-
”Ada Tertulis””Mari Jadilah Pengikutku”
-
-
PASAL SEPULUH
”Ada Tertulis”
1-3. Yesus ingin agar orang-orang Nazaret menarik kesimpulan penting apa, dan bukti apa yang dia kemukakan?
PERISTIWANYA terjadi pada awal pelayanan Yesus. Kristus kembali ke Nazaret, kampung halamannya. Tujuannya ialah membantu orang-orang menarik kesimpulan yang sangat penting: Dialah Mesias yang telah lama dinubuatkan! Bukti apa yang dia kemukakan?
2 Banyak orang pasti mengharapkan mukjizat. Mereka telah mendengar laporan tentang berbagai hal menakjubkan yang Yesus lakukan. Namun, dia tidak memberi mereka tanda semacam itu. Sebaliknya, dia pergi ke rumah ibadah, seperti kebiasaannya. Dia berdiri untuk membaca, dan gulungan kitab Yesaya diserahkan kepadanya. Gulungan itu panjang, dan Yesus perlahan-lahan membukanya hingga menemukan ayat yang dia cari. Lalu, dia membacakan kata-kata yang sekarang terdapat dalam Yesaya 61:1-3.—Lukas 4:16-19.
3 Hadirin pasti mengenal ayat itu yang menubuatkan tentang Mesias. Mata semua orang di rumah ibadah itu terpaku pada Yesus. Keheningan menyelimuti ruangan. Lalu, Yesus mulai menjelaskan, mungkin dengan panjang lebar, ”Hari ini, ayat yang baru saja kalian dengar sudah menjadi kenyataan.” Hadirin terpukau oleh perkataannya yang menawan hati, tetapi banyak yang tampaknya masih ingin melihat suatu tanda yang spektakuler. Sebaliknya, Yesus dengan berani menggunakan sebuah contoh dari Kitab Suci untuk menyingkapkan ketiadaan iman mereka. Tak lama kemudian, orang-orang Nazaret berupaya membunuhnya!—Lukas 4:20-30.
4. Yesus menetapkan pola apa dalam pelayanannya, dan apa yang akan kita kupas di pasal ini?
4 Yesus menetapkan pola yang dia pertahankan sepanjang pelayanannya. Dia sangat mengandalkan Firman Allah yang terilham. Memang, mukjizatnya sangat penting untuk mempertunjukkan bahwa kuasa kudus Allah ada padanya. Namun, bagi Yesus, tidak ada yang lebih berbobot daripada Kitab Suci. Marilah kita selidiki teladannya dalam hal ini. Kita akan mengupas cara Majikan kita mengutip Firman Allah, membela Firman Allah, dan menjelaskan Firman Allah.
Mengutip Firman Allah
5. Yesus ingin agar para pendengarnya mengetahui apa, dan bagaimana dia membuktikan kebenaran komentarnya?
5 Yesus ingin agar orang-orang mengetahui sumber beritanya. Dia berkata, ”Yang saya ajarkan bukan ajaran saya sendiri, tapi ajaran Dia yang mengutus saya.” (Yohanes 7:16) Pada kesempatan lain, dia berkata, ”Saya tidak melakukan apa pun atas kemauan saya sendiri. Apa yang Bapak ajarkan kepada saya, itulah yang saya bicarakan.” (Yohanes 8:28) Selain itu, dia berkata, ”Hal-hal yang kukatakan kepada kalian bukan berasal dari pikiranku sendiri. Sebaliknya, Bapak yang tetap bersatu dengan aku melakukan pekerjaan-Nya melalui aku.” (Yohanes 14:10) Untuk membuktikan kebenaran komentar tersebut, Yesus berulang kali mengutip Firman Allah yang tertulis.
6, 7. (a) Seberapa banyakkah Yesus mengutip Kitab-Kitab Ibrani, dan mengapa hal ini luar biasa? (b) Apa perbedaan antara cara Yesus dan cara para penulis sewaktu mengajar?
6 Dengan meneliti perkataan Yesus yang dicatat, tersingkaplah bahwa dia mengutip secara langsung atau merujuk secara tidak langsung ke lebih dari setengah kanon Kitab-Kitab Ibrani. Mulanya, itu mungkin kedengaran biasa-biasa saja. Saudara mungkin bertanya-tanya mengapa, dalam tiga setengah tahun pengajaran dan pengabarannya di hadapan umum, dia tidak mengutip semua buku terilham yang ada. Sebenarnya, ada kemungkinan dia telah melakukannya. Ingatlah, hanya sebagian kecil perkataan dan tindakan Yesus yang dicatat. (Yohanes 21:25) Saudara boleh jadi butuh beberapa jam saja untuk membacakan semua perkataan Yesus yang dicatat itu. Sekarang, bayangkan diri Saudara berbicara tentang Allah dan Kerajaan-Nya hanya dalam beberapa jam dan berupaya mengacu ke lebih dari setengah Kitab-Kitab Ibrani! Selain itu, dalam kebanyakan kasus, Yesus tidak memiliki gulungan tertulis. Sewaktu menyampaikan Khotbah di Gunung yang terkenal, dia menyertakan puluhan rujukan langsung dan tidak langsung ke Kitab-Kitab Ibrani—semuanya di luar kepala!
7 Dari apa yang Yesus kutip, tampaklah bahwa dia sangat menghormati Firman Allah. Hadirinnya ”kagum dengan cara dia mengajar, karena dia mengajar sebagai orang yang berwenang, tidak seperti para ahli Taurat”. (Markus 1:22) Sewaktu mengajar, para penulis senang mengacu ke hukum lisan, mengutip kata-kata para rabi terpelajar tempo dulu. Yesus tidak pernah satu kali pun mengutip hukum lisan atau kata-kata rabi tertentu sebagai patokan. Sebaliknya, dia memandang Firman Allah sebagai patokan mutlak. Berulang-ulang, kita mendapati dia mengatakan, ”Ada tertulis.” Berkali-kali dia menggunakan kata-kata itu atau yang mirip sewaktu mengajar para pengikutnya dan sewaktu mengoreksi gagasan yang keliru.
8, 9. (a) Bagaimana Yesus menjunjung Firman Allah sebagai patokan sewaktu dia membersihkan bait? (b) Apa yang menunjukkan bahwa para pemimpin agama di bait sangat tidak merespek Firman Allah?
8 Sewaktu membersihkan bait di Yerusalem, Yesus berkata, ”Ada tertulis, ’Rumah-Ku akan disebut rumah doa,’ tapi kalian menjadikannya gua perampok.” (Matius 21:12, 13; Yesaya 56:7; Yeremia 7:11) Sehari sebelumnya, dia telah melakukan banyak perkara ajaib di sana. Karena sangat terkesan, anak-anak lelaki mulai memuji dia. Namun, para pemimpin agama dengan kesal bertanya apakah Yesus mendengar apa yang dikatakan anak-anak itu. Dia menjawab, ”Ya. Apa kalian tidak pernah baca ini: ’Engkau membuat mulut anak-anak dan bayi-bayi mengucapkan pujian’?” (Matius 21:16; Mazmur 8:2) Yesus ingin agar pria-pria itu tahu bahwa peristiwa tersebut dapat dibenarkan oleh Firman Allah.
9 Para pemimpin agama itu belakangan berkumpul dan mengadang Yesus dengan pertanyaan, ”Dari mana kamu dapat wewenang untuk melakukan hal-hal ini?” (Matius 21:23) Yesus telah menunjukkan dengan sangat jelas Sumber wewenangnya. Dia tidak memperkenalkan atau menciptakan doktrin baru. Dia hanya menerapkan apa yang dikatakan dalam Firman Bapaknya yang terilham. Jadi, sebenarnya, para imam dan penulis itu sangat tidak merespek Yehuwa dan Firman-Nya. Sepantasnyalah mereka dikecam oleh Yesus sewaktu dia menyingkapkan motif mereka yang buruk.—Matius 21:23-46.
10. Bagaimana kita dapat meniru cara Yesus menggunakan Firman Allah, dan sarana apa saja yang kita miliki yang tidak tersedia pada zaman Yesus?
10 Seperti Yesus, orang Kristen sejati sekarang ini mengandalkan Firman Allah dalam pelayanan. Di seluruh dunia, Saksi-Saksi Yehuwa dikenal karena semangat mereka untuk menceritakan berita Alkitab kepada orang lain. Publikasi kita banyak sekali mengutip dan merujuk ke Alkitab. Dan, dalam pelayanan, kita melakukan hal yang sama, berupaya menonjolkan Alkitab setiap kali kita berbicara kepada orang-orang. (2 Timotius 3:16) Betapa senang rasanya sewaktu ada yang mempersilakan kita membacakan Alkitab dan membahas nilai serta makna Firman Allah! Tidak seperti Yesus, ingatan kita tidak sempurna, tetapi kita memiliki banyak sarana yang tidak tersedia pada zaman Yesus. Selain Alkitab lengkap yang diterbitkan dalam semakin banyak bahasa, ada banyak alat bantu untuk menemukan setiap ayat yang kita cari. Marilah kita bertekad untuk terus mengutip Alkitab dan mengarahkan orang-orang ke Firman Allah setiap kali ada kesempatan!
Membela Firman Allah
11. Mengapa Yesus harus sering membela Firman Allah?
11 Yesus mendapati bahwa Firman Allah sering diserang, tetapi hal itu tentu tidak mengejutkannya. ”Firman-Mu adalah kebenaran,” kata Yesus kepada Bapaknya dalam doa. (Yohanes 17:17) Dan, Yesus tahu betul bahwa Setan, ”penguasa dunia ini”, adalah ”pendusta dan bapak para pendusta”. (Yohanes 8:44; 14:30) Sewaktu menampik godaan Setan, Yesus tiga kali mengutip Kitab Suci. Setan mengutip satu ayat dari Mazmur, sengaja menyalahterapkannya, dan Yesus menanggapi dengan membela Firman Allah agar tidak disalahgunakan.—Matius 4:6, 7.
12-14. (a) Apa yang menunjukkan bahwa para pemimpin agama tidak merespek Hukum Musa? (b) Bagaimana Yesus membela Firman Allah?
12 Yesus sering membela Alkitab agar tidak disalahgunakan, disalahtafsirkan, dan disalahgambarkan. Guru-guru agama pada zamannya menggambarkan Firman Allah dengan cara yang tidak seimbang. Mereka sangat menandaskan soal menjalankan hal yang kecil-kecil dari Hukum Musa tetapi nyaris tidak menonjolkan penerapan prinsip-prinsip yang mendasari hukum itu. Dengan demikian, mereka menganjurkan bentuk ibadah yang dangkal, yang hanya berpusat pada penampilan luar ketimbang hal-hal yang lebih berbobot—seperti keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan. (Matius 23:23) Bagaimana Yesus membela Hukum Allah?
13 Dalam Khotbah di Gunung, Yesus berulang kali menggunakan frasa ”kalian pernah mendengar kata-kata” untuk mengawali suatu ketetapan dalam Hukum Musa. Dia melanjutkan dengan frasa ”tapi aku berkata kepada kalian” dan kemudian memaparkan prinsip yang lebih dalam ketimbang pelaksanaan Hukum secara dangkal. Apakah dia membantah apa yang dikatakan Hukum? Tidak, dia justru membelanya. Misalnya, orang-orang mengetahui hukum ”Jangan membunuh”. Tetapi, Yesus memberi tahu mereka bahwa membenci seseorang merupakan pelanggaran terhadap semangat di balik hukum itu. Demikian pula, memupuk nafsu terhadap seseorang selain teman hidup sendiri merupakan pelanggaran terhadap prinsip yang mendasari hukum Allah tentang perzinaan.—Matius 5:17, 18, 21, 22, 27-39.
14 Akhirnya, Yesus berkata, ”Kalian pernah mendengar kata-kata, ’Kasihilah sesamamu dan bencilah musuhmu.’ Tapi aku berkata kepada kalian: Teruslah kasihi musuh-musuh kalian dan berdoa bagi orang-orang yang menganiaya kalian.” (Matius 5:43, 44) Apakah perintah ”bencilah musuhmu” diambil dari Firman Allah? Tidak, ini adalah aturan yang diajarkan oleh para pemimpin agama menurut pemikiran mereka sendiri. Mereka mengencerkan Hukum Allah yang sempurna dengan pemikiran manusia. Yesus tanpa takut-takut membela Firman Allah terhadap pengaruh tradisi manusia yang mencelakakan.—Markus 7:9-13.
15. Bagaimana Yesus membela Hukum Allah terhadap upaya-upaya untuk membuatnya tampak terlalu ketat, bahkan mengekang?
15 Para pemimpin agama juga menyerang Hukum Allah dengan membuatnya tampak terlalu ketat, bahkan mengekang. Ketika murid-murid Yesus memetik beberapa bulir gandum sewaktu melintasi sebuah ladang, beberapa orang Farisi menyatakan bahwa mereka melanggar Sabat. Yesus menggunakan sebuah contoh dari Kitab Suci untuk membela Firman Allah terhadap pandangan yang tidak seimbang ini. Dia mengutip satu-satunya rujukan dari Kitab Suci yang membahas penggunaan roti persembahan bait di luar tempat kudus—sewaktu Daud dan anak buahnya yang lapar memakannya. Yesus memperlihatkan kepada orang-orang Farisi itu bahwa mereka tidak memahami belas kasihan dan keibaan hati Yehuwa.—Markus 2:23-27.
16. Apa yang telah dilakukan oleh para pemimpin agama terhadap perintah Musa tentang perceraian, dan bagaimana tanggapan Yesus?
16 Para pemimpin agama juga merancang celah hukum untuk melemahkan kekuatan Hukum Allah. Misalnya, Hukum membolehkan seorang pria menceraikan istrinya jika dia menemukan pada istrinya itu ”hal yang tidak pantas”, yang pasti memaksudkan problem serius yang mendatangkan aib atas rumah tangga. (Ulangan 24:1) Namun, pada zaman Yesus, para pemimpin agama memanfaatkan kelonggaran itu sebagai dalih untuk membolehkan seorang pria menceraikan istrinya karena segala macam alasan—bahkan karena menyajikan makan malam yang gosong!a Yesus memperlihatkan bahwa mereka telah menyalahgambarkan kata-kata Musa yang terilham. Lalu, dia mengembalikan standar Yehuwa yang semula tentang perkawinan, yakni monogami, dan menegaskan bahwa satu-satunya dasar yang patut untuk perceraian adalah amoralitas seksual.—Matius 19:3-12.
17. Bagaimana orang Kristen sekarang ini bisa meniru Yesus dalam membela Firman Allah?
17 Para pengikut Kristus sekarang ini juga merasa wajib membela Kitab Suci terhadap serangan. Sewaktu para pemimpin agama menyiratkan bahwa standar moral Firman Allah sudah ketinggalan zaman, mereka sebenarnya menyerang Alkitab. Alkitab juga diserang sewaktu agama-agama mengajarkan apa yang palsu lalu menyebutnya sebagai doktrin Alkitab. Kita merasa bangga karena bisa membela Firman kebenaran Allah yang murni—memperlihatkan, misalnya, bahwa Allah bukan bagian dari Tritunggal. (Ulangan 4:39) Pada waktu yang sama, kita membuat pembelaan itu dengan bijaksana, disertai kelembutan yang tulus dan respek yang dalam.—1 Petrus 3:15.
Menjelaskan Firman Allah
18, 19. Contoh apa saja yang memperlihatkan bahwa Yesus memiliki kesanggupan yang menakjubkan untuk menjelaskan Firman Allah?
18 Yesus berada di surga ketika Kitab-Kitab Ibrani dicatat. Dia pasti sangat menikmati kesempatan untuk datang ke bumi dan ikut serta menjelaskan Firman Allah! Misalnya, pikirkan hari yang tak terlupakan setelah kebangkitannya sewaktu dia bertemu dua muridnya di jalan menuju Emaus. Sebelum mengenali siapa dirinya, mereka menceritakan betapa sedih dan bingungnya mereka karena kematian Majikan yang mereka kasihi. Bagaimana tanggapannya? ”Dia menjelaskan semua hal tentang dirinya yang ditulis dalam Kitab Suci, mulai dari tulisan Musa dan semua Tulisan Para Nabi.” Apa pengaruhnya atas mereka? Belakangan, mereka berkata kepada satu sama lain, ”Pantas saja hati kita sangat tersentuh saat dia bicara dengan kita di jalan, saat dia menjelaskan isi Kitab Suci!”—Lukas 24:15-32.
19 Belakangan pada hari itu juga, Yesus menemui rasul-rasulnya dan orang-orang lain. Perhatikan apa yang dia lakukan: ”Dia membantu mereka untuk mengerti sepenuhnya makna Kitab Suci.” (Lukas 24:45) Tak diragukan, peristiwa yang membahagiakan itu mengingatkan mereka akan sesuatu yang berkali-kali Yesus lakukan bagi mereka—dan bagi siapa pun yang mau mendengarkan. Dia sering kali mengutip ayat yang terkenal lalu menjelaskannya sedemikian rupa sehingga menghasilkan pengaruh yang luar biasa dalam benak pendengarnya—pemahaman yang baru dan lebih dalam tentang Firman Allah.
20, 21. Bagaimana Yesus menjelaskan kata-kata yang Yehuwa firmankan kepada Musa di semak yang bernyala?
20 Pada sebuah peristiwa, Yesus sedang berbicara kepada sekelompok orang Saduki. Mereka adalah salah satu sekte Yudaisme yang sering berhubungan dengan keimaman Yahudi, dan mereka tidak memercayai kebangkitan. Yesus berkata kepada mereka, ”Mengenai kebangkitan orang mati, apa kalian belum pernah baca apa yang Allah katakan kepada kalian, ’Aku adalah Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub’? Dia adalah Allah orang hidup, bukan Allah orang mati.” (Matius 22:31, 32) Ini adalah ayat yang mereka kenal baik, ditulis oleh pria yang sangat dihormati orang Saduki—Musa. Namun, apakah Saudara melihat betapa ampuhnya penjelasan Yesus?
21 Sekitar tahun 1514 SM, Musa bercakap-cakap dengan Yehuwa di semak yang bernyala. (Keluaran 3:2, 6) Pada waktu itu, Abraham sudah meninggal 329 tahun sebelumnya, Ishak 224 tahun, dan Yakub 197 tahun. Namun, Yehuwa masih mengatakan, ”Akulah Allah dari leluhurmu.” Orang-orang Saduki itu tahu bahwa Yehuwa tidak sama dengan dewa orang mati, yang menguasai alam baka dalam mitos. Tidak, Dia adalah Allah ”orang hidup”, seperti kata Yesus. Jadi, apa artinya? Kesimpulan Yesus sungguh ampuh: ”Di mata-Nya, mereka semua hidup.” (Lukas 20:38) Hamba-hamba yang Yehuwa kasihi yang telah meninggal kini aman dalam ingatan Allah yang tidak terbatas dan tidak pudar. Sedemikian pastinya kehendak Yehuwa untuk membangkitkan mereka sehingga mereka bisa dikatakan masih hidup. (Roma 4:16, 17) Bukankah itu penjelasan yang menakjubkan tentang Firman Allah? Tidak heran kalau ”orang-orang kagum dengan ajarannya”!—Matius 22:33.
22, 23. (a) Bagaimana kita dapat meniru Yesus dalam menjelaskan Firman Allah? (b) Apa yang akan kita kupas di pasal berikut?
22 Orang Kristen sekarang ini memiliki kehormatan untuk meniru cara Yesus menjelaskan Firman Allah. Memang, pikiran kita tidak sempurna. Meskipun demikian, kita sering kali bisa menunjukkan kepada orang lain sebuah ayat yang sudah mereka kenal lalu menjelaskan aspek-aspek yang mungkin belum pernah tebersit dalam benak mereka. Misalnya, mereka mungkin telah berulang-ulang mengucapkan ”dikuduskanlah nama-Mu” dan ”datanglah Kerajaan-Mu” seumur hidup mereka tanpa pernah mengetahui nama Allah dan Kerajaan-Nya. (Matius 6:9, 10, Terjemahan Baru) Sungguh luar biasa kesempatan yang kita miliki sewaktu seseorang mempersilakan kita memberikan penjelasan yang sederhana tentang ajaran Alkitab tersebut!
23 Mengutip Firman Allah, membelanya, dan menjelaskannya adalah kunci untuk meniru cara Yesus menyampaikan kebenaran. Berikutnya, marilah kita kupas beberapa metode efektif yang Yesus gunakan untuk menyentuh hati para pendengarnya dengan ajaran-ajaran Alkitab.
a Sejarawan abad pertama, Yosefus, yang juga seorang Farisi yang telah bercerai, belakangan menyatakan bahwa perceraian diperbolehkan ”karena alasan apa pun (dan menurut para pria, alasannya banyak)”.
-
-
”Ada Tertulis””Mari Jadilah Pengikutku”
-
-
PASAL SEPULUH
”Ada Tertulis”
1-3. Yesus ingin agar orang-orang Nazaret menarik kesimpulan penting apa, dan bukti apa yang dia kemukakan?
PERISTIWANYA terjadi pada awal pelayanan Yesus. Kristus kembali ke Nazaret, kampung halamannya. Tujuannya ialah membantu orang-orang menarik kesimpulan yang sangat penting: Dialah Mesias yang telah lama dinubuatkan! Bukti apa yang dia kemukakan?
2 Banyak orang pasti mengharapkan mukjizat. Mereka telah mendengar laporan tentang berbagai hal menakjubkan yang Yesus lakukan. Namun, dia tidak memberi mereka tanda semacam itu. Sebaliknya, dia pergi ke rumah ibadah, seperti kebiasaannya. Dia berdiri untuk membaca, dan gulungan kitab Yesaya diserahkan kepadanya. Gulungan itu panjang, dan Yesus perlahan-lahan membukanya hingga menemukan ayat yang dia cari. Lalu, dia membacakan kata-kata yang sekarang terdapat dalam Yesaya 61:1-3.—Lukas 4:16-19.
3 Hadirin pasti mengenal ayat itu yang menubuatkan tentang Mesias. Mata semua orang di rumah ibadah itu terpaku pada Yesus. Keheningan menyelimuti ruangan. Lalu, Yesus mulai menjelaskan, mungkin dengan panjang lebar, ”Hari ini, ayat yang baru saja kalian dengar sudah menjadi kenyataan.” Hadirin terpukau oleh perkataannya yang menawan hati, tetapi banyak yang tampaknya masih ingin melihat suatu tanda yang spektakuler. Sebaliknya, Yesus dengan berani menggunakan sebuah contoh dari Kitab Suci untuk menyingkapkan ketiadaan iman mereka. Tak lama kemudian, orang-orang Nazaret berupaya membunuhnya!—Lukas 4:20-30.
4. Yesus menetapkan pola apa dalam pelayanannya, dan apa yang akan kita kupas di pasal ini?
4 Yesus menetapkan pola yang dia pertahankan sepanjang pelayanannya. Dia sangat mengandalkan Firman Allah yang terilham. Memang, mukjizatnya sangat penting untuk mempertunjukkan bahwa kuasa kudus Allah ada padanya. Namun, bagi Yesus, tidak ada yang lebih berbobot daripada Kitab Suci. Marilah kita selidiki teladannya dalam hal ini. Kita akan mengupas cara Majikan kita mengutip Firman Allah, membela Firman Allah, dan menjelaskan Firman Allah.
Mengutip Firman Allah
5. Yesus ingin agar para pendengarnya mengetahui apa, dan bagaimana dia membuktikan kebenaran komentarnya?
5 Yesus ingin agar orang-orang mengetahui sumber beritanya. Dia berkata, ”Yang saya ajarkan bukan ajaran saya sendiri, tapi ajaran Dia yang mengutus saya.” (Yohanes 7:16) Pada kesempatan lain, dia berkata, ”Saya tidak melakukan apa pun atas kemauan saya sendiri. Apa yang Bapak ajarkan kepada saya, itulah yang saya bicarakan.” (Yohanes 8:28) Selain itu, dia berkata, ”Hal-hal yang kukatakan kepada kalian bukan berasal dari pikiranku sendiri. Sebaliknya, Bapak yang tetap bersatu dengan aku melakukan pekerjaan-Nya melalui aku.” (Yohanes 14:10) Untuk membuktikan kebenaran komentar tersebut, Yesus berulang kali mengutip Firman Allah yang tertulis.
6, 7. (a) Seberapa banyakkah Yesus mengutip Kitab-Kitab Ibrani, dan mengapa hal ini luar biasa? (b) Apa perbedaan antara cara Yesus dan cara para penulis sewaktu mengajar?
6 Dengan meneliti perkataan Yesus yang dicatat, tersingkaplah bahwa dia mengutip secara langsung atau merujuk secara tidak langsung ke lebih dari setengah kanon Kitab-Kitab Ibrani. Mulanya, itu mungkin kedengaran biasa-biasa saja. Saudara mungkin bertanya-tanya mengapa, dalam tiga setengah tahun pengajaran dan pengabarannya di hadapan umum, dia tidak mengutip semua buku terilham yang ada. Sebenarnya, ada kemungkinan dia telah melakukannya. Ingatlah, hanya sebagian kecil perkataan dan tindakan Yesus yang dicatat. (Yohanes 21:25) Saudara boleh jadi butuh beberapa jam saja untuk membacakan semua perkataan Yesus yang dicatat itu. Sekarang, bayangkan diri Saudara berbicara tentang Allah dan Kerajaan-Nya hanya dalam beberapa jam dan berupaya mengacu ke lebih dari setengah Kitab-Kitab Ibrani! Selain itu, dalam kebanyakan kasus, Yesus tidak memiliki gulungan tertulis. Sewaktu menyampaikan Khotbah di Gunung yang terkenal, dia menyertakan puluhan rujukan langsung dan tidak langsung ke Kitab-Kitab Ibrani—semuanya di luar kepala!
7 Dari apa yang Yesus kutip, tampaklah bahwa dia sangat menghormati Firman Allah. Hadirinnya ”kagum dengan cara dia mengajar, karena dia mengajar sebagai orang yang berwenang, tidak seperti para ahli Taurat”. (Markus 1:22) Sewaktu mengajar, para penulis senang mengacu ke hukum lisan, mengutip kata-kata para rabi terpelajar tempo dulu. Yesus tidak pernah satu kali pun mengutip hukum lisan atau kata-kata rabi tertentu sebagai patokan. Sebaliknya, dia memandang Firman Allah sebagai patokan mutlak. Berulang-ulang, kita mendapati dia mengatakan, ”Ada tertulis.” Berkali-kali dia menggunakan kata-kata itu atau yang mirip sewaktu mengajar para pengikutnya dan sewaktu mengoreksi gagasan yang keliru.
8, 9. (a) Bagaimana Yesus menjunjung Firman Allah sebagai patokan sewaktu dia membersihkan bait? (b) Apa yang menunjukkan bahwa para pemimpin agama di bait sangat tidak merespek Firman Allah?
8 Sewaktu membersihkan bait di Yerusalem, Yesus berkata, ”Ada tertulis, ’Rumah-Ku akan disebut rumah doa,’ tapi kalian menjadikannya gua perampok.” (Matius 21:12, 13; Yesaya 56:7; Yeremia 7:11) Sehari sebelumnya, dia telah melakukan banyak perkara ajaib di sana. Karena sangat terkesan, anak-anak lelaki mulai memuji dia. Namun, para pemimpin agama dengan kesal bertanya apakah Yesus mendengar apa yang dikatakan anak-anak itu. Dia menjawab, ”Ya. Apa kalian tidak pernah baca ini: ’Engkau membuat mulut anak-anak dan bayi-bayi mengucapkan pujian’?” (Matius 21:16; Mazmur 8:2) Yesus ingin agar pria-pria itu tahu bahwa peristiwa tersebut dapat dibenarkan oleh Firman Allah.
9 Para pemimpin agama itu belakangan berkumpul dan mengadang Yesus dengan pertanyaan, ”Dari mana kamu dapat wewenang untuk melakukan hal-hal ini?” (Matius 21:23) Yesus telah menunjukkan dengan sangat jelas Sumber wewenangnya. Dia tidak memperkenalkan atau menciptakan doktrin baru. Dia hanya menerapkan apa yang dikatakan dalam Firman Bapaknya yang terilham. Jadi, sebenarnya, para imam dan penulis itu sangat tidak merespek Yehuwa dan Firman-Nya. Sepantasnyalah mereka dikecam oleh Yesus sewaktu dia menyingkapkan motif mereka yang buruk.—Matius 21:23-46.
10. Bagaimana kita dapat meniru cara Yesus menggunakan Firman Allah, dan sarana apa saja yang kita miliki yang tidak tersedia pada zaman Yesus?
10 Seperti Yesus, orang Kristen sejati sekarang ini mengandalkan Firman Allah dalam pelayanan. Di seluruh dunia, Saksi-Saksi Yehuwa dikenal karena semangat mereka untuk menceritakan berita Alkitab kepada orang lain. Publikasi kita banyak sekali mengutip dan merujuk ke Alkitab. Dan, dalam pelayanan, kita melakukan hal yang sama, berupaya menonjolkan Alkitab setiap kali kita berbicara kepada orang-orang. (2 Timotius 3:16) Betapa senang rasanya sewaktu ada yang mempersilakan kita membacakan Alkitab dan membahas nilai serta makna Firman Allah! Tidak seperti Yesus, ingatan kita tidak sempurna, tetapi kita memiliki banyak sarana yang tidak tersedia pada zaman Yesus. Selain Alkitab lengkap yang diterbitkan dalam semakin banyak bahasa, ada banyak alat bantu untuk menemukan setiap ayat yang kita cari. Marilah kita bertekad untuk terus mengutip Alkitab dan mengarahkan orang-orang ke Firman Allah setiap kali ada kesempatan!
Membela Firman Allah
11. Mengapa Yesus harus sering membela Firman Allah?
11 Yesus mendapati bahwa Firman Allah sering diserang, tetapi hal itu tentu tidak mengejutkannya. ”Firman-Mu adalah kebenaran,” kata Yesus kepada Bapaknya dalam doa. (Yohanes 17:17) Dan, Yesus tahu betul bahwa Setan, ”penguasa dunia ini”, adalah ”pendusta dan bapak para pendusta”. (Yohanes 8:44; 14:30) Sewaktu menampik godaan Setan, Yesus tiga kali mengutip Kitab Suci. Setan mengutip satu ayat dari Mazmur, sengaja menyalahterapkannya, dan Yesus menanggapi dengan membela Firman Allah agar tidak disalahgunakan.—Matius 4:6, 7.
12-14. (a) Apa yang menunjukkan bahwa para pemimpin agama tidak merespek Hukum Musa? (b) Bagaimana Yesus membela Firman Allah?
12 Yesus sering membela Alkitab agar tidak disalahgunakan, disalahtafsirkan, dan disalahgambarkan. Guru-guru agama pada zamannya menggambarkan Firman Allah dengan cara yang tidak seimbang. Mereka sangat menandaskan soal menjalankan hal yang kecil-kecil dari Hukum Musa tetapi nyaris tidak menonjolkan penerapan prinsip-prinsip yang mendasari hukum itu. Dengan demikian, mereka menganjurkan bentuk ibadah yang dangkal, yang hanya berpusat pada penampilan luar ketimbang hal-hal yang lebih berbobot—seperti keadilan, belas kasihan, dan kesetiaan. (Matius 23:23) Bagaimana Yesus membela Hukum Allah?
13 Dalam Khotbah di Gunung, Yesus berulang kali menggunakan frasa ”kalian pernah mendengar kata-kata” untuk mengawali suatu ketetapan dalam Hukum Musa. Dia melanjutkan dengan frasa ”tapi aku berkata kepada kalian” dan kemudian memaparkan prinsip yang lebih dalam ketimbang pelaksanaan Hukum secara dangkal. Apakah dia membantah apa yang dikatakan Hukum? Tidak, dia justru membelanya. Misalnya, orang-orang mengetahui hukum ”Jangan membunuh”. Tetapi, Yesus memberi tahu mereka bahwa membenci seseorang merupakan pelanggaran terhadap semangat di balik hukum itu. Demikian pula, memupuk nafsu terhadap seseorang selain teman hidup sendiri merupakan pelanggaran terhadap prinsip yang mendasari hukum Allah tentang perzinaan.—Matius 5:17, 18, 21, 22, 27-39.
14 Akhirnya, Yesus berkata, ”Kalian pernah mendengar kata-kata, ’Kasihilah sesamamu dan bencilah musuhmu.’ Tapi aku berkata kepada kalian: Teruslah kasihi musuh-musuh kalian dan berdoa bagi orang-orang yang menganiaya kalian.” (Matius 5:43, 44) Apakah perintah ”bencilah musuhmu” diambil dari Firman Allah? Tidak, ini adalah aturan yang diajarkan oleh para pemimpin agama menurut pemikiran mereka sendiri. Mereka mengencerkan Hukum Allah yang sempurna dengan pemikiran manusia. Yesus tanpa takut-takut membela Firman Allah terhadap pengaruh tradisi manusia yang mencelakakan.—Markus 7:9-13.
15. Bagaimana Yesus membela Hukum Allah terhadap upaya-upaya untuk membuatnya tampak terlalu ketat, bahkan mengekang?
15 Para pemimpin agama juga menyerang Hukum Allah dengan membuatnya tampak terlalu ketat, bahkan mengekang. Ketika murid-murid Yesus memetik beberapa bulir gandum sewaktu melintasi sebuah ladang, beberapa orang Farisi menyatakan bahwa mereka melanggar Sabat. Yesus menggunakan sebuah contoh dari Kitab Suci untuk membela Firman Allah terhadap pandangan yang tidak seimbang ini. Dia mengutip satu-satunya rujukan dari Kitab Suci yang membahas penggunaan roti persembahan bait di luar tempat kudus—sewaktu Daud dan anak buahnya yang lapar memakannya. Yesus memperlihatkan kepada orang-orang Farisi itu bahwa mereka tidak memahami belas kasihan dan keibaan hati Yehuwa.—Markus 2:23-27.
16. Apa yang telah dilakukan oleh para pemimpin agama terhadap perintah Musa tentang perceraian, dan bagaimana tanggapan Yesus?
16 Para pemimpin agama juga merancang celah hukum untuk melemahkan kekuatan Hukum Allah. Misalnya, Hukum membolehkan seorang pria menceraikan istrinya jika dia menemukan pada istrinya itu ”hal yang tidak pantas”, yang pasti memaksudkan problem serius yang mendatangkan aib atas rumah tangga. (Ulangan 24:1) Namun, pada zaman Yesus, para pemimpin agama memanfaatkan kelonggaran itu sebagai dalih untuk membolehkan seorang pria menceraikan istrinya karena segala macam alasan—bahkan karena menyajikan makan malam yang gosong!a Yesus memperlihatkan bahwa mereka telah menyalahgambarkan kata-kata Musa yang terilham. Lalu, dia mengembalikan standar Yehuwa yang semula tentang perkawinan, yakni monogami, dan menegaskan bahwa satu-satunya dasar yang patut untuk perceraian adalah amoralitas seksual.—Matius 19:3-12.
17. Bagaimana orang Kristen sekarang ini bisa meniru Yesus dalam membela Firman Allah?
17 Para pengikut Kristus sekarang ini juga merasa wajib membela Kitab Suci terhadap serangan. Sewaktu para pemimpin agama menyiratkan bahwa standar moral Firman Allah sudah ketinggalan zaman, mereka sebenarnya menyerang Alkitab. Alkitab juga diserang sewaktu agama-agama mengajarkan apa yang palsu lalu menyebutnya sebagai doktrin Alkitab. Kita merasa bangga karena bisa membela Firman kebenaran Allah yang murni—memperlihatkan, misalnya, bahwa Allah bukan bagian dari Tritunggal. (Ulangan 4:39) Pada waktu yang sama, kita membuat pembelaan itu dengan bijaksana, disertai kelembutan yang tulus dan respek yang dalam.—1 Petrus 3:15.
Menjelaskan Firman Allah
18, 19. Contoh apa saja yang memperlihatkan bahwa Yesus memiliki kesanggupan yang menakjubkan untuk menjelaskan Firman Allah?
18 Yesus berada di surga ketika Kitab-Kitab Ibrani dicatat. Dia pasti sangat menikmati kesempatan untuk datang ke bumi dan ikut serta menjelaskan Firman Allah! Misalnya, pikirkan hari yang tak terlupakan setelah kebangkitannya sewaktu dia bertemu dua muridnya di jalan menuju Emaus. Sebelum mengenali siapa dirinya, mereka menceritakan betapa sedih dan bingungnya mereka karena kematian Majikan yang mereka kasihi. Bagaimana tanggapannya? ”Dia menjelaskan semua hal tentang dirinya yang ditulis dalam Kitab Suci, mulai dari tulisan Musa dan semua Tulisan Para Nabi.” Apa pengaruhnya atas mereka? Belakangan, mereka berkata kepada satu sama lain, ”Pantas saja hati kita sangat tersentuh saat dia bicara dengan kita di jalan, saat dia menjelaskan isi Kitab Suci!”—Lukas 24:15-32.
19 Belakangan pada hari itu juga, Yesus menemui rasul-rasulnya dan orang-orang lain. Perhatikan apa yang dia lakukan: ”Dia membantu mereka untuk mengerti sepenuhnya makna Kitab Suci.” (Lukas 24:45) Tak diragukan, peristiwa yang membahagiakan itu mengingatkan mereka akan sesuatu yang berkali-kali Yesus lakukan bagi mereka—dan bagi siapa pun yang mau mendengarkan. Dia sering kali mengutip ayat yang terkenal lalu menjelaskannya sedemikian rupa sehingga menghasilkan pengaruh yang luar biasa dalam benak pendengarnya—pemahaman yang baru dan lebih dalam tentang Firman Allah.
20, 21. Bagaimana Yesus menjelaskan kata-kata yang Yehuwa firmankan kepada Musa di semak yang bernyala?
20 Pada sebuah peristiwa, Yesus sedang berbicara kepada sekelompok orang Saduki. Mereka adalah salah satu sekte Yudaisme yang sering berhubungan dengan keimaman Yahudi, dan mereka tidak memercayai kebangkitan. Yesus berkata kepada mereka, ”Mengenai kebangkitan orang mati, apa kalian belum pernah baca apa yang Allah katakan kepada kalian, ’Aku adalah Allah Abraham, Allah Ishak, dan Allah Yakub’? Dia adalah Allah orang hidup, bukan Allah orang mati.” (Matius 22:31, 32) Ini adalah ayat yang mereka kenal baik, ditulis oleh pria yang sangat dihormati orang Saduki—Musa. Namun, apakah Saudara melihat betapa ampuhnya penjelasan Yesus?
21 Sekitar tahun 1514 SM, Musa bercakap-cakap dengan Yehuwa di semak yang bernyala. (Keluaran 3:2, 6) Pada waktu itu, Abraham sudah meninggal 329 tahun sebelumnya, Ishak 224 tahun, dan Yakub 197 tahun. Namun, Yehuwa masih mengatakan, ”Akulah Allah dari leluhurmu.” Orang-orang Saduki itu tahu bahwa Yehuwa tidak sama dengan dewa orang mati, yang menguasai alam baka dalam mitos. Tidak, Dia adalah Allah ”orang hidup”, seperti kata Yesus. Jadi, apa artinya? Kesimpulan Yesus sungguh ampuh: ”Di mata-Nya, mereka semua hidup.” (Lukas 20:38) Hamba-hamba yang Yehuwa kasihi yang telah meninggal kini aman dalam ingatan Allah yang tidak terbatas dan tidak pudar. Sedemikian pastinya kehendak Yehuwa untuk membangkitkan mereka sehingga mereka bisa dikatakan masih hidup. (Roma 4:16, 17) Bukankah itu penjelasan yang menakjubkan tentang Firman Allah? Tidak heran kalau ”orang-orang kagum dengan ajarannya”!—Matius 22:33.
22, 23. (a) Bagaimana kita dapat meniru Yesus dalam menjelaskan Firman Allah? (b) Apa yang akan kita kupas di pasal berikut?
22 Orang Kristen sekarang ini memiliki kehormatan untuk meniru cara Yesus menjelaskan Firman Allah. Memang, pikiran kita tidak sempurna. Meskipun demikian, kita sering kali bisa menunjukkan kepada orang lain sebuah ayat yang sudah mereka kenal lalu menjelaskan aspek-aspek yang mungkin belum pernah tebersit dalam benak mereka. Misalnya, mereka mungkin telah berulang-ulang mengucapkan ”dikuduskanlah nama-Mu” dan ”datanglah Kerajaan-Mu” seumur hidup mereka tanpa pernah mengetahui nama Allah dan Kerajaan-Nya. (Matius 6:9, 10, Terjemahan Baru) Sungguh luar biasa kesempatan yang kita miliki sewaktu seseorang mempersilakan kita memberikan penjelasan yang sederhana tentang ajaran Alkitab tersebut!
23 Mengutip Firman Allah, membelanya, dan menjelaskannya adalah kunci untuk meniru cara Yesus menyampaikan kebenaran. Berikutnya, marilah kita kupas beberapa metode efektif yang Yesus gunakan untuk menyentuh hati para pendengarnya dengan ajaran-ajaran Alkitab.
a Sejarawan abad pertama, Yosefus, yang juga seorang Farisi yang telah bercerai, belakangan menyatakan bahwa perceraian diperbolehkan ”karena alasan apa pun (dan menurut para pria, alasannya banyak)”.
-