DUNIA
Kata yang umum digunakan dalam bahasa Indonesia sebagai terjemahan kata Yunani koʹsmos dalam semua pemunculannya di Kitab-Kitab Yunani Kristen kecuali di 1 Petrus 3:3, yang diterjemahkan menjadi ’dandanan’. ”Dunia” bisa memaksudkan (1) umat manusia secara keseluruhan, tidak soal keadaan moral atau haluan hidup mereka, (2) struktur kehidupan masyarakat manusia tempat seseorang lahir dan tinggal (dan dalam pengertian ini, kata ini kadang-kadang mirip dengan kata Yunani ai·onʹ, ”sistem”), atau (3) umat manusia yang bukan hamba-hamba Yehuwa yang diperkenan.
King James Version menggunakan kata ”dunia” bukan saja sebagai terjemahan kata koʹsmos melainkan juga tiga kata Yunani lainnya (ge; ai·onʹ; oi·kou·meʹne) dalam sejumlah pemunculannya, dan lima kata Ibrani yang berbeda (ʼeʹrets; kheʹdhel; kheʹledh; ʽoh·lamʹ; te·velʹ). Hal itu menyebabkan pengaburan atau pembauran arti yang membingungkan, dan sebagai akibatnya, sulit untuk memperoleh pengertian yang benar sehubungan dengan ayat-ayat yang bersangkutan. Terjemahan-terjemahan yang lebih baru dapat membuat hal-hal yang membingungkan itu menjadi jelas.
Kata Ibrani ʼeʹrets dan kata Yunani ge (asal kata ”geografi” dan ”geologi” dalam bahasa Indonesia) berarti ”bumi; tanah” (Kej 6:4; Bil 1:1; Mat 2:6; 5:5; 10:29; 13:5), meskipun dalam beberapa kasus kata-kata itu mengandung arti kiasan yang memaksudkan orang-orang yang tinggal di bumi, misalnya di Mazmur 66:4 dan Penyingkapan 13:3. Baik kata ʽoh·lamʹ (Ibr.) maupun ai·onʹ (Yn.) pada dasarnya berkaitan dengan suatu periode waktu yang panjangnya tidak tertentu. (Kej 6:3; 17:13; Luk 1:70) Ai·onʹ bisa juga berarti ”sistem” yang mencirikan periode, masa, atau era tertentu. (Gal 1:4) Kheʹledh (Ibr.) memiliki arti yang agak serupa dan bisa diterjemahkan menjadi ’lama kehidupan’ dan ”sistem”. (Ayb 11:17; Mz 17:14) Oi·kou·meʹne (Yn.) berarti ”bumi yang berpenduduk” (Luk 21:26), dan te·velʹ (Ibr.) bisa diterjemahkan menjadi ”tanah yang produktif”. (2Sam 22:16) Kheʹdhel (Ibr.) hanya muncul di Yesaya 38:11, dan dalam Terjemahan Baru kata ini diterjemahkan menjadi ”dunia” dalam ungkapan ”penduduk dunia”. The Interpreter’s Dictionary of the Bible (diedit oleh G. Buttrick, 1962, Jil. 4, hlm. 874) menyarankan terjemahan ”penduduk (dunia) perhentian”, seraya menunjukkan bahwa kebanyakan pakar lebih memilih naskah-naskah Ibrani yang menggunakan kheʹledh daripada kheʹdhel. Terjemahan Dunia Baru menyebutkan ”penduduk negeri perhentian”.—Lihat BUMI; ERA; SISTEM; USIA.
”Kosmos” dan Berbagai Maknanya. Arti dasar kata Yunani koʹsmos adalah ”tatanan” atau ”pengaturan”. Dan sebagaimana konsep keindahan berkaitan dengan tatanan dan kesimetrisan, koʹsmos juga mengandung gagasan tersebut dan karena itu sering digunakan oleh orang Yunani untuk memaksudkan ’dandanan’, khususnya sehubungan dengan kaum wanita. Kata itu digunakan dengan makna tersebut di 1 Petrus 3:3. Dari kata itu juga muncullah kata bahasa Indonesia ”kosmetik”. Kata kerja yang terkait, ko·smeʹo, memiliki arti ”membenahi” di Matius 25:7 dan ’menghiasi’ atau ”berdandan” di ayat-ayat lain. (Mat 12:44; 23:29; Luk 11:25; 21:5; 1Tim 2:9; Tit 2:10; 1Ptr 3:5; Pny 21:2, 19) Kata sifat koʹsmi·os, di 1 Timotius 2:9 dan 3:2, menggambarkan sesuatu yang ”ditata dengan baik” atau ”tertib”.
Tampaknya, karena alam semesta memanifestasikan ketertiban, para filsuf Yunani kadang-kadang menerapkan koʹsmos kepada seluruh karya ciptaan yang kelihatan. Namun, tidak ada persamaan pendapat di antara mereka, ada yang membatasi kata itu hanya untuk benda-benda langit, yang lain-lainnya menggunakannya untuk seluruh alam semesta. Penggunaan koʹsmos untuk menggambarkan ciptaan fisik secara keseluruhan muncul dalam beberapa tulisan Apokrifa (bdk. Kebijaksanaan 9:9; 11:17), yang ditulis pada periode penyebaran filsafat Yunani di banyak wilayah Yahudi. Akan tetapi, dalam tulisan-tulisan terilham Kitab-Kitab Yunani Kristen, makna seperti itu nyaris atau mungkin sama sekali tidak ada. Tampaknya, beberapa ayat mungkin menggunakan istilah itu dengan makna tersebut, misalnya catatan tentang khotbah sang rasul kepada orang-orang Athena di Areopagus. Dalam khotbahnya Paulus mengatakan, ”Allah yang menjadikan dunia [salah satu bentuk kata koʹsmos] dan segala sesuatu di dalamnya, Pribadi yang adalah Tuan atas langit dan bumi, tidak tinggal di kuil-kuil buatan tangan.” (Kis 17:22-24) Karena orang-orang Yunani pada masa itu menggunakan koʹsmos untuk memaksudkan alam semesta, Paulus mungkin menggunakan kata itu dengan makna tersebut. Namun, bahkan di ayat itu, bisa saja ia menggunakannya dengan salah satu arti yang dibahas di bagian-bagian lain artikel ini.
Berkaitan dengan Umat Manusia. Synonyms of the New Testament karya Richard C. Trench (London, 1961, hlm. 201, 202), setelah menguraikan penggunaan kata koʹsmos yang oleh para filsuf diterapkan untuk alam semesta, mengatakan, ”Dari arti κόσμος [koʹsmos] ini, yaitu alam semesta fisik, . . . muncul arti lain κόσμος, yaitu tatanan hal-hal eksternal yang di dalamnya manusia hidup dan bergerak, yang ada bagi kepentingan manusia itu dan yang di dalamnya ia menjadi pusat moral (Yohanes xvi. 21; I Kor. xiv. 10; I Yohanes iii. 17); . . . dan kemudian manusia itu sendiri, yaitu jumlah keseluruhan orang-orang yang hidup di dunia (Yohanes i. 29; iv. 42; II Kor. v. 19); dan kemudian atas dasar itu, dan secara etis, semua yang bukan bagian dari ἐκκλησία [ek·kle·siʹa; gereja atau sidang jemaat], yang terasing dari kehidupan Allah dan melalui pekerjaan-pekerjaan fasik menjadi musuh-musuh-Nya (I Kor. i. 20, 21; II Kor. vii. 10; Yak. iv. 4).”
Demikian pula, buku Studies in the Vocabulary of the Greek New Testament, karya K. S. Wuest (1946, hlm. 57), mengutip pakar bahasa Yunani, Cremer, yang mengatakan, ”Karena kosmos dianggap sebagai tatanan segala sesuatu yang pusatnya adalah manusia, perhatian terutama diarahkan kepadanya, dan kosmos memaksudkan umat manusia dalam tatanan tersebut, umat manusia yang memanifestasikan dirinya dalam dan melalui tatanan itu (Mat. 18:7).”
Seluruh umat manusia. Oleh karena itu, koʹsmos, atau ”dunia”, berhubungan erat dan berkaitan dengan umat manusia. Pengertian ini muncul dalam kesusastraan Yunani sekuler dan khususnya dalam Tulisan-Tulisan Kudus. Ketika Yesus mengatakan bahwa orang yang berjalan pada waktu siang ”melihat terang dunia [salah satu bentuk kata koʹsmos] ini” (Yoh 11:9), kelihatannya ”dunia” hanya memaksudkan planet Bumi, yang memiliki matahari sebagai sumber terangnya pada waktu siang. Akan tetapi, kata-kata selanjutnya menyebutkan tentang orang yang berjalan pada waktu malam dan membentur sesuatu ”karena terang itu tidak ada dalam dirinya”. (Yoh 11:10) Allah memberikan matahari dan benda-benda langit lain terutama untuk manusia. (Bdk. Kej 1:14; Mz 8:3-8; Mat 5:45.) Demikian juga, dengan menggunakan terang dalam pengertian rohani, Yesus memberi tahu para pengikutnya bahwa mereka akan menjadi ”terang dunia” (Mat 5:14), tentunya bukan dalam arti bahwa mereka akan menyinari planet ini, karena ia selanjutnya memperlihatkan bahwa mereka akan menjadi terang bagi umat manusia, ”di hadapan manusia”. (Mat 5:16; bdk. Yoh 3:19; 8:12; 9:5; 12:46; Flp 2:15.) Pemberitaan kabar baik ”di seluruh dunia” (Mat 26:13) juga berarti memberitakannya kepada umat manusia secara keseluruhan, sama seperti ungkapan ”seluruh dunia” dalam beberapa bahasa merupakan cara yang umum untuk mengatakan ”setiap orang” (bandingkan ungkapan Prancis tout le monde; Spanyol todo el mundo).—Bdk. Yoh 8:26; 18:20; Rm 1:8; Kol 1:5, 6.
Dengan demikian, salah satu arti dasar koʹsmos ialah seluruh umat manusia. Oleh karena itu, Alkitab menunjukkan bahwa koʹsmos, atau dunia, bersalah karena dosa (Yoh 1:29; Rm 3:19; 5:12, 13) dan membutuhkan seorang penyelamat untuk memberinya kehidupan (Yoh 4:42; 6:33, 51; 12:47; 1Yoh 4:14), hal-hal yang berlaku hanya bagi umat manusia, bukan bagi ciptaan yang tak bernyawa ataupun bagi binatang. Inilah dunia yang Allah begitu kasihi sehingga ”ia memberikan Putra satu-satunya yang diperanakkan, agar setiap orang yang memperlihatkan iman akan dia tidak akan dibinasakan melainkan memperoleh kehidupan abadi”. (Yoh 3:16, 17; bdk. 2Kor 5:19; 1Tim 1:15; 1Yoh 2:2.) Dunia umat manusia menjadi ladang yang Yesus Kristus taburi dengan benih yang baik, yakni ”putra-putra kerajaan”.—Mat 13:24, 37, 38.
Ketika Paulus mengatakan bahwa ’sifat-sifat Allah yang tidak kelihatan jelas terlihat sejak penciptaan dunia, karena sifat-sifat tersebut dipahami melalui perkara-perkara yang diciptakan’, pastilah ia memaksudkan periode sejak penciptaan manusia, karena setelah manusia muncul barulah ada kecerdasan di bumi yang bisa ’memahami’ sifat-sifat yang tidak kelihatan melalui ciptaan yang kelihatan.—Rm 1:20.
Demikian pula, Yohanes 1:10 menyebutkan mengenai Yesus yang ’melalui dia dunia [koʹsmos] menjadi ada’. Memang benar bahwa Yesus ambil bagian dalam membuat segala sesuatu, termasuk langit dan planet Bumi dan segala yang ada di dalamnya, tetapi koʹsmos dalam ayat ini terutama diterapkan kepada manusia yang dalam penciptaannya Yesus juga ikut terlibat. (Bdk. Yoh 1:3; Kol 1:15-17; Kej 1:26.) Oleh karena itu, selebihnya dari ayat itu berbunyi, ”Tetapi dunia [yaitu, dunia umat manusia] tidak mengenalnya.”
”Dunia dijadikan.” Hubungan yang jelas antara koʹsmos dan dunia umat manusia juga membantu seseorang untuk memahami apa yang dimaksudkan dengan ”dunia dijadikan”, sebagaimana disebutkan di beberapa ayat. Ayat-ayat tersebut berbicara tentang hal-hal tertentu yang terjadi ”sejak dunia dijadikan”. Ini mencakup ’penumpahan darah semua nabi’ sejak zaman Habel, suatu ’kerajaan yang telah dipersiapkan’, dan ’nama-nama yang ditulis dalam gulungan kehidupan’. (Luk 11:50, 51; Mat 25:34; Pny 13:8; 17:8; bdk. Mat 13:35; Ibr 9:26.) Hal-hal tersebut berkaitan dengan kehidupan dan kegiatan manusia, oleh karena itu ”dunia dijadikan” pasti berkaitan dengan permulaan umat manusia, bukan dengan permulaan ciptaan tak bernyawa ataupun binatang. Ibrani 4:3 memperlihatkan bahwa karya ciptaan Allah, bukannya baru dimulai, melainkan sudah ”selesai sejak dunia dijadikan”. Karena Hawa pastilah ciptaan terakhir Yehuwa di bumi, dijadikannya dunia tidak mungkin memaksudkan sebelum Hawa diciptakan.
Sebagaimana diperlihatkan dalam artikel HABEL dan TAHU SEBELUMNYA; TETAPKAN SEBELUMNYA (Penetapan Mesias di muka), kata Yunani (ka·ta·bo·leʹ) untuk ’menjadikan’ dapat memaksudkan dikandungnya benih sewaktu seseorang mengandung. Ka·ta·bo·leʹ secara harfiah berarti ”melempar [benih] ke bawah” dan di Ibrani 11:11 dapat diterjemahkan menjadi ”mengandung” (RS, NW). Penggunaannya di ayat ini memaksudkan ’dilemparkannya benih manusia ke bawah’ oleh Abraham untuk memperanakkan seorang putra dan benih tersebut diterima oleh Sara agar terjadi pembuahan.
Oleh karena itu, ”dunia dijadikan” hendaknya tidak diartikan sebagai awal penciptaan alam semesta fisik, demikian juga ungkapan ”sebelum dunia dijadikan” (Yoh 17:5, 24; Ef 1:4; 1Ptr 1:20) tidak memaksudkan suatu titik waktu sebelum penciptaan alam semesta fisik. Jadi jelaslah, ungkapan-ungkapan ini berkaitan dengan waktu ketika ras manusia ”dijadikan” melalui pasangan manusia pertama, Adam dan Hawa yang, di luar Eden, mulai mengandung benih yang dapat menerima manfaat dari persediaan Allah untuk pembebasan dari dosa warisan.—Kej 3:20-24; 4:1, 2.
’Tontonan bagi dunia, baik bagi malaikat-malaikat maupun manusia.’ Ada yang berpendapat bahwa penggunaan kata koʹsmos di 1 Korintus 4:9 mencakup makhluk roh yang tidak kelihatan dan manusia yang kelihatan, dengan menerjemahkan ayat tersebut demikian, ”Kita menjadi tontonan bagi dunia, baik bagi malaikat-malaikat maupun manusia.” (AS) Namun, catatan kakinya memberikan terjemahan alternatif yang berbunyi, ”Atau, dan bagi malaikat-malaikat, dan bagi manusia.” Terjemahan alternatif tersebut juga digunakan oleh beberapa terjemahan lain sebagai terjemahan ayat dalam bahasa Yunani itu. (KJ; La; Mo; Vg; CC; Murdock) Terjemahan Young berbunyi, ”Kami menjadi sebuah tontonan bagi dunia, dan para utusan, dan manusia.” Sebelumnya, di 1 Korintus 1:20, 21, 27, 28; 2:12; 3:19, 22 sang penulis menggunakan kata koʹsmos untuk memaksudkan dunia umat manusia, sehingga jelaslah bahwa ia tidak beranjak dari pengertian tersebut di ayat-ayat selanjutnya, di 1 Korintus 4:9, 13. Oleh karena itu, jika terjemahan ”baik bagi malaikat-malaikat maupun manusia” diakui, ungkapan ini sekadar penandasan, bukan untuk memperluas arti kata koʹsmos, melainkan untuk memperluas cakupan penonton, bukan saja dunia umat manusia, melainkan juga ”malaikat-malaikat” dan ”manusia”.—Bdk. Ro.
Lingkup kehidupan manusia dan strukturnya Ini tidak berarti bahwa koʹsmos kehilangan makna aslinya, yaitu ”tatanan” atau ”pengaturan” dan hanya menjadi sinonim untuk umat manusia. Umat manusia sendiri mencerminkan tatanan tertentu, karena terdiri dari keluarga-keluarga, suku-suku, dan berkembang menjadi bangsa-bangsa dan kelompok-kelompok bahasa (1Kor 14:10; Pny 7:9; 14:6), serta golongan kaya dan golongan miskin dan pengelompokan lainnya. (Yak 2:5, 6) Suatu struktur kehidupan yang mengelilingi dan mempengaruhi umat manusia berkembang di bumi seraya jumlah manusia dan tahun-tahun keberadaannya bertambah. Ketika Yesus berbicara mengenai seorang pria yang ”memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan jiwanya”, ia dengan jelas memaksudkan memperoleh segala sesuatu yang ditawarkan dalam lingkup kehidupan manusia dan masyarakat manusia secara keseluruhan. (Mat 16:26; bdk. 6:25-32.) Yang juga sama maknanya adalah kata-kata Paulus mengenai orang yang ”menggunakan dunia ini” dan orang yang sudah menikah yang ’khawatir akan perkara-perkara duniawi’ (1Kor 7:31-34), dan juga kata-kata Yohanes ketika menyebutkan ”sarana dunia untuk menunjang kehidupan”.—1Yoh 3:17; bdk. 1Kor 3:22.
Dalam pengertian yang memaksudkan struktur, tatanan, atau lingkup kehidupan manusia, koʹsmos mempunyai arti yang serupa dengan kata Yunani ai·onʹ. Dalam beberapa kasus kedua kata tersebut hampir bersinonim. Misalnya, Demas dilaporkan telah meninggalkan rasul Paulus karena ia ”mengasihi sistem sekarang ini [ai·oʹna]”; sementara rasul Yohanes memperingatkan tentang ”mengasihi dunia [koʹsmon]” dengan jalan hidupnya yang menarik bagi hasrat daging yang berdosa. (2Tim 4:10; 1Yoh 2:15-17) Dan pribadi yang digambarkan di Yohanes 12:31 sebagai ”penguasa dunia [koʹsmou] ini” diidentifikasi di 2 Korintus 4:4 sebagai ”allah sistem [ai·oʹnos] ini”.
Pada bagian penutup Injilnya, rasul Yohanes mengatakan bahwa jika semua hal yang Yesus lakukan ditulis dengan perincian yang lengkap, ia memperkirakan bahwa ”dunia [salah satu bentuk kata koʹsmos] ini tidak dapat memuat gulungan-gulungan yang ditulis itu”. (Yoh 21:25) Ia tidak menggunakan kata ge (bumi) atau oi·kou·meʹne (bumi yang berpenduduk) sehingga dapat diartikan bahwa planet Bumi tidak sanggup memuat gulungan-gulungan itu, tetapi ia menggunakan koʹsmos, yang jelas memaksudkan bahwa masyarakat manusia (dengan ruangan perpustakaan yang ada pada waktu itu) tidak sanggup menyediakan apa yang diperlukan untuk memuat begitu banyak catatan (dalam bentuk buku yang digunakan pada waktu itu) sehubungan dengan Yesus. Bandingkan juga ayat itu dengan Yohanes 7:4; 12:19 yang menggunakan kata koʹsmos dengan cara yang serupa.
Datang ”ke dalam dunia”. Sewaktu seseorang ’dilahirkan ke dunia ini’, ia tidak hanya dilahirkan di tengah-tengah umat manusia tetapi juga masuk ke dalam struktur kehidupan masyarakatnya. (Yoh 16:21; 1Tim 6:7) Namun, sekalipun datang atau masuknya seseorang ke dalam dunia bisa memaksudkan kelahirannya ke dalam lingkup kehidupan manusia, halnya tidak selalu demikian. Yesus, misalnya, dalam doanya kepada Allah mengatakan, ”Sebagaimana engkau mengutus aku ke dunia, aku juga mengutus mereka [murid-muridnya] ke dunia.” (Yoh 17:18) Ia mengutus mereka ke dunia sebagai orang dewasa, bukan sebagai bayi yang baru lahir. Yohanes berbicara tentang para nabi palsu dan penipu sebagai orang-orang yang ”telah muncul di dunia”.—1Yoh 4:1; 2Yoh 7.
Banyak catatan yang menyebutkan bahwa Yesus ’datang atau diutus ke dunia’ tentunya tidak secara khusus, atau sama sekali tidak, memaksudkan kelahirannya sebagai manusia, tetapi lebih masuk akal apabila hal itu memaksudkan bahwa ia pergi ke tengah-tengah umat manusia, melaksanakan tugas pelayanannya kepada umum sejak dan setelah pembaptisan serta pengurapannya, bertindak sebagai pembawa terang bagi dunia umat manusia. (Bdk. Yoh 1:9; 3:17, 19; 6:14; 9:39; 10:36; 11:27; 12:46; 1Yoh 4:9.) Kelahirannya sebagai manusia semata-mata menjadi sarana yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu. (Yoh 18:37) Untuk meneguhkan hal itu, penulis buku Ibrani menggambarkan bahwa ’pada waktu datang ke dunia’, Yesus mengucapkan kata-kata dari Mazmur 40:6-8, dan tentunya Yesus tidak melakukan hal tersebut sebagai bayi yang baru lahir.—Ibr 10:5-10.
Menjelang akhir pelayanannya kepada masyarakat, Yesus mengetahui ”bahwa jamnya telah tiba baginya untuk pergi dari dunia ini kepada Bapak”. Ia akan mati sebagai manusia dan akan dibangkitkan kepada kehidupan di alam roh, tempat asalnya.—Yoh 13:1; 16:28; 17:11; bdk. Yoh 8:23.
”Hal-hal dasar dari dunia.” Di Galatia 4:1-3, setelah menunjukkan bahwa seorang anak adalah seperti seorang budak dalam arti bahwa ia berada di bawah pengurusan orang lain sampai ia cukup umur, Paulus menyatakan, ”Demikian pula kita, pada waktu masih kanak-kanak, kita terus diperbudak oleh hal-hal dasar [stoi·kheiʹa] yang berkaitan dengan dunia ini.” Ia selanjutnya memperlihatkan bahwa Putra Allah datang pada ”kesudahan jangka waktu” dan membebaskan orang-orang yang menjadi muridnya dari kungkungan Hukum supaya mereka dapat diangkat menjadi putra. (Gal 4:4-7) Demikian pula, di Kolose 2:8, 9, 20 ia memperingatkan orang-orang Kristen di Kolose agar tidak dibawa pergi sebagai mangsa ”melalui filsafat dan tipu daya kosong menurut ajaran turun-temurun dari manusia, menurut hal-hal dasar [stoi·kheiʹa] dari dunia dan bukan menurut Kristus; karena dalam dialah seluruh kepenuhan sifat ilahi itu berdiam secara jasmani”, sambil menandaskan bahwa mereka ”telah mati bersama Kristus sehubungan dengan hal-hal dasar dari dunia”.
Mengenai kata Yunani stoi·kheiʹa (bentuk jamak stoi·kheiʹon) yang digunakan oleh Paulus, The Pulpit Commentary (Galatians, hlm. 181) mengatakan, ”Dari makna utama ’tiang-tiang yang ditaruh berderet’, . . . kata [stoi·kheiʹa] berlaku bagi huruf-huruf abjad yang ditaruh berderet, dan dengan demikian berlaku bagi unsur-unsur utama ujaran; kemudian bagi unsur-unsur utama semua objek di alam, seperti, misalnya, keempat ’unsur’ (lihat 2 Ptr. iii. 10, 12); dan berlaku bagi ’unsur-unsur dasar’ atau ’elemen-elemen’ pertama dari cabang ilmu pengetahuan apa pun. Makna yang terakhir inilah yang muncul di Ibr. v. 12.” (Diedit oleh C. Spence, London, 1885) Kata kerja yang terkait, yaitu stoi·kheʹo, mempunyai arti ”berjalan secara tertib”.—Gal 6:16.
Dalam suratnya kepada orang-orang Galatia dan Kolose, Paulus tentu tidak memaksudkan elemen-elemen dasar ciptaan fisik tetapi, sebaliknya, sebagaimana dinyatakan dalam Critical and Exegetical Hand-Book (1884, Galatians, hlm. 168), karya seorang pakar Jerman bernama Heinrich A. W. Meyer, memaksudkan ”unsur-unsur kemanusiaan non-Kristen”, yaitu prinsip-prinsipnya yang mendasar, atau utama. Tulisan-tulisan Paulus memperlihatkan bahwa hal itu bisa mencakup filsafat dan pengajaran yang bersifat menipu yang semata-mata didasarkan atas standar, konsep, penalaran manusia, dan mitologi, yaitu hal-hal yang sangat disukai orang Yunani dan orang-orang kafir lain. (Kol 2:8) Namun, jelas bahwa ia juga menggunakan istilah yang mencakup hal-hal yang bersifat Yahudi, tidak hanya ajaran-ajaran Yahudi non-Alkitab yang menuntut pertapaan atau ”bentuk ibadat kepada malaikat” tetapi juga ajaran yang mewajibkan orang Kristen untuk menjalankan Hukum Musa.—Kol 2:16-18; Gal 4:4, 5, 21.
Memang, Hukum Musa bersumber dari Allah. Akan tetapi, Hukum itu kini telah digenapi dalam diri Kristus Yesus, yaitu ’kenyataan’ yang ditunjuk oleh bayangannya, dan karena itu Hukum tersebut menjadi usang. (Kol 2:13-17) Selain itu, tabernakel (dan belakangan, bait) bersifat ”duniawi” atau adalah buatan manusia, oleh karena itu bersifat ”fana” (Yn. ko·smi·konʹ; Ibr 9:1, Mo), yaitu berada dalam lingkup manusia, bukan lingkup surgawi atau rohani, dan persyaratan yang berhubungan dengan hal tersebut adalah ”tuntutan hukum yang ada hubungannya dengan daging dan berlaku hingga waktu yang ditetapkan untuk meluruskan perkara-perkara”. Kristus Yesus kini telah masuk ke dalam ”kemah yang lebih besar dan lebih sempurna yang tidak dibuat dengan tangan, yaitu yang bukan dari ciptaan ini”, ke dalam surga itu sendiri. (Ibr 9:8-14, 23, 24) Ia sendiri mengatakan kepada seorang wanita Samaria bahwa waktunya akan tiba manakala bait di Yerusalem tidak akan digunakan lagi sebagai bagian penting dari ibadat sejati tetapi para penyembah yang sejati akan ”menyembah Bapak dengan roh dan kebenaran”. (Yoh 4:21-24) Jadi, dengan kematian serta kebangkitan Kristus Yesus, dan kenaikannya ke surga, tidak ada lagi kebutuhan untuk menggunakan hal-hal tersebut yang hanya merupakan ”gambaran simbolis” (Ibr 9:23) dalam lingkup manusia dan yang menggambarkan perkara-perkara lebih besar yang bersifat surgawi.
Oleh karena itu, orang-orang Kristen di Galatia dan Kolose kini dapat beribadat dengan cara yang lebih unggul, yang didasarkan atas Kristus Yesus. Ia, dan bukan manusia serta prinsip atau ajaran mereka, atau bahkan ”tuntutan hukum yang ada hubungannya dengan daging” sebagaimana terdapat dalam perjanjian Hukum, harus diakui sebagai standar yang ditetapkan dan sarana yang lengkap untuk menilai kebenaran ajaran atau jalan hidup apa pun. (Kol 2:9) Orang-orang Kristen hendaknya tidak seperti kanak-kanak yang rela menempatkan diri di bawah apa yang diumpamakan sebagai pendidik atau pembimbing, yakni Hukum Musa (Gal 3:23-26), tetapi mereka harus memiliki hubungan dengan Allah seperti yang dimiliki seorang putra yang sudah dewasa dengan bapaknya. Hukum bersifat elementer, ”A B C–nya agama”, jika dibandingkan dengan ajaran Kristen. (Critical and Exegetical Hand-Book karya H. Meyer, 1885, Colossians, hlm. 292) Orang Kristen terurap, karena telah diperanakkan kepada kehidupan surgawi, seolah-olah telah mati dan dipantek terhadap koʹsmos lingkup hidup manusia, yang di dalamnya peraturan-peraturan seperti sunat pada daging diberlakukan; mereka telah menjadi ”ciptaan baru”. (2Kor 5:17; Kol 2:11, 12, 20-23; bdk. Gal 6:12-15; Yoh 8:23.) Mereka tahu bahwa Kerajaan Yesus bukan berasal dari manusia. (Yoh 18:36) Tentu saja mereka tidak boleh kembali kepada ”hal-hal dasar yang lemah dan miskin” yang ada dalam lingkup manusia (Gal 4:9) dan dengan demikian teperdaya untuk menyerahkan ”harta yang limpah berupa keyakinan penuh melalui pemahaman mereka” dan ”pengetahuan yang saksama tentang rahasia suci Allah, yakni Kristus”, yang dalam dirinya tersembunyi ”semua harta hikmat dan harta pengetahuan”.—Kol 2:1-4.
Dunia yang terasing dari Allah. Kata koʹsmos digunakan secara unik dalam Alkitab karena kata ini juga digunakan untuk memaksudkan dunia umat manusia yang terpisah dari hamba-hamba Allah. Petrus menulis bahwa Allah telah mendatangkan Air Bah ”ke atas dunia orang-orang yang tidak saleh”, tetapi Ia memelihara Nuh dan keluarganya; dengan cara ini ”dunia pada waktu itu mengalami kebinasaan ketika dibanjiri air”. (2Ptr 2:5; 3:6) Sekali lagi, perlu diperhatikan bahwa apa yang disebutkan dalam konteks ini bukanlah pembinasaan planet Bumi atau benda-benda langit di alam semesta, melainkan terbatas pada lingkup manusia, dalam kasus ini masyarakat manusia yang tidak adil-benar. Itulah ”dunia” yang dihukum Nuh melalui haluannya yang setia.—Ibr 11:7.
Dunia, atau masyarakat manusia, pra-Air Bah yang tidak adil-benar berakhir, tetapi umat manusia itu sendiri tidak berakhir karena Nuh dan keluarganya tetap hidup. Setelah Air Bah, mayoritas umat manusia kembali menyimpang dari keadilbenaran, dengan membentuk lagi masyarakat manusia yang fasik. Namun, ada orang-orang yang memilih haluan yang berbeda, dengan berpaut kepada keadilbenaran. Seraya waktu berjalan, Allah menunjuk Israel sebagai umat pilihan-Nya, dengan membawa mereka kepada hubungan perjanjian dengan diri-Nya. Karena orang Israel dibuat berbeda dari dunia pada umumnya, Paulus dapat menggunakan koʹsmos, ”dunia”, sebagai padanan untuk ”orang-orang dari bangsa-bangsa” non-Israel, atau orang-orang ”non-Yahudi”, di Roma 11:12-15. (NW; KJ) Dalam konteks itu ia menunjukkan bahwa kemurtadan Israel membuat Allah membatalkan hubungan perjanjian-Nya dengan mereka dan hal itu membuka jalan bagi orang-orang non-Yahudi untuk memperoleh hubungan demikian dan kekayaannya, dengan cara dirukunkan dengan Allah. (Bdk. Ef 2:11-13.) Maka ”dunia”, atau koʹsmos, selama masa pasca-Air Bah dan pra-Kristen kembali memaksudkan seluruh umat manusia di luar hamba-hamba Allah yang diperkenan, dan khususnya orang-orang di luar Israel selama masa hubungan perjanjiannya dengan Yehuwa.—Bdk. Ibr 11:38.
Dengan cara yang serupa dan sering kali, koʹsmos digunakan untuk memaksudkan seluruh masyarakat non-Kristen, tanpa mempersoalkan rasnya. Dunia inilah yang membenci Yesus dan para pengikutnya karena mereka memberikan kesaksian tentang ketidakadilbenarannya dan karena mereka tetap terpisah darinya; dengan demikian dunia tersebut memperlihatkan kebencian terhadap Allah Yehuwa sendiri dan tidak mengenal Dia. (Yoh 7:7; 15:17-25; 16:19, 20; 17:14, 25; 1Yoh 3:1, 13) Atas dunia ini, yaitu masyarakat manusia yang tidak adil-benar dan kerajaan-kerajaannya, Musuh Allah, Setan si Iblis, menjalankan kekuasaan; bahkan ia telah menjadikan dirinya ”allah” dunia tersebut. (Mat 4:8, 9; Yoh 12:31; 14:30; 16:11; bdk. 2Kor 4:4.) Allah tidak membuat dunia yang tidak adil-benar seperti itu; dunia tersebut dikembangkan oleh Penentang utama-Nya, dan ’seluruh dunia berada dalam kuasanya’. (1Yoh 4:4, 5; 5:18, 19) Setan dan ’kumpulan roh yang fasik di tempat-tempat surgawi’ bertindak sebagai ”penguasa dunia [atau, kosmokrat; Yn., ko·smo·kraʹto·ras]” yang tidak kelihatan atas dunia yang terasing dari Allah.—Ef 6:11, 12.
Ayat-ayat tersebut tidak hanya memaksudkan umat manusia, yang di dalamnya murid-murid Yesus menjadi bagiannya, tetapi seluruh masyarakat manusia yang terorganisasi yang berada di luar sidang Kristen. Kalau bukan itu artinya, mustahil bagi orang Kristen untuk tidak menjadi ”bagian dari dunia” tanpa mati dan tidak lagi hidup dalam daging. (Yoh 17:6; 15:19) Sekalipun tidak dapat menghindari kehidupan di tengah-tengah masyarakat orang duniawi itu, yang mencakup orang-orang yang melakukan percabulan, penyembahan berhala, pemerasan, dan praktek-praktek serupa (1Kor 5:9-13), orang-orang Kristen tersebut harus menjaga diri bersih dan tidak dinodai oleh kebejatan dan kecemaran dunia, tidak mengadakan persahabatan dengannya, agar jangan sampai mereka dihukum bersamanya. (1Kor 11:32; Yak 1:27; 4:4; 2Ptr 1:4; 2:20; bdk. 1Ptr 4:3-6.) Mereka tidak boleh dibimbing oleh hikmat duniawi, yang adalah kebodohan dalam pandangan Allah, mereka juga tidak boleh ’menghirup roh dunia’, yaitu kekuatan penggerak yang bersifat mementingkan diri dan berdosa. (1Kor 1:21; 2:12; 3:19; 2Kor 1:12; Tit 2:12; bdk. Yoh 14:16, 17; Ef 2:1, 2; 1Yoh 2:15-17; lihat ROH [Kecenderungan Mental yang Menggerakkan].) Jadi, melalui iman, mereka ”menaklukkan dunia” masyarakat manusia yang tidak adil-benar, tepat seperti yang Putra Allah lakukan. (Yoh 16:33; 1Yoh 4:4; 5:4, 5) Masyarakat manusia yang tidak adil-benar itu layak dilenyapkan melalui pembinasaan oleh Allah (1Yoh 2:17), sebagaimana dilenyapkannya dunia pra-Air Bah.—2Ptr 3:6.
Dunia yang tidak saleh berakhir; umat manusia terpelihara hidup. Jadi, koʹsmos yang untuknya Yesus mati tentu memaksudkan dunia umat manusia hanya dalam arti keluarga manusia, yakni semua manusia jasmani. (Yoh 3:16, 17) Sedangkan tentang dunia dalam arti masyarakat manusia yang terasing dari Allah dan yang pada kenyataannya bermusuhan dengan Allah, Yesus tidak berdoa demi dunia semacam itu tetapi hanya bagi orang-orang yang keluar dari dunia itu dan beriman kepadanya. (Yoh 17:8, 9) Bahkan tepat seperti manusia selamat dari pembinasaan masyarakat manusia, atau dunia, yang tidak saleh dalam Air Bah, demikian juga Yesus memperlihatkan bahwa manusia akan selamat dari kesengsaraan besar yang ia samakan dengan Air Bah itu. (Mat 24:21, 22, 36-39; bdk. Pny 7:9-17.) ”Kerajaan dunia” (tampaknya memaksudkan kerajaan umat manusia) sebenarnya dijanjikan untuk menjadi ”kerajaan Tuan kita dan Kristusnya”, dan orang-orang yang memerintah bersama Kristus di Kerajaan surgawinya akan ”memerintah sebagai raja-raja atas bumi”, yang tentunya memerintah atas umat manusia yang terpisah dari masyarakat manusia yang tidak saleh dan sudah mati, yang dikuasai oleh Setan.—Pny 11:15; 5:9, 10.