Pasal Tiga
”Orang Pilihanku, kepadanyalah Jiwaku Berkenan!”
1, 2. Mengapa buku Yesaya pasal 42 menarik minat orang-orang Kristen dewasa ini?
”’KAMULAH saksi-saksiku,’ demikian ucapan Yehuwa, ’hambaku yang telah kupilih.’” (Yesaya 43:10) Pernyataan yang dibuat Yehuwa ini, yang dicatat oleh nabi Yesaya pada abad kedelapan SM, menunjukkan bahwa umat perjanjian Yehuwa pada zaman dahulu merupakan suatu bangsa saksi-saksi. Mereka adalah hamba pilihan Allah. Kira-kira 2.600 tahun kemudian, pada tahun 1931, orang-orang Kristen terurap menyatakan di depan umum bahwa kata-kata ini berlaku bagi mereka. Mereka menggunakan nama Saksi-Saksi Yehuwa dan dengan sepenuh hati menerima berbagai tanggung jawab sebagai hamba Allah di bumi.
2 Saksi-Saksi Yehuwa sungguh-sungguh berhasrat untuk menyenangkan Allah. Oleh karena itu, pasal 42 dari buku Yesaya sangat menarik minat mereka, karena pasal itu memberikan gambaran tentang seorang hamba yang diperkenan Yehuwa dan tentang hamba lain yang ditolak-Nya. Dengan merenungkan nubuat ini serta penggenapannya, kita dapat memahami apa yang mendatangkan perkenan Allah dan apa yang mengakibatkan Ia tidak senang.
”Aku Telah Menaruh Rohku dalam Dirinya”
3. Apa yang Yehuwa nubuatkan melalui Yesaya mengenai ”hambaku”?
3 Melalui Yesaya, Yehuwa menubuatkan kedatangan seorang hamba pilihan-Nya sendiri, ”Lihat! Hambaku, yang terus kupegang erat! Orang pilihanku, kepadanyalah jiwaku berkenan! Aku telah menaruh rohku dalam dirinya. Keadilan bagi bangsa-bangsa, itulah yang akan dihasilkannya. Ia tidak akan berteriak atau berseru, dan di jalan ia tidak akan memperdengarkan suaranya. Buluh yang remuk tidak akan ia patahkan; dan mengenai sumbu rami yang redup, ia tidak akan memadamkannya. Dengan kebenaran ia akan menghasilkan keadilan. Ia tidak akan menjadi redup ataupun diremukkan sampai ia menegakkan keadilan di bumi; dan pulau-pulau akan terus menantikan hukumnya.”—Yesaya 42:1-4.
4. Siapakah ’orang pilihan’ yang dinubuatkan, dan bagaimana kita mengetahuinya?
4 Siapakah Hamba yang disebutkan di sini? Kita tidak dibiarkan dalam keraguan. Kata-kata ini dikutip dalam Injil Matius dan diterapkan pada diri Yesus Kristus. (Matius 12:15-21) Yesus adalah Hamba yang dikasihi, ’orang pilihan’. Kapan Yehuwa menaruh roh-Nya ke atas Yesus? Pada tahun 29 M, sewaktu Yesus dibaptis. Catatan terilham itu menguraikan pembaptisan tersebut dan mengatakan bahwa setelah Yesus keluar dari air, ”langit terbuka dan roh kudus dalam bentuk jasmani seperti seekor merpati turun ke atasnya, dan suatu suara keluar dari langit, ’Engkaulah Putraku, yang kukasihi; aku berkenan kepadamu’”. Dengan cara ini, Yehuwa secara pribadi mengidentifikasi Hamba-Nya yang dikasihi. Pelayanan Yesus selanjutnya dan mukjizat-mukjizat yang ia lakukan membuktikan bahwa roh Yehuwa memang ada padanya.—Lukas 3:21, 22; 4:14-21; Matius 3:16, 17.
’Ia Akan Menghasilkan Keadilan bagi Bangsa-Bangsa’
5. Mengapa keadilan perlu dijelaskan pada abad pertama M?
5 Orang Pilihan Yehuwa akan ”menghasilkan”, atau menyatakan, keadilan sejati. ”Apa keadilan itu akan dibuatnya jelas bagi bangsa-bangsa.” (Matius 12:18) Hal ini benar-benar dibutuhkan pada abad pertama M! Para pemimpin agama Yahudi mengajarkan pandangan yang menyimpang tentang keadilan dan keadilbenaran. Mereka berupaya menjadi adil-benar dengan mengikuti kaidah hukum yang kaku—kebanyakan adalah rekaan mereka sendiri. Peradilan mereka tidak lentuk, tidak mengenal belas kasihan maupun keibaan hati.
6. Dengan cara apa saja Yesus menyatakan keadilan yang sejati?
6 Sebaliknya, Yesus menyingkapkan pandangan Allah tentang keadilan. Melalui ajaran dan cara hidupnya, Yesus menunjukkan bahwa keadilan sejati itu beriba hati dan berbelaskasihan. Perhatikanlah Khotbah di Gunung yang terkenal itu. (Matius, pasal 5-7) Yesus sungguh terampil dalam memberikan penjelasan tentang bagaimana keadilan dan keadilbenaran harus dipraktekkan! Pada waktu kita membaca catatan Injil, tidakkah kita tersentuh oleh keibaan hati yang Yesus perlihatkan kepada orang-orang yang miskin dan menderita? (Matius 20:34; Markus 1:41; 6:34; Lukas 7:13) Ia menyampaikan berita penghiburannya kepada banyak orang yang seperti buluh yang memar, bengkok dan terempas. Mereka bagaikan sumbu rami yang redup, cahaya terakhir kehidupan mereka hampir padam. Yesus tidak mematahkan ”buluh yang remuk” ataupun memadamkan ”sumbu rami yang redup”. Sebaliknya, kata-kata dan tindakannya yang penuh kasih serta keibaan hati membesarkan hati orang-orang yang tidak berdaya.—Matius 11:28-30.
7. Mengapa nubuat itu mengatakan bahwa Yesus ’tidak akan berteriak atau berseru di jalan’?
7 Namun, mengapa nubuat itu mengatakan bahwa Yesus ’tidak akan berteriak atau berseru, dan ia tidak akan memperdengarkan suaranya di jalan’? Karena ia tidak menonjolkan diri seperti banyak orang pada zamannya. (Matius 6:5) Sewaktu menyembuhkan seorang penderita kusta, ia mengatakan kepada pria yang baru disembuhkan itu, ”Perhatikan agar engkau tidak memberitahukan apa-apa kepada siapa pun.” (Markus 1:40-44) Yesus tidak mencari ketenaran dan tidak ingin orang-orang mengambil kesimpulan berdasarkan laporan orang lain; sebaliknya, ia ingin agar mereka memahami sendiri berdasarkan bukti-bukti yang kuat bahwa ia adalah sang Kristus, Hamba Yehuwa yang terurap.
8. (a) Bagaimana Yesus menyatakan ”keadilan bagi bangsa-bangsa”? (b) Apa yang diajarkan mengenai keadilan melalui perumpamaan Yesus tentang orang Samaria yang baik hati?
8 Sang Hamba Pilihan harus menyatakan ”keadilan bagi bangsa-bangsa”. Itulah yang Yesus lakukan. Selain menandaskan bahwa keadilan ilahi bercirikan keibaan hati, Yesus mengajarkan bahwa keadilan ilahi seharusnya berlaku bagi semua orang. Pada suatu peristiwa, Yesus mengingatkan seorang pria yang ahli dalam Hukum bahwa ia harus mengasihi Allah dan sesamanya. Pria ini bertanya kepada Yesus, ”Siapa sesungguhnya sesamaku?” Mungkin pria tersebut mengira bahwa Yesus akan menjawab, ”Rekanmu sesama Yahudi.” Tetapi, Yesus menceritakan perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati. Dalam perumpamaan itu, seorang Samaria membantu pria yang diserang para perampok sedangkan seorang Lewi dan seorang imam tidak mau membantu. Si penanya harus mengakui bahwa dalam peristiwa itu, yang dapat disebut sebagai sesama adalah orang Samaria yang dipandang hina itu, bukan orang Lewi atau imam tersebut. Yesus mengakhiri perumpamaannya dengan nasihat, ”Engkau sendiri lakukanlah yang sama.”—Lukas 10:25-37; Imamat 19:18.
”Ia Tidak Akan Menjadi Redup ataupun Diremukkan”
9. Bagaimana pengertian tentang hakikat keadilan yang sejati mempengaruhi kita?
9 Karena Yesus menjelaskan hakikat keadilan sejati, murid-muridnya pun belajar mempertunjukkan sifat ini. Demikian juga kita. Pertama-tama, kita perlu menerima standar-standar Allah tentang yang baik dan buruk, sebab Ia berhak untuk menentukan apa yang adil dan adil-benar. Seraya kita berjuang untuk melakukan segala sesuatu menurut cara Yehuwa, tingkah laku kita yang benar akan dengan jelas memperlihatkan apa keadilan sejati yang sesungguhnya.—1 Petrus 2:12.
10. Mengapa untuk mempertunjukkan keadilan, kita juga perlu ikut serta dalam pekerjaan pengabaran dan pengajaran?
10 Kita juga mempertunjukkan keadilan sejati pada waktu kita dengan rajin ikut serta dalam kegiatan pengabaran dan pengajaran. Yehuwa dengan murah hati memberikan pengetahuan yang menyelamatkan kehidupan mengenai diri-Nya, Putra-Nya, dan maksud-tujuan-Nya. (Yohanes 17:3) Tidaklah benar ataupun adil bila kita menyimpan pengetahuan itu untuk diri sendiri saja. ”Jangan menahan kebaikan dari orang yang berhak atasnya, apabila engkau memiliki kuasa untuk melakukannya,” kata Salomo. (Amsal 3:27) Marilah kita dengan sepenuh hati membagikan apa yang kita ketahui tentang Allah kepada semua orang, tidak soal latar belakang ras, etnik, atau kebangsaan mereka.—Kisah 10:34, 35.
11. Bagaimana hendaknya kita meniru cara Yesus memperlakukan orang lain?
11 Selanjutnya, seorang Kristen sejati meniru cara Yesus memperlakukan orang lain. Dewasa ini banyak orang yang membutuhkan belas kasihan dan dukungan moril dalam menghadapi problem-problem yang mematahkan semangat. Bahkan ada orang-orang Kristen berbakti yang babak belur oleh keadaan sehingga mereka menyerupai buluh yang remuk atau sumbu rami yang redup. Bukankah mereka membutuhkan dukungan kita? (Lukas 22:32; Kisah 11:23) Betapa menyegarkan untuk menjadi bagian dari persekutuan orang-orang Kristen sejati, yang berupaya meniru Yesus dalam menjalankan keadilan!
12. Mengapa kita dapat yakin bahwa keadilan bagi semua orang akan segera menjadi kenyataan?
12 Apakah keadilan akan pernah terwujud bagi semua orang? Ya, tentu saja. Orang Pilihan Yehuwa ”tidak akan menjadi redup ataupun diremukkan sampai ia menegakkan keadilan di bumi”. Tak lama lagi Raja yang sudah ditakhtakan, Yesus Kristus yang sudah dibangkitkan, akan ”melakukan pembalasan atas orang-orang yang tidak mengenal Allah”. (2 Tesalonika 1:6-9; Penyingkapan 16:14-16) Pemerintahan manusia akan digantikan oleh Kerajaan Allah. Keadilan dan keadilbenaran akan berlimpah. (Amsal 2:21, 22; Yesaya 11:3-5; Daniel 2:44; 2 Petrus 3:13) Dengan penuh kerinduan, hamba-hamba Yehuwa di mana-mana—bahkan di ”pulau-pulau” atau tempat-tempat terpencil—menantikan hari itu.
’Aku Akan Memberikan Dia sebagai Terang bagi Bangsa-Bangsa’
13. Apa yang dinubuatkan Yehuwa mengenai Hamba Pilihan-Nya?
13 Yesaya melanjutkan, ”Inilah firman dari Allah yang benar, Yehuwa, Pencipta langit dan Pribadi Agung yang membentangkannya; Pribadi yang menghamparkan bumi serta hasilnya, Pribadi yang memberikan napas kepada orang-orang yang ada di atasnya, dan daya kehidupan kepada mereka yang berjalan di sana.” (Yesaya 42:5) Benar-benar suatu gambaran yang hidup tentang Yehuwa, Sang Pencipta! Pengingat tentang keperkasaan Yehuwa ini membuat ucapan-Nya sangat berbobot. Yehuwa mengatakan, ”Aku, Yehuwa, telah memanggil engkau dengan keadilbenaran, lalu aku memegang tanganmu. Aku akan melindungi engkau dan memberikan engkau sebagai perjanjian bagi orang-orang, sebagai terang bagi bangsa-bangsa, agar engkau membuka mata yang buta, mengeluarkan tahanan dari penjara bawah tanah, dan mengeluarkan dari rumah tahanan, orang-orang yang duduk dalam kegelapan.”—Yesaya 42:6, 7.
14. (a) Apa artinya Yehuwa memegang tangan Hamba-Nya yang diperkenan? (b) Apa peranan Hamba Pilihan itu?
14 Sang Pencipta Agung alam semesta, Pemberi dan Pemelihara kehidupan, memegang tangan Hamba Pilihan-Nya dan berjanji untuk terus mendukung dia sepenuhnya. Hal ini sangat menenteramkan hati! Selain itu, Yehuwa menjaga keselamatannya agar dapat menyerahkan dia sebagai ”perjanjian bagi orang-orang”. Perjanjian adalah kontrak, ikrar yang khidmat. Hal ini merupakan ketetapan yang pasti. Ya, Yehuwa telah menjadikan Hamba-Nya sebagai ”janji setia kepada orang-orang”.—An American Translation.
15, 16. Dengan cara bagaimana Yesus menjadi ”terang bagi bangsa-bangsa”?
15 Sebagai ”terang bagi bangsa-bangsa”, Hamba yang dijanjikan itu akan membuka ”mata yang buta” dan membebaskan ”orang-orang yang duduk dalam kegelapan”. Itulah yang Yesus lakukan. Dengan memberikan kesaksian tentang kebenaran, Yesus memuliakan nama Bapak surgawinya. (Yohanes 17:4, 6) Ia membeberkan kepalsuan keagamaan, memberitakan kabar baik Kerajaan, dan menyediakan kebebasan rohani bagi orang-orang yang ditawan dalam belenggu keagamaan. (Matius 15:3-9; Lukas 4:43; Yohanes 18:37) Ia memberikan peringatan tentang perbuatan-perbuatan kegelapan dan menelanjangi Setan sebagai ”bapak dusta” dan ”penguasa dunia ini”.—Yohanes 3:19-21; 8:44; 16:11.
16 Yesus mengatakan, ”Akulah terang dunia.” (Yohanes 8:12) Ia membuktikan itu dengan cara yang luar biasa ketika ia memberikan kehidupan manusianya yang sempurna sebagai tebusan. Dengan demikian, ia membuka jalan bagi orang-orang yang memperlihatkan iman untuk memperoleh pengampunan dosa, hubungan yang diperkenan dengan Allah, dan prospek kehidupan kekal. (Matius 20:28; Yohanes 3:16) Dengan menjalankan pengabdian saleh yang sempurna selama hidupnya, Yesus menjunjung kedaulatan Yehuwa dan membuktikan si Iblis pendusta. Yesus benar-benar pemberi penglihatan bagi orang-orang buta dan pembebas bagi yang ditawan dalam kegelapan rohani.
17. Dengan cara apa saja kita menjadi pembawa terang?
17 Dalam Khotbah di Gunung, Yesus memberi tahu murid-muridnya, ”Kamu adalah terang dunia.” (Matius 5:14) Bukankah kita juga adalah pembawa terang? Melalui cara hidup dan pekerjaan pengabaran, kita mempunyai hak istimewa untuk mengarahkan orang lain kepada Yehuwa, Sumber penerangan sejati. Seperti Yesus, kita memberitahukan nama Yehuwa, menjunjung kedaulatan-Nya, dan mengumumkan Kerajaan-Nya sebagai satu-satunya harapan bagi umat manusia. Selanjutnya, sebagai pembawa terang, kita menyingkapkan kepalsuan keagamaan, memberikan peringatan tentang perbuatan-perbuatan najis yang berasal dari kegelapan, dan menelanjangi Setan, si fasik.—Kisah 1:8; 1 Yohanes 5:19.
”Nyanyikanlah Nyanyian Baru bagi Yehuwa”
18. Apa yang diberitahukan Yehuwa kepada umat-Nya?
18 Kemudian Yehuwa memalingkan perhatian-Nya kepada umat-Nya, dengan mengatakan, ”Akulah Yehuwa. Itulah namaku; dan aku tidak akan memberikan kemuliaanku kepada siapa pun, ataupun pujian bagiku kepada patung ukiran. Hal-hal pertama—sekarang telah terjadi, tetapi hal-hal baru akan kuberitahukan. Sebelum itu semua muncul, aku telah membuat kamu sekalian mendengarnya.” (Yesaya 42:8, 9) Nubuat mengenai ”hambaku” diucapkan, bukan oleh allah-allah yang tidak bernilai melainkan oleh satu-satunya Allah yang hidup dan benar. Nubuat itu pasti menjadi kenyataan, dan memang demikian. Allah Yehuwa adalah Sumber hal-hal baru, dan Ia memberi tahu umat-Nya sebelum semua hal itu terjadi. Bagaimana hendaknya tanggapan kita?
19, 20. (a) Nyanyian apa yang harus dinyanyikan? (b) Dewasa ini, siapa yang sedang menyanyikan nyanyian pujian bagi Yehuwa?
19 Yesaya menulis, ”Nyanyikanlah nyanyian baru bagi Yehuwa, pujian baginya dari ujung bumi, hai, kamu sekalian yang akan turun ke laut dan kepada isinya, hai, pulau-pulau dan kamu yang mendiaminya. Biarlah padang belantara dan kota-kotanya bersorak, permukiman yang didiami Kedar. Biarlah penduduk tebing batu bersorak dengan sukacita. Dari puncak gunung-gunung, biarlah orang berseru-seru. Biarlah mereka mengakui kemuliaan Yehuwa, dan di pulau-pulau, biarlah mereka memberitakan pujian baginya.”—Yesaya 42:10-12.
20 Penduduk yang tinggal di kota-kota, di desa-desa padang belantara, di pulau-pulau, bahkan di ”Kedar”, atau perkemahan di gurun—orang-orang di mana-mana—didesak untuk menyanyikan nyanyian pujian bagi Yehuwa. Sungguh mendebarkan untuk melihat jutaan orang pada zaman kita menanggapi imbauan dalam nubuat ini! Mereka menyambut kebenaran Firman Allah dan mengakui Yehuwa sebagai Allah mereka. Umat Yehuwa sedang menyanyikan nyanyian baru ini—mengakui kemuliaan Yehuwa—di lebih dari 230 negeri. Sungguh mendebarkan untuk turut bernyanyi dalam paduan suara multibudaya, multibahasa, dan multiras ini!
21. Mengapa musuh-musuh umat Allah tidak dapat berhasil menghentikan nyanyian pujian bagi Yehuwa?
21 Dapatkah para penentang melawan Allah dan menghentikan nyanyian pujian ini? Tidak mungkin! ”Seperti orang yang perkasa, Yehuwa akan tampil. Seperti pejuang, ia akan membangunkan gairahnya. Ia akan berteriak, ya, ia akan meneriakkan pekik perang; ia akan memperlihatkan bahwa dirinya lebih perkasa daripada musuh-musuhnya.” (Yesaya 42:13) Kekuatan apa yang dapat melawan Yehuwa? Sekitar 3.500 tahun yang lalu, nabi Musa dan putra-putra Israel menyanyikan, ”Yehuwa adalah prajurit yang gagah perkasa. Yehuwa, itulah namanya. Kereta-kereta Firaun dan pasukan militernya ia lemparkan ke laut, dan pejuang-pejuang pilihannya ditenggelamkan dalam Laut Merah.” (Keluaran 15:3, 4) Yehuwa menang atas pasukan militer yang paling kuat pada masa itu. Tidak ada musuh umat Allah yang dapat berhasil bila Yehuwa maju sebagai pejuang yang perkasa.
”Aku Berdiam Diri untuk Waktu yang Lama”
22, 23. Mengapa Yehuwa ”berdiam diri untuk waktu yang lama”?
22 Yehuwa tidak berat sebelah dan adil, bahkan pada waktu menghukum musuh-musuh-Nya. Ia mengatakan, ”Aku berdiam diri untuk waktu yang lama. Aku terus diam. Aku terus mengendalikan diri. Seperti seorang wanita yang sedang melahirkan, aku akan mengerang, terengah-engah, dan juga tersengal-sengal. Aku akan menghancurkan gunung-gunung dan bukit-bukit, dan tumbuh-tumbuhannya akan kubuat kering. Aku akan mengubah sungai-sungai menjadi pulau-pulau, dan kolam-kolam akan kubuat kering.”—Yesaya 42:14, 15.
23 Sebelum mengambil tindakan hukum, Yehuwa membiarkan waktu berlalu agar para pelaku kesalahan mendapat kesempatan untuk berpaling dari jalan-jalan mereka yang jahat. (Yeremia 18:7-10; 2 Petrus 3:9) Coba pikirkan kasus orang-orang Babilon, yang, sebagai kuasa dunia utama, menelantarkan Yerusalem pada tahun 607 SM. Yehuwa mengizinkan hal ini terjadi untuk mendisiplin orang Israel karena ketidaksetiaan mereka. Namun, orang Babilon tidak menyadari peranan yang sedang mereka jalankan. Mereka memperlakukan umat Allah jauh melebihi tuntutan penghakiman Allah. (Yesaya 47:6, 7; Zakharia 1:15) Betapa sakitnya Allah yang benar melihat umat-Nya menderita! Namun, Ia menahan diri untuk bertindak sampai tiba waktu yang Ia tentukan. Pada waktu itu, Ia mengerahkan upaya—bagaikan seorang wanita yang sedang melahirkan—untuk membebaskan umat perjanjian-Nya dan menjadikan mereka bangsa yang merdeka. Untuk mencapai hal ini, pada tahun 539 SM, Ia menghancurkan dan memusnahkan Babilon serta pertahanannya.
24. Prospek apa yang Yehuwa buka bagi umat-Nya, Israel?
24 Setelah puluhan tahun berada di pembuangan, sungguh menggetarkan bagi umat Allah ketika akhirnya jalan pulang terbuka kembali bagi mereka! (2 Tawarikh 36:22, 23) Mereka pasti senang karena mengalami penggenapan janji Yehuwa, ”Aku akan membuat orang-orang buta berjalan melewati jalan yang tidak mereka kenal; aku akan menyebabkan mereka menapaki jalan raya yang tidak mereka kenal. Aku akan mengubah tempat gelap di hadapan mereka menjadi terang, dan daerah yang berlekak-lekuk menjadi tanah datar. Inilah hal-hal yang akan kulakukan bagi mereka, dan aku tidak akan meninggalkan mereka.”—Yesaya 42:16.
25. (a) Tentang apa umat Yehuwa dewasa ini dapat merasa pasti? (b) Apa hendaknya tekad kita?
25 Bagaimana penerapan kata-kata ini pada zaman kita? Nah, sudah lama—berabad-abad—Yehuwa membiarkan bangsa-bangsa berjalan sekehendak hati mereka. Akan tetapi, waktu yang ditentukan oleh-Nya untuk menyelesaikan segala perkara sudah dekat. Pada zaman modern ini, Ia telah membangkitkan suatu umat untuk memberikan kesaksian tentang nama-Nya. Dengan menyingkirkan tentangan apa pun yang menghalangi mereka, Ia telah meratakan jalan mereka untuk beribadat kepada-Nya ”dengan roh dan kebenaran”. (Yohanes 4:24) Ia berjanji, ”Aku tidak akan meninggalkan mereka,” dan Ia menepati janji-Nya. Bagaimana dengan orang-orang yang berkukuh dalam ibadat kepada ilah-ilah palsu? Yehuwa mengatakan, ”Mereka akan dibuat berbalik, mereka akan menjadi sangat malu, yaitu mereka yang menaruh kepercayaan kepada patung pahatan, mereka yang mengatakan kepada patung tuangan, ’Kamulah allah-allah kami.’” (Yesaya 42:17) Sangat penting bagi kita untuk tetap setia kepada Yehuwa, seperti yang dilakukan Orang Pilihan-Nya!
’Hamba yang Tuli dan Buta’
26, 27. Bagaimana Israel terbukti sebagai ’hamba yang tuli dan buta’, dan apa saja akibatnya?
26 Hamba Pilihan Allah, Yesus Kristus, tetap setia sampai mati. Namun umat Yehuwa, Israel, ternyata adalah hamba yang tidak setia, tuli dan buta dalam arti rohani. Pada waktu berbicara kepada mereka, Yehuwa mengatakan, ”Dengarlah, hai, orang-orang tuli; pandanglah dan lihatlah, hai, orang-orang buta. Siapakah yang buta, jika bukan hambaku, dan siapakah yang tuli seperti utusan yang kukirim? Siapakah yang buta seperti orang yang diberi upah, atau yang buta seperti hamba Yehuwa? Ini adalah soal melihat banyak hal, tetapi engkau tidak terus memperhatikan. Ini adalah soal membuka telinga, tetapi engkau tidak terus mendengarkan. Demi keadilbenarannya, Yehuwa senang mengagungkan hukum dan membuatnya hebat.”—Yesaya 42:18-21.
27 Kegagalan Israel patut disesalkan! Rakyatnya berkali-kali jatuh dan beribadat kepada ilah-ilah hantu bangsa-bangsa. Berulang-ulang, Yehuwa mengirimkan utusan-utusan-Nya, tetapi umat-Nya tidak menghiraukan mereka. (2 Tawarikh 36:14-16) Yesaya menubuatkan akibat-akibatnya, ”Ini adalah bangsa yang dirampok dan dijarah, mereka semua terperangkap dalam lubang-lubang, dan mereka terus disembunyikan dalam rumah-rumah tahanan. Mereka akan menjadi sasaran perampasan tanpa ada yang membebaskan, menjadi sasaran penjarahan tanpa ada orang yang akan mengatakan, ’Kembalikan!’ Siapakah dari antara kamu yang akan memberi telinga kepada hal ini? Siapa yang akan memperhatikan dan mendengarkan pada masa yang kemudian? Siapa yang memberikan Yakub untuk dijarah semata, dan Israel kepada para perampas? Bukankah itu Yehuwa, Pribadi yang terhadapnya kita telah berbuat dosa, dan yang jalan-jalannya tidak mereka tempuh dan yang hukum-hukumnya tidak mereka dengarkan? Maka Ia terus mencurahkan murkanya, kemarahannya, dan kekuatan perang ke atasnya. Hal itu terus memakannya sampai habis; tapi ia tidak memperhatikan; dan hal itu terus berkobar terhadapnya, tapi ia tidak mencamkan apa pun dalam hatinya.”—Yesaya 42:22-25.
28. (a) Apa yang dapat kita pelajari dari pengalaman penduduk Yehuda? (b) Bagaimana caranya kita mencari perkenan Yehuwa?
28 Karena ketidaksetiaan penduduknya, Yehuwa mengizinkan negeri Yehuda dirampok dan dijarah pada tahun 607 SM. Orang Babilon membakar bait Yehuwa, menelantarkan Yerusalem, dan menawan orang-orang Yahudi. (2 Tawarikh 36:17-21) Semoga kita mengingat contoh peringatan ini dan tidak pernah menutup telinga terhadap petunjuk-petunjuk Yehuwa atau menutup mata terhadap Firman-Nya yang tertulis. Sebaliknya, hendaknya kita mencari perkenan Yehuwa dengan meniru Yesus Kristus, Hamba yang diperkenan Yehuwa. Seperti Yesus, kita harus menyatakan keadilan sejati melalui perkataan dan perbuatan kita. Dengan demikian, kita akan tetap berada di antara umat Yehuwa, melayani sebagai pembawa terang yang memuji Allah yang benar dan memberikan kemuliaan kepada-Nya.
[Gambar di hlm. 33]
Keadilan sejati itu beriba hati dan berbelaskasihan
[Gambar di hlm. 34]
Dalam perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati, Yesus memperlihatkan bahwa keadilan yang sejati berlaku bagi semua orang
[Gambar di hlm. 36]
Dengan memberikan dukungan moril dan berbaik hati, kita menjalankan keadilan yang saleh
[Gambar di hlm. 39]
Melalui kegiatan pengabaran, kita mempertunjukkan keadilan yang saleh
[Gambar di hlm. 40]
Hamba yang diperkenan diberikan ”sebagai terang bagi bangsa-bangsa”