari atas. Keduanya tidak sebanding—sama sekali tidak dapat disejajarkan!
34 Selama berabad-abad, keadaan tidak banyak berubah. Pada abad pertama M, sewaktu filsafat Yunani dan hukum Romawi sedang populer, rasul Paulus diilhami untuk menulis, ”Hikmat dunia ini adalah kebodohan bagi Allah; karena ada tertulis, ’Ia menangkap orang berhikmat dalam kecerdikan mereka sendiri.’ Dan sekali lagi, ’Yehuwa tahu bahwa pertimbangan orang-orang berhikmat itu sia-sia.’ Maka jangan seorang pun bermegah atas manusia.” (1 Korintus 3:19-21) Dewasa ini, kita perlu berpegang teguh pada apa yang diajarkan Yehuwa kepada kita dan jangan mudah digoyahkan oleh keglamoran dan kegemerlapan dunia ini.—1 Yohanes 2:15-17.
SETIA SAMPAI AKHIR
35. Sejauh mana kita diberi tahu mengenai ketiga teman Daniel?
35 Iman yang kuat dari Hanania, Misyael, dan Azaria secara dramatis diilustrasikan dalam Daniel pasal 3, sehubungan dengan patung emas Nebukhadnezar di Dataran Dura dan ujian tanur api. Orang-orang Ibrani yang takut akan Allah ini pasti tetap setia kepada Yehuwa sampai mati. Kita mengetahui hal ini karena rasul Paulus pasti sedang menyinggung tentang mereka sewaktu ia menulis mengenai orang-orang ”yang karena beriman . . . memadamkan kekuatan api”. (Ibrani 11:33, 34) Mereka menjadi teladan yang menonjol bagi hamba-hamba Yehuwa, tua maupun muda.
36. Karier luar biasa apa yang dimiliki Daniel?
36 Mengenai Daniel, ayat penutup dari pasal 1 menyatakan, ”Daniel tetap berada di sana hingga tahun pertama pemerintahan Raja Kores.” Sejarah menyingkapkan bahwa Kores menggulingkan Babilon dalam satu malam, pada tahun 539 SM. Berdasarkan bukti yang ada, Daniel tetap melayani di istana Kores oleh karena reputasi dan statusnya. Malah, Daniel 10:1 memberi tahu kita bahwa ”pada tahun ketiga pemerintahan Kores, raja Persia”, Yehuwa menyingkapkan kepada Daniel suatu perkara yang patut diperhatikan. Jika ia masih remaja sewaktu dibawa ke Babilon pada tahun 617 SM, tentu usianya hampir mencapai 100 tahun sewaktu ia menerima penglihatan terakhir itu. Dinasnya yang setia kepada Yehuwa benar-benar suatu karier yang panjang dan penuh berkat!
37. Pelajaran apa yang kita peroleh dari pembahasan Daniel pasal 1?
37 Pasal pembukaan dari buku Daniel tidak sekadar memberi tahu kita sebuah kisah mengenai empat anak muda setia yang berhasil menghadapi ujian iman. Pasal tersebut memperlihatkan kepada kita bagaimana Yehuwa dapat menggunakan siapa saja yang Ia inginkan untuk melaksanakan maksud-tujuan-Nya. Kisah itu membuktikan bahwa jika diizinkan oleh Yehuwa, apa yang tampaknya merupakan malapetaka dapat menghasilkan manfaat. Kita juga diberi tahu bahwa kesetiaan dalam perkara-perkara kecil dapat mendatangkan upah yang besar.
APA YANG SAUDARA PAHAMI?
• Apa yang dapat dikatakan mengenai latar belakang Daniel dan ketiga teman mudanya?
• Bagaimana pola asuh yang bagus yang dinikmati oleh para pemuda Ibrani tersebut diuji di Babilon?
• Bagaimana Yehuwa memberkati pendirian berani yang diambil keempat orang Ibrani itu?
• Pelajaran apa yang dapat diperoleh hamba-hamba Yehuwa zaman sekarang dari Daniel dan ketiga temannya?
[Gambar penuh di hlm. 30]